Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH MENINGITIS

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu UAS Matkul


Keperawatan Anak 1

Dosen Pengampu :

Ns. Nanang Saprudin S.Kep.,M.Kep

DISUSUN OLEH :

Nama : Renaldi Purnama

NIM : CKR0190032

Program Study : S1-Keperawatan (Kelas A)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN

Jl.Lkr.Bayuning No.2,Kadugede, Kabupaten Kuningan Jawa Barat


45561
Telp (0232) 875 847 Fax (0232) 875 123
Website : stikku.ac.id Email : info@stikkeskuningan.ac.id
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah
memberikan rahmat dan hidayahnya serta kesempatan kepada saya sehingga saya
dapat menyelesaikan Makalah ini tepat pada waktunya, Sebagai Pengganti UAS
dari mata kuliah Keperawatan Anak 1.
Tidak lupa kepada dosen pembimbing , Bapak Ns. Nanang Saprudin
S.Kep.,M.Kep yang telah membimbing serta mengajarkan , sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini tentu masih banyak kekurangannya, maka dari itu, saya
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi penyempurnaan makalah ini.
Penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembacanya terutama bagi mahasiswa dan penyusun dalam membantu proses
pembelajaran.

Kuningan, 3 Juli 2020

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG


Anak merupakan generasi penerus yang akan mewarisi kepemimpinan di
bidang kebangsaan, keagamaan dan kenegaraan. Anak perlu dididik dan di
rawat dengan sebaik-baiknya dalam keluarga, agar anak berguna bagi bangsa,
negara dan agama (Fitriana, 2017). Menurut UU RI Nomor 23 Tahun 2002
tentang perlindungan anak, pengertian anak adalah seseorang yang belum
berusia 18 tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan. Anak
mengalami fase pertumbuhan dan perkembangan pada anak (Kementerian
Kesehatan RI, 2014). Salah satu penyakit yang sering terjadi pada anak
adalah penyakit infeksi, sampai saat ini di negara sedang berkembang dan
negara maju penyakit infeksi merupakan masalah medis yang sangat penting
karena menyebabkan angka kematian yang cukup tinggi (Ahmad Aniq Nor
Mutsaqoh, 2015).
Infeksi SSP (Sistem Saraf Pusat) pada anak dapat mengakibatkan
morbiditas dan mortalitas yang besar jika tidak terdeteksi maupun tidak
tertangani secara tepat. Salah satu penyakit infeksi SSP yang terjadi pada
anak adalah meningitis, yang disebutkan bahwa meningitis menduduki urutan
ke-10 dalam penyebab kematian akibat infeksi yang ada pada tiap negara
(WHO, 2015).
Meningitis merupakan peradangan pada meningen yaitu membran yang
melindungi otak dan cairan serebrospinal. Meningitis dapat disebabkan oleh
virus, bakteri, infeksi parasit dan obat-obatan tertentu. Meningitis bakterial
merupakan SSP (Sistem Saraf Pusat) yang paling berat dan sering masih
menjadi masalah kesehatan di dunia yang mematikan dan menyebabkan
gangguan neurologis permanen di kemudian hari (Boyles dkk, 2014).
Gejala penyakit meningitis biasanya didahului komplikasi SSP, misalnya
edema otak, hidrosefalus, abses otak, yang mempengaruhi vaskularisasi
serebrovaskular disertai dengan satu atau lebih gejala kaku kuduk, penurunan
kesadaran, tanda Kernig atau Brudzinski dan peradangan selaput otak yang
ditandai dengan demam dengan awitan akut dengan suhu (>38,5ºC rektal atau
38ºC aksilar) (Muriana Novariani, 2008).
Menurut penelitian Zeeshan dkk yang telah dilakukan di Rumah Sakit
Anak-Anak Lahore, Pakistan pada Januari 2014 sampai 2016 didapatkan hasil
penelitian yaitu 175 anak-anak terdiagnosis meningitis bakterial akut. Kasus
meningitis yang terjadi pada anak terdapat 175 kasus, diantaranya 102 (58%)
kasus meningitis yang terjadi pada anak laki-laki dan 73 (42%) kasus
meningitis yang terjadi pada anak perempuan. Kasus meningitis, sebagian
besar yang terjadi pada anak-anak yang berusia kurang dari 5 tahun yaitu
terjadi sebanyak 138 (79%) kasus dan usia lebih dari 10 tahun sebanyak 37
(21%) kasus (Zeeshan,Bari, 2018).
Menurut penelitian Djaja dkk, prevalensi kasus meningitis di Indonesia
berdasarkan laporan Balitbangkes (2008) di Indonesia, meningitis merupakan
penyebab kematian pada semua umur dengan urutan ke 17 yaitu 0,8% setelah
malaria. Meningitis merupakan penyakit menular pada semua umur dengan
proporsi 3,2%, sedangkan proporsi meningitis sebagai penyebab kematian
bayi umur 29 hari – 11 bulan dengan urutan ketiga yaitu 9,3%, setelah diare
31,4% dan pneumonia 23,8%. Proporsi meningitis penyebab kematian pada
umur 1-4 tahun yaitu 8,8% dan merupakan urutan ke – 4 setelah Necroticans
Entero Colitis (NEC) yaitu 10,7% (Simanullang & Sarumpaet, 2014).
Kemudian pada tahun 2012 proporsi meningitis sebagai penyebab kematian
post neonatal 929 hari – 11 bulan berada pada urutan ke – 7 dengan proporsi
3,5% dan anak balita 1-4 tahun berada pada urutan ke – 5 dengan proporsi
4,5% (Djaja & dkk, 2014).

I.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan masalah diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai “Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Anak Meningitis”.

I.3 TUJUAN PENELITIAN


I.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran asuhan keperawatan pada anak meningitis.
I.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengobservasi data mayor dan data minor anak meningitis
2. Mengobservasi diagnosa keperawatan anak meningitis
3. Mengobservasi intervensi keperawatan anak meningitis
4. Mengobservasi implementasi keperawatan anak meningitis
5. Mengobservasi evaluasi respon pasien anak meningitis

I.4 MANFAAT PENELITIAN


I.4.1 Manfaat Teoritis
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan mengembangkan
pengetahuan bagi tenaga kesehatan khususnya perawatan mengenai
gambaran asuhan keperawatan pada anak meningitis.
2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar untuk penelitian
lebih lanjut yang terkait dengan asuhan keperawatan pada anak meningitis.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Meningitis
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan
serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada
sistem saraf pusat (Suriadi & Rita Yuliani 2006). Pengertian lain juga
menyebutkan bahwa meningitis adalah inflamasi arakhnoid dan pia mater
yang mengenai CSS (Cairan Serebro Spinal). Infeksi menyebar ke
subarachnoid dari otak dan medula spinalis biasanya dari ventrikel
(Batticaca, Fransisca, 2008).
Istilah meningitis yang secara lengkap merupakan istilah bagi meninges
mengikokus adalah infeki pada selaput yang menyelimuti otak dan
sumsum tulang belakang .Radang lapisan otak dan urat saraf pusat
belakang (spinal card) dengan melibatkan sistem motoric dan juga
mental.Bisa disebabkan oleh sebagian bakteri, virus, atau mikoorganisme
lainnya. Bentuk yang amat serius disebabkan oleh organisme yang disebut
menigococcus
Bakteri-bakteri ini biasa muncul dalam manusia tanpa menimbulkan
efek atau penyakit apapun, atau bisa juga menyebabkan penyakit yang
serius. Bila menigococcus mencapai otak atau urat saraf tulang belakang
akan timbul radang yang serius atau meningitis. Jika tidak diobati,
penyakit ini akan berakibat fatal. Pada kasus yang ada jika selamat dari
kematian, maka akan menjadi cacat seperti tuli dan lumpuh.
Dapat disimpulkan bahwa meningitis adalah suatu reaksi yang terjadi
dari peradangan yang terjadi akibat infeksi karena bakteri, virus, maupun
jamur pada selaput otak (araknoidea dan piamater) yang ditandai dengan
adanya sel darah putih dalam cairan serebrospinal dan menyebabkan
perubahan pada struktur otak.
B. Etiologi
Terdapat beberapa penyebab yang terjadi pada masalah meningitis yaitu
bakteri, faktor predisposisi, faktor maternal, dan faktor imunologi.
Menurut (Suriadi & Rita Yuliani 2006) penyebab meningitis antara lain
a. Bakteri : Haemophilus influenza (tipe B), streptococcus pneumonia,
Neisseria meningitis, hemolytic streptococcus, staphylococcus aureu, e.
Coli
b. Faktor predisposisi : jenis kelamin laki-laki lebih sering dibandingkan
dengan wanita
c. Faktor maternal : ruptur membrane fetal, infeksi maternal pada minggu
terakhir kehamilan
d. Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi
immunoglobulin, anak yang mendapat obat obat imunosupresi
e. Anak dengan kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang
berhubungan dengan sistem persarafan
C. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala Meningitis pada anak anak : demam tinggi, sakit
kepala, muntah yang diikuti dengan perubahan sensori, kejang, halusinasi
terstimuli dan teragitasi, fotofobia, delirium, halusinasi, perilaku agresif
atau maniak, stupor, koma kaku kuduk, opositotonus. Tanda kernig dan
brudzinski positif, reflex fisiologis hiperaktif ptechiae atau pruritus
(menunjukan adanya infeksi meningococcal).
D. Patofisiologi
Meningitis terjadi akibat dari penyebaran penyakit di organ atau
jaringan tubuh yang lain. Virus atau bakteri menyebar secara hematogen
sampai ke selaput otak, misalnya penyakit Faringitis, Tonsilitis,
Pneumonia, dan Bronchopneumonia. Masuknya organisme melalui sel
darah merah pada blood brain barrier. Penyebaran organisme bisa terjadi
akibat prosedur pembedahan, pecahnya abses serebral atau kelainan sistem
saraf pusat. Otorrhea atau rhinorrhea akibat fraktur dasar tengkorak yang
dapat menimbulkan meningitis, dimana terjadinya hubungan antara CSF
(Cerebro-spinal Fluid) dan dunia luar. Penumpukan pada CSF akan
bertambah dan mengganggu aliran CSF di sekitar otak dan medulla
spinalis. Mikroorganisme masuk ke susunan saraf pusat melalui ruang
pada subarachnoid sehingga menimbulkan respon peradangan seperti pada
via, arachnoid, CSF, dan ventrikel. Efek peradangan yang di sebabkan
oleh mikroorganisme meningitis yang mensekresi toksik dan terjadilah
toksekmia, sehingga terjadi peningkatan suhu oleh hipotalamus yang
menyebabkan suhu tubuh meningkat atau terjadinya hipertermi (Suriadi &
Rita Yuliani 2001)
Infeksi mikroorganisme terutama bakteri dari tonsil, bronkus, saluran
cerna. Diotak mikoorganisme berkembang biak membentuk koloni.
Toksik yang dihasilan oleh mikoorganisme melalui hematogen sampai ke
hipotalamus.Volume pustula yang semakin meningkat dapat
mengakibatkan peningkatan intracranial. Desakan tersebut dapat
meningkatkan rangsangan di korteks serebri yang terdapat pusat
pengaturan sistem gastrointestinal sehingga merangsang munculnya
muntah dengan cepat, juga dapat terjadi gangguan pusat persnafasan.
Peningkatan Intrakanial juga dapat berdampak pada munculnya fase
eksitasi yang terlalu cepat pada neuron sehingga memunculkan
kejang.Respon saraf juga tidak bisa berlangsung secara kondusif, ini yang
secara klinis dapat memunculkan respon patologis pada jaringan tersebut
seeperti munculnya tanda Kernig dan Brudinsky. Untuk lebih jelas bisa
dilihat pada pathway berikut

Anda mungkin juga menyukai