Anda di halaman 1dari 13

TUGAS INDIVIDU NILAI-NILAI DAN REFLEKSI NILAI DASAR ASN

Nama : Baiq Nely Widya Anggraini, S.Pd

Angkatan : XX

Kelompok : 01

Instansi : Pemerintah Kota Mataram / SMPN 14 Mataram

Tutor : Drs. H. Samsul Hidayat, M.Ed.

NASIONALISME

1. Jelaskan peranan Pancasila dalam menumbuhkan nasionalisme ASN


Nasionalisme Pancasila adalah pandangan atau paham kecintaan manusia Indonesia
terhadap bangsa dan tanah airnya yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila. Prinsip
nasionalisme bangsa Indonesia dilandasi nilai-nilai Pancasila yang diarahkan agar bangsa
Indonesia senantiasa: menempatkan persatuan dan kesatuan, kepentingan dan keselamatan
bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau kepentingan golongan, menunjukkan sikap
rela berkorban demi kepentingan bangsa dan Negara, bangga sebagai bangsa Indonesia dan
bertanah air Indonesia serta tidak merasa rendah diri, mengakui persamaan derajat, persamaan
hak dan kewajiban antara sesama manusia dan sesama bangsa;menumbuhkan sikap saling
mencintai sesama manusia;mengembangkan sikap tenggang rasa.
Pancasila memegang peranan penting dalam menumbuhkan nasionalisme karena di
dalamnya terdapat nilai-nilai sila pancasila yang cerminan sikap yang harus ada dalam diri
seorang ASN. Sila-sila dalam pancasila dijadikan sebagai pedoman hidup yang apabila
dijalankan dengan baik dapat membantu terwujudnya nilai-nilai nasionalisme dalam
kehidupan.

2. Jelaskan fungsi dan peran ASN sebagai pelaksana kebijakan publik


Kebijakan publik adalah apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan atau
tidak dilakukan. Definisi ini mencakup pengertian yang sangat luas. Bertolak dari pengertian
di atas, ASN sebagai bagian dari pemerintah atau sebagai aparat sinegara memiliki kewajiban
melaksanakan kebijakan publik. Dengan kata lain, ASN adalah aparat pelaksana (eksekutor)
yang melaksanakan segala peraturan perundang-undangan yang menjadi landasan kebijakan
publik di berbagai bidang dan sektor pemerintahan. yang menjadi tugas pokok ASN terutama
adalah sebagai pelaksana atau yang mengimplementasikan kebijakan. Peran ASN menjadi
sangat penting karena menjadi ujung tombak dalam implementasi dan operasionalisasi
kebijakan untuk kepentingan bangsa dan negara. Melalui ASN-lah kepentingan-kepentingan
publik dapat dipenuhi.
Setiap pegawai ASN harus memiliki nilai-nilai kepublikan, berorientasi pada
kepentingan publik dan senantiasa menempatkan kepentingan publik, bangsa dan negara di
atas kepentingan lainnya, mengedepankan kepentingan nasional ketimbang kepentingan
sektoral dan golongan.

3. Jelaskan peran ASN sebagai pelayan publik


ASN yang bertugas sebagai Pelayan Publik harus memahami betul fungsi dan tugasnya
yaitu sebagai pelayan publik dan memberikan pelayanan publik yang profesional dan
berkualitas, bukannya malah minta dilayani oleh masyarakat dengan meminta imbalan atas
pelayanan yang diberikan. ASN yang Melayani Publik Menurut Sianipar (1998) dalam
bukunya yang berjudul Manajemen Pelayanan Masyarakat pelayanan didefinisikan sebagai
cara melayani, membantu, menyiapkan, dan mengurus, menyelesaikan keperluan, kebutuhan
seseorang atau sekolompok orang, artinya objek yang dilayani dapat meliputi individu,
pribadi-pribadi, dan kelompok-kelompok organisasi.

4. Jelaskan fungsi ASN sebagai perekat dan pemersatu bangsa


ASN sebagai Pemersatu Bangsa Dalam UU No 5 tahun 2014 pasal 66 ayat 1-2 terkait
sumpah dan janji ketika diangkat menjadi PNS, disana dinyatakan bahwa PNS akan
senantiasa setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, UUD 1945, negara dan pemerintah.
PNS juga senantiasa menjunjung tinggi martabat PNS serta senantiasa mengutamakan
kepentingan Negara dari pada kepentingan diri sendiri, seseorang dan golongan‖. Dengan
sumpah tersebut, seorang PNS sudah terikat oleh sumpah dan janjinya untuk loyal, setia dan
taat kepada pilar dasar Negara Indonesia yaitu Pancasila dan UUD 1945, serta kepada
pemerintahan yang sah.
Dalam menjalankan tugas, seorang ASN senantiasa harus mengutamakan dan
mementingkan persatuan dan kesatuan bangsa. Kepentingan kelompok, individu, golongan
harus disingkirkan demi kepentingan yang lebih besar yaitu kepentingan bangsa dan Negara
diatas segalanya. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, PNS harus berpegang pada
prinsip adil dan netral. Adil dalam artian tidak boleh berperilaku diskriminatif serta harus
obyektif, jujur, transparan. Sementara bersikap netral adalah tidak memihak kepada salah satu
kelompok atau golongan yang ada.

5. Identifikasi Nilai-Nilai Dasar Nasionalisme


Terdiri dari penerapan nilai-nilai sila yang ada dalam Pancasila yaitu nilai Ketuhanan
Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan
yang dipimpin oleh khidmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, dan Keadilan
Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
ETIKA PUBLIK

1. Jelaskan Kode Etik dan Kode Perilaku ASN


Kode Etik adalah aturan-aturan yang mengatur tingkah laku dalam suatu kelompok
khusus, sudut pandangnya hanya ditujukan pada hal-hal prinsip dalam bentuk ketentuan-
ketentuan tertulis. Adapun Kode Etik Profesi dimaksudkan untuk mengatur tingkah laku/etika
suatu kelompok khusus dalam masyarakat melalui ketentuan-ketentuan tertulis yang
diharapkan dapat dipegang teguh oleh sekelompok profesional tertentu.
Berdasarkan Undang-Undang ASN, kode etik dan kode perilaku ASN yakni sebagai berikut:
a. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas tinggi.
b. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin.
c. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan.
d. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
e. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang berwenang
sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika
pemerintahan.
f. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara.
g. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif dan
efisien.
h. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya.
i. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang
memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan.
j. Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status, kekuasaan, dan jabatannya
untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang
lain.
k. Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integritas ASN.
l. Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai disiplin pegawai ASN.

2. Jelaskan bentuk-bentuk Kode Etik dan implikasinya


a. Pentingnya Etika dalam Urusan Publik
Supaya etika publik dapat dihayati dan dilaksanakan secara menyeluruh di dalam
organisasi, para pegawai tidak cukup hanya diberikan definisi atau rumusan-rumusan
norma yang abstrak tanpa rujukan yang jelas mengenai kewajiban dan larangan yang
berlaku. Di sinilah letak pentingnya kode etik diantara aparat sipil negara atau PNS pada
khususnya. Kode etik adalah rumusan eksplisit tentang kaidah-kaidah atau norma yang
harus ditaati secara sukarela oleh para pegawai di dalam organisasi publik. Kode etik
biasanya merupakan hasil dari kesepakatan atau konsensus dari sebuah kelompok sosial
dan pada umumnya dimaksudkan untuk menunjang pencapaian tujuan organisasi.
b. Penggunaan Kekuasaan: Legitimasi Kebijakan
Setiap jenjang pemerintahan memiliki lingkup kekuasaan masing-masing yang dipegang
oleh pejabatnya. Semakin tinggi dan luas kekuasaan seorang pejabat, semakin besar juga
implikasi dari penggunaan kekuasaan bagi warga masyarakat. Oleh sebab itu, azas etika
publik mensyaratkat agar setiap bentuk kekuasaan pejabat dibatasi dengan norma etika
maupun norma hukum.
Etika publik juga mengharuskan agar setiap kekuasaan dipergunakan dengan
tanggungjawab sesuai dengan lingkupnya masing-masing. Dari segi moralitas, kekuasaan
harus memiliki legitimasi yang kuat. Kata legitimasi berasal dari bahasa Latin yaitu lex,
yang makna awalnya berarti hukum. Istilah legitimasi dalam perkembangan selanjutnya
bukan hanya mengacu kepada kesesuaian dengan hukum formal tetapi juga hukum
kemasyarakatan dan norma-norma etika. Kini, padanan kata yang tepat untuk istilah
legitimasi bermakna kewenangan atau keabsahan dalam memegang kekuasaan.
c. Konflik Kepentingan
Konflik kepentingan adalah tercampurnya kepentingan pribadi dengan kepentingan
organisasi yang mengakibatkan kurang optimalnya pencapaian tujuan organisasi. Di
dalam kegiatan bisnis, konflik kepentingan akan mengakibatkan persaingan tidak sehat
serta manfaat kegiatan bisnis bagi khalayak yang kurang optimal. Sedangkan dalam
organisasi pemerintah konflik kepentingan akan mengakibatkan penyalahgunaan
kekuasaan, pengerahan sumberdaya publik yang kurang optimal, dan peningkatan
kesejahteraan rakyat terabaikan. Pengaruh buruk dari adanya konflik kepentingan secara
rinci dapat dijelaskan dalam berbagai bentuk perilaku sebagai berikut:
 Aji mumpung (self-dealing); memanfaatkan Kedudukan politis untuk kepentingan
yang sempit dan system nepotisme. Kedudukan seseorang dalam jabatan publik
seringkali dimanfaatkan untuk transaksi bisnis pribadi atau keuntungan-keuntungan
sempit lainnya.
 Menerima/memberi suap (bribery, embezzlement, graft). Berbagai bentuk transaksi
suap-menyuap biasanya terkait dengan digunakannya jabatan publik oleh seorang
pemegang kekuasaan secara tidak bertanggungjawab.
 Menyalahgunakan pengaruh pribadi (influence peddling); memanfaatkan pengaruh
untuk kepentingan karir atau bisnis yang sempit. Seseorang yang kurang memiliki
penghayatan etika publik akan mudah tergoda untuk memanfaatkan kekuasaan untuk
mengeruk keuntungan pribadi.
 Pemanfaatan fasilitas organisasi / lembaga untuk kepentingan pribadi.
 Pemanfaatan informasi rahasia; mengacaukan kedudukan formal dengan keuntungan
yg diperoleh secara informal.
 Loyalitas ganda (outside employment, moonlighting); menggunakan kedudukan dalam
pemerintahan untuk investasi pribadi.
d. Sumber-sumber Kode Etik bagi Aparatur Sipil Negara
Rumusan kode etik bagi ASN yang berlaku di sebuah negara cukup beragam dari segi
substansi maupun redaksinya. Biasanya rumusan kode etik itu mengikuti kaidah moral
yang sifatnya universal dan sekaligus menyesuaikan dengan konteks lingkungan dari
sistem administrasi publik di sebuah negara.
e. Implikasi Kode Etik dalam Pelayanan Publik
Kode Etik mencoba merumuskan nilai-nilai etis luhur ke dalam bidang tertentu, dalam hal
ini pada tugas-tugas pelayanan publik. Tentu saja Kode Etik sekadar merupakan pedoman
bertindak yang sifatnya eksplisit. Mengenai pelaksanaannya dalam perilaku nyata,
tergantung kepada niat baik dan sentuhan moral yang ada dalam diri para pegawai atau
pejabat sendiri. Namun karena kode etik dirumuskan untuk menyempurnakan pekerjaan di
sektor publik, mencegah hal-hal buruk, dan untuk kepentingan bersama dalam organisasi
publik, setiap pegawai dan pejabat diharapkan menaatinya dengan kesadaran yang tulus.

3. Menganalisis ilustrasi penerapan nilai dasar etika publik


Sebagian besar pejabat publik, baik di pusat maupun di daerah, masih mewarisi kultur
kolonial yang memandang birokrasi hanya sebagai sarana untuk melanggengkan kekuasaan
dengan cara memuaskan pimpinan. Berbagai cara dilakukan hanya sekedar untuk melayani
dan menyenangkan pimpinan. Loyalitas hanya diartikan sebatas menyenangkan pimpinan,
atau berusaha memenuhi kebutuhan peribadi pimpinannya. Kalau itu yang dilakukan oleh
para pejabat publik, peningkatan kinerja organisasi tidak mungkin dapat terwujud.
Oleh karena itu perlu ada perubahan mindset dari seluruh pejabat publik. Perubahan
mindset ini merupakan reformasi birokrasi yang paling penting, setidaknya mencakup tiga
aspek penting yakni: Pertama, berubah dari penguasa menjadi pelayan; Kedua, merubah dari
’wewenang’ menjadi ’peranan’; Ketiga, menyadari bahwa jabatan publik adalah amanah,
yang harus dipertanggung jawabkan bukan hanya di dunia tapi juga di akhirat. Semua
pemimpin harus mempertanggung jawabkan kepemimpinannya di hadapan Tuhan Yang Maha
Kuasa, Allah SWT. Perubahan mindset yang juga harus dilakukan adalah perubahan sistem
manajemen, mencakup kelembagaan, ketatalaksanaan, budaya kerja, dan lain-lain untuk
mendukung terwujudnya good govermance. Dalam Reformasi Birokrasi ada 8 area perubahan
yang harus dilakukan oleh seluruh Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Pusat dan Daerah
di Indonesia yakni:
a. Manajemen Perubahan
b. Penataan Peraturan Perundang-undangan
c. Penataan dan Penguatan Organisasi
d. Penataan Tatalaksana
e. Penataan Sistem Manajemen SDM
f. Penguatan Akuntabilitas
g. Penguatan Pengawasan
h. Peningkatan Pelayanan Publik
4. Analisis salah satu kasus nilai etika publik yang ada di Modul
 Kasus Penerimaan Tenaga Honorer
Penerimaan tenaga honorer seperti yang terdapat pada kasus ini yaitu pengangkatan tenaga
honorer didasari oleh kedekatan dengan tenaga honorer dan bukan berdasarkan kebutuhan
tenaga honorer sehingga menyebabkan terlalu banyaknya tenaga honorer yang diangkat
disbanding dengan kebutuhan. Hal ini melanggar kode etik profesi dan publik. Beerapa
kode etik yang dilanggar yaitu:
a. Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status, kekuasaan, dan
jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau
untuk orang lain.
b. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas tinggi.
Pelaku pengangkatan tenaga honorer oleh atasan instansi terkait telah melanggar kode
etik sebagai ASN yang seharusnya melaksanakan tugasnya secara jujur, bertanggung
jawab dan berintegritas tinggi. Ditambah lagi beberapa tenaga honorer yang diangkat
tidak memiliki kualifikasi pendidikan yang sesuai untuk bertugas pada bidang yang
ditetapkan.
c. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya.
Pada kasus tersebut, telah terjadi konflik kepentingan yang dilakukan oleh orang yang
terlibat dalam pengangkatan tenaga honorer yang tidak semestinya. Pelaku mengangkat
tenaga honorer berdasarkan kekerabatan dan buka berdasarkan kebutuhan instansi.
d. Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integritas ASN.
Pelaku telah melanggar nilai-nilai dasar ASN dalam melaksanakan tugasnya sebagai
ASN dan tidak menjaga integritas ASN dengan menempatkan kepentingan pribadi atau
kelompok di atas kepentingan bangsa.

5. Identifikasi nilai-nilai dasar etika publik


Nilai-Nilai Dasar Etika Publik yaitu:
a. Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila;
b. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia
1945 serta pemerintah yang sah;
c. Mengabdi kepada Negara dan rakyat Indonesia;
d. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak;
e. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian;
f. Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif;
g. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur;
h. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik;
i. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program pemerintah;
j. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat, berdaya
guna, berhasil guna, dan santun;
k. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi;
l. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama;
m. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai;
n. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan; dan
o. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai perangkat sistem
karir.
ANTI KORUPSI

1. Sebutkan dari dampak perilaku dan tindak pidana korupsi bagi kehidupan diri pribadi,
keluarga, masyarakat dan bangsa.
 Dampak korupsi bagi diri pribadi adalah hilangnya kepercayaan dari berbagai pihak
kepada diri sendiri. Selain meningkatkan ketamakan dan kerakusan terhadap penguasaan
aset dan kekayaan korupsi juga akan menyebabkan hilangnya sensitivitas dan kepedulian
terhadap sesama
 Dampak negatif korupsi di dalam keluarga adalah dampak sosial yang diterima oleh
anggota keluarga, misalnya cibiran, bahan gosip dan juga malu, serta sulitnya mendapatkan
pekerjaan karena orang beranggapan bahwa anggota keluarga bersifat sama atau ada
kemungkinan melakukan korupsi juga dikemudian hari, sehingga perekonomiannya
semakin terpuruk.
 Korupsi menghambat pertumbuhan ekonomi dan memengaruhi operasi bisnis, lapangan
kerja, dan investasi. Korupsi juga mengurangi pendapatan pajak dan efektivitas berbagai
program bantuan keuangan. Tingginya tingkat korupsi pada masyarakat luas berdampak
pada menurunnya kepercayaan terhadap hukum dan supremasi hukum, pendidikan dan
akibatnya kualitas hidup, seperti akses ke infrastruktur hingga perawatan kesehatan.

2. Jelaskan cara-cara menghindari perilaku dan tindak pidana korupsi


Spiritual Accountability yang baik akan menghasilkan niat baik, yang akan menghasilkan visi
dan misi yang baik, selanjutnya akan diterjemahkan dalam usaha yang terbaik untuk
mendapatkan hasil terbaik. Hubungan konsekuensi tersebut idealnya dapat menjamin bahwa
pemilik spiritual accountability yang baik akan mendorong publik accountability yang baik
pula, dan tentunya tidak akan tergerak dan mempunyai niat sedikit pun untuk membuat
kerusakan di muka termasuk didalamnya adalah melakukan korupsi, sebaliknya justrru akan
mempunyai niat yang sangat kuat untuk menghindari korupsi. Cara lainnya yaitu:
a. Punya Mental Kaya Dan Banyak Bersyukur
b. Dekatkan Diri Pada Agama.
c. Jangan Berorientasi Pada Uang
d. Bersikap Jujur
e. Jangan Pernah Takut
f. Tumbuhkan Rasa Tanggung Jawab

3. Sebutkan cara membiasakan nilai dasar anti korupsi bagi kehidupan pribadi, keluarga,
masyarakat dan bangsa
Untuk menanamkan sifat antikorupsi dalam kehidupan sehari-hari dengan cara:
 Disiplin, selalu jujur dalam perkataan atau perbuatan, dan bertanggung jawab dalam
melakukan kegiatan apa pun.
 Tidak berbohong sampai kapan pun baik di lingkungan keluarga, masyarakat, maupun
sekolah.
 Menanamkan nilai-nilai kejujuran sejak dini baik pada anak maupun pada siswa di sekolah.
 Menjalin sikap keterbukaan antar anggota keluarga.
 Menanamkan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
 Melaksanakan kewajiban dengan penuh tanggung jawab.

4. Identifikasi nilai-nilai dasar anti korupsi

Nilai-nilai anti korupsi antara lain:

a. Kejujuran
Kejujuran berasal dari kata jujur yang dapat di definisikan sebagai sebuah tindakan
maupun ucapan yang lurus, tidak berbohong dan tidak curang.
b. Kepedulian
Peduli adalah mengindahkan, memperhatikan dan menghiraukan. Rasa kepedulian dapat
dilakukan terhadap lingkungan sekitar.
c. Kemandirian
Mandiri berarti dapat berdiri di atas kaki sendiri, artinya tidak banyak bergantung kepada
orang lain dalam berbagai hal.
d. Kedisiplinan
Disiplin adalah ketaatan/kepatuhan kepada peraturan.
e. Tanggung Jawab
Tanggung Jawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatu.
f. Kerja keras
Kerja keras didasari dengan adanya kemauan di dalam kemauan terkandung ketekadan,
ketekunan, daya tahan, daya kerja, pendirian keberanian.
g. Kesederhanaan
Gaya hidup yang sederhana yaitu dibiasakan untuk tidak hidup boros.
h. Keberanian
Dapat diwujudkan dalam bentuk berani mengatakan dan membela kebenaran.
i. Keadilan
Adil adalah sama berat, tidak berat sebelah dan tidak memihak. Menempatkan segala
sesuatu pada tempatnya.
NILAI-NILAI DASAR ASN

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 yang dimaksud


Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah profesi bagi pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah
dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi pemerintah. Fungsi ASN yaitu melaksanakan
kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan; memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas;
dan mempererat persatuan dan kesatuan bangsa.

Untuk dapat mewujudkan fungsi Aparatur Sipil Negara (ASN) sebagai pelaksana
kebijakan publik, pelayan publik, serta perekat dan pemersatu bangsa, maka diperlukan ASN
yang profesional, kompeten dan berintegritas yang berkarakter ANEKA. Karakter ANEKA yaitu
mempunyai nilai-nilai dasar Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan
Anti Korupsi. Adapun inti penjelasan terkait nilai-nilai ANEKA adalah sebagai berikut:

1. Akuntabilitas

Akuntabilitas hampir memiliki kesamaan makna dengan responsibilitas atau tanggung


jawab. Namun, keduanya memiliki konsep yang berbeda. Akuntabilitas adalah kewajiban
pertanggungjawaban yang harus dicapai, sedangkan responsibilitas adalah kewajiban untuk
bertanggungjawab.

Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi untuk
memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya. Amanah seorang Pegawai Negeri Sipil
(PNS) adalah menjamin terwujudnya nilai-nilai publik. Indikator nilai dasar akuntabilitas,
yaitu:

a. Kepemimpinan, Memberi contoh kepada orang lain, memiliki komitmen yang tinggi dalam
melakukan pekerjaan.
b. Transparansi, tujuannya mendorong komunikasi dan kerjasama, meningkatkan
akuntabilitas dalam keputusan-keputusan dan meningkatkan kepercayaan dan keyakinan
kepada pimpinan.
c. Integritas, kesesuaian antara perkataan dan tindakan.
d. Tanggungjawab, kewajiban dari individu atau lembaga terhadap setiap tindakan yang telah
dilakukan.
e. Keadilan, merupakan landasan utama dari akuntabilitas.
f. Kepercayaan, lingkungan akuntabel ada dari hal-hal yang dapat dipercaya.
g. Keseimbangan, kinerja yang baik harus disertai keseimbangan kapasitas sumber daya dan
keahlian yang dimiliki.
h. Kejelasan, mengetahui kewenangan, peran dan tanggung jawab, misi organisasi, kinerja
yang diharapkan organisasi.
i. Konsistensi, menjamin stabilitas untuk mencapai lingkungan yang akuntabel.
2. Nasionalisme

Nasionalisme adalah pemahaman mengenai nilai-nilai kebangsaan. Nasionalisme


memiliki pokok kekuatan dalam menilai kecintaan individu terhadap bangsanya. Salah satu
cara untuk menumbuhkan semangat nasionalisme adalah dengan menanamkan dan
mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Pengamalan nilai-nilai luhur yang terkandung didalamnya
oleh setiap penyelenggara negara, baik di pusat maupun di daerah.

Seorang PNS dituntut untuk memiliki perilaku mencintai tanah air Indonesia
(nasionalisme) dan mengedepankan kepentingan nasional. Nasionalisme merupakan salah
satu perwujudan dari fungsi PNS sebagai perekat dan pemersatu bangsa. Dalam menjalankan
tugas, seorang ASN senantiasa harus mengutamakan dan mementingkan persatuan dan
kesatuan bangsa. Kepentingan kelompok, individu, golongan harus disingkirkan demi
kepentingan yang lebih besar yaitu kepentingan bangsa dan Negara diatas segalanya.

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, PNS harus berpegang pada prinsip adil dan
netral. Adil dalam artian tidak boleh berperilaku diskriminatif serta harus obyektif, jujur,
transparan. Sementara bersikap netral adalah tidak memihak kepada salah satu kelompok atau
golongan yang ada. Dengan bersikap netral dan adil dalam melaksanakan tugasnya, PNS akan
mampu menciptakan kondisi yang aman, damai, dan tentram di lingkungan kerja dan
masyarakat sekitar.

3. Etika Publik

Etika Publik adalah refleksi tentang standar/norma yang menentukan baik atau buruk,
benar atau salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik dalam
rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan publik. Etika merupakan sistem penilaian
perilaku serta keyakinan untuk menentukan perbuatan yang pantas guna menjamin adanya
perlindungan hak-hak individu, mencakup cara-cara dalam pengambilan keputusan untuk
membantu membedakan hal-hal yang baik dan yang buruk serta mengarahkan apa yang
seharusnya dilakukan sesuai nilai-nilai yang dianut. Kode Etik adalah aturan-aturan yang
mengatur tingkah laku dalam suatu kelompok khusus, sudut pandangnya hanya ditujukan
pada hal-hal prinsip dalam bentuk ketentuan-ketentuan tertulis.

Nilai-nilai dasar etika publik sebagaimana tercantum dalam pasal 4 Undang-undang Nomor 5
Tahun 2014 tentang ASN, yakni:

a. Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila;


b. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia
1945 serta pemerintah yang sah;
c. Mengabdi kepada Negara dan rakyat Indonesia;
d. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak;
e. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian;
f. Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif;
g. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur;
h. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik;
i. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program pemerintah;
j. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat, berdaya
guna, berhasil guna, dan santun;
k. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi;
l. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama;
m. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai;
n. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan; dan
o. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai perangkat sistem
karir.

4. Komitmen Mutu

Komitmen mutu merupakan pemahaman konsep mengenai efektivitas, efisiensi,


inovasi, dan mutu penyelenggaraan pemerintah. Ekeftivitas merupakan sejauh mana sebuah
organisasi dapat mencapai tujuan yang ditetapkan. Sementara efisien merupakan jumlah
sumber daya yang digunakan untuk mencapai tujuan organisasi. Efisien ditentukan oleh
berapa banyak bahan baku, biaya, dan tenaga yang dibutuhkan untuk mencapai sebuah tujuan.
Dari kedua definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa karakterisitik utama yang dijadikan
dasar untuk mengukur tingkat efektivitas adalah ketercapaian target yang telah direncanakan,
baik dilihat dari capaian jumlah maupun mutu hasil kerja, sehingga dapat memberikan
kepuasan, sedangkan tingkat efisiensi diukur dari penghematan biaya, waktu, tenaga, dan
pikiran dalam menyelesaikan kegiatan. Sementara inovasi, muncul karena adanya dorongan
kebutuhan organisasi/perusahaan untuk beradaptasi dengan tuntutan perubahan yang terjadi
disekitarnya. Di sisi lain, mutu merupakan suatu kondisi dinamis berkaitan dengan produk,
jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang sesuai atau bahkan melebihi harapan konsumen
atau pengguna.

Nilai-nilai dasar komitmen mutu adalah efektivitas, efisiensi, inovasi, dan berorientasi pada
mutu.

a. Efektif (tepat sasaran) yaitu tingkat ketercapaian target yang telah direncanakan baik
menyangkut jumlah maupun mutu hasil kerja.
b. Efisien (tepat guna) yaitu tingkat ketepatan realisasi penggunaan sumber daya dan
bagaimana pekerjaan dilaksanakan sehingga tidak terjadi pemborosan sumber daya,
penyalahgunaan alokasi, penyimpangan prosedur, dan mekanisme yang keluar alur.
c. Inovatif yaitu perubahan yang diciptakan untuk mencapai keadaan yang lebih baik di masa
yang akan datang.
d. Berorientasi mutu yaitu setiap kegiatan atau program yang dilakukan diarahkan untuk
pencapaian standar mutu.
5. Anti Korupsi

Menurut Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999, korupsi adalah tindakan melawan


hukum dengan melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. Anti korupsi
dapat diidentifikasi ke dalam 9 (sembilan) nilai yang terdiri dari Nilai-nilai anti korupsi antara
lain:

a. Kejujuran
Kejujuran berasal dari kata jujur yang dapat di definisikan sebagai sebuah tindakan
maupun ucapan yang lurus, tidak berbohong dan tidak curang.
b. Kepedulian
Peduli adalah mengindahkan, memperhatikan dan menghiraukan. Rasa kepedulian dapat
dilakukan terhadap lingkungan sekitar.
c. Kemandirian
Mandiri berarti dapat berdiri di atas kaki sendiri, artinya tidak banyak bergantung kepada
orang lain dalam berbagai hal.
d. Kedisiplinan
Disiplin adalah ketaatan/kepatuhan kepada peraturan.
e. Tanggung Jawab
Tanggung Jawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatu.
f. Kerja keras
Kerja keras didasari dengan adanya kemauan di dalam kemauan terkandung ketekadan,
ketekunan, daya tahan, daya kerja, pendirian keberanian.
g. Kesederhanaan
Gaya hidup yang sederhana yaitu dibiasakan untuk tidak hidup boros.
h. Keberanian
Dapat diwujudkan dalam bentuk berani mengatakan dan membela kebenaran.
i. Keadilan
Adil adalah sama berat, tidak berat sebelah dan tidak memihak. Menempatkan segala
sesuatu pada tempatnya.

REFLEKSI NILAI-NILAI DASAR ASN DALAM MENJALANKAN TUGAS DAN


FUNGSI SEBAGAI ASN

Bentuk refleksi nilai-nilai dasar ASN dalam menjalankan tugas dan fungsi sebagai ASN dapat
dilihat pada link berikut:
https://youtu.be/xr1SymmEArg

Anda mungkin juga menyukai