PENGEMBANGANNYA
August 14, 2017 1 comment:
Di Sekolah Dasar (SD), kegiatan BK tidak diberikan oleh guru pembimbing secara
khusus seperti di jenjang pendidikan SMP dan SMA. Guru kelas harus menjalankan tugasnya
secara menyeluruh, baik tugas menyampaikan semua materi pelajaran (kecuali Agama dan
Penjaskes) dan memberikan layanan BK kepada semua siswa tanpa terkecuali.
Masalah-masalah yang dialami siswa dapat terjadi oleh berbagai sebab, baik yang
bersumber dari siswa itu sendiri maupun yang bersumber dari lingkungannya, maka dari itu
siswa perlu dibantu dalam hal mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya, baik masalah yang
dihadapi sekarang maupun masalah yang mungkin timbul pada masa yang akan datang. Sejalan
dengan sebab-sebab permasalahan tersebut. Kebutuhan bimbingan di SD bertolak dari upaya-
upaya berikut ini :
1. Membantu Murid Dalam Mewujudkan Tugas-tugas Perkembangannya.
Tugas perkembangan adalah suatu tugas yang timbul pada suatu masa tertentu dalam kehidupan
seseorang. Havighurst menyatakan ada sejumlah tugas perkembangan yang harus dilaksanakan
pada anak-anak tingkat SD (6-12), yaitu:
a. Mempelajari keterampilan-keterampilan fisik yang diperlukan untuk bermain.
b. Mengembangkan keseluruhan sikap terhadap diri sendiri sebagai organisme yang sedang
tumbuh.
c. Belajar bergaul denan teman-temannya.
d. Mengambangkan keterampilan-keterampilan dasar dalam membaca, menulis dan berhitung.
e. Mengembangkan konsep-konsep yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.
f. Mengembangkan kata hati dan norma-norma
g. Mendapatkan kebebasan pribadi
h. Mempelajari peranan sosial, baik sebagai wanita maupun pria
i. Mengembangkan sikap-sikap terhadap kelompok dan badan sosial.
Guru perlu memahami konsep-konsep tentang tugas-tugas perkembangan diatas. Dengan
memahami konsep tersebut, guru tidak saja dapat mencari dan menyatakan tujuan tujuan
pendidikan disekolah tetapi dapat melaksanakan pendidikan sesuai dengan tingkat kematangan,
kesiapan dan kebutuhan anak.
Secara umum tujuan bimbingan dan konseling di sekolah dasar adalah untuk membantu
para siswa agar dapat mencapai tahap perkembangan optimal. Secara akademis pelayanan ini
bertujuan agar setiap siswa memperoleh kesesuaian antara kemampuan dan jurusan (program
studi) yang dipilihnya dan dapat mencapai prestasi kerja secara optimal.
Secara khusus tujuan bimbingan dan konseling di sekolah dasar adalah untuk membantu
siswa agar dapat memenuhi tugas perkembangan yang meliputi aspek sosial, pendidikan, dan
karir sesuai dengan tuntutan lingkungan.
Di Sekolah Dasar, pelaksanaan program bimbingan berkaitan dengan enam aspek yang
idealnya dapat terpenuhi (Winkel, 1997: 160-161) yaitu:
1. Sebagai penjabaran dari tujuan pendidikan nasional bahwa pendidikan dasar memberikan bekal
kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota
masyarakat, warga negara dan anggota umat manusia serta mempersiapkan siswa untuk
mengikuti pendidikan menengah. Dalam Kurikulum Pendidikan Dasar, Landasan, Program dan
Pengembangan, pemberian bekal di SD lebih dikongkretkan sebagai “memberikan bekal
kemampuan dasar Baca-Tulis-Hitung, pengetahuan dan ketrampilan dasar yang bermanfaat bagi
siswa sesuai dengan tingkat perkembangannya serta mempersiapkan mereka untuk mengikuti
pendidikan di SMP”.
2. Kebutuhan pada anak sekolah, yang terutama berkisar antara kebutuhan mendapatkan kasih
sayang dan perhatian, menerima pengakuan terhadap dorongan untuk memajukan perkembangan
kognitifnya serta memperoleh pengakuan dan teman sebaya. Tugas-tugas perkembangan yang
dihadapi oleh siswa adalah, antara lain mengatur beraneka kegiatan belajarnya dengan bersikap
tanggungjawab, bertingkah laku dengan cara yang dapat diterima oleh keluarga dan teman-teman
sebayanya, cepat mengembangkan bekal kemampuan dasar dalam membaca, menulis dan
berhitung, mengembangkan kesadaran moral berdasarkan nilai-nilai kehidupan dengan
membentuk kata hati. Beban yang harus dipikul oleh siswa di sekolah adalah mendalami bahan
kajian dan pelajaran tentang Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama, Pendidikan
Kewarganegaraan, bahasa Indonesia, membaca dan menulis, Matematika (termasuk berhitung),
Sains atau IPA, IPS, Seni Budaya dan Ketrampilan, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan serta
berbagai muatan lokal seperti Bahasa Daerah, Bahasa Inggris dan lain sebagainya. Di samping
itu sekolah menyelenggarakan sejumlah kegiatan ekstrakurikuler, berupa kegiatan pengayaan,
kegiatan perbaikan serta kegiatan untuk lebih memantapkan kepribadian seperti kepramukaan
dan berbagai jenis olahraga.
3. Pola dasar bimbingan yang dipegang adalah pola generalis. Ini berarti bahwa semua tenaga
kependidikan yang lazimnya terdapat di jenjang pendidikan dasar dilibatkan walaupun mungkin
tersedia satu atau dua tenaga profesional di bidang bimbingan.
4. Komponen bimbingan yang diprioritaskan ialah pengumpulan data, pemberian informasi dan
konsultasi. Pengumpulan data meliputi beberapa hal yang pokok seperti kemampuan belajar
siswa dan latar belakang keluarga. Pemberian informasi meliputi perkenalan dengan sejumlah
bidang pekerjaan yang relevan unuk siswa-siswi di daerah tertentu, pengetahuan tentang cara
bergaul yang baik dan beberapa patokan dasar untuk menjaga kesehatan mental. Konsultasi
diberikan oleh guru kelas kepada orangtua siswa dan oleh tenaga bimbingan profesional kepada
guru-guru yang membutuhkan. Konseling dipegang oleh seorang ahli bimbingan profesional.
5. Bentuk bimbingan yang kerap digunakan ialah bimbingan kelompok. Sifat bimbingan yang
mencolok ialah sifat perseveratif dan preventif sehingga siswa dapat memiliki taraf kesehatan
mental yang wajar. Sifat korektif akan muncul apabila terjadi kasus penyimpangan dari laju
perkembangan normal yang biasanya berkaitan erat dengan situasi keluarga. Ragam bimbingan
yang mendapat urutan pertama adalah pribadi-sosial, sedangkan ragam akademik dan ragam
jabatan atau karier mendapat urutan yang kedua dan ketiga.
6. Tenaga yang memegang peranan kunci bimbingan di Sekolah Dasar saat ini adalah guru kelas,
yang mengumpulkan data tentang siswa dan menyisipkan banyak materi informasi dalam
pengajaran. Namun kadang-kadang diadakan kegiatan bimbingan secara khusus seperti
sosiodrama dan diskusi kelompok. Koordinasi seluruh kegiatan bimbingan dapat dipegang oleh
Kepala Sekolah. Namun lebih baik kalau diangkat seorang tenaga bimbingan profesional yang
bertugas sebagai koordinator.
B. Ketentuan
1. Di dalam kurikulum 1975 buku III C untuk SD, SMP, dan SMA telah dilakukan secara
operasional pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah demikian pula dalam kurikulum
pendidikan menengah kejuruan 1976 buku III D
2. Menurut SK Menpan no 26 tahun 1989 Surat Edaran Bersama Mendikbud dan Kepala BAKN
tanggal 15 Agustus 1989 serta Surat Edaran Mendikbud tanggal 5 juli 1990 terdapat guru BP
dengan latar belakang yang berbeda-beda:
a. Guru kelas sekaligus sebagai guru BP
b. Guru bidang studi yang merangkap guru BP
c. Guru BP yang merangkap sebagai guru bidang studi
d. Guru BP yang dengan latar pendidikan no BP
e. Kepala Sekolah yang sekurang-kurangnya membimbing 40 siswa.
f. Guru yang memiliki minor BP
g. Guru BP yang memiliki ijasah BP
Mengingat latar belakang yang berbeda-beda seperti tersebut diatas, maka akan mengahadapi
berbagai hambatan dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah.
3. PP NO 28/1990 tentang pendidikan dasar
Bab X : Bimbingan
Pasal 25
Ayat 1 : bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya
menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan
Ayat 2 : bimbingan diberikan oleh guru pembimbing
Ayat 3 : pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (2) diatur oleh menteri
4. Pada perkembangan selanjutnya, bimbingan dan konseling di sekolah dasar tampaknya lebih
menekankan pada bimbingan belajar dan karir. Dalam Kurikulum Pendidikan Dasar 1994/1995,
dikemukakan bahwa perencanaan program bimbingan belajar dan bimbingan karir ditekankan
pada upaya bimbingan belajar tentang cara belajar, memahami dunia kerja dan mengembangkan
kemampuan untuk membuat perencanaan serta kemampuan untuk mengambil keputusan.
5. Diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada tahun 2006 semakin
memperkokoh kedudukan bimbingan dan konseling di sekolah, mulai dari jenjang SD/MI hingga
SMA/SMK. Sebab, di dalam KTSP tersebut masih menegaskan keberadaan bimbingan dan
konseling dan perlu adanya layanan bimbingan dan konseling di sekolah dasar untuk mendorong
perkembangan pribadi peserta didik.
6. Menurut Depdiknas (2008) konselor dapat berperan serta secara produktif dijenjang sekolah
dasar dengan memposisikan diri sebagai konselor kunjung yang membantu guru sekolah dasar
mengatasi perilaku siswa yang menggangu (disruptive behavior), antara lain dengan
pendekatan direct behavior consultation. Setiap gugus sekolah dasar diangkat 2 atau 3 konselor
untuk memberikan pelayanan bimbingan dan konseling.
7. Permendikbud RI Nomor 81A Tahun 2013 lampiran IV bagian VIII
Pelaksanaan BK pada SD/MI/SDLB
a. Guru kelas sebagai pelaksana pelayanan BK di SD/MI/SDLB melaksanakan layanan orientasi,
informasi, penempatan dan penyaluran, dan penguasaan konten dengan cara menginfusikan
materi layanan BK tersebut ke dalam pembelajaran mata pelajaran. Untuk siswa kelas IV, V dan
VI dapat diselenggarakan layanan BK perorangan, bimbingan kelompok, dan konseling
kelompok
b. Pada satu SD/MI/SDLB/ atau sejumlah SD/MI/SDLB dapat diangkat seorang guru BK atau
Konselor untuk menyelenggarakan pelayanan BK
DAFTAR PUSTAKA
Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN). 2013. Panduan Umum Pelayanan
Bimbingan dan Konseling
Prayitno. 1999. Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta :
Rineka Cipta
Prayitno, (1999) Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Rineke Cipta.
W.S. Winkel. 1997. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan