2. Apabila dalam melakukan diagnosis prenatal dan dinyatakan bahwa bayi dalam
kandungan terkena Thalasemia, maka bagaimana intervensi keperawatan yang harus
dilakukan? (Afni Wulandari)
Jawaban: (Pitria Kusuma Devi)
Intervensi tidak bisa sembarang dilakukan, harus dilakukan terlebih dahulu proses
pengkajian dan perumusan diagnosis dengan hati-hati. Ketika bayi dalam kandungan
dinyatakan menderita Thalasemia hal yang harus dilakukan adalah:
Konsultasi dengan ahli (Tenaga Kesehatan).
Pemeriksaan rutin tiap bulan.
Perhatikan gizi selama kehamilan.
Hindari stress.
Transfusi darah harus dipertimbangkan jika ada tanda anemia.
3. Apa dampak Thalasemia yang diderita saat hamil bagi sang ibu? (Cindiani Pratiwi)
Jawaban: (Nanda Juniar Istiandari)
Wanita hamil dengan Thalasemia beresiko mengalami anemia, terkena diabetes tipe 1,
beresiko mengalami keguguran, preklamsia, janin kecil, hambatan pertumbuhan janin,
dan harus transfusi darah secara rutin.
4. Kenapa transfusi darah dari orang yang donor darah ke penerima bisa mengalami
komplikasi? (Eca Amelia)
Jawaban: (Raeisya Azriliyani)
Komplikasi bisa terjadi misalnya seseorang yang akan mendonorkan darah
sebenarnya menderita HIV, Hepatitis B, dan Hepatitis C. Namun, karena kelalaian
pemeriksaan sebelum transfusi darah ia tak terdeteksi mengalaminya. Maka, terdapat
kemungkinan orang yang menerima transfusi darah bisa terjangkit penyakit sama
yang berasal dari pendonor darah.
4. Pemeriksaan penujang bagian no.4 ada uji latihan, pertanyaannya maksud dari uji
latihannya itu seperti apa ? ( Refina Yunita Kelas B )
Jawaban : ( Winda Aprianti )
Uji Latih Jantung (ULJ) menggunakan treadmill atau ergometer sepeda yang
dilengkapi dengan pemantauan EKG 12 sandapan merupakan metode diagnostik
lanjutan yang dipertimbangkan bagi pasien dengan probabilitas pretes terhadap
penyakit jantung koroner stabil antara 15%-65%.
ULJ dapat memicu munculnya kelainan pada EKG yang bersifat diagnostik untuk
PJK seperti depresi segmen ST ≥ 0,1 mV yang berdurasi 0,06-0,08 detik dan
didahului titik J pada satu atau lebih sandapan. Namun, pemeriksaan semacam ini
sangat dibatasi oleh kemampuan pasien khususnya bagi mereka yang memiliki
masalah muskuloskeletal maupun penyakit non jantung yang mempengaruhi
tercapainya titik lelah. Alternatif terhadap hal ini adalah penggunaan uji latih yang
dipicu secara farmakologis. [6,34]
Sementara itu, ULJ juga bermanfaat dalam menilai efikasi terapi farmakologis
maupun revaskularisasi serta menentukan peresepan latihan fisik yang aman setelah
gejala angina terkendali. Untuk tujuan tersebut, ULJ dilakukan ketika pasien sedang
mendapat pengobatan agar performa fisik dan pengendalian iskemia dapat dinilai.