Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

STROKE NON HEMORAGIK DI RUANG KEMUNING


RSUD PROF DR MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

Oleh :
JELIN ADITA ABDILAH
2011040157

PROGRAM PROFESI NERS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2020/2021
A. Definisi
Stroke non hemoragik (SNH) merupakan gangguan sirkulasi cerebri yang
dapat timbul sekunder dari proses patologis pada pembuluh misalnya trombus,
embolus atau penyakit vaskuler dasar seperti artero sklerosis dan arteritis yang
mengganggu aliran darah cerebral sehingga suplai nutrisi dan oksigen ke otal
menurun yang menyebabkan terjadinya infark. Menurut Price, (2010).
Kondisi Hemiparese adalah kondisi dimana terjadinya kelemahan pada
sebelah atau sebagian kanan/kiri tubuh (Lengan, tungkai dan wajah) yang berlawanan
dengan lesi yang terjadi di otak.
Hemiparesis adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progesif
cepat, berupa deficit neurologis fokal, atau/dan global, yang berlangsung 24 jam atau
lebih atau langsung menimbulkan kematian, dan semata-mata disebabkan oleh
gangguan peredaran darah otak non traumatic (sumber : Kapita Selekta Kedokteran
Jilid II 2009). Hemiparesis adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran
darah otak (sumber : Patofisiologi, Elizabeth J. Corwin 2010). Hemiparese adalah
kelumpuhan pada sebagian salah satu sisi tubuh. (Kamus Keperawatan Sue Hinchliff).
B. Etiologi
Pada tingkatan makroskopik, stroke non hemoragik paling sering disebabkan
oleh emboli ektrakranial atau trombosis intrakranial. Selain itu, stroke non hemoragik
juga dapat diakibatkan oleh penurunan aliran serebral. Pada tingkatan seluler, setiap
proses yang mengganggu aliran darah menuju otak menyebabkan timbulnya kaskade
iskemik yang berujung pada terjadinya kematian neuron dan infark serebri.
1. Emboli
a) Embolus yang dilepaskan oleh arteria karotis atau vertebralis, dapat berasal
dari “plaque athersclerotique” yang berulserasi atau dari trombus yang melekat
pada intima arteri akibat trauma tumpul pada daerah leher.
b) Embolisasi kardiogenik dapat terjadi pada:
 Penyakit jantung dengan “shunt” yang menghubungkan bagian kanan dan
bagian kiri atrium atau ventrikel.
 Penyakit jantung rheumatoid akut atau menahun yang meninggalkan
gangguan pada katup mitralis.
 Fibrilasi atrium
 Infarksio kordis akut
 Embolus yang berasal dari vena pulmonalis
 Kadang-kadang pada kardiomiopati, fibrosis endrokardial, jantung
miksomatosus sistemik.
c) Embolisasi akibat gangguan sistemik dapat terjadi sebagai:
 Embolia septik, misalnya dari abses paru atau bronkiektasis
 Metastasis neoplasma yang sudah tiba di paru.
  Embolisasi lemak dan udara atau gas N (seperti penyakit “caisson”).
2. Thrombosis
Stroke trombotik dapat dibagi menjadi stroke pada pembuluh darah besar
(termasuk sistem arteri karotis) dan pembuluh darah kecil (termasuk sirkulus
Willisi dan sirkulus posterior). Tempat terjadinya trombosis yang paling sering
adalah titik percabangan arteri serebral utamanya pada daerah distribusi dari arteri
karotis interna. Adanya stenosis arteri dapat menyebabkan terjadinya turbulensi
aliran darah (sehingga meningkatkan resiko pembentukan trombus aterosklerosis
(ulserasi plak), dan perlengketan platelet. Penyebab lain terjadinya trombosis
adalah polisetemia, anemia sickle sel, defisiensi protein C, displasia fibromuskular
dari arteri serebral, dan vasokonstriksi yang berkepanjangan akibat gangguan
migren. Setiap proses yang menyebabkan diseksi arteri serebral juga dapat
menyebabkan terjadinya stroke trombotik (contohnya trauma, diseksi aorta
thorasik, arteritis).
C. Tanda Gejala
Tanda dan gejala dari stroke adalah (Baughman, C Diane.dkk,2000)
Kehilangan motorik
1. Disfungsi motorik paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi)
dan hemiparesis (kelemahan salah satu sisi) dan disfagia.
2. Kehilangan komunikasi: Disfungsi bahasa dan komunikasi
adalah disatria (kesulitan berbicara) atau afasia (kehilangan berbicara).
3. Gangguan persepsi: Meliputi disfungsi persepsi visual humanus, heminapsia atau
kehilangan penglihatan perifer dan diplopia, gangguan hubungan visual, spesial
dan kehilangan sensori.
4. Kerusakan fungsi kognitif parestesia (terjadi pada sisi yang berlawanan).
5. Disfungsi kandung kemih meliputi: inkontinensiaurinarius transier, inkontinensia
urinarius peristen atau retensi urin (mungkin simtomatik dari kerusakan otak
bilateral), Inkontinensia urinarius dan defekasi yang berlanjut (dapat
mencerminkan kerusakan neurologi ekstensif).
6. Nyeri kepala bagian oksipital
7. Vertigo, muntah, mual

D. Patofisiologi
Stroke non haemorage terjadi karena adanya penyumbatan di pembuluh darah
otak yang disebabkan oleh trombosis, emboli sehingga jumlah darah yang mengalir ke
daerah distal dari penyumbatan berkurang kedaerah tersebut juga mengalami
kekurangan oksigen akibat daerah tersebut juga mengalami kekurangan oksigen
akibatnya daerah tersebut menjadi ischemic, di mana terjadi penekanan perfusi
rendah, penyediaan oksigen menurun, CO2 dan asam laktat tertimbun. Pembuluh
darah di bagian pusat daerah ischemic kehilangan tonus dan terjadi proses degeneratif
akibat dari oedema cerebri sehingga terjadi infark dan timbul manifestasi deficit
neurologik yang berupa hemiparese yang bersifat kontra lateral dari daerah lesi di
otak.
E. Pathway

vertigo, muntah, mual, kehilangan kemampuan berkomunikasi


Penyumbatan dipembuluh darah atau emboli
Suplai darah kejaringan cerebral tidak adekuat

Perfusi jaringan cerebral tidak adekuat


Ischemic
O2 menurun, CO2 & asam laktat tertimbun
Ischemic kehilangan tonus area grocca

Rusuk fugsi NVII, N. XII


Ganguan berbicara
Proses degeneratif akibat dari oedem cerebri

Hambatan komunikasi
Infark & timbul manufestasi deficit neurologis verbal

Hemifer kanan

Hemiparase / pleg kiri

Defisit perawatan diri


F. Pemeriksaan Penunjang
1. Angiografi serebral
2. Menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan atau obstruksi
arteri.
3. Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT)
Untuk mendeteksi luas dan daerah abnormal dari otak, yang juga mendeteksi,
melokalisasi, dan mengukur stroke (sebelum nampak oleh pemindaian CT).
4.  CT scan
Penindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma,
adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya secara pasti.
5.   MRI (Magnetic Imaging Resonance)
Menggunakan gelombang megnetik untuk menentukan posisi dan besar terjadinya
perdarahan otak. Hasil yang didapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat
dari hemoragik.
6. EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari
jaringan yang infark sehingga menurunya impuls listrik dalam jaringan otak.
7. Pemeriksaan laboratorium.
a) Lumbal pungsi: pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada perdarahan
yang masif, sedangkan pendarahan yang kecil biasanya warna likuor masih
normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama.
b) Pemeriksaan darah rutin (glukosa, elektrolit, ureum, kreatinin).
c) Pemeriksaan kimia darah: pada strok akut dapat terjadi hiperglikemia.
d) gula darah dapat mencapai 250 mg di dalam serum dan kemudian berangsur-
rangsur turun kembali.
e) Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri.
G. Penatalaksanaan
Tujuan intervensi adalah berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan
melakukan tindakan sebagai berikut:
1. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan lendir yang
sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu pernafasan.
2. Mengendalikan tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk untuk usaha
memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
3. Berusaha menentukan dan memperbaiki aritmia jantung.
4. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin
pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif.
5. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala yang
berlebihan,
 Pengobatan Konservatif
a) Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara percobaan,
tetapi maknanya: pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan.
b) Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra arterial.
c)  Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk menghambat reaksi
pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma.
d) Anti koagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya/ memberatnya
trombosis atau emboli di tempat lain di sistem kardiovaskuler.
 Pengobatan Pembedahan
Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebral : Endosterektomi
karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu dengan membuka arteri karotis
di leher.
a) Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan manfaatnya
paling dirasakan oleh pasien TIA.
b) Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut.
c) Ugasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma.
H. Fokus Pengkajian
a) Identitas klien : meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis
kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam
MRS, nomor register, diagnose medis.
b) Keluhan utama : Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan,
bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi.
c) Riwayat penyakit sekarang: Serangan stroke seringkali berlangsung sangat
mendadak, pada saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri
kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala
kelumpuhan separoh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
d) Riwayat penyakit dahulu : Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit
jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan
obat-obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.
e) Riwayat penyakit keluarga : Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita
hipertensi ataupun diabetes militus.
f) Aktivitas/istirahat: Klien akan mengalami kesulitan aktivitas akibat kelemahan,
hilangnya rasa, paralisis, hemiplegi, mudah lelah, dan susah tidur.
g) Sirkulasi: Adanya riwayat penyakit jantung, katup jantung, disritmia, CHF,
polisitemia. dan hipertensi arterial.
h) Integritas Ego: Emosi labil, respon yang tak tepat, mudah marah, kesulitan untuk
mengekspresikan diri.
i) Eliminasi: Perubahan kebiasaan Bab. dan Bak. Misalnya inkoontinentia urine,
anuria, distensi kandung kemih, distensi abdomen, suara usus menghilang.
j) Makanan/caitan : Nausea, vomiting, daya sensori hilang, di lidah, pipi,
tenggorokan, dysfagia
k) Neuro Sensori: Pusing, sinkope, sakit kepala, perdarahan sub arachnoid, dan
intrakranial. Kelemahan dengan berbagai tingkatan, gangguan penglihatan, kabur,
dyspalopia, lapang pandang menyempit. Hilangnya daya sensori pada bagian yang
berlawanan dibagian ekstremitas dan kadang-kadang pada sisi yang sama di muka.
l) Nyaman/nyeri : Sakit kepala, perubahan tingkah laku kelemahan, tegang pada
otak/muka: Respirasi Ketidakmampuan menelan, batuk, melindungi jalan nafas.
Suara nafas, whezing, ronchi.
m)Keamanan
Sensorik motorik menurun atau hilang mudah terjadi injury. Perubahan persepsi
dan orientasi Tidak mampu menelan sampai ketidakmampuan mengatur kebutuhan
nutrisi. Tidak mampu mengambil keputusan.
n) Interaksi social: Gangguan dalam bicara, Ketidakmampuan berkomunikasi.
I. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan Perfusi jaringan serebral berhubungan dengan aliran darah ke
otak terhambat
2.  Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi ke otak
3.  Defisit perawatan diri: makan, mandi, berpakaian, toileting berhubungan
kerusakan neurovaskuler.
4. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler
J. Rencana Tindakan

n Diagnosa NOC NIC


o keperawatan
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan Monitor Neurologi
Perfusi jaringan tindakan selama 3x 24
1. Monitor ukuran, kesimetrisan,
serebral  b.d jam diharapkan suplai
reaksi dan bentuk  pupil
aliran darah ke aliran darah keotak
2.  Monitor tingkat kesadaran klien
otak terhambat. lancar dengan kriteria
3. Monitor tanda-tanda vital
hasil:
4. Monitor keluhan nyeri kepala,
- Nyeri kepala /
mual, muntah
vertigo berkurang
5. Monitor respon klien terhadap
sampai dengan
pengobatan
hilang
6. Hindari aktivitas jika TIK
- Tanda-tanda vital
meningkat
stabil
7. Observasi kondisi fisik klien
2. Hambatan Setelah dilakukan 1. Datkan keluarga untuk membantu
tindakan keperawatan, memahami / memahamkan
komunikasi
diharapkan klien informasi dari / ke klien
verbal mampu untuk 2. Dengarkan setiap ucapan klien
berkomunikasi lagi dengan penuh perhatian
dengan kriteria hasil: 3. Gunakan kata-kata sederhana dan
        dapat menjawab pendek dalam komunikasi dengan
pertanyaan yang klien
diajukan perawat 4.  Dorong klien untuk mengulang
        dapat mengerti dan kata-kata
memahami pesan-pesan 5. Berikan arahan / perintah yang
melalui gambar sederhana setiap interaksi dengan
-  dapat klien
6.  Programkan speech-language
mengekspresikan
teraphy
perasaannya secara 7. Lakukan speech-language teraphy
setiap interaksi dengan klien
verbal maupun
nonverbal
3. Defisit perawatan Setelah dilakukan Bantuan perawatan diri
diri b.d gangguan tindakan selama 3x 24 1. Monitor kemampuan perawatan diri
muskuloskeletal diharapkan perawatan sendiri secara mandiri
diri: aktivitas sehari- 2. Monitor kebutuhan pasien terkait
hari dengan alat-alat kebersihan, alat
bantu untuk berpakaian, berdandan,
eliminasi, dan makan
3. Bantu pasien menerima kebutuhan
(pasien) terkait dengan kondisi
ketergantungannya
4. Dorong pasien untuk melakukan
aktivitas normal sehari-hari sampai
batas kemampuan pasien habis
5. Dorong kemandirian pasien, tapi
bantu ketika pasien tidak mampu
melakukannya
6. Berikan lingkungan yang nyaman
7. Berikan bantuan sampai pasien
mampu melakukan perawatan diri
secara mandiri

Daftar Pustaka
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Nurarif. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis dan
NANDA NIC NOC. Yogyakarta; Mediaction
Nursing Interventions Classification (NIC).2017 : Fifth Edition. Missouri : Mosby
Elsevier.
Nursing Outcomes Classification (NOC).2017 : Fourth Edition.Missouri : Mosby
Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai