Anda di halaman 1dari 25

BLOK 8 Keperawatan Medikal Bedah

LAPORAN TUTORIAL 1
“What happen with me? (Placenta Previa)”

Disusun oleh :
Kelompok Tutorial 1 :

 Bertha Tesma Wulandari (20160320021)


 Aji Ahmad Styawan (20160320027)
 Ainun Mardiah (20160320039)
 Risma Anggraini (20160320045)
 Rukmah Khairiah K.Hi Husen (20160320065)
 Sesanti Amiasih (20160320070)
 Angesti Sinta Kumalasari (20160320090)
 Tri Ega Septiana (20160320116)
 Ilham Yoga Pratama (20160320132)
 Adanenggar Putri Hanindyari (20160320137)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2017 / 2018
SKENARIO 1
“Pertemuan 1”
PAIN

STEP 1
1. Apa itu Post ORIF ?
2. Apa itu fraktur terbuka ?
3. Apa itu WBC ?
4. Apa itu hemoglobin dan hematokrit ? Berapa nilai normalnya ?

Jawaban singkat :
1. Post orif adalah suatu pembedahan untuk mempertahankan tulang agar tidak bergeser.
2. Fraktur terbuka adalah patah tulang dengan luka mencapai kulit bagian luar.
3. WBC (White Blood Cells) adalah sel darah putih atau leukosit dengan jumlah normal
4.000 – 10.000/mm3.
4. Hemoglobin adalah jenis sel darah yang paling banyak dan berfungsi membawa
oksigen ke seluruh tubuh. Hb normal pada wanita sebesar 12-16 gr/dL, sedangkan Hb
normal pada pria sebesar 14-18 gr/dL. Hematokrit adalah angka yang menunjukkan
presentasi zah padat dalam darah. Hematokrit normal pria dewasa sebesar 40-48%,
sedangkan hematokrit normal pada wanita dewasa sebesar 37-43%.

STEP 2
1. Apakah stress mempengaruhi proses penyembuhan nyeri pasien ?
2. Apakah hasil lab yang tidak normal dapat mempengaruhi penyembuhan pasien ?
3. Apakah remopain memberi efek pada kesembuhan pasien ?
4. Mengapa tidak ada tindakan medis transfusi darah terkait Hb di bawah normal?
5. Bagaimana pengaruh skala nyeri 5 terhadap keadaan nyaman pasien, sedangkan disisi
lain pemeriksaan fisiknya tidak mendukung ?
6. Bagaimana cara mengembalikan WBC pasien agar normal kembali ?
7. Pada skala nyeri 5 dapatkah pasien melakukan mobilisasi? Dapatkah perawat membantu
dalam mobilisasi?
8. Apa yang menyebabkan hasil lab tidak normal?
9. Mengapa pasien diberi ranitidin ?
10. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri?
11. Apa penatalaksaan atau tindakan yang tepat untuk pasien?
12. Adakah tindakan lain, selain ORIF pada pasien fraktur ?
13. Mengapa dilakukan ORIF (interna) padahal pasien melakukan bedah fraktur terbuka?
14. Bagaimana cara mengajakan pasien dalam beribadah?

STEP 3
1. Apakah stress mempengaruhi proses penyembuhan nyeri pasien ?
 Dapat mempengaruhi kesembuhan pasien.
2. Apakah hasil lab yang tidak normal dapat mempengaruhi penyembuhan pasien ?
 Iya mempengaruhi
3. Apakah remopain memberi efek pada kesembuhan pasien ?
 Tidak
4. Mengapa tidak ada tindakan medis transfusi darah terkait Hb di bawah normal?
 Mungkin belum ada batas terendah dari jumlah Hb
5. Bagaimana pengaruh skala nyeri 5 terhadap keadaan nyaman pasien, sedangkan disisi
lain pemeriksaan fisiknya tidak mendukung ?
 Dari data subyektif pasien
 Dari pengalaman masa lalu pasien
6. Bagaimana cara mengembalikan WBC pasien agar normal kembali ?
 Ketika peradangan selesai
7. Pada skala nyeri 5 dapatkah pasien melakukan mobilisasi? Dapatkah perawat membantu
dalam mobilisasi?
 Bisa
8. Apa yang menyebabkan hasil lab tidak normal?
 Karena pasien post orif
 Respon tubuh pasien
9. Mengapa pasien diberi ranitidin ?
 Ada sedikit pengaruhnya
10. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri?
 Ada beberapa faktor : usia, jenis kelamin, budaya, pengalaman masa lalu
11. Apa penatalaksaan atau tindakan yang tepat untuk pasien?
 Kolaborasi
12. Adakah tindakan lain, selain ORIF pada pasien fraktur ?
 Ada
13. Mengapa dilakukan ORIF (interna) padahal pasien melakukan bedah fraktur terbuka?
 Karena orif mempengaruhi
14. Bagaimana cara mengajakan pasien dalam beribadah?
 Jika pasien tidak dapat berwudhu pasien dapat bertayamum

STEP 4
1. Apakah stress mempengaruhi proses penyembuhan nyeri pasien ?
 Dapat mempengaruhi kesembuhan pasien. Stress adalah salah satu faktor yang
mempengaruhi kesembuhan pasien, apalagi pasien baru saja melakukan post orif.
Akibat dari oprasi adanya luka, salah satu faktor yang mempengaruhi
penyembuhan luka adalah stress itu sendiri. Jadi penyembuhan pasien tergantung
dari bagaimana pasien dapat mengatur tingkat stressnya.
 Strees kembali pada pola koping pada pasien itu sendiri. Tergantung dengan
orang yang mengalaminya, jika ia mudah stress juga akan mempengaruhi pola
kesembuhan pada pasien. Jika pasien santai dan memberi koping dengan baik
maka akan mempercepat kesembuhannya.
2. Apakah hasil lab yang tidak normal dapat mempengaruhi penyembuhan pasien ?
 Iya mempengaruhi. Karena dari semua hasil lab tidak normal jadi
penyembuhannya pasti akan lama. Ditambah lagi dengan stress pasien juga sangat
mempengaruhi penyembuhan pasien tersebut.
3. Apakah remopain memberi efek pada kesembuhan pasien ?
 Tidak. Karena remopain itu obat-obat untuk pasien panca operasi. Untuk
mengurangi nyeri setelah operasi, jadi rasa sakit itu bukan karena operasi tetapi
karna lukanya. Wajar saja pasti setiap orang merasakan. Apabila pasien bergerak
dan merasakan sakit itu akibat dari rasa nyeri.
4. Mengapa tidak ada tindakan medis transfusi darah terkait Hb di bawah normal?
 Mungkin belum ada batas terendah dari jumlah Hb. Dalam kasus pasien mungkin
Hb belum terlalu rendah sehingga tidak dilakukkannya transfuse darah.
 Selain transfuse darah juga dapat dilakukan penambahan zat besi, misalnya
seperti yang terkandung pada sayuran sehingga disarankan untuk mengkonsumsi
makanan yang banyak mengandung zat besi.
 Transfuse darah tidak boleh dilakukan secara sembarangan. Biasanya dilakukan
pada pasien yang mengalami syok hipovolemik sedangkan pasien dalam kasus
tidak mengalami syok hipovolemik. Kemudian kegawatan untuk dilakukan
transfuse darah biasanya jika Hb nya kurang dari 10gr/dL.
5. Bagaimana pengaruh skala nyeri 5 terhadap keadaan nyaman pasien, sedangkan disisi
lain pemeriksaan fisiknya tidak mendukung ?
 Dari data subyektif pasien. DO harusnya mendukung DS. Mungkin pada waktu
pengkajiannya kurang jelas seperti memberi gambaran tentang persepsi nyeri
pada pasien, tidak diberi gambaran skala ringan, sedan, berat, dan sangat berat.
 Dari pengalaman masa lalu pasien
 Untuk skala nyeri tergantung persepsi setiap orang, karna setiap orang memiliki
persepsi yang berbeda-beda. Sebagai perwat tidak terpaku hanya pada
pemeriksaan tanda-tanda vital, tetapi expresi wajar bohng atau tidak, skalanya
benar atau tidak dan kurang spesifik.
6. Bagaimana cara mengembalikan WBC pasien agar normal kembali ?
 Ketika peradangan selesai. Seseorang ketika dia luka atau salah satu penyebab
dari fraktur itu adalah trauma, misalnya ada benturan, dimana benturan itu akan
merusak jaringan lunak yang ada di sekitar tulang. Jadi ketika seseorang
mengalami fraktur, fase pertama yang terjadi adalah hematom. Hematom adalah
ketika pengumpulan darah yang keluar dari pembuluh darah vena atau arteri yang
rusak. Jadi gambaran hematoma itu seperti memar warna ungu di sekitar daerah
yang terkena benturan. Pada saat inflamasi (peradangan) WBCnya meningkat,
fungsi dari leukosit salah satunya adalah untuk membantu proses peradangan anti
inflamasi. Jadi WBC akan bekerja bersama bradikinin, serotonin, prostaglandin,
dan lain-lain. Pada intinya WBC meningkat bukan karena abnormal. Kecuali pada
pasien kanker itu karna kelainan. Tapi apabila leukosit meningkat akibat fraktur
ini juga berkaitan dengan hemoglobin dan hematokrit. Hemoglobin dan
hematokrit itu rendah karena adanya pendarahan yang akut. Dan WBC meningkat
itu dikarenakan adanya proses inflamasi yang akan membantu peradangan.
Peradangan itu penting karena merupakan salah satu tahapan untuk penyembuhan
dari luka.
 Pasien harus mengonsumsi makanan-makanan yang dapat menurunkan kadar
leukosit yang tinggi dari pasien itu sendiri. Salah satu contoh makanannya adalah
makanan yang mengandung asam lemak dan mengandung omega 3. Itu dapat
membantu menurunkan leukosit yang tinggi. Misalnya seperti ikan salmon,
perbanyak mengonsumsi makanan yang mengonsumsi yang mengandung
antioksidan seperti daun bawang, bawang bombai, kermudian sayur dan buah.

»»» pernyataan ini disanggah, karena untuk pasien dalam kasus tidak cocok untuk
dilakukan penurunan leukosit karena leukosit membantu penyembuhan
lukanya.Penurunan leukosit bisa dilakukan pada pasien leukemia. Karena leukosit
yang tinggi merupakan koping dari tubuhnya dalam proses penyembuhan luka.
 Leukosit itu akan meningkat dan akan seimbang apabila Hb-nya tinggi. Jika Hb
normal pasti leukositnya normal. Pedomannya pada Hb.
7. Pada skala nyeri 5 dapatkah pasien melakukan mobilisasi? Dapatkah perawat membantu
dalam mobilisasi?
 Bisa. Perawat bisa membantu mobilisasi pada pasien seperti menggerakkan jari-
jari terlebih dahulu, kemudian dilakukan miring kanan dan kiri, step by step
menuju kesembuhan.
 Perawat dapat berkonsultasi agar bisa memberi penunjang agar bisa memobilisasi
pasien seperti member kenyamanan pada pasien, misalnya mengajak jalan jalan
menggunakan bed. Tetapi pada frakturnya diberi bidai agar tidak banyak
pergerakan. Perawat juga jangan lupa untuk selalu mengecek CRT (Capillarity
Refill Time)
8. Apa yang menyebabkan hasil lab tidak normal?
 Karena pasien post orif. Luka masih dalam proses penyembuhan dan adanya
kemungkinan perdarahan.
 Respon tubuh pasien. Seperti stress dan membuat beberapa hasil lab nya menurun
seperti Hb, hematokrit, dan lain-lain.
 Pada respon tubuh seperti leukosit tidak normal. Kemudian pada hemoglobinnya
akan rendah jika mengalami perdarahan akut. Karena fraktur terbuka jadi di
permukaan kulit.
9. Mengapa pasien diberi ranitidin ?
 Obat anti nyeri pasti dengan ranitidine. Karena ketorolak pasti sambungannya ke
lambung dan efek sampignya langsung mual sehingga antisipasinya diberi
ranitidine.
10. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri?
 Ada beberapa faktor :
a. Usia, ada perbedaan antara orang dewasa dan anak anak itu berbeda. Karena
pada anak-anak sulit untuk menggambarkan nyerinya.
b. jenis kelamin, biasanya laki-laki bisa menahan sakitnya disbanding
perempuan.
c. budaya, tergantung keyakinan dan nilai-nilai budaya yang dia pelajari. Missal
pada suatu daerah tertentu, seorang suami meninggal maka istrinya memotong
jari jarinya sebagai wujud rasa sakitnya. Itu untuk membuktikan bahwa
kehilangan suami lebih sakit dari pada sakit akibat jari-jarinya dipotong.
d. pengalaman masa lalu, pengalaman setiap orang merasakan nyeri itu berbeda
beda persepsinya.
11. Apa penatalaksaan atau tindakan yang tepat untuk pasien?
 Kolaborasi. Di bidai untuk menekan pergerakan dan untuk menekan nyeri.
Kolaborasi lebih ke tindakan mereduksi nyeri seperti teknik nafas dalam, guided
imagery misalnya.
12. Adakah tindakan lain, selain ORIF pada pasien fraktur ?
 Ada. Dibawa ke tempat pengobatan tetapi bukan dokter. Pada orang yang
berpengalaman kemudian di bidai dengan bamboo bamboo khusus. Tetapi itu
pada fraktur tertutup.
 Pada fraktur terbuka sepertinya tidak ada tindakan lain, selain ORIF.
13. Mengapa dilakukan ORIF (interna) padahal pasien melakukan bedah fraktur terbuka?
 Karena orif mempengaruhi. Dilakukan tindakan orif dulu untuk membenarkan
bagian dalam terlebih dahulu, kemuadia dipasan pen atau skrup agar fragmen
tidak bergeser.
14. Bagaimana cara mengajakan pasien dalam beribadah?
 Jika pasien tidak dapat berwudhu pasien dapat bertayamum dengan perawat
sebagai fasilitator.
15. Apa yang dimaksud dengan fraktur dan jenis-jenis fraktur?
 Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya.
 Jenis-jenis fraktur :
a. Fraktur terbuka
Merupakan fraktur dengan luka pada kulit (integritas kulit rusak dan ujung
tulang menonjol sampai menembus kulit) ataumembran mukosa sampai
kepatahan tulang.
b .Fraktur tertutup
Tidak menyebabkan robek kulit , integritas kulit masih utuh.
16. Sebutkan macam-macam penyebab fraktur ?
 Trauma cedera, seperti kecelakaan mobil, olahraga, atau karna jatuh. Patah tulang
terjadi jika tenaga yang melawan tulang lebih besar daripada kekuatan tulang.
17. Penatalaksanaan pertama pada fraktur ?
 Ada 4 :
1. Mendiagnosa
2. Menggambalikan fraktur
3. Membawa ke rumah sakit
4. Mengembalikan posisi pasien
STEP 5. Learning Objective
1. Definisi Fraktur dan Jenis-Jenis fraktur
2. Etiologi dan Manifestasi Klinis fraktur
3. Pathway
4. Pemeriksaan Penunjang
5. Penatalaksanaan
6. Tahap –tahap Penyembuhan Tulang
7. Komplikasi Fraktur
8. Islamic Revealed knowledge (IRK)
Pertemuan 2

LEARNING OBJECTIVE
1. Definisi fraktur dan Jenis-jenis Fraktur

a. Definisi Fraktur
 Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang
umumnyadisebabkan oleh ruda paksa ( Mansjoer, 2000).
 Fraktur merupakan gangguan sistem muskuluskeletal, dimana
terjadipemisahan atau patahnya tulang yang disebabkan oleh
trauma atau tenagafisik. (Doenges E Marilyn, 2000).
 Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan
tekananeksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap
oleh tulang,frakturpatologis terjadi tanpa trauma pada tulang yang
lemah karena dimineralisasiyang berlebihan
( Linda Juall C, 2002 ).
 Fraktur dikenal dengan istilah patah tulang biasanya disebabkan
olehtrauma atau tenaga fisik, kekuatan, sudut, tenaga,keadaan
tulang, dan jaringanlunak disekitar tulang akan menentukan apakah
fraktur yang terjadi tersebutlengkap atau tidak lengkap ( Silvia
A. Prince, 2000 ).
 Fraktur adalah kerusakan atau patah tulang yangdisebabkan oleh
adanya trauma ataupun tenaga fisik. Padakondisi normal, tulang
mampu menahan tekanan, namunjika terjadi penekanan ataupun
benturan yang lebih besardan melebihi kemampuan tulang untuk
bertahan, makaakan terjadi fraktur.
(Garner, 2008; Price & Wilson, 2006)

b. Jenis – Jenis Fraktur

Menurut Journal of Pediatric, jenis fraktur dibagi menjadi dua, yaitu :


1. Fraktur Compound (terbuka) :
Fraktur yang menembus dan menginvasi otot serta jaringan kulit, fraktur ini akan
menyebabkan terjadinya perdarahan akut.

2. Fraktur Simple (tertutup) :


Fraktur yang hanya terjadi di dalam dan tidak menyebabkan perlukaan pada area
permukaan kulit. Fraktur tertutup memiliki banyak jenis, seperti fraktur Spiral, fraktur
Oblique, fraktur Transverse, fraktur Communited, fraktur Greenstick.
a) Fraktur spiral : adalah fraktur melingkari tulang akibat adanya gerakan
memutar mendadak.
b) Fraktur oblique : adalah fraktur dengan arah patahan tulang yang miring
c) Fraktur transverse : adalah fraktur dengan patahan tegak lurus dengan
sumbu tulang
d) Fraktur communited : adalah fraktur dengan fragmen patahan tulang lebih dari
dua.
e) Fraktur greenstick : adalah fraktur dengan satu sisi mengalami patahan,
sedangkan sisi lain mengalami bengkok.
Bentuk garis patahan dan hubungannya dengan mekanisme trauma ada 5,yaitu:
1. Fraktur Kompresi : fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang
mendorong tulang kearah permukaan lain.
2. Fraktur Avulsi : fraktur yang di akibatkan karena trauma tarikan atau traksi
otot pada insersinya pada tulang.
Menurut Smeltzer dan Bare (2001), jumlah garis patahan ada 3 antara lain:
1. Fraktur Segmental : fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi
tidakberhubungan.
2. Fraktur Multipel : fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak
padatulang yang sama.

2. Etiologi dan Manifestasi klinis fraktur

a. Etiologi

Kebanyakan fraktur terjadi karena kegagalan tulang menahan tekanan terutama


tekanan membengkok, memutar, dan menarik. Traumamuskuloskeletal yang dapat
mengakibatkan fraktur yaitu :
1) Trauma langsung
Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang danterjadi fraktur pada
daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya bersifatkomunitif dan jaringan lunak ikut
mengalami kerusakan.Misalnya karenatrauma yang tiba tiba mengenai tulang dengan
kekuatan dengan kekuatanyang besar dan tulang tidak mampu menahan trauma tersebut
sehinggaterjadi patahan.
2) Trauma tidak langsung
Disebut trauma tidak langsung apabila trauma dihantarkan kedaerahyang lebih jauh dari
daerah fraktur. Misalnya jatuh dengan tangan ekstensidapat menyebabkan fraktur pada
klavikula.Pada keadaan ini jaringanlunak tetap utuh, tekanan membengok yang
menyebabkan frakturtransversal, tekanan berputar yang menyebabkan fraktur bersifat
spiralatau oblik.
3) Trauma patologis
Trauma patologis adalah suatu kondisi rapuhnya tulang karenaproses patologis. Contoh :
a) Osteoporosis terjadi karena kecepatan reabsorbsi tulang melebihikecepatan
pembentukan tulang, sehingga akibatnya tulang menjadikeropos secara cepat dan rapuh
sehingga mengalami patah tulang,karena trauma minimal.
b)Osteomilitis merupakan infeksi tulang dan sum sum tulang yangdisebabkan oleh
bakteri piogen dimana mikroorganisme berasaldari focus ditempat lain dan beredar
melalui sirkulasi darah.
c) Ostheoartritis itu disebabkan oleh rusak/ menipisnya bantalan sendidan tulang rawan.
(Arif Muttaqin, 2008)

b. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas,pemendekan
ekstrimitas, krepitus, pembengkakkan lokal, dan perubahan warna.
1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
diimobilisasi, spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidaialamiah
yang di rancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmentulang.
2. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dan cenderungbergerak
tidak alamiah bukan seperti normalnya, pergeseran frakturmenyebabkan
deformitas, ekstremitas yang bisa diketahui denganmembandingkan dengan
ekstremitas yang normal. Ekstremitas tidak dapatberfungsi dengan baik karena
fungsi normal otot bergantung padaintegritas tulang tempat melekatnya otot.
3. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya
karenakontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur.
4. Saat ekstrimitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang
yangdinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satudengan
yang lainya.
5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagaiakibat dari
trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda inibiasanya baru terjadi
setelah beberapa jam atau hari setelah cedera. (Smelzter dan Bare, 2001).
3. Pathway Fraktur

Fraktur dapat disebabkan oleh 3 hal, trauma langsung atau tidak langsung, dan
keadaan patologis (penyakit). Saat terjadi fraktur, akan merusak diskontinuitas tulang yang akan
menyebabkan perubahan pada jaringan sekitar, laserasi (perlukaan pada kulit), serta spasme
(kram) pada otot. Jaringan sekitar fraktur akan menyebabkan pergeseran fragmen tulang yang
berisiko terjadi deformitas (perubahan pada bentuk tulang). Apabila terjadi deformitas, hal ini
akan menimbulkan gangguan mbolitas fisik, terutama pada ekstremitas atas dan bawah.
Laserasi kulit akan menyebabkan perdarahan serta rusaknya jaringan
superficial kulit. Kejadian ini akan menimbulkam diagnose kerusakan integritas kulit. Adanya
diskontinuitas tulang akan menyebabkan terjadinya pergeseran fragmen tulang yang disebabkan
karena tingginya tekanan tulang daripada vaskuler. Pasien akan stress dan melepaskan hormone
katekolamin dibarengi dengan asam lemak yang mobilisasi ke dalam aliran darah bersama
trombosit. Hal ini akan menyebabkan emboli sehingga menyumbat aliran darah dan mengganggu
perfusi jaringan.
Oedem bisa terjadi apabila histamine dilepaskan karena adanya spasme otot
pasien dan protein plasma yang hilang. Sehingga pembuluh darah akan tertekan dan menganggu
aktivitas perfusi jaringan. Perdarahan yang terjadi pada kulit akan menyebabkan pasien
kehilangan banyak cairan sehingga menimbulkan syok hipovolemik. Nyeri juga akan timbul
karena adanya kerusakan pada jaringan lunak di sekitar fraktur.
4. Jenis – Jenis Pemeriksaan Penunjang
Menurut Brunner, Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8
vol.3.EGC. Jakarta
 Pemeriksaan Rongent
Menentukan luas atau lokasi minimal 2 kali proyeksi, anterior, posterior lateral.

 CT Scan tulang, fomogram MRI Untuk melihat dengan jelas daerah yang
mengalami kerusakan.

 Arteriogram (bila terjadi kerusakan vasculer)

 Hitung darah kapiler


1. HT mungkin meningkat (hema konsentrasi) meningkat atau menurun.
2. Kreatinin meningkat, trauma obat, keratin pada ginjal meningkat.
3. Kadar Ca kalsium, Hb

5. Penatalaksanaan

Fraktur biasanya menyertai trauma. Untuk itu sangat pent ing untuk
melakukanpemariksaan terhadap jalan napas ( air way ), proses pernapasan
( breathing ),sirkulasi ( circulation ), drug, dan elektro kardiografi ( EKG ) untuk melihat
pacujantung. Apakah terjadi syok atau tidak.Bila sudah dinyatakan tidak ada masalahlagi,
baru lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik secara terperinci.

Penatalaksanaan medis

 Recognisi atau pengenalan adalah riwayat kecelakaan derajatkeparahannya,


prinsip pertama yaitu mengetahui dan menilai keadaanfraktur dengan anamnesis,
pemeriksaan klinik dan radiologis
 Reduksi adalah usaha manipulasi fragmen tulang patah untuk kembaliseperti
asalnya, reduksi ada dua macam yaitu reduksi tertutup ( tanpaoperasi), contohnya
dengan traksi dan reduksi terbuka (denganoperasi), contohnya dengan fiksasi
internal dengan pemasangan pin,kawat,sekrup atau batangan logam
 Retensi adalah metode untuk mempertahankan fragmen selamapenyembuhan,
dengan fiksasi internal maupun fiksasi eksternal,contohnya GIPS yaitu alat
immobilisasi eksternal yang kaku dandicetak sesuai bentuk tubuh yang dipasang.
 Rehabilitasi dimulai segera dan sesudah dilakukan pengobatan untukmenghindari
kontraktur sendi dan atrofi otot. Tujuannya adalahmengurangi oedema,
mempertahankan gerakan sendi, memulihkankekuatan otot, dan memandu pasien
kembali ke aktivitas normal.
 ORIF yaitu pembedahan untuk memperbaiki fungsi denganmengembalikan
stabilitas dan mengurangi nyeri tulang yang patahyang telah direduksi dengan
skrap, paku, dan pin logam.
 Traksi yaitu pemasangan tarikan ke bagian tubuh, beratnya traksidisesuaikan
dengan spasme otot yang terjadi. ( Smeltzer, Suzanne C.2001)

Perawatan klien fraktur

 Fraktur tertutup
Tirah baring diusahakan seminimal mungkin latihan segeradimulai untuk
mempertahankan kekuatan otot yang sehat, dan untukmeningkatkan otot yang
dibutuhkan untuk pemindahan mengunakanalat bantu ( tongkat ) klien diajari
mengontrol nyeri sehubunganfraktur dan trauma jaringan lunak.
 Fraktur terbuka
Pada fraktur terbuka terdapat risiko infeksi osteomielitis, gasganggren, dan
tetanus, tujuan perawatan untuk meminimalkan infeksiagar penyembuhan luka
atau fraktur lebih cepat, luka dibersihkan,didebridemen dan diirigasi ( Arif
Muttaqin, 2008 ).

Penatalaksanaan kedaruratan

 Klien dengan fraktur, penting untuk mengimobilisasi bagian tubuhyang terkena


segera sebelum klien dipindahkan. Daerah yang patah harusdi sangga diatas dan
dibawahtempat patah untuk mencegah gerakan rotasi.Immobilisasi tulang panjang
ekstremitas bawah dapat juga dilakukandengan membebat kedua tungkai
bersama. Pada cidera ekstremitas ataslengan dapat dibebatkan ke dada. Peredaran
di distal cidera harus dikajiuntuk menentukan kecukupan perfusi jaringan perifer.
Luka ditutup
dengan kasa steril ( Arif Muttaqin, 2008 ).

6. Tahap – Tahap Penyembuhan Fraktur

Penyembuhan dari frakturdipengaruhi oleh beberapa faktor lokal dan faktor


sistemik, adapun faktor lokal:
a. Lokasi fraktur
b. Jenis tulang yang mengalami fraktur.
c. Reposisi anatomis dan immobilasi yang stabil.
d. Adanya kontak antar fragmen.
e. Ada tidaknya infeksi.
f. Tingkatan dari fraktur.
Adapun faktor sistemik adalah :
a. Keadaan umum pasien
b. Umur
c. Malnutrisi
d. Penyakit sistemik.

Proses penyembuhan fraktur terdiri dari beberapa fase, sebagai berikut :

 Fase Reaktif
a. Fase hematom dan inflamasi
b. Pembentukan jaringan granulasi
 Fase Reparatif
a. Fase pembentukan callus
b. Pembentukan tulang lamellar
 Fase Remodelling
a. Remodelling ke bentuk tulang semula.
Jay. R. liberman, M. D. and Gary E Friedlaender (2005)

Proses penyembuhan fraktur ini secara garis besar dibedakan atas 5 fase, yakni
fasehematom (inflamasi), fase proliferasi, fase kalus, osifikasi dan remodelling.

1. Fase Inflamasi:
Tahap inflamasi berlangsung beberapa hari dan hilang dengan berkurangnya
pembengkakandan nyeri. Terjadi perdarahan dalam jaringan yang cidera dan
pembentukan hematoma ditempat patah tulang. Ujung fragmen tulang mengalami
devitalisasi karena terputusnyapasokan darah terjadi hipoksia dan inflamasi yang
menginduksi ekpresi gen danmempromosikan pembelahan sel dan migrasi menuju
tempat fraktur untuk memulaipenyembuhan. Produksi atau pelepasan dari faktor
pertumbuhan spesifik, Sitokin, dapatmembuat kondisi mikro yang sesuai untuk :

 Menstimulasi pembentukan periosteal osteoblast dan osifikasi intra membran


padatempat fraktur.
 Menstimulasi pembelahan sel dan migrasi menuju tempat fraktur, dan
 Menstimulasi kondrosit untuk berdiferensiasi pada kalus lunak dengan
osifikasiendokondral yang mengiringinya. (Kaiser 1996).

Berkumpulnya darah pada fase hematom awalnya diduga akibat robekan pembuluh
darahlokal yang terfokus pada suatu tempat tertentu.Namun pada perkembangan
selanjutnyahematom bukan hanya disebabkan oleh robekan pembuluh darah tetapi
juga berperan faktorfaktor inflamasi yang menimbulkan kondisi pembengkakan lokal.
Waktu terjadinya prosesini dimulai saat fraktur terjadi sampai 2 – 3 minggu.

2. Fase proliferasi

Kira-kira 5 hari hematom akan mengalami organisasi, terbentuk benang-benang fibrin


dalamjalan darah, membentuk jaringan untuk revaskularisasi, dan invasi fibroblast
dan
osteoblast. Fibroblast dan osteoblast (berkembang dari osteosit, sel endotel, dan
selperiosteum) akan menghasilkan kolagen dan proteoglikan sebagai matriks kolagen
padapatahan tulang. Terbentuk jaringan ikat fibrous dan tulang rawan (osteoid). Dari
periosteum,
tampak pertumbuhan melingkar. Kalus tulang rawan tersebut dirangsang oleh gerakan
mikrominimal pada tempat patah tulang. Tetapi gerakan yang berlebihan akan
merusak struktur
kalus. Tulang yang sedang aktif tumbuh menunjukkan potensial elektronegatif.Pada
fase ini
dimulai pada minggu ke 2 – 3 setelah terjadinya fraktur dan berakhir pada minggu ke
4 – 8.

3. Fase Pembentukan Kalus


Merupakan fase lanjutan dari fase hematom dan proliferasi mulai terbentuk jaringan
tulangyakni jaringan tulang kondrosit yang mulai tumbuh atau umumnya disebut
sebagai jaringan
tulang rawan.Sebenarnya tulang rawan ini masih dibagi lagi menjadi tulang lamellar
dan
wovenbone. Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan tumbuh
mencapai
sisi lain sampai celah sudah terhubungkan. Fragmen patahan tulang digabungkan
denganjaringan fibrous, tulang rawan, dan tulang serat matur.Bentuk kalus dan
volumedibutuhkanuntuk menghubungkan efek secara langsung berhubungan dengan
jumlahkerusakan dan pergeseran tulang.Perlu waktu tiga sampai empat minggu agar
fragmentulang tergabung dalam tulang rawan atau jaringan fibrous.Secara klinis
fragmen tulangtidak bisa lagi digerakkan.Regulasi dari pembentukan kalus selama
masa perbaikan frakturdimediasi oleh ekspresi dari faktor-faktor pertumbuhan.Salah
satu faktor yang palingdominan dari sekian banyak faktor pertumbuhan adalah
Transforming Growth Factor-Beta1 (TGF-B1) yang menunjukkan keterlibatannya
dalam pengaturan differensiasi dariosteoblast dan produksi matriks ekstra seluler.
Faktor lain yaitu: Vascular EndothelialGrowth Factor (VEGF) yang berperan
penting pada proses angiogenesis selamapenyembuhan fraktur. (chen,et,al,2004).
Pusat dari kalus lunak adalah kartilogenous yang kemudian bersama osteoblast
akanberdiferensiasi membentuk suatu jaringan rantai osteosit, hal ini menandakan
adanya seltulang serta kemampuan mengantisipasi tekanan mekanis. (Rubin,E,1999)
Proses cepatnya pembentukan kalus lunak yang kemudian berlanjut sampai fase
remodelling
adalah masa kritis untuk keberhasilan penyembuhan fraktur. (Ford,J.L,et al,2003).

Jenis-jenis Kalus
Dikenal beberapa jenis kalus sesuai dengan letak kalus tersebut berada terbentuk
kalus
primer sebagai akibat adanya fraktur terjadi dalam waktu 2 minggu Bridging (soft)
callus
terjadi bila tepi-tepi tulang yang fraktur tidak bersambung. Medullary (hard) Callus
akan
melengkapi bridging callus secara perlahan-lahan. Kalus eksternal berada paling luar
daerah
fraktur di bawah periosteum periosteal callus terbentuk di antara periosteum dan
tulangyang fraktur.Interfragmentary callus merupakan kalus yang terbentuk dan
mengisi celahfraktur di antara tulang yang fraktur.Medullary callus terbentuk di
dalam medulla tulang disekitar daerah fraktur. (Miller, 2000)

4. Stadium Konsolidasi
Dengan aktifitas osteoklast dan osteoblast yang terus menerus, tulang yang immature
(woven bone) diubah menjadi mature (lamellar bone). Keadaan tulang ini menjadi
lebih
kuat sehingga osteoklast dapat menembus jaringan debris pada daerah fraktur dan
diikuti
osteoblast yang akan mengisi celah di antara fragmen dengan tulang yang baru.
Proses ini berjalan perlahan-lahan selama beberapa bulan sebelum tulang cukup kuat
untuk
menerima beban yang normal.

5. Stadium Remodelling.
Fraktur telah dihubungkan dengan selubung tulang yang kuat dengan bentuk yang
berbeda
dengan tulang normal. Dalam waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun terjadi
proses
pembentukan dan penyerapan tulang yang terus menerus lamella yang tebal akan
terbentuk
pada sisi dengan tekanan yang tinggi. Rongga medulla akan terbentuk kembali dan
diameter
tulang kembali pada ukuran semula. Akhirnya tulang akan kembali mendekati bentuk
semulanya, terutama pada anak-anak.Pada keadaan ini tulang telah sembuh secara
klinis dan radiologi.

7. Komplikasi Fraktur

Komplikasi fraktur meliputi :

1) Komplikasi Awal

 Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanyanadi, cyanosis
bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin padaekstrimitas yang disebabkan
oleh tindakan emergensi splinting,perubahan posisi pada yang sakit, tindakan
reduksi, danpembedahan.
 Kompartement Syndrom
Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang terjadikarena
terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalamjaringan parut. Ini
disebabkan oleh oedema atau perdarahan yangmenekan otot, saraf, dan pembuluh
darah. Selain itu karena tekanan
dari luar seperti gips dan pembebatan yang terlalu kuat.
 Fat Embolism Syndrom
Fat Embolism Syndrom (FES) adalah komplikasi serius yang seringterjadi pada
kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena sel-sellemak yang dihasilkan
bone marrow kuning masuk ke aliran darahdan menyebabkan tingkat oksigen
dalam darah rendah yang ditandaidengan gangguan pernafasan, tachykardi,
hypertensi, tachypnea,demam.
 Infeksi
System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Padatrauma
orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masukke dalam. Ini
biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisajuga karena penggunaan
bahan lain dalam pembedahan seperti pindan plat.
 Avaskuler Nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulangrusak atau
terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dandiawali dengan adanya
Volkman’s Ischemia.
 Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnyapermeabilitas
kapiler yang bisa menyebabkan menurunnyaoksigenasi. Ini biasanya terjadi pada
fraktur.

2) Komplikasi Dalam Waktu Lama

 Delayed Union
Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuaidengan
waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Inidisebabkan karena
penurunan suplai darah ke tulang.
 Nonunion
Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi danmemproduksi
sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9bulan. Nonunion
ditandai dengan adanya pergerakan yang berlebihpada sisi fraktur yang
membentuk sendi palsu atau pseudoarthrosis.Ini juga disebabkan karena aliran
darah yang kurang.
 Malunion
Malunion merupakan penyembuhan tulang ditandai denganmeningkatnya
tingkat kekuatan dan perubahan bentuk (deformitas).Malunion dilakukan
dengan pembedahan dan reimobilisasi yangbaik. ( Arif Muttaqin, 2008 )

8. IRK (Islamic Revealed knowledge)


Surah mengenai thaharah.

QS. Al-Maidah (Al-Maidah) [5] : ayat 6

Artinya :
“ Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh)
kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika
kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau
menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan
tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak
hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan
nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.”

QS. An-Nisaa’ (An-Nisa’) [4] : ayat 43


Artinya :

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan
mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid)
sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu
mandi.Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air
atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka
bertayamumlah kamu dengan tanah yangbaik (suci); sapulah mukamu dan
tanganmu.Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.”
Daftar Pustaka

Journal of Orthopedic, Volume 1 Edisi 2. October 2015.


Smeltzer, C. Suzanne, Brenda G. Bare. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (Brunner Suddarth)
Volume 3 Edisi 8. Penerbit Buku Kedokteran: EGC.
Rendy, Clevo M., Margareth. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit Dalam.Mei, 2012.
Medika Yogyakarta.
Jay. R. liberman, M. D. and Gary E Friedlaender (2005)
(Buckley, R.,2004, Buckwater J. A., et al,2000).

Anda mungkin juga menyukai