Disusun oleh :
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami mampu meyelesaikan makalah dengan judul “Konsep
dan Asuhan Keperawatan Perioperatif” tepat pada waktunya.
Adapun tujuan makalah ini ditulis adalah untuk memenuhi tugas Ibu
Yusnaini Siagian, S.Kep, Ns, M.Kep pada mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah II Prodi Diploma III Keperawatan Tingkat II. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang keperawatan perioperatif bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ...............................................................................................32
B. Saran……………………………………………………………………..32
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman
yang sulit bagi hampir semua pasien.Berbagai kemungkinan buruk
bisa saja terjadi yang dapat membahayakan bagi pasien.Maka tak
heran jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap
yang agak berlebihan dengan kecemasan yang mereka
alami.Kecemasan yang mereka alami biasanya terkait dengan
segala macam prosedur asing yang harus dijalani pasien dan juga
ancaman terhadap keselamatan jiwa akibat segala macam prosedur
pembedahan dan tindakan pembiusan.
1
sangat berpengaruh terhadap suksesnya pembedahan dan
kesembuhan pasien.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu keperawatan perioperatif ?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada tindakan perioperatif ?
3. Apa saja tindakan keperawatanpre operatif ?
4. Apa saja tindakan keperawatan pot operatif ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu keperawatan perioperatif ?
2. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada
tindakan perioperatif ?
3. Untuk mengetahui apa saja tindakan keperawatanpre operatif ?
4. Untuk mengetahui apa saja tindakan keperawatan pot operatif ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
ruang operasi bersama klien.
Yang mengurus pertanggung jawaban secara legal dari
persetujuan pembedahan adalah dokter bedah, namun perawat juga
harus menyaksikan klien menandatangani formulir persetujuan
tersebut. Dalam melakukan hal ini perawat harus memastikan
bahwa klien memahami prosedur yang akan dilakukan. Jika tidak
dapat dipastikan apakah klien memahami dan mnyetujui prosedur
pembedahan, perawat harus menghubungi dokter bedah sebelum
pembedahan dilakukan.
Informed consent praoperatif harus terdiri dari :
2. Intraoperatif
Fase intraoperatif dimulai saat klien dipindahkan ke meja
operasi dan berakhir ketika klien masuk ke unit perawatan
pascaanestesia (PACU, pascaanesthesia care unit), yang juga
disebut ruang pascaanestesi atau ruang pemulihan. Aktivitas
keperawatan yang termasuk dalam fase ini antara lain berbagai
prosedur khusus yang dirancang untuk menciptakan dan
mempertahankan lingkungan terapeutik yang aman untuk klien dan
tenaga kesehatan.
Perawat intraoperatif adalah anggota tim bedah yang
penting, berperan sebagai advokat klien, mempertahankan
keselamatan, dan mengkaji secara kontinu kebutuhan klien dan tim
medis.
4
3. Pascaoperatif
Fase pascaoperatif dimulai saat klien masuk ke ruang
pemulihan atau ruang pascaanestesia dan berakhir ketika luka
benar-benar sembuh. Selama fase pascaoperatif, tindakan
keperawatan antara lain mengkaji respons klien (fisiologik dan
psikologik) terhadap pembedahan, melakukan intervensi untuk
memfasilitasi proses penyembuhan dan mencegah komplikasi,
memberi penyuluhan dan memberikan dukungan kepada klien dan
orang terdekat, dan merencanakan perawatan di rumah. Tujuannya
adalah membantu klien mencapai status kesehatan yang paling
optimal.
Peran perawat selama fase pascaoperatif sangat penting
terutama untuk pemulihan klien. Anestesia menghambat
kemampuan klien untuk berespons terhadap stimulus lingkungan
dan untuk membantu mereka sendiri, meskipun derajat kesadaran
klien mungkin akan sangat beraneka ragam. Selain itu,
pembedahan itu sendiri dapat menyebabkan trauma pada tubuh
dengan mengganggu mekanisme protektif dan homeostatis.
a. Pre-Operatif
1. Pengkajian Keperawatan
5
potasium, dan lain-lain. Selain itu terdapat juga pengkajian
terhadap riwayat alergi obat atau lainnya, status nutrisi, ada
atau tidaknya alat protesa seperti gigi palsu dan sebagainya.
Pemeriksaan lainnya yang dianjurkan sebelum pelaksanaan
bedah adalah radiografi thoraks, kapasitas vital, fungsi paru,
dan analisis gas darah pada pemautan sistem respirasi,
kemudian pemeriksaan elektroradiogram, darah, leukosit,
eritrosit, hematokrit, elektrolit, pemeriksaan air kencing,
albumin, blood urea nitrogen (BUN), kreatin, dan lain-lain
untuk menentukan gangguan sistem renal dan pemeriksaan
kadar gula darah atau lainnya untuk mendeteksi gangguan
metabolisme.
2. Diagnosa Keperawatan
6
mungkin akan terjadi, dan seterusnya.
2) Untuk mengatasi masalah risiko infeksi atau edera
lainnya dapat dilakukan dengan persiapan prabedah
seperti diet, persiapan perut, kulit, persiapan bernafas dan
latihan batuk, persiapan latihan kaki, latihan mobilitas,
dan latihan lain-lain.
4. Pelaksanaan (Tindakan) Keperawatan
1) Pemberian Pendidikan Kesehatan Preoperatif
Pemberian pendidikan kesehatan yang perlu
dijelaskan adalah berbagai informasi mengenai
tindakan pembedahan, diantaranya jenis pemeriksaan
yang dilakukan sebelum bedah, alat-alat khusus yang
diperlukan, pengiriman kekamar bedah, ruang pemulihan,
dan kemungkinan pengonatan setelah operasi.
2) Persiapan Diet
Pasien yang akan dibedah memerlukan persiapan
khudalam hal pengaturan diet. Pasien boleh menerima
makanan biasa sehari sebelum bedah, tetapi 8 jam
sebelum bedah tidak diperbolehkan makan, sedangkan
cairan tidak diperbolehkan 4 jam sebelum bedah, sebab
makanan atau cairan dalam lambung dapat menyebabkan
terjadinya aspirasi
3) Persiapan Kulit
Persiapan ini dilakukan dengan cara membebaskan
daerah yang akan dibedah dari mikroorganisme
dengan cara menyiram kulit
7
menggunakan sabun heksaklorofin (hexacholophene) atau sejenisnya
sesuai dengan jenis pembedahan. Bila pada kulit terdapat rambut, maka
harus dicukur.
4) Latihan Bernafas dan Latihan Batuk
Cara latihan ini dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan pengembangan paru sedangkan batuk dapat
menjadi kontraindikasi pada bedah intrakranial, mata,
telinga, hidung, dan tenggorokan karena dapat
meningkatkan tekanan, merusak jaringan, dan
melepaskan jahitan. Pernafasan yang dianjurkan adalah
pernafasan diagfragma, dengan cara seperti dibawah ini :
a) Atur posisi tidur semi fowler, lutut dilipat untuk thorak.
b) Tempatkan tangan di atas perut.
c) Tarik napas perlahan-lahan melalui hidung, biarkan dada
mengembang.
d) Tahan napas selama 3 detik.
e) Keluarkan napas dengan mulut yang dimoncongkan.
f) Tarik napas dan keluarkan kembali, lakukan hal yang sama
hingga 3 kali, setelah napas terakhir, batukkan untuk
mengeluarkan lendir.
g) Istirahat.
5) Latihan Kaki
Latihan ini dapat dilakukan untuk mencegah dan latihan
dampak tromboplebitis. Latihan kaki yang
dianjurkan antara lain latihan memompa otot , latihan
quadrisep, dan latihan mengencangkan glutea. Latihan
otot dapat dilakukan dengan mengontraksikan otot
betis dan paha, kemudian istirahatkan otot kaki, dan
ulangi hingga 10 kali. Latihan quadrisep dapat dilakukan
dengan cara membengkokkan lutut kaki rata pada tempat
tidur, kemudian luruskan kaki pada tempat tidur, dan
8
ulangi hingga 5 kali. Latihan mengencangkan glutea
dapat dilakukan dengan cara menekan otot pantat,
kemudian coba gerakan kaki ke tepi tempat tidur, lalu
istirahat dan ualangi sebanyak 5 kali.
6) Latihan Mobilitas
Latihan mobilitas dilakukan untuk mencegah komplikasi
sirkulasi, mencegah dekubitus, merangsang peristaltik
serta mengurangi adanya nyeri. Untuk melakukan latihan
mobilitas, pasien harus mampu menggunakan alat
ditempat tidur, seperti menggunakan penghalang agar
bisa memutar badan, melatih duduk di sisi tempat tidur
atau dengan cara menggeser pasien ke sisi tempat
tiduratau dengan cara menggeser pasien ke sisi tempat
tidur, melatih duduk diawali tidur fowler, kemudian
duduk tegak dengan kaki menggantung di sisi tempat
tidur.
7) Pencegah Cedera
Untuk mengatasi risiko terjadi cedera, tindakan yang
perlu dilakukan sebelum pelaksanaan bedah adalah :
a) Cek identitas pasien
b) Lepaskan perhiasan pada pasien yang dapat mengganggu,
misalnya cincin, gelang dan lain-lain.
c) Bersihkan cat kuku untuk memudahkan penilaian sirkulasi.
d) Lepaskan lensa kontak.
e) Lepaskan protesa
f) Alat bantu pendengaran dapat digunakan jika pasien tidak
dapat mendengar
g) Anjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kencing
h) Gunakan kaos kaki antiemboli bila pasien berisiko
mengalami tromboplebitis
5. Evaluasi Keperawatan
9
Evaluasi terhadap masalah prabedah secara umum dapat
dinilai dari adanya kemampuan dalam memahami masalah
atau kemungkinan yang terjadi pada intrah dan pasca bedah.
Tidak ada kecemasan, ketakutan, serta, tidak ditemukannya
risiko komplikasi pada infeksi atau cedera lainnya.
b. Intra operatif
1. Pengkajian Keperawatan
Salah satu hal yang perlu dikaji dalam intrabedah adalah
pengaturan posisi pasien. Berbagai masalah yang
terjadi selama pembedahan mencakup aspek pemantauan
fisiologis, perubahan tanda vital, sistem, kardiovaskuler,
keseimbangan cairan, dan pernapasan selain itu,
lakukan pengkajian terhadap tim dan istrumen pembedahan
serta anestesi yang diberikan.
2. Diagnosa Keperawatan
Hal yang perlu diperhatikan dalam diagnosa keperawatan
intrabedah adalah resiko terjadinya cedera berhubungan
dengan prosedur pembedahan.
3. Perencanaan Keperawatan
Tujuan :
Mencegah terjadinya cedera atau risiko lainnya sebagai
dampak dari tindakan pembedahan.
Rencana Tindakan:
1) Gunakan semua alat atau instrumen untuk tidakan
pembedahan seperti pemakaian baju bedah, tutup kepala,
masker, penutup sepatu , celemek, dan sarung tangan,
serta pencucian tangan.
2) Lakukan persiapan pelaksanaan anestesi sebelum tindakan
pembedahan.
3) Lakukan pemantauan selama masa tindakan pembedahan.
4. Pelaksaan (Tindakan) Keperawatan Bedah
1) Pengunaan Baju Seragam Bedah Penggunaan seragam
10
bedah desain secara khusus dengan harapan dapat
mencegah kontaminasi dari luar, berprinsip bahwa semua
baju dari luar harus diganti dengan baju bedah yang
steril,atau baju harus dimasukkan ke dalam celana, atau
harus di tutupi pinggang untuk mengurangi menyebarnya
bakteri, dan gunakan penutup kepala, masker, sarung
tangan serta celemek steril.
2) Mencuci tangan Sebelum Pembedahan Lihat bagian
mencuci tangan steril.
3) Menerima Pasien di Daerah Bedah Sebelum memasuki
wilayah bedah, pasien harus melakukan pemeriksaan
ulang diruang penerimaan untuk mengecek kembali
nama, bedah yang akan dilakukan, nomer status
registrasi pasien, berbagai hasil laboratorium dan x-ray,
persiapan darah setelah dilakukan pemeriksaan silang dan
golongan darah, alat protesa, dan lain-lain.
4) Pengiriman dan Pengaturan Posisi ke kamar Bedah Posisi
yang dianjurkan pada umumnya adalah telentang,
telungkup, trendelenburg, lithotomi, lateral, dan lain-lain.
5) Pembersihan dan Persiapan kulit Pelaksanaan ini
bertujuan untuk membuatdaerah yang akan dibedah bebas
dari kotoran dan lemak kulit serta mengurangi adanya
mikroba. Bahan yang digunakan dalam pembersihan kulit
ini harus memiliki spektrum khasiat, memiliki kecepatan
khasiat, atau memiliki potensi yang baik serta tidak
menurun bila adanya terdapat kadar alkohol, sabun
detergen, atau bahan organik lainnya.
6) Penutupan Daerah Steril Penutupan daerah steril
dilakukan dengan menggunakan doek steril agar daerah
seputar bedah tetap steril dan mencegah berpindahnya
mikroorganisme antara daerah yang steril dan tidak.
7) Pelaksanaan Anestesi Pelaksanaan anestesi dapat
11
dilakukan dengan berbagai macam, antara lain anestesi
umum, inhalasi atau intravena, anestesi regional dengan
cara memblok saraf, dan anestesi lokal.
8) Pelaksanaan Pembedahan Setelah dilakukan anestesi, tim
bedah akan melaksanakan pembedahan sesuai dengan
ketentuan pembedahan.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi terhadap masalah intrabedah secara umum dapat
dinilai dari adanya kemampuan dalam mempertahankan
status kesehatan, seperti normalnya perubahan tanda vital,
kardiovaskular, pernapasan, ginjal, dan lain-lain.
c. Pasca operatif
1. Pengkajian Keperawatan
Tujuan :
3) Mempertahankan sirkulasi.
5) Mempertahankan eliminasi.
6) Mempertahankan aktivitas.
7) Mengurangi kecemasan.
Rencana Tindakan :
1. Pengertian
14
Tindakan keperawatan adalah setiap terapi perawatan langsung yang
dilakukan perawat untuk kepentingan klien, terapi tersebut termasuk
terapi yang dilakukan perawat berdasarkan diagnosis keperawatan,
pengobatan yang dilakukan dokter berdasarkan diagnosis medis, dan
melakukan fungsi penting sehari – hari untuk klien yang tidak dapat
melakukannya ( Mc. Closkey dan Bulechek 1992 ) yang dikutip
Barbara J. G ( 2008 ).
a. Persiapan Fisik
Persiapan fisik pre operasi yang dialami oleh pasien dibagi dalam
2 tahapan, yaitu persiapan di unit perawatan dan persiapan di
ruang operasi. Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan
terhadap pasien sebelum operasi menurut Brunner & Suddarth
( 2002 ), antara lain :
1) Status kesehatan fisik secara umum
15
Sebelum dilakukan pembedahan, penting dilakukan
pemeriksaan status kesehatan secara umum, meliputi identitas
klien, riwayat penyakit seperti kesehatan masa lalu, riwayat
kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik lengkap, antara lain
status hemodinamika, status kardiovaskuler, status pernafasan,
fungsi ginjal dan hepatik, fungsi endokrin, fungsi imunologi,
dan lain-lain. Selain itu pasien harus istirahat yang cukup,
karena dengan istirahat dan tidur yang cukup pasien tidak
akan mengalami stres fisik, tubuh lebih rileks sehingga bagi
pasien yang memiliki riwayat hipertensi, tekanan darahnya
dapat stabil dan bagi pasien wanita tidak akan memicu
terjadinya haid lebih awal.
2) Status Nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan
dan berat badan, lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar
protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan
nitrogen. Segala bentuk defisiensi nutrisi harus dikoreksi
sebelum pembedahan untuk memberikan protein yang cukup
untuk perbaikan jaringan. Kondisi gizi buruk dapat
mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca
operasi dan mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat
di rumah sakit. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah
infeksi pasca operasi, dehisiensi (terlepasnya jahitan sehingga
luka tidak bisa menyatu), demam dan penyembuhan luka yang
lama. Pada kondisi yang serius pasien dapat mengalami sepsis
yang bisa mengakibatkan kematian.
3) Keseimbangan cairan dan elektrolit
Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan
input dan output cairan. Demikaian juga kadar elektrolit
serum harus berada dalam rentang normal. Kadar elektrolit
yang biasanya dilakukan pemeriksaan di antaranya adalah
kadar natrium serum (normal : 135 -145 mmol/l), kadar
16
kalium serum (normal : 3,5 – 5 mmol/l) dan kadar kreatinin
serum (0,70 – 1,50 mg/dl). Keseimbangan cairan dan
elektrolit terkait erat dengan fungsi ginjal. Dimana ginjal
berfungsi mengatur mekanisme asam basa dan ekskresi
metabolit obat- obatan anastesi. Jika fungsi ginjal baik maka
operasi dapat dilakukan dengan baik. Namun jika ginjal
mengalami gangguan seperti oliguri/anuria, insufisiensi renal
akut, dan nefritis akut, maka operasi harus ditunda menunggu
perbaikan fungsi ginjal, kecuali pada kasus- kasus yang
mengancam jiwa.
4) Kebersihan lambung dan kolon
Lambung dan kolon harus dibersihkan terlebih dahulu.
Intervensi keperawatan yang bisa diberikan diantaranya
adalah pasien dipuasakan dan dilakukan tindakan
pengosongan lambung dan kolon dengan tindakan
enema/lavement. Lamanya puasa berkisar antara 7 sampai 8
jam (biasanya puasa dilakukan mulai pukul 24.00 WIB).
Tujuan dari pengosongan lambung dan kolon adalah untuk
menghindari aspirasi (masuknya cairan lambung ke paru-
paru) dan menghindari kontaminasi feses ke area pembedahan
sehingga menghindarkan terjadinya infeksi pasca
pembedahan. Khusus pada pasien yang membutuhkan operasi
CITO (segera), seperti pada pasien kecelakaan lalu lintas,
maka pengosongan lambung dapat dilakukan dengan cara
pemasangan NGT (naso gastric tube).
5) Pencukuran daerah operasi
Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari
terjadinya infeksi pada daerah yang dilakukan pembedahan
karena rambut yang tidak dicukur dapat menjadi tempat
bersembunyi kuman dan juga mengganggu/menghambat
proses penyembuhan dan perawatan luka. Meskipun demikian
ada beberapa kondisi tertentu yang tidak memerlukan
17
pencukuran sebelum operasi, misalnya pada pasien luka incisi
pada lengan. Tindakan pencukuran (scheren) harus dilakukan
dengan hati-hati jangan sampai menimbulkan luka pada
daerah yang dicukur. Sering kali pasien diberikan kesempatan
untuk mencukur sendiri agar pasien merasa lebih nyaman.
Daerah yang dilakukan pencukuran tergantung pada jenis
operasi dan daerah yang akan dioperasi. Biasanya daerah
sekitar alat kelamin (pubis) dilakukan pencukuran jika yang
dilakukan operasi pada daerah sekitar perut dan paha.
Misalnya : apendiktomi, herniotomi, uretrolithiasis, operasi
pemasangan plate pada fraktur femur, dan hemmoroidektomi.
Selain terkait daerah pembedahan, pencukuran pada lengan
juga dilakukan pada pemasangan infus sebelum pembedahan.
6) Personal Hygine
18
menghadapi kondisi pasca operasi, seperti : nyeri daerah
operasi, batuk dan banyak lendir pada tenggorokan.
Latihan yang diberikan pada pasien sebelum operasi antara
lain:
19
tenggorokan. Latihan batuk efektif sangat bermanfaat bagi
pasien setalah operasi untuk mengeluarkan lendir atau
sekret tersebut. Pasien dapat dilatih melakukan teknik
batuk efektif dengan cara :
Pasien condong ke depan dari posisi semifowler,
jalinkan jari- jari tangan dan letakkan melintang di
atas incisi sebagai bebat ketika batuk. Kemudian
pasien nafas dalam seperti cara nafas dalam (3-5
kali)
Segera lakukan batuk spontan, pastikan rongga
pernafasan terbuka dan tidak hanya batuk dengan
mengandalkan kekuatan tenggorokan saja karena
bisa terjadi luka pada tenggorokan. Hal ini bisa
menimbulkan ketidaknyamanan, namun tidak
berbahaya terhadap incisi. Ulangi lagi sesuai
kebutuhan. Jika selama batuk daerah operasi terasa
nyeri, pasien bisa menambahkan dengan
menggunakan bantal kecil atau gulungan handuk
yang lembut untuk menahan daerah operasi dengan
hati-hati sehingga dapat mengurangi guncangan
tubuh saat batuk.
c) Latihan Gerak Sendi
Latihan gerak sendi merupakan hal sangat penting bagi
pasien sehingga setelah operasi, pasien dapat segera
melakukan berbagai pergerakan yang diperlukan untuk
mempercepat proses penyembuhan. Pasien/keluarga
pasien seringkali mempunyai pandangan yang keliru
tentang pergerakan pasien setelah operasi. Banyak pasien
yang tidak berani menggerakkan tubuh karena takut
jahitan operasi sobek atau takut luka operasinya lama
sembuh. Pandangan seperti ini jelas keliru karena justru
jika pasien selesai operasi dan segera bergerak maka
20
pasien akan lebih cepat merangsang usus
(peristaltik usus) sehingga pasien akan lebih cepat
kentut/flatus. Keuntungan lain adalah menghindarkan
penumpukan lendir pada saluran pernafasan dan terhindar
dari kontraktur sendi dan terjadinya dekubitus.Tujuan
lainnya adalah memperlancar sirkulasi untuk mencegah
stasis vena dan menunjang fungsi pernafasan optimal.
Intervensi ditujukan pada perubahan posisi tubuh dan
juga Range of Motion (ROM). Latihan perpindahan posisi
dan ROM ini pada awalnya dilakukan secara pasif
namun kemudian seiring dengan bertambahnya kekuatan
tonus otot maka pasien diminta melakukan secara
mandiri.
Status kesehatan fisik merupakan faktor yang sangat
penting bagi pasien yang akan mengalami pembedahan,
keadaan umum yang baik akan mendukung dan
mempengaruhi proses penyembuhan. Sebaliknya, berbagai
kondisi fisiologis dapat mempengaruhi proses
pembedahan. Demikian juga faktor usia/penuaan dapat
mengakibatkan komplikasi dan merupakan faktor resiko
pembedahan. Oleh karena itu sangatlah penting untuk
mempersiapkan fisik pasien sebelum dilakukan
pembedahan/operasi.
b. Persiapan Penunjang
Persiapan penunjang merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari tindakan pembedahan. Tanpa adanya hasil
pemeriksaan penunjang, maka dokter bedah tidak mungkin bisa
menentukan tindakan operasi yang harus dilakukan pada pasien.
Pemeriksaan penunjang yang dimaksud adalah berbagai
pemeriksaan radiologi, laboratorium maupun pemeriksaan lain
seperti ECG, dan lain-lain.
Sebelum dokter mengambil keputusan untuk melakukan operasi
21
pada pasien, dokter melakukan berbagai pemeriksaan terkait
dengan keluhan penyakit pasien sehingga dokter bisa
menyimpulkan penyakit yang diderita pasien. Setelah dokter
bedah memutuskan bahwa pasien harus operasi maka dokter
anestesi berperan untuk menentukan apakah kondisi pasien layak
menjalani operasi. Untuk itu dokter anestesi juga memerlukan
berbagai macam pemeriksaan laboratorium terutama pemeriksaan
masa perdarahan (bledding time) dan masa pembekuan (clotting
time) darah pasien, elektrolit serum, Hemoglobin, protein darah,
dan hasil pemeriksaan radiologi berupa foto thoraks dan EKG.
Berbagai jenis pemeriksaan penunjang yang sering dilakukan
pada pasien sebelum operasi (tidak semua jenis pemeriksaan
dilakukan terhadap pasien, namun tergantung pada jenis penyakit
dan operasi yang dijalani oleh pasien). Pemeriksaan penunjang
yang dilakukan pada pasien preoperasi antara lain :
1) Pemeriksaan Radiologi dan diagnostik, seperti :
Foto thoraks, abdomen, foto tulang (daerah
fraktur), USG (Ultra Sono Grafi), CT scan
(computerized Tomography Scan), MRI
(Magnetic Resonance Imagine), BNO-IVP,
Renogram, Cystoscopy, Mammografi, CIL (Colon
in Loop), EKG/ECG (Electro Cardio Grafi),
ECHO, EEG (Electro Enchephalo Grafi), dll.
2) Pemeriksaan Laboratorium, berupa pemeriksaan
darah : hemoglobin, angka leukosit, limfosit, LED
(laju enap darah), jumlah trombosit, protein total
(albumin dan globulin), elektrolit (kalium,
natrium, dan chlorida), CT/BT, ureum, kreatinin,
BUN, dll. Bisa juga dilakukan pemeriksaan pada
sumsum tulang jika penyakit terkait dengan
kelainan darah.
3) Biopsi, yaitu tindakan sebelum operasi berupa
22
pengambilan bahan jaringan tubuh untuk
memastikan penyakit pasien sebelum operasi.
Biopsi biasanya dilakukan untuk memastikan
apakah ada tumor ganas/jinak atau hanya berupa
infeksi kronis saja.
4) Pemeriksaan Kadar Gula Darah (KGD).
Hari pembedahan :
29
4) Mendiskusikan pengobatan preoperasi bila diprogramkan.
30
f. Mempersiapkan usus dan kandung kemih
31
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keperawatan perioperatif adalah periode sebelum, selama dan sesudah
operasi berlangsung, yang mana tugas seorang perawat yaitu memberikan
kenyamanan terhadap pasien supaya saat dilaksanakannya operasi
hingga paska operasi sampai pemulihan pasien, hingga pasien sembuh,
pasien merasa nyaman dan tercukupi kebutuhan – kebutuhannya.
fase penyembuhan apabila pasien sudah diperbolehkan pulang tugas
perawat yaitu memberikan penyuluhan tindakan perawatan diri pasien,
terhadap keluarga dan pasien itu sendiri, supaya terjaga kesehatan pasien
dan terawat denganbaik, sehingga pasien sehat seperti sediakala.
B. Saran
Penulis menyadari sepenuhnya jika makalah ini masih banyak kesalahan
dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, untuk memperbaiki makalah
tersebut penulis meminta kritik yang membangun dari para pembaca.
32
DAFTAR PUSTAKA
33
34
35
36