Anda di halaman 1dari 23

KELOMPOK 13

Tutorial 2
kasus
Tn.P usia 55 tahun datang ke IGD RSPB dengan
keluhan dada berdebar-debar sejak 3 hari yang
lalu. Pasien sempat mengalami keluhan serupa
sebulan yang lalu. Namun membaik setelah pasien
istirahat di rumah seharian.
keyword

1. Laki-laki Tn.P, 55 tahun.


2. Keluhan dada berdebar-debar sejak 3 hari
yang lalu.
3. Keluhan serupa sebulan yang lalu.
4. Membaik setelah istirahat.
problem

Tn.P, 55 tahun, datang ke IGD RSPBA dengan


keluhan dada berdebar-debar sejak 3
bulan yang lalu.
dd

1. Takikardi
2. Supra Ventricular Tachycardia
3. Angina pektoris
More info
Pem. Fisik :
- VS = TD : 130/90 mmHg
Nadi : 150x/menit
RR : 24x/menit
T : 36⁰C
- status generalisata: DBN
Pem. Penunjang:
- EKG : SVT
HIPOTESA

Tn.P, 55 tahun, datang ke IGD RSPBA dengan keluhan


dada berdebar-debar sejak 3 bulan yang lalu
dikarenakan Supraventricular Tachycardia.
Don’t know
1. Klasifikasi SVT
2. Definisi SVT
3. Etiologi SVT
4. Gejala SVT
5. Faktor resiko SVT
6. Patofisiologi SVT
7. Epidemiologi SVT
8. Kompikasi SVT
9. Pem. Fisik dan penunjang SVT
10. Tatalaksana SVT
11. Prognosis SVT
12. Edukasi SVT
13. Interpretasi EKG
14. Jenis irama jantung
Learning issue
1. Klasifikasi SVT
2. Definisi svt
Supraventricular tachycardia (SVT) merupakan aritmia kardiak yang muncul
dari adanya eksitasi pada nodus sinoatrial (SA), jaringan atrium, jaras tambahan, dan
area perbatasan antara atrium dan ventrikel (junctional area). Hal ini disebabkan oleh
adanya kelainan jaringan pada berkas His atau jaringan lain pada bagian proksimalnya
yang menyebabkan jalur penjalaran eksitasi yang abnormal. SVT merupakan aritmia
dengan jenis terbanyak
SUMBER : Page, R.L., et al., 2015 ACC/AHA/HRS Guideline for the Management of
Adult Patients With Supraventricular Tachycardia. A Report of the American College of
Cardiology/American Heart Association Task Force on Clinical Practice Guidelines and
the Heart Rhythm Society, 2016. 67(13): p. e27-e115.
3. Etiologi svt
Etiologi supraventricular tachycardia terdiri dari gangguan konduksi normal
jantung, peningkatan tekanan pada jantung, kelainan struktur kongenital, penggunaan
obat, serta gaya hidup.
Gangguan Konduksi Normal Jantung
Penyakit jantung seperti penyakit jantung iskemia dan hipertrofi jantung dapat
menyebabkan perubahan jalur konduksi normal dan fisiologis konduksi jantung
sehingga menyebabkan supraventricular tachycardia.
SUMBER : Patti, L. and W. Gossman. Rhythm, Tachycardia, Supraventricular (SVT).
StatPearls 2018; Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441972/?report=classic.
4. Gejala svt
1. Pusing atau pening.
2. Berkeringat.
3. Nadi di leher terasa berdenyut kencang.
4. Pingsan.
5. Nyeri dada.
6. Sesak napas.
7. Merasa kelelahan.
8. Detak jantung SVT bisa mencapai 140 hingga 250 kali per menit,
sangat tinggi bila dibandingkan detak jantung yang normal 60-100
kali per menit.
5. Faktor resiko svt
1. Memiliki penyakit jantung atau setelah menjalani operasi jantung. Penyakit jantung
tersebut dapat berupa penyakit jantung koroner, penyakit katup jantung.
2. Menderita kondisi medis lain, seperti gangguan hormon tiroid, diabetes.
3. Kelelahan fisik.
4. Mengalami kegelisahan atau stres.
5. Menyalahgunakan NAPZA atau merokok.
6. Bayi, anak-anak, serta wanita (terutama wanita hamil).
7. Mengonsumsi obat dan suplemen. Beberapa jenis obat dan suplemen dapat
memicu terjadinya SVT antara lain: digoxin untuk gagal jantung, teofilin untuk asma,
antialergi untuk pilek (ephedrine, pesudophedrine, phenylephrine).
8. Terlalu banyak mengonsumsi kafein atau alkohol.
6. Patofisiologi svt
Patofisiologi supraventricular tachycardia pada prinsipnya terdiri dari
gangguan otomatisasi, adanya aktivitas pemicu, serta reentry. Pada
jantung normal, eksitasi diawali pada nodus sinoatrial (SA), yang
kemudian diteruskan melalui jaringan atrium menuju ke nodus AV.
Pada nodus AV, sinyal listrik ditunda selama 0,1 detik untuk memberi
waktu pada atrium untuk berkontraksi dan memompa jantung ke
ventrikel. Selanjutnya nodus AV akan meneruskan sinyal listrik ke
berkas His dan sistem Purkinje pada ventrikel hingga akhirnya akan
terjadi kontraksi ventrikel. Proses konduksi normal ini akan terganggu
pada supraventricular tachycardia melalui 3 mekanisme: gangguan
otomatisasi, mekanisme reentry, dan aktivitas pemicu.
SUMBER : Patti, L. and W. Gossman. Rhythm, Tachycardia,
Supraventricular (SVT). StatPearls 2018; Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441972/?report=classic.
7. Epidemiologi pdf
Perempuan memiliki risiko TSV dua kali lebih tinggi dibandingkan pria,
dan individu usia >65 tahun memiliki risiko TSV >5 kali lebih sering daripada
orang muda.2 Prevalensi TSV di Pusat Jantung Nasional Harapan Kita berkisar
9% dari seluruh pasien aritmia dan 1,26%-1,42% dari seluruh jumlah kunjungan
rumah sakit.3 Sampai saat ini data prevalensi TSV pada populasi umum di
Indonesia belum diketahui.
SUMBER : Pedoman Tatalaksana Takiaritmia Supraventrikular (TaSuV) Sunu
Budhi Raharjo, Yoga Yuniadi, Muzakkir, Ignatius Yansen, Dian Andina Munawar,
Dony Yugo Hermanto Indonesian Journal Pf Cardiology Indonesian J Cardiol.
2017;38:109-50 ISSN 0126/3773
8. Komplikasi svt

- Komplikasi pada pembuluh darah : hematoma, pseudoaneurisma arteri,


perdarahan, stroke.
- Komplikasi pada jantung: infark miokard akut, atrioventricular block (AV block), gagal
jantung, sinkop, fibrilasi ventrikel, tachycardia-mediated cardiomyopathy.
-Kematian
SUMBER : Patti, L. and W. Gossman. Rhythm, Tachycardia, Supraventricular (SVT).
StatPearls 2018; Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441972/?report=classic.
9. Pemeriksaan fisik &
1.
2.
Elektrokardiografi
Holter monitoring
penunjang
3. Implantable loop recorder
4. Stress test
5. Tes & pemetaan EKG
6. Tes meja miring
7. Katerisasi jantung
8. Tes darah
9. Tes urin
Page, R.L., et al., 2015 ACC/AHA/HRS Guideline for the Management of Adult Patients
With Supraventricular Tachycardia. A Report of the American College of
Cardiology/American Heart Association Task Force on Clinical Practice Guidelines
and the Heart Rhythm Society, 2016. 67(13): p. e27-e115.
10. Tatalaksana svt
Langkah awal yang harus dilakukan adalah melakukan perekaman EKG
12 sadapan untuk menegakkan diagnosis dan mengetahui mekanisme
takiaritmianya. Algoritme berikut ini akan membantu untuk menegakkan
diagnosis pasien takikardia dengan QRS sempit.
Tatalaksana fase akut ditujukan untuk mengatasi keadaan kegawatan
hemodinamik, konversi aritmia, dan menghilangkan gejala klinis. Tatalaksana
TSV lanjutan dapat berupa terapi definitif seperti ablasi radiofrekuensi atau
berupa terapi rumatan. Terapi definitif TSV adalah modalitas terapi yang dapat
menyembuhkan TSV secara tuntas. Tatalaksana TSV lanjutan harus
mempertimbangkan beberapa faktor, meliputi kondisi klinis (frekuensi, durasi
TSV, dan simtom lain yang berkaitan) dan preferensi pasien.
SUMBER : Pedoman Tatalaksana Takiaritmia Supraventrikular (TaSuV) Sunu
Budhi Raharjo, Yoga Yuniadi, Muzakkir, Ignatius Yansen, Dian Andina Munawar,
Dony Yugo Hermanto Indonesian Journal Pf Cardiology Indonesian J Cardiol.
2017;38:109-50 ISSN 0126/3773
11. Prognosis svt
Prognosis pasien dengan supraventricular tachycardia cenderung baik. Prognosis
memburuk jika ditemukan gambaran EKG berupa sindrom Wolff-Parkinson-White
(WPW) yang meningkatkan risiko kematian mendadak.

SUMBER : Patti, L. and W. Gossman. Rhythm, Tachycardia, Supraventricular (SVT).


StatPearls 2018; Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441972/?report=classic.
12. Edukasi svt
1. Menerapkan pola makan yang sehat.
2. Pastikan cukup beristirahat.
3. Mengurangi konsumsi kafein atau alkohol.
4. Berhenti merokok .
5. Berhati-hati saat mengonsumsi obat-obatan yang dapat memicu percepatan detak
jantung. Contohnya, obat bebas untuk batuk pilek bisa memicu percepatan detak
jantung. Selain itu penyalahgunaan kokain atau methamphetamine juga dapat
menimbulkan SVT.
6. Mempertahankan berat badan ideal.
7. Mengelola stres dengan baik.
13. Interpretasi ekg
14. Jenis irama jantung
- Sinus Bradikardia : irama sinus yang kurang dari 60 kali per menit.
- Blok Sinoatrial : keadaan dimana pembentukan impuls di nodus sinus masih
normal tapi impuls dari nodus sinus tidak dapat mencapai atrium secara
lengkap
- Sinus Aritmia : irama sinus menjadi lebih cepat pada waktu inspirasi dan
menjadi lebih lambat pada waktu ekspirasi.
- Sinus Takikardia : irama sinus yang lebih cepat dari 100 kali per menit.
SUMBER : BUKU AJAR ILMU PENYAKIT DALAM EDISI KEENAM JILID 1, 2015.

Anda mungkin juga menyukai