Anda di halaman 1dari 30

Analisis Kolaborasi Interprofesi

di Lantai 7 Zona B
Pembimbing: Dr. Kuntarti, S.Kp., M.Biomed

Kelompok:
1. Astri Jumiari
2. Dina Lestari
3. Rose Nirwana Handayani
4. Shania Puti Azalia
5. Novita Rahmah
6. Sari Nabila
Pengertian kolaborasi interprofesi

Kolaborasi interprofesional
adalah suatu kolaborasi
internal yang terjadi bagi
pelayan kesehatan dengan
latar belakang pendidikan
yang berbeda yang dapat
mendukung pelayanan
kesehatan dalam mencapai
kesehatan serta keselamatan
pasien (Christiana, 2019).
1. Meningkatkan pelayanan kesehatan kepada pasien
ataupun untuk menunjang keberlangsungan profesi antar
sesama tenaga kesehatan.

Tujuan 2. Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas


dengan menggabungkan keahlian unik antar professional
interkolaborasi 3. Dapat memaksimalkan produktivitas serta efektifitas
(Juniasti, dan efesiensi sumber daya tenaga kesehatan

2019).
Masalah yang Mungkin Muncul
dalam Kolaborasi dan
Kerjasama Tim Kesehatan
• Kurang pengetahuan dan apresiasi
peran professional lain
Organisasi • Masalah hukum ruang lingkup dan
Masalah tanggung jawab praktik antar profesi

dalam
Kolaborasi • Kurangnya tujuan bersama yang jelas
• Kurangnya mekanisme bertukar
dan Tim informasi antar profesi
• Sikap apatis tim
Kerjasama
Tim • Enggan menerima saran
Kesehatan • Kurang percaya
Individu • Terbiasa memikul tanggung jawab
sendiri

(O’Daniel & Alan, 2012)


Cara Mengatasi Masalah

Menyepakati filosofi
Mengembangkan
tujuan bersama yang Menghormati
komitmen terhadap Belajar tentang profesi
berpusat pada perawatan keterampilan dan
tujuan bersama dari lain;
primer pasien/klien dan pengetahuan orang lain;
kolaborasi;
masyarakat;

Membangun mekanisme
Membangun sikap positif Mengembangkan Bersedia berbagi untuk negosiasi dan
tentang profesinya kepercayaan antar tanggung jawab untuk negosiasi ulang tujuan
sendiri; anggota; perawatan pasien/klien; dan peran dari waktu ke
waktu;

Menetapkan metode
Bersedia bekerja terus
untuk menyelesaikan
menerus untuk mengatasi
konflik antara anggota
hambatan.
tim; dan

(O’Daniel & Alan, 2012)


Peran Profesional Pemberi
Asuhan (PPA)
Profesional Pemberi Asuhan (PPA)

• Profesional pemberi asuhan  (PPA) adalah tim interdisiplin yang terdiri dari dokter, gizi,
farmasi, perawat, yang memberikan asuhan kepada pasien (Komisi akreditasi rumah sakit,
2017)
• Peran PPA yaitu menfasilitasi pemenuhan kebutuhan asuhan pasien,  mengoptimalkan
terlaksananya pelayanan berfokus pada pasien, komunikasi  dan koordinasi, edukasi dan
advokasi, kendali mutu dan biaya pelayanan pasien (Komisi akreditasi rumah sakit, 2017)
• PPA bekerja sebagai tim interdisiplin dengan kolaborasi interprofesional, menggunakan alur
klinis/clinical pathway, perencanaan pemulangan pasien terintegrasi/integrated discharge
planning
Peran Dokter
• Dokter sebagai penanggung jawab pelayanan (DPJP ) sebagai
pimpinan  klinis /ketua tim PPA (clinical leader)
• DPJP sebagai ketua tim PPA melakukan evaluasi/review berkala dan
verifikasi harian untuk menjaga terlaksananya asuhan terintegrasi
dan membuat notasi sesuai dengan kebutuhan. Penting bagi tim
medis sebagai clinical leader untuk dapat memberikan penjelasan
terkait dengan penyakit pasien (GonçalvesBradley, Lannin, Clemson,
Cameron, & Shepperd, 2016).
• Perkembangan tiap pasien dievaluasi berkala dan dibuat notasi pada
CPPT oleh DPJP sesuai dengan kebutuhan dan diverifikasi harian
oleh DPJP
• Memberikan discharge planning 
• Menyusun asuhan, melakukan koordinasi, review dan
megintegrasikan asuhan pasien
• Sebagai motor integrasi asuhan di rumah sakit
Peran Perawat
 Peran coordinator  yaitu mengarahkan, merencanakan, serta
mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan dapat
terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien
 Kolaborator yaitu perawat bekerja melalui tim kesehatan lain
berupaya mengiidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan
termasuk diskusi atau tukar pendapat
 Konsultan yaitu tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan
keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran in dilakukan atas
permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan keperawatan
yang diberikan
 Peneliti yaitu mengadakan perencanaan, kerjasama, dan perubahan
yang sistematis dan terarah dengan metode pemberian  pelayanan
keperawatan

(Sufyannur, 2018 )
Lanjutan...
 Pemberi asuhan (care giver) yaitu perawat merawat pasien
dan memenuhi kebutuhan dasarnya dalam pemulihan dan
penyembuhan pasien, sehngga hubungan dan interaksi antara
perawat dan pasien akan sangat menentukan terhadap
kualitas pelayanan di rumah sakit.
 Edukator yaitu pemberi informasi tentang keadaan pasien
dan rencana tidakan yang akan diberikan .
 Advokat yaitu ketika perawat mendampingi pasien ketika
dokter memberikan informasi, perawat memastikan keluarga
mendapatkan informasi tentang  pemeirksaan, memfasilitasi
saat keluarga pasien meminta informasi tentang
perkembangan penyakit, bertanggung jawab melindungi hak
pasien terhadap penyimpangan penyalahgunaan obat

(Sufyannur, 2018 )
Peran Ahli Gizi
• Melaksanakan pengkajian status gizi pasien bekerja sama
dengan anggota team interdisiplin untuk koordinasi
perawatan (contoh : kemampuan menelan dalam kasus
pasien dengan disfagia, mengkonsultasikan interaksi
obat dan makanan
• Melengkapi pengkajian fisik yang berfokus pada gizi
• Menerapkan proses asuhan gizi terstandar
• Menyediakan medical nutrition therapy
• Menyediakan konseling gizi
• Mengevaluasi dan memberikan konseling gizi genomik,
interaksi genetis diet dan penyakit
• Mengatur pelayanan gizi
• Merekomendasikan intervensi dalam protokol untuk
memenuhi kebutuhan energi dan gizi pasien
Peran Apoteker

• Rekomendasi dosis dan administrasi


• Panduan untuk pengobatan
• Indikasi yang diterima dan off-label indication, interaksi
obat, dan duplikasi
• Pengoptimasian terapi obat dan penentuan keputusan
bersama yang mengacu pada disiplin ilmu dari masing-
masing tenaga kesehatan hingga memberikan pelayanan
pasien yang komprehensif dan maksimal
Masalah yang Mungkin Muncul dalam Kolaborasi

Adanya ketidaksinambungan
Terdapat kendala adanya
antara pendokumentasian
kekurangan fasilitas dalam
yang dilakukan oleh dokter
pencatatan CPPT dengan
maupun ahli gizi (dietisien)
sistem EHR
dengan catatan perawat

Kurangnya komunikasi
dalam pelaksanaan
Banyaknya form yang harus
intervensi yang akan
diisi sehingga dalam
dilakukan, sehingga kurang
pelaksanaannya menjadi
adanya kolaborasi dan kerja
kurang terintegrasi
sama tim kesehatan d
ruangan
Peran PP atau Karu saat ada masalah
dalam kolaborasi
 Dalam konteks kerja dan organisasi sebuah institusi kesehatan dijalankan oleh tim multiprofesional dimana
menangani berbagai macam prosedur pelayanan pasien.
 Dalam hal ini, tim terdiri dari berbagai macam profesi dimana bertanggung jawab atas tugas dan kewajiban
yang berbeda pula. Etika kerja yang kolaboratif dapat menciptakan suasana damai di tempat kerja.

• Kolaborasi tidak bisa terbentuk dengan sendirinya dalam sebuah organisasi


• Jika terjadi masalah dalam kolaborasi, PP atau karu dapat menjalankan peran sebagai Kolaborator yaitu
perawat bekerja melalui tim kesehatan lain berupaya mengiidentifikasi pelayanan keperawatan yang
diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat
Analisis
Masalah dan
Peran PPA Pasien:
Ny. IR (44 tahun), NRM 453-95-91 dengan
diagnosa medis : Anemia gravis ec
metomenorhagia et trombositopenia
berat, Bisitopenia ec anemia aplastic dd
leukemia dd MDS, AUB ec trombositopenia
Klien masuk IGD 09 Juni 2021 jam 12.57, dengan keluhan badan
lemas sejak 1 hari SMRS, klien mengatakan sudah menstruasi sudah
13 hari, perdarahan banyak, dalam satu hari bisa ganti pembalut 5-6
kali, pembalut terisi penuh, terdapat gumpalan-gumpalan darah
Deskripsi yang besar ketika menstruasi. Klien sejak 2 bulan lalu mengeluh
Kasus nyeri seluruh tubuh terutama di daerah punggung. Sejak 1 bulan
lalu, pasien rutin berobat di poli hematologi RSCM.
Klien masuk ruang rawat inap 13 Juni 2021 jam 07.00. Keluhan yang
dirasakan klien tanggal 15 Juni 2021 jam 08.00 badan masih terasa lemas,
perdarahan di pampers masih ada gumpalan darah besar, nyeri punggung
dirasakan berkurang. Klien telah dilakukan BMP tanggal 14 Juni 2021, saat
ini klien dianjurkan untuk bed rest.
 Pemeriksaan tanda vital: TD: 117/ 68 mmHg, FN: 100 x/m, FP: 18 x/m, S:
36.9 c, SpO2: 99% (O2 NK 3lpm), CRT <2 detik
 Pemeriksaan fisik:
Mata: konjungtiva pucat, sklera tidak ikterik
Leher: JVP 5+2 cmH2O, KGB tidak teraba membesar
Paru: vesikuler bilateral, ronkhi dan wheezing tidak ada
Jantung: S1 S2 reguler, murmur dan gallop tidak ada
Abdomen: supel, bising usus positif, nyeri tekan negative
Ekstremitas: akral hangat, CRT <2 detik
 Pemeriksaan penunjang:
Laboratorium tanggal 14 Juni 2021 jam 00:42, Hb: 4.0 g/dl, Tr: 19.000.
PPA Peran
Dokter IPD - IPD memiliki peran sebagai DPJP utama dan pemimpin
klinis
- Melakukan evaluasi perkembangan pasien harinya
(kesadaran, perdarahan, nyeri)
- Merumuskan diagnosis medis (Anemia gravis ec
metomenorhagia et trombositopenia berat, Bisitopenia
ec anemia aplastic dd leukemia dd MDS) Memberikan
tata laksana medis (Asam traneksamat 3 x 500 mg IV,
transfusi PRC, transfusi TC)
- Melakukan kolaborasi dengan Ners, Obsgyn, Dietisien,
Apoteker, dan Laboran

Peran PPA Dokter Obsgyn • Obsgyn memiliki peran sebagai partner IPD dalam rawat
bersama pasien dengan adanya masalah ginekologi
• Melakukan evaluasi perkembangan pasien (sesuai
indikasi)
• Merumuskan diagnosis medis (AUB ec trombositopenia)
• Memberikan tata laksana medis (Estradiol 2x4 mg PO)
• Melakukan kolaborasi dengan IPD, Ners, Dietisien,
Apoteker, dan Laboran
Peran PPA
PPA Peran
Ners PPJA berperan dalam melaksanakan asuhan keperawatan mandiri
maupun kolaborasi meliputi:
- Melakukan pengkajian (pemeriksaan TTV, kesadaran dan keadaan
umum, karakteristik perdarahan, karakteristik nyeri)
- Menetapkan diagnosis keperawatan (ketidakefektifan perfusi jaringan
perifer, perdarahan, nyeri akut)
- Merumuskan perencanaan (mandiri: mengkaji banyaknya perdarahan,
menganjurkan bedrest, mengkaji nyeri, mengatur posisi
klien,meningkatkan kenyamanan klien selama bedrest)
- Melakukan intervensi: (mandiri: manajemen perdarahan per vaginam,
manajemen nyeri non farmakologi, kolaborasi: pemberian analgetik,
terapi anti perdarahan, pemberian produk darah)
- Monitor dan evaluasi (kadar hemoglobin, nilai trombosit, perdarahan
secara klinis, tingkat nyeri dan kontrol nyeri klien
- Disamping sebagai caregiver, Ners juga berperan menjadi edukator,
advokat, dan melakukan kolaborasi dengan DPJP IPD, Obsgyn,
Dietisien, Apoteker, Laboran, dan UPTD Bank Darah
Peran PPA
PPA Peran
Dietisien • Melakukan pengkajian nutrisi (Antropometri, biokimia, kemampuan
menghabiskan diet, menghitung kebutuhan energi, kebutuhan protein)
• Menetapkan diagnosis gizi (Asupan energi tidak adekuat berkaitan
dengan nafsu makan kurang ditandai oleh asupan energi 25%
kebutuhan)
• Melakukan intervensi (menentukan kebutuhan energi harian 1500 kkal,
menentukan kebutuhan protein 54gr, menentukan jenis diet tinggi
protein, menentukan jenis makanan: lauk pauk lunak 1150 kkal + ekstra
lauk hewan 2 penukar + MC 3X100 ml, frekuensi makan utama 3x
sehari, dan selingan makan 3x
- Monitor dan evaluasi asupan makan harian
- Berkolaborasi dengan dokter terkait diet
PPA Peran
Apoteker - Melakukan pengkajian riwayat penggunaan obat rutin SMRS dan
alergi obat
- Mengecek kesesuaian resep obat dengan indikasi
- Mencatat ketersediaan obat
- Kolaborasi dengan dokter terkait dosis obat dan perawat terkai
pemberian obat

Peran PPA
Laboran • Melihat kesesuaian oder pemeriksaan laboratorium dengan diagnosa
medis klien
• Mengambil sampel darah untuk pemeriksaan diagnostic
• Memeriksa sampel darah di laboratorium
• Melaporkan jika terdapat hasil lab kritis dari sampel yang telah
diperiksa kepada Ners/ Dokter jaga.
Analisis Peran PPA dan Proses Kolaborasi
PPA Analisis Peran Analisis Kolaborasi
Dokter IPD • Peran IPD sebagai DPJP sudah dilaksanakan Prinsip kolaborasi terpenuhi yaitu
dengan baik sesuai dengan konsep yang ada pada patient center care, clear
SNARS dan KARS, dimana DPJP memiliki communication, mutual respect and
peran sebagai pemimpin klinis, melakukan trust, clarification of roles and
evaluasi perkembangan pasien setiap harinya dan scopes of practices, & clarification
melakukan koordinasi dengan PPA lainnya. of accountability and responsibility.
• Tulisan dokter jaga jelas sehingga mudah dibaca
dan tidak menimbulkan miss persepsi.
• Akan tetapi, DPJP tidak melakukan verifikasi
terkait tulisan dokter jaga dalam CPPT.
Dokter Obsgyn • Peran Obsgyn sebagai partner rawat bersama Prinsip kolaborasi terpenuhi yaitu
IPD dilaksanakan dengan baik sesuai konsep patient center care, clear
yang ada dalam SNARS dan KARS. communication, mutual respect and
• Obsgyn menjawab konsul dan melakukan rawat trust, clarification of roles and
bersama, sehingga melakukan evaluasi scopes of practices, & clarification
perkembangan pasien sesuai indikasi of accountability and responsibility.
• Tulisan jelas dan mudah dibaca
• Tidak ada verifikasi DPJP. Obsgyn dalam tulisan
dokter jaga obsgyn di CPPT
PPA Analisis Peran Analisis Kolaborasi
Ners • Peran perawat sudah dilakukan Proses kolaborasi
dengan baik sesuai dengan konsep dilakukan dengan baik,
yang ada pada SNARS dan Kaakinen, dalam hal ini perawat
Coehlo, Steele, Tabacco, & Hanson, menerapkan prinsip
(2015) dimana Ners sebagai PPJA kolaborasi
memiliki peran merencanakan, interprofessional kesehatan
mengorganisasi dan mengarahkan yaitu patient center care,
Analisis Peran pelayanan asuhan keperawatan.
• Ners memiliki peran sebagai pemberi
clarification of roles and
scopes of practices, clear
PPA dan asuhan keperawatan secara langsung,
edukator, advokat, dan melakukan
communication,
clarification
&
of
Proses kolaborasi dengan PPA lainnya.
• Proses konfrimasi yang dilengkapi
accountability
responsibility
and

Kolaborasi dengan nama dan tanda tangan yang


mengoverkan dan yang menerima
ketika proses serah terima, tidak
dicantumkan dalam CPPT, tetapi
dalam lembar kardeks si rekam medis
pasien
PPA Analisis Peran Analisis Kolaborasi
Dietisien Peran Dietisien sudah dilaksanakan Prinsip kolaborasi yang
dengan baik sesuai dengan SNARS terpenuhi diantaranya:
dimana Nutrisionis berperan untuk patient center care,
melakukan skrining gizi, asesmen gizi, clarification of roles and
memberikan diet, monitor dan evaluasi scopes of practices, clear
gizi. communication, &
clarification of
accountability and
Analisis Peran responsibility

PPA dan Apoteker PPA bagian farmasi/ apoteker tidak Prinsip kolaborasi yang
Proses kami temukan tulisannya di CPPT perlu
clarification
ditingkatkan
of
Kolaborasi accountability
responsibility
and

Laboran PPA bagian laboran tidak kami temukan Prinsip kolaborasi yang
tulisannya di CPPT perlu ditingkatkan
clarification of
accountability and
responsibility
Analisis  Dokumentasi tertulis dari IPD, Obsgyn, Ners, dan Dietisien
terbaca jelas sehingga dapat mengurangi risiko misspersepsi
Masalah  Tidak semua profesi menulis ICP dan dokumentasi di rekam medis
Kolaborasi sehingga tidak dapat dievaluasi oleh profesi lain terkait
Kolaborasi interprofesi kesehatan yang baik ditunjang dengan
komunikasi yang efektif baik secara verbal maupun tertulis.
 Rekam medis merupakan salah satu unsur komunikasi
interprofesional kesehatan yang perlu dicatat dengan lengkap dan
jelas untuk meminimalkan kesalahan persepsi.
 Di ruang rawat inap Lt 7 Zona B, dokumentasi masih dilakukan
dengan secara manual, sehingga menjadi salah satu tantangan
Evaluasi tersendiri bagi pelayanan kesehatan, karena terkadang ada
beberapa tulisan yang sulit terbaca dan dipahami.
 Untuk mengatasi kesalahan dalam penafsiran tulisan, pembaca
perlu melakukan konfirmasi ulang pada penulis melalui telepon
dengan metode TBaK (Tulis, Baca, Konfirmasi)
Dalam melakukan kolaborasi dengan PPA lain yang sudah
professional, kami sebagai mahasiswa masih harus terus melakukan
pendidikan berkelanjutan, update keilmuan yang sesuai dengan kasus
Refleksi yang ada, meningkatkan kemampuan komunikasi efektif,
melaksanakan peran dan tanggung jawab dalam tim agar kolaborasi
terlaksana dengan baik.
 Berman et al.(2016). Kozier & Erb’s Fundamentals of Nursing: Concepts, Process, and
Practice (Tenth Edition). New York: Pearson Education, Inc
 Christiana, Y. (2019). Meningkatkan Kolaborasi Interprofesional Untuk Keselamatan
Pasien.
 Juniasti, M. (2019). Manajemen Interprofesional Colaboration Dengan Keselamatan

Daftar pustaka Pasien.


 O’Daniel, M., & Alan H. Rosenstein. (2012). Patient Safety and Quality: An Evidence-
Based Handbook for Nurses. US: NCBI.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK2637/

Anda mungkin juga menyukai