BAB I
PENDAHULUAN
Penerimaan pajak merupakan kontribusi wajib dari orang pribadi maupun badan
kepada negara yang terutang dan bersifat memaksa berdasarkan undang-undang
perpajakan di indonesia. Pajak berpengaruh terhadap penerimaan negara, berbagai
jenis pajak yang dibebankan negara kepada wajib pajak diantaranya berupa pajak
bumi dan bangunan (PBB), pajak penghasilan (PPH), bea materai, bea masuk,
cukai, dan pajak ekspor.
Wajib Pajak menurut UU KUP adalah orang pribadi atau badan, meliputi
pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan
kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan. Kontribusi yang diharapkan dari wajib pajak sangat menentukan
berapa besar dan luas tingkat pembangunan yang akan dilakukan. Oleh karenanya
pemerintah terus menggenjot aparatur pajak agar dapat mencapai target yang telah
ditetapkan.
(1)
Tax amnesty merupakan program pengampunan pajak yang diberikan oleh
pemerintah kepada wajib pajak berupa penghapusan pajak yang seharusnya
terutang, penghapusan sanksi administrasi perpajakan, serta penghapusan dari
sanksi pidana di bidang perpajakan yang dimana wajib pajak diminta untuk
melaporkan harta yang diperolehnya di Tahun 2015 dan sebelumnya yang belum
dilaporkan dalam SPT dengan cara melunasi seluruh tunggakan pajak yang
dimiliki serta membayar uang tebusan. Adanya program ini dharapkan dapat
memberikan tambahan penerimaan pajak melalui pembayaran tunggakan pajak
oleh wajib pajak dan dari uang tebusan yang dibayarkan oleh wajib pajak yang
mengikuti program tersebut.
Dasar hukum pelaksanaan tax amnesty ini diatur dalam UU RI Nomor 11 Tahun
2016 tentang Pengampunan Pajak, PMK RI Nomor 118/PMK.03/2016 tentang
Pelaksanaan UU Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak, dan PMK
RI Nomor 141/PMK.03/2016 tentang perubahan atas PMK Nomor
118/PMK.03/2016 tentang Pelaksanaan UU Nomor 11 Tahun 2016 tentang
Pengampunan Pajak.
Pengampunan pajak atau tax amnesty ini sebenarnya pernah diterapkan Indonesia
yakni pada tahun 1964 melalui Penetapan Presiden No. 5 tahun 1964 dan pada
tahun 1984 melalui Keputusan Presiden (Kepres) No. 26 tahun 1984 tentang
Pengampunan Pajak dan Kepres No. 72 tahun 1984 tentang Perubahan Keputusan
Presiden No. 26 tahun 1984 tentang Pengampunan Pajak (Bagiada dan
Darmayasa, 2016). Pelaksanaan tax amnesty selama dua periode sebelumnya ini
dinilai tidak berjalan efektif. Kurangnya respons dari wajib pajak serta tidak
diikuti dengan reformasi sistem administrasi perpajakan secara menyeluruh
menyebabkan tidak berjalan efektifnya program tersebut.
(2)
Dari data yang diperoleh, realisasi penerimaan pajak oleh 341 kantor pajak sampai
dengan Bulan Juni 2016 rata-rata belum dapat memenuhi 50% dari target
penerimaan pajak yang ditentukan (Sumber: KPP Pratama Gorontalo). Hal ini
dapat disimpulkan bahwa penerimaan pajak untuk seluruh KPP se-Indonesia
belum dapat dikatakan efektif.
Layanan pajak online adalah sistem elektronik yang disediakan oleh direktorat
jendral pajak atau pihak lain yang ditunjuk oleh direktur jendral pajak yang
digunakan oleh wajib pajak untuk melakukan transaksi elektronik dengan
direktrorat jendral pajak meliputi DJP online dan penyedian layanan penyampaian
SPT elektronik. DJP merupakan instansi pemerintah setingkat eselon I di
lingkungan Kementerian Keuangan yang melaksanakan tugas di bidang
administrasi perpajakan. DJP berjalan dengan dibiayai APBN dengan arahnya
untuk mendapatkan penerimaan APBN dari penerimaan perpajakan. Penerimaan
perpajakan itu sendiri menjadi faktor penentu besarnya APBN di mana pajak
mengambil porsi lebih dari 70 persen komposisi APBN. Pentingnya penerimaan
pajak dalam menunjang APBN mengharuskan DJP untuk berkerja secara optimal
dalam menyelenggarakan tugas dan fungsinya, Layanan pajak online yang
disedian kan oleh DJP seperti e-filling, e-billing ,e-faktur,e-spt dan sebagainya.
Salah satu faktor menyebabkan penerimaan pajak yang sulit tercapai yaitu
kepatuhan wajib pajak yang rendah itu dibuktikan karena masyarakat selaku wajib
pajak lupa, atau bahkan mungkin mengabaikan kewajibannya untuk membayar
pajak, khususnya pajak penghasilan orang pribadi. Terlebih ditengah perubahan
pandangan masyarakat terhadap seluruh aspek penyelenggaraan pemerintahan,
serta berbagai situasi yang muncul serta memberikan kesan negatif terkait
masalah perpajakan (Aceng HM Fikri,2012)
Sanksi perpajakan merupakan pemberian sanksi bagi wajib pajak yang tidak
memenuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan yang berlaku.Terdapat undang-undang yang mengatur tentang
ketentuan umumdan tata cara perpajakan. Agar peraturan perpajakan dipatuhi,
maka harus adasanksi perpajakan bagi para pelanggarnya. Wajib pajak akan
memenuhikewajiban perpajakannya bila memandang bahwa sanksi perpajakan
akan lebih banyak merugikannya (Nugroho, 2006)
(3)
Berdasarkan latar belakang diatas maka masalah yang akan dirumuskan sebagai
berikut: (1) Apakah penerapan tax amnesty berpengaruh terhadap penerimaan
pajak? (2) Apakah pelayanan fiskus perpajakan berpengaruh terhadap
penerimanan pajak? (3) Apakah sanksi berpengaruh terhadap penerimaan pajak?.
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh penerapan tax
amnesty, pelayanan perpajakan, dan sanksi perpajakan terhdap penerimanan
pajak.
kebijakan tax amnesty yang diteliti adalah kebijakan yang dikeluarkan sesuai
undang-undang no 11 tahun 2016
tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara tax
amnesty, pelayanan perpajakan dan sanksi perpajakan terhadap penerima pejak
Dengan adanya penelitiaan ini diharapkan dapat memberi bahan evaluasi dalam
membantu penerapan tax amnesty kepada wp
c. Bagi penulis
Penelitian ini sebagai sarana untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam
penerapan teori-teori yang diperoleh di bangku perkuliahan dengan keadaan
sebenarnya yang terjadi dilapangan.
d. Bagi pembaca
Penelitian ini diharapkan mampu memberi informasi kepada public dan bisa
dijadikan bahan penelitian selanjutnya.
(5)
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.1 Pajak
A. Pengertian Pajak
Menurut Diana (2013:33) ada beberapa definisi pajak menurut para ahli antara
lain: menurut Rochmat pajak adalah iuran rakyat ke kas Negara berdasarkan
undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik
(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan digunakan untuk membayar
pengeluaran umum.
Jadi berdasarkan pengertian diatas, pajak adalah suatu kewajiban yang bersifat
memaksa orang pribadi atau badan untuk memberikan iuran pada kas Negara
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang diberlakukan oleh Negara dan
hanya digunakan untuk menutup pengeluaran umum Negara.
(6)
B. Jenis Pajak
Menurut Siti (2009:7), terdapat berbagai jenis pajak, yang dikelompokan menjadi
tiga yaitu: menurut golongan, menurut sifat dan menurut lembaga pemungutnya.
1) Menurut golongan
Berdasarkan golongan pajak dikelompokan menjadi dua yaitu: pajak langsung dan
pajak tidak langsung. Pajak langsung adalah pajak yang harus dipikul atau
ditanggung sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan
kepada orang lain atau pihak lain. Pajak harus menjadi beban Wajib Pajak yang
bersangkutan. Sedangkan pajak tidak langsung adalah pajak yang pada akhirnya
dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga. Pajak
tidak langsung dapat terjadi jika terdapat suatu kegiatan, peristiwa atau perbuatan
yang menyebabkan terutangnya pajak, misalnya terjadi penyerahan barang atau
jasa.
2) Menurut sifat
Berdasarkan sifatnya pajak dikelompokan menjadi dua, yaitu: pajak subjektif dan
pajak objektif. Pajak subjektif adalah pajak yang pengenaannya memerhatikan
keadaan pribadi Wajib Pajak atau pengenaan pajak yang memerhatikan
subjeknya. Sedangkan pajak objektif adalah pajak yang pengenaannya
memerhatikan objeknya baik berupa benda, keadaan, perbuatan, atau peristiwa
yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa memerhatikan
keadaan pribadi subjek pajak (Wajib Pajak) maupun tempat tinggal.
(7)
C. Subjek Pajak
subjek pajak adalah orang yang dituju oleh UU untuk dikenakan pajak. Subjek
pajak berkenaan dengan penghasilan yang diperolehnya dalam tahun pajak.
Sedangkan menurut Isroah (2012:33) yang menjadi subjek pajak antara lain:
1) Orang Pribadi
3) Badan
D. Objek Pajak
Latar belakang Tax Amnesty atau mengapa Indonesia perlu memberikan tax
amnesty kepada para pembayar pajak (wajib pajak) diantaranya yaitu:
Subjek Tax Amnesty adalah warga negara Indonesia baik yang ber NPWP
maupun tidak yang memiliki harta lain selain yang telah dilaporkan dalam SPT
Tahunan Pajak (warga negara yang pembayaran pajaknya selama ini masih belum
sesuai dengan kondisi nyata).
Objek Tax Amnesty adalah Harta yang dimiliki oleh Subjek Tax Amnesty, artinya
yang menjadi sasaran dari pembayaran uang tebusan adalah atas Harta baik itu
yang berada di dalam negeri maupun diluar negeri. Pengertian Tax Amnesty
secara umum saya jabarkan dalam tanya jawab tax amnesty dibawah ini.
A. Pengertian Pelayanan
1) Kesederhanaan
Kriteria ini mengandung arti adanya kejelasan dan kepastian mengenai prosedur
atau tatacara pelayanan, persyaratan pelayanan, unit kerja dan atau pejabat yang
berwenang dan bertanggungjawab dalam memberikan pelayanan, rincian biaya
pelayanan dan tatacara pembayarannya serta jadwal waktu penyelesaian
pelayanan.
3) Keamanan
Kriteria ini mengandung arti bahwa proses serta hasil pelayanan dapat memberi
rasa aman, kenyamanan, dan dapat memberikan kepastian hukum bagi
masyarakat.
4) Keterbukaan
Kriteria ini mengandung arti bahwa prosedur, tatacara, persyaratan, satuan kerja
atau pejabat penanggung jawab pemberi pelayanan, biaya atau tarif, serta hal-hal
yang berkaitan dengan proses pelayanan wajib diinformasikan secara terbuka agar
mudah diketahui dan dipahami oleh masyarakat.
5) Efisien
6) Ekonomis
Nilai barang dan atau jasa pelayanan masyarakat dan tidak menuntut biaya yang
terlalu tinggi di luar kewajaran. Kondisi dan kemampuan masyarakat untuk
membayar. Ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.
Kriteria ini mengandung arti bahwa cakupan atau jangkauan pelayanan harus
diusahakan seluas mungkin dengan distribusi yang merata dan diberlakukan
secara adil bagi seluruh lapisan masyarakat. 8) Ketepatan Waktu Kriteria ini
mengandung arti bahwa pelaksanaan pelayanan masyarakat dapat diselesaikan
dalam kurun waktu telah ditentukan.
1) Komitmen (commitment)
Pegawai pajak dapat dinilai bagaimana dia memberikan nasihat dan masukkan
kepada Wajib Pajak atau perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan perpajakan yang berlaku dan harus berkomitmen untuk membantu
Wajib Pajak dan klien pada waktu yang lama.
Pegawai Pajak harus memiliki kejujuran tetapi juga mempunyai integritas tinggi.
Kejujuran yaitu tidak melakukan kebohongan, tidak tepat janji, tidak tepat waktu.
Pegawai yang memiliki integritas tinggi adalah pegawai yang jujur dan dapat
diandalkan, sehingga pegawai juga harus mempunyai etika yang tinggi juga.
3) Pengetahuan (Knowledge)
Seorang konsultan pajak atau staf perpajakan diperoleh dari pendidikan formal,
yaitu sarjana ekonomi atau sarjana lainnya yang mengerti tentang peraturan dan
perundang-undangan perpajakan. Pengetahuan keuangan, masalah perpajakan,
maupun tentang akuntansi harus dimiliki oleh tax review.
(12)
4) Keahlian
Keahlian seorang konsultan pajak atau staf pajak adalah pengalaman, semakin
banyak pengalaman maka akan semakin tinggi tingkat keahliannya.
5) Komunikasi (communication)
Seorang konsultan atau pegawai pajak harus dapat berkomunikasi dengan jelas,
tepat dan win-win. Banyak kesalahpahaman yang terjadi karena tidak dapat
berkomunikasi dengan baik.
Dapat disimpulkan bahwa Pelayanan Pegawai Pajak adalah jasa yang diberikan
oleh pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama yogyakarta kepada masyarakat
dalam hal perpajakan. Pegawai pajak yang memberikan pelayanan kepada Wajib
Pajak harus bersikap dengan baik, bersikap komunikatif, memahami pelanggan,
serta memberikan pelayanan yang ramah dan memberikan rasa aman agar Wajib
Pajak merasa nyaman untuk melakukan pembayaran pajaknya. Pegawai Pajak
juga harus dapat dipercaya, terbuka, jujur, memberikan informasi dengan jelas,
dengan adil dan tepat waktu, dengan pelayanan yang diberikan tersebut maka
Wajib Pajak tidak akan merasa enggan atau lebih merasa senang untuk membayar
pajak pada Kantor Pelayanan Pajak yang ada. Pegawai Pajak juga harus memiliki
sikap komiten, berpengetahuan dengan baik, untuk membantu Wajib Pajak dan
kliennya, serta memiliki banyak pengalaman yang berkaitan dengan pajak.
Sanksi adalah suatu tindakan berupa hukuman yang diberikan kepada orang yang
melanggar peraturan. Peraturan atau undang-undang merupakan rambu-rambu
bagi seseorang untuk melakukan sesuatu mengenai apa yang harus dilakukan dan
apa yang seharusnya tidak dilakukan.
(13)
Pertama. Sanksi Administrasi yang terdiri dari: (1) Sanksi Administrasi berupa
denda. Sanksi denda adalah jenis saniksi yang paling banyak ditemukan dalam
Undang-Undang perpajakan.Terkait besarannya denda dapat ditetapkan sebesar
jumlah tertentu, presentasi dari jumlah tertentu, atau angka perkalian dari jumlah
tertentu. Pada sejumlah pelanggaran, sanksi denda ini akan ditambah dengan
sanksi pidana. (2) Sanksi Administrasi berupa bunga. Sanksi ini biasa dikenakan
atas pelanggaran yang menyebabkan utang pajak menjadi lebih besar.Jumlah
bunga dihitung berdasarkan presentasi tertentu dari suatu jumlah, mulai dari saat
bunga itu menjadi hak/kewajibansampai dengan saat diterima dibayarkan. (3)
Sanksi Administrasi berupa kenaikan. Sanksi ini bisa jadi sanksi yang paling
ditakuti oleh Wajib Pajak. Hal ini karena bila dikenakan sanksi tersebut, jumlah
pajak yang harus dibayar bias menjadi berlipat ganda. Sanksi berupa kenaikan
pada dasarnya dihitung dengan angka presentasi tertentu dari jumlah pajak yang
tidak kurang dibayar. Kedua. Sanksi Pidana yang terdiri dari: (1) pidana
kurungan. Sanksi ini biasa terjadi karena adanya tindak pidana yang dilakukan
karena kelalaian. Batas maksimum hukuman kurunga ialah 1 (satu) tahun,
pekerjaan yang harus dilakukan oleh para tahanan kurungan biasanya lebih sedikit
dan lebih ringan, selain di penjara negara, dalam kasus terentu diizinkan
menjalaninya di rumah sendiri dengan pengawasan yang berwajib, kebebasan
tahanan kurungan lebih banyak, pada dasarnya tidak ada pembagian atas kelas-
kelas, dan dapat menjadi pengganti hukuman denda. (2) pidana penjara. Sanksi ini
biasa terjadi karena adanya tindak pidana yang dilakukan dengan sengaja. Batas
maksimum penjara ialah seumur hidup, pekerjaan yang dilakukan oleh tahanan
penjara biasanya lebih banyak dan lebih berat, terhukum menjalani di gedung atau
di rumah penjara, kebebasan para tahanan penjara amat terbatas, dibagi atas
kelaskelas menurut kualitas dan kuantitas kejahatan dari yang tergolong berat
sampai dengan yang teringan, dan tidak dapat menjadi pengganti hukuman denda.
Ngadiman (2005).
(14)
Persentase total skor tanggapan responden atas variabel sanksi perpajakan sebesar
36,40% berada di antara interval 36-52%. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa sanksi perpajakan dalam kategori kurang baik/ buruk. Selanjutnya bila
dilihat berdasarkan indikator tampak bahwa persentase skor tanggapan responden
pada semua indikator berada pada interval 36-52% yang termasuk dalam kategori
kurang baik. Hal ini dapat disimpulkan sanksi perpajakan secara keseluruhan
berada pada kategori kurang baik. Perbedaan pada penelitian ini adalah tempat
dan waktu saat, dan lingkungan wajib pajak yang berbeda. Persamaan dari
penelitian ini yaitu terhadap penerimaan pajak melakukan penelitian tersebut serta
variabel Sanksi Perpajakan dan sama-sama menggunakan kuisioner.
Berdasarkan hasil dari uji variabel tax amnesty terhadap tingkat kepatuhan wajib
pajak diperoleh tingkat signifikansi 0,000 yang artinya lebih kecil dari 0,05.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tax amnesty berpengaruh positif terhadap
kepatuhan wajib pajak. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Ngadiman
dan Huslin (2015) yang menyatakan bahwatax amnestyberpengaruh positif
terhadap kepatuhan wajib pajak. Tax amnesty mampu mendorong masyarakat
untuk memulai kewajiban perpajakannya dengan benar melalui pengungkapan
seluruh harta yang belum dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh. Menurut
Pramushinta dan Siregar (2011) selain menghasilkan peningkatan penerimaan
pajak tax amnesty juga diharapkan mampu meningkatkan kepatuhan serta
efektivitas pembayaran karena daftar kekayaan wajib pajak semakin akurat setelah
mengikuti amnesti. Wajib pajak yang sebelumnya tidak patuh dengan mengikuti
program tax amnesty akan menjadi wajib pajak yang patuh. Dan untuk
membangun kepatuhan wajib pajak sukarela, setelah tax amnesty sebaiknya
dilakukan transparansi atas penggunaan uang pajak serta alokasinya yang harus
tepat sasaran dan berkeadilan (Ngadiman dan Huslin, 2015). Perbedaan dari
penelitian terdahulu yait: tertak pada variabel dan tempat peneltian. Persamaan
dari penelitian ini pada sama-sama ingin mengetahui betapa besar penggunaan tax
amnesty di indonesia.
(15)
(16)
Sanksi adalah suatu tindakan berupa hukuman yang diberikan kepada orang yang
melanggar peraturan. Peraturan atau undang-undang merupakan rambu-rambu
bagi seseorang untuk melakukan sesuatu mengenai apa yang harus dilakukan dan
apa yang seharusnya tidak dilakukan. Sanksi perpajakan ada berupa sanksi pidana
dan sanksi administrasi, jika peerintah bener benar dalam menetapkan sanksi ini
maka wp pajak akan patuh dalam membayar pajak yang berdampak pada
meningkat ya pendapatan pajak.
2.4 Hipotesis
BAB III
METODELOGI
Jenis penelitian ini bersifat kausal komparatif (causal comparative reaserch) yang
merupakan tipe penelitian dengan karakteristik masalah berupa hubungan sebab
akibat antara dua variabel atau lebih. Penelitian kausal komparatif ini juga
termasuk penelitian yang mengidentifikasikan fakta yang terjadi sebagai variabel
yang dipengaruhi dan melakukan penyelidikan terhadap variabel-variabel yang
mempengaruhi. Pendekatan penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif.
Variabel adalah apapun yang dapat membedakan atau membawa variasi pada
nilai. Nilai bisa berbeda pada berbagai waktu untuk objek atau orang yang sama,
atau pada waktu yang sama untuk objek atau orang yang berbeda. Ada pun
variabel dalam penelitian ini adalah:
(18)
Penerimanan pajak adalah Menurut Moh. Zain (2005) definisi Penerimaan pajak
merupakan gambaran partisispasi masyarakat dalam pembiayaan penyelenggaraan
pemerintah dan pembangunan Negara..apabila kontribusi penerimaan pajak
semakin besar terhadap pembangunan, hal tersebut berarti bahwa pajak yang telah
dipungut dari masyarakat akan dikembalikan secara tidak langsung kepada
masyarakat dalam bentuk penyediaan sarana dan prasaran publik, menyediakan
lapangan kerja, memberikan rasa aman dan nyaman.
tax amnesty Menurut "UU No 11 Tahun 2016 Tentang Pengampunan Pajak" Tax
Amnesty adalah penghapusan pajak yang seharusnya terutang, tidak dikenai
sanksi administrasi perpajakan dan sanksi pidana di bidang perpajakan, dengan
cara mengungkap Harta dan membayar Uang Tebusan sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang ini.
2) Pelayanan perpajakan
3) Sanksi perpajakan
Sanksi adalah suatu tindakan berupa hukuman yang diberikan kepada orang yang
melanggar peraturan. Peraturan atau undang-undang merupakan rambu-rambu
bagi seseorang untuk melakukan sesuatu mengenai apa yang harus dilakukan dan
apa yang seharusnya tidak dilakukan.
(19)
3.4.1 Populasi
3.4.2 Sampel
Menurut Sugiyono (2008:62) sampel adalah bagian dari jumlah dan karasteristik
populasi. Menurut Roscoe “Ukuran sampel yang layak digunakan dalam
penelitian adalah 30 sampai dengan 500, selain itu bila dalam penelitian akan
melakukan analisis dengan multivariat (korelasi atau regresi berganda), maka
jumlah anggota sampel minimal 10 kali jumlah variabel yang diteliti (roscoe
dalam Sugiyono, 2012: 129)
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling
insidental. Sampling insidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan
kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan atau insidental bertemu dengan
peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan
ditemui cocok sebagai sumber data. Penentuan jumlah sampel dalam penelitian
menggunakan pendapat Gay. Menurut Husein Umar (2011:79) pendapat Gay
menyatakan bahwa ukuran sampel yang dapat di terima berdasarkan pada desain
penelitian yang digunakan, dimana penelitian dengan metode deskriptif-
korelasional memiliki ukuran sampel minimal 30 subjek. Jumlah sampel pada
penelitian ini sebanyak 101 responden.
(20)
Jenis data yang diambil adalah data primer yaitu data yang diperoleh secara
lansung kepada responden. Dan pembagian kuesioner dilakukan peneliti kepada
wajib pajak di kkp pratama yogyakarta.
Instrumen dalam penelitian ini adalah berupa kuesioner atau angket yang berisi
pertanyaan untuk memperoleh informasi dari variabel yang diteliti. Angket yang
digunakan bersifat tertutup, karena responden hanya memilih jawaban yang sudah
tersedia dan diharapkan responden memilih jawaban dalam bentuk ceklist.
Jawaban yang akan diberikan yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju
(TS), Sangat Tidak Setuju (STS).
A. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi normal
atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki nilai residual yang
terdistribusi normal. Menurut Imam Ghozali (2011:160) Uji normalitas data
bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi berganda berdistribusi
normal atau tidak normal.
(21)
B. Uji Linearitas
C. Uji Multikolinearitas
D. Uji heteroskedastisitas
DAFTAR PUTAKA
Novita Sari. 2016. Prospek Tax Amnesty dalam Meningkatkan Penerimaan Pajak
dari Sudut Pandang Konsultan Pajak.
www.garutkab.go.id
www.lembagapajak.
(23)