Anda di halaman 1dari 36

SUPRAVENTRICULAR

TACHYCARDI (SVT)
Anggi Yudhi Lestari Norita Margaretta
Anindya Kirana Rosalina
Dyah Tri Handayani Sri Lestari
Meliyana
DEFINISI SUPRAVENTRICULAR TACHYCARDI
(SVT)
▪ Takikardia supraventrikuler atau supraventricular tachycardia (SVT) merupakan
salah satu jenis dari gangguan irama jantung yang sering dijumpai pada kasus
kegawatdaruratan kardiovaskuler .
▪ SVT sendiri didefinisikan sebagai istilah yang digunakan untuk menggambarkan
takikardia (atrial dan/atau ventrikuler) dengan laju lebih dari 100 kpm saat
istirahat yang mekanismenya melibatkan jaringan yang berasal dari berkas HIS
atau diatasnya
(PERKI, 2017).
▪ Menurut Timby & Smith (2010), SVT ialah

“ gangguan irama jantung dimana denyut


jantung memiliki ritme yang konsisten,
tetapi dapat berakibat fatal jika ritme
semakin cepat (lebih dari 150 kpm).
Keadaan tersebut dapat menyebabkan
penurunan curah jantung pada titik yang
sangat rendah dan gagal jantung dapat
terjadi, terutama pada klien yang memiliki
riwayat jantung sebelumnya.
Klasifikasi Supraventricular Tachycardia

(Kowalak et. al., 2012)


TANDA DAN GEJALA SVT

▪ Palpitasi ▪ Kelelahan

▪ Dizziness ▪ Diaforesis

▪ Sesak nafas ▪ Mual

▪ Nyeri dada
Patofisiologis SVT

▪ Konsekuensi dari SVT adalah penurunan


waktu diastole berhubungan dengan
takikardia. Penurunan diastole
membatasi waktu pengisian ventrikel
sehingga dapat menurunkan cardiac
output.
▪ Arteri koroner juga diisi saat diastole sehingga

“ penurunan diastole dapat berpontensi menyebabkan

tidak adekuatnya perfusi koroner. Selain itu kontraksi

ventrikel yang cepat meningkatkan beban kerja dan

kebutuhan oksigen jantung. Sehingga pasien dengan

Heart Rate yang sangat cepat dapat merasakan dan

memperlihatkan tanda dan gejala penurunan cardiac

output. (ENA, 2013)


Seorang perempuan berusia 26 tahun mengeluh
jantungnya berdebar-debar sangat cepat yang

“ dialami sejak 2 jam lalu sebelum masuk RS.


Pasien juga mengeluh pusing dan merasa seperti
akan pingsan. Hasil pemeriksaan menunjukkan
pasien tampak gelisah, berkeringan dingin,
frekuensi napas 28 x/menit, frekuensi nadi 180
x/menit reguler, TD 112/72 mmHg, tidak tampak
distensi vena jugularis, pada auskultasi jantung
terdengar berdetak cepat dan tidak terdengar
bunyi jantung tambahan. Hasil chest x-ray
menunjukkan lapang paru bersih dan ukuran
jantung normal. Pasien mengalami keluhan seperti
ini sekitar 2 tahun yang lalu, namun hanya
berlangsung beberapa menit. 
Hasil Rekaman EKG Tampak Gambaran EKG Sebagai Berikut:

Jarak kotak besar P-P atau R-R = 300


Jarak kotak kecil P-P atau R-R = 1500
Pada aritmia yang diamati R-R 🡪 R pada 30 kotak besar x 10
Maka pada gambar 🡺 jumlah R pada 30 kotak besar berjumlah 19,
selanjutnya HR = 19 x 10 = 190 x/menit.
Triase Australia (Australian Triage System/ATS)
(Australasian College for Emergency Medicine, 2016)
Triase Australia (Australian Triage System/ATS)
(Australasian College for Emergency Medicine, 2016)

Kategori 2: resiko mengancam jiwa atau menimbulkan penurunan


tanda vital. Berdasarkan kasus di atas, keluhan pasien yaitu dada
berdebar kencang, HR > 150 bpm dengan gambaran EKG SVT.
2.

Triase Kanada (Canadian Triage
Acuity System/ CTAS, 2017)

Triage level 2 (Emergent) à dada


berdebar dengan takikardi 180 bpm
3. Triase Amerika serikat
(Emergency Severity Index/ESI)
(Gilboy, Tanabe, Travers, & Rosenau, 2020)

Sesuai algoritma dari ESI, maka


status pasien masuk ke dalam
level 3 yaitu karena pasien di
perlukan pemeriksaan 2
penunjang, yaitu EKG dan chest
x-ray.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

RONTGEN
EKG
THORAX

MONITOR
LAB DARAH
HOLTER
Dalam menganamnesa pasien dengan SVT, klinisi harus mengetahui
durasi dan frekuensi episode SVT, onsetnya, penyakit jantung
sebelumnya dan hal – hal yang dapat memicu terjadinya SVT. Hal –
hal Assessment
yang dapatprimer
memicu SVT adalah
dan sekunder alkohol,
pada pasien kafein,
serangan SVT pergerakan
yang tiba – tiba, stress emosional, kelelahan dan obat – obatan.

Gambaran ini dapat membedakan supraventrikular takikardi dengan


takiaritmia lainnya. Supraventrikular takikardi memiliki onset dan
terminasi palpitasi yang tiba – tiba, sedangkan sinus takikardi
memiliki onset yang mengalami percepatan ataupun perlambatan
secara bertahap. Dengan adanya gejala yang khas pada anamnese
yaitu onset yang tiba – tiba, cepat, palpitasi yang reguler, dapat
ditegakkan diagnosis supraventrikular takikardi tanpa dibutuhkannya
pemeriksaan EKG berulang.
1. Pengkajian Primer
Merujuk pada kasus, maka didapatkan pengkajian primer sebagai berikut :
a. Airway
Jalan napas tidak terganggu, suara paru bersih tidak ada wheezing
maupun ronkhi
b. Breathing
Frekuensi napas 28 x/menit. Pengembangan dada simetris.
d. Circulation
Frekuensi nadi 180 x/menit, tidak terlihat peningkatan JVP, pada
auskultasi jantung terdengar berdetak cepat dan tidak terdengar bunyi
jantung tambahan.
e. Disability

Level of consciousness à Alert. GCS 15, pupil refleks terhadap cahaya.


Ekstermitas dapat di gerakkan.

f. Exposure

Suhu 36,7 0C, tidak ada tanda-tanda trauma maupun perdarahan.


1. Pengkajian sekunder
a. Full set of vital sign

Tanda-tanda vital: TD 112/72 mmHg, nadi teraba cepat dengan


frekuensi 180 x/menit, frekuensi napas 28 x/menit. Hasil
pemeriksaan EKG à SVT, pemeriksaan chest x-ray dengan hasil
lapang paru bersih dan ukuran jantung normal

b. Give comfort measures

Mengeluh jantungnya berdebar-debar sangat cepat yang dialami


sejak 2 jam lalu sebelum masuk RS. Pasien juga mengeluh pusing
dan merasa seperti akan pingsan. Hasil pemeriksaan menunjukkan
pasien tampak gelisah, berkeringan dingin
c. History and head-to-toe assessment
1) History
Pasien mengatakan 2 jam sebelum masuk RS jantungnya berdebar-debar sangat
cepat. Pasien mengalami keluhan seperti ini sekitar 2 tahun yang lalu, namun
hanya berlangsung beberapa menit.
2) Pemeriksaan fisik
a) Kulit
Tidak tampak adanya sianosis, turgor kulit baik (kurang dari 2 detik)
b) Kepala dan wajah
Tidak terlihat lesi ataupun benjolan, rambut kuat dan bersih. Tidak terlihat
ekskresi cairan pada telinga dan hidung
c) Leher
Warna sama dengan kulit lain, integritas kulit baik, bentuk simetris, tidak ada
peningkatan JVP
d) Dada
Tidak terlihat jejas, warna kulit sama dengan bagian tubuh lain, tidak ada
penggunaan otot tambahan ketika bernapas, pada saat di auskultasi paru tidak
ditemukan adanya wheezing atau ronkhi, pengembangan dada simetris. Tidak ada
suara tambahan pada auskultasi jantung.
e) Perut
Tidak teraba penonjolan disemua kuadran, warna kulit sama seperti bagian tubuh
lain,
f) Ekstremitas
Tidak terdapat deformitas ataupun krepitasi pada ekstermitas atas dan bawah,
pulsasi semua arteri perifer teraba.
g) Neurologis
GCS : 15, pupil isokor, fungsi saraf kranial tidak terganggu.
Penatalaksanaan farmakologis dan
non farmakologis pada penderita
SVT dan algortima SVT
“ A. Lidokain

B. Β Blocker
Farmakologis ( propanolol,
metoprolol

C. Adenosin.
A. Manuver vagal
Non
Farmakologis b. Manuver valsava
C. Modified
valsava
Algoritma
Masalah Keperawatan

REFERENSI

▪ Emergency Nurses Association (2010). Sheehy’s Emergency Nursing, Principles and Practice
(6th ed.). St. Louis: Mosby Elsevier
▪ Cydulka, R.K., Cline, D.M., Ma, O.J., et al (2018). Tintinalli’s Emergency Medicine Manual (8th
ed). New York: McGraw Hill Education
▪ Australasian College for Emergency Medicine, 1–8. Retrieved from https://
▪ Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan medikal: Manajemen klinis untuk hasil yang
diharapkan buku 3 (8th ed.). Singapura: Penerbit Salemba Medika.
▪ Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., & Murr, A. C. (2014). Nursing care plans (9th ed.).
Philadelphia: F. A. Davis Company.
▪ Australasian College for Emergency Medicine. (2016). Guideline on The Implementation of The
ATS. Australasian College for Emergency Medicine, 1–8. Retrieved from https://Black, J. M., &
Hawks, J. H. (2014). Keperawatan medikal: Manajemen klinis untuk hasil yang diharapkan buku
3 (8th ed.). Singapura: Penerbit Salemba Medika.
▪ Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., & Murr, A. C. (2014). Nursing care plans (9th ed.).
Philadelphia: F. A. Davis Company.
▪ Gilboy, N., Tanabe, P., Travers, D., & Rosenau, A. M. (2020). Emergency severity index: A triage
tool for emergency departement care (2020th ed.). Schaumburg: Emergency Nurses Association.

Anda mungkin juga menyukai