Anda di halaman 1dari 3

Nama : Difa Asyifia Alfani

NPM : 044118422

Kelas : Humas 2

TUGAS 1 ANTI KORUPSI

Banyak orang yang mengacu pada orde baru sebagai era


dimana korupsi, kolusi, dan nepotisme merajalela. Era reformasi
adalah waktu dimana korupsi semakin diberantas. Namun bila kita
memperhatikan lebih dalam, perilaku yang kita anggap sebagai
korupsi ternyata sudah berlangsung lama bahkan jauh sebelum
Indonesia ada sebagai Negara.

Ada era sebelum kolonialisme, sistem feodalisme


memberikan seorang raja kekuasaan penuh atas tanah dan
manusia dikerajaannya. Namun, seorang raja tidak dapat
mengatur semua tanah yang ada, maka dari itu ia memberikan
hak pengelola tanah tersebut kepada para bangsawan lokal yang
kemudian akan menunjuk kepala desa untuk mengatur
masyarakat sekitar. Kepala desa juga berperan dalam memungut
pajak serta sebagian besar hasil tanah yang dikerjakan
masyarakat awam. Tak jarang seseorang dengan status yang
lebih rendah memberikan hadiah dan persembahan yang melebihi
dari seharusnya kepada mereka dengan status yang lebih tinggi.
Dengan harapan untuk mendapatkan hubungan yang lebih dekat
dan kenaikan status. Mungkin hal ini terdengar seperti suap, tetapi
pada masa ini korupsi yang seperti kita ketahui sekarang bukanlah
hal yang dianggap buruk bahkan merupakan sebuah norma
masyarakat. Lagipula para penguasa tidak perlu bertanggung
jawab akan penggunaan kekayaan kerajaan pada masyarakat
melainkan hanya pada atasannya atau raja.

Dengan kedatangan belanda, sistem feodelisme ini terus


semakin diperkuat. Alih-alih melakukan seluruh kerajaan di
nusantara, belanda cenderung menjalin kerjasama dengan
mereka. Pertama, raja dapat memberikan sepetak tanah untuk
dikelola oleh pihak asing dimana raja akan mendapatkan bagian
dari hasil yang dikelola. Kedua, raja juga dapat menaikan pajak
yang dipungut di masyarakat untuk dibagikan ke pihak asing
dengan ganti hadiah-hadiah lain dari mereka. Dengan sistem ini
berlangsung bertahun-tahun para penguasa dapat mengumpulkan
kekayaan yang tak sedikit. Hidup bermewah-mewahan meskipun
masyarakat biasa hanya hidup seadanya. Perusahaan belanda
seperti VOC dapat merauk kekayaan yang melewati gabungan
antara Microsoft, Apple, dan facebook.

Ketika memproklamirkan kemerdekaannya, Indonesia justru


dihadapi dengan tantangan politik yang lebih besar. Untuk
pertama kalinya terjadi vacum kekuasaan di Indonesia setelah
ditinggalkan oleh belanda. Soekarno pun diharuskan menggalang
persatuan dan mencegah disintegrasi bangsa Indonesia dari
gerakan separatis yang hendak mendirikan Negara sendiri atau
menentang pemerintahan pusat. Hanya saja menggalang
persatuan memerlukan kesetiaan politik yang didapatkan melalui
sebuah transaksi.

Dalam konteks kemerdekaan Indonesia, ada 2 tipe penjual


diindonesia. “Coercive Entrepreneur” yaitu mereka yang dapat
memobilisasi kekuatan fisik untuk mengadakan perlawanan dan
“Vote Back” yaitu mereka yang dapat menggalang masyarakat
untuk mendukung sebuah kebijakan atau pemimpin tertentu.
Akibatnya korupsi menjadi praktik yang dilembagakan. Memang
kesadaran akan bahaya korupsi dan pentingnya pemerintahan
yang bersih sudah dipikirkan oleh para pendiri bangsa. Namun,
korupsi merupakan sebuah hal yang terpaksa dilakukan.
Soekarno kemudian digantikan oleh Soeharto. Namun pola relasi
ini justru masih bertahan, yang membedakannya dengan
soekarno adalah soeharto mendasari praktik ini dengan tujuan
pembangunan dan kestabilan nasional. Untuk menjaga
kekuasaannya, Soeharto menggunakan kombinasi antara koersi
bagi mereka yang menentangnya, namun juga imbalan bagi yang
setia. Demi melakukan pembangunan pemerintah memberikan
hak khusus dari segi pinjaman , hak tanah, dan hak impor bagi
sekelompok krooni untuk melebarkan bisnis mereka. Tak jarang
keuangan Negara digunakan untuk kepentingan pribadi dari
Soeharto maupun koloninya.

Anda mungkin juga menyukai