Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

ANALISIS TINGKAT KESIAPSIAGAAN SISWA SMP DALAM


MENGHADAPI BENCANA ERUPSI GUNUNG MERAPI DI KABUPATEN
MAGELANG

BIDANG KEGIATAN:
PKM PENELITIAN

Diusulkan oleh:
Yunita Eka Safitri 190721637621

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


MALANG
2020

i
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL……………………………………………………………i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3
1.4 Luaran Yang Diharapkan ......................................................................... 3
1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................... 4
BAB II ..................................................................................................................... 5
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 5
2.1 Kesiapsiagaan ........................................................................................... 5
2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapsiagaan individu dalam
menghadapi bencana ........................................................................................... 5
2.3 Bencana Erupsi Gunung Merapi .............................................................. 7
2.4 Tingkat Kesiapsiagaan Siswa SMP di Magelang Dalam Menghadapi
Bencana ............................................................................................................... 8
BAB III ................................................................................................................. 10
METODE PENELITIAN ...................................................................................... 10
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian ......................................................... 10
3.2 Teknik Pengumpulan Data.................................................................. 10
3.3 Instrumen Penelitian ........................................................................... 11
3.4 Analisis Data ....................................................................................... 11
BAB IV BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN ................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 14

ii
1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kabupaten Magelang terletak ditengah-tengah Provinsi Jawa Tengah,
apabila dilihat dari titik koordinatnya Kabupaten Magelang terletak diantara
110 ֯ 01' 51" sampai dengan 110 ֯ 26' 28" BT dan antara 7 ֯ 19' 13" sampai dengan
70 42' 16" LS. Kabupaten Magelang merupakan wilayah dengan topografi
berupa dataran dan pegunungan. Kabupaten Magelang merupakan daerah
dengan indeks kerawanan bencana yang tinggi terutama bencana letusan
gunung api yang menempati posisi nomor dua ranking nasional. (BNPB, 2011).
Gunung Merapi sebagai salah satu gunung api aktif yang berada di Kabupaten
Magelang dan juga merupakan salah satu gunung api teraktif di dunia. Gunung
Merapi memberikan manfaat bagi alam dan makhluk disekitarnya. Namun,
disisi lain juga memberikan ancaman yang dapat menyebabkan bencana.
Cakupan yang sangat luas bagi penduduk yang terancam bencana erupsi
Gunung Merapi, memerlukan usaha terpadu dalam mengurangi risiko bencana.
Upaya pengurangan risiko bencana perlu dilakukan pada berbagai tingkat,
dengan melibatkan semua pemangku kepentingan yang terkait, termasuk
masyarakat pada tingkat komunitas yang terkecil.
Anak-anak merupakan usia yang paling rentan terhadap risiko menjadi
korban dalam suatu bencana.Saat terjadi erupsi Gunung Merapi 2010, jumlah
anak usia sekolah yang menjadi korban didominasi oleh anak usia sekolah
tingkat SD dan SMP. Selain itu jumlah sekolah pada tingkat pendidikan dasar
lebih banyak dibandingkan tingkat pendidikan atas.
Oleh karena itu, mempersiapkan pengetahuan terhadap bencana serta
kesiapsiagaannya sejak dini kepada masyarakat yang rentan bencana adalah hal
penting yang perlu dilakukan untuk menghindari atau memperkecil risiko
menjadi korban.Pendidikan siaga bencana perlu dikembangkan mulai tingkat
pendidikan dasar untuk membangun budaya keselamatan dan ketahanan
khususnya untuk anak-anak dan generasi muda.
2

Sekolah sebagai institusi pendidikan yang didalamnya menanamkan nilai-nilai


budaya dan pengetahuan kepada generasi muda diharapkan dapat memberikan
peranan yang penting bagi pendidikan risiko bencana.
Objek pertama yang digunakan dalam penelitian kali ini ialah SMP IT Al-
Umar, merupakan salah satu sekolah yang berada pada kawasan rawan bencana
erupsi Gunung Merapi. Lokasi sekolah ini berada di Desa
Ngargosoka,Kecamatan Srumbung.Menurut Peta Wilayah Desa dalam Zona
Ancaman Merapi (Jarak Radius 20 km) dari Puncak Gunungapi Merapi. Jarak
antara lokasi sekolah dengan puncak Merapi sekitar 10 km. Sedangkan menurut
Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi dan Area Terdampak Letusan
2010 yang diterbitkan oleh Badan Geologi, Kementrian Energi dan Sumber
Daya Mineral, sekolah ini berada pada Kawasan Rawan Bencana (KRB) erupsi
Gunung Merapi yaitu KRB II. Pada saat erupsi Gunung Merapi tahun 2010 yang
lalu, seluruh masyarakat yang berada di desa ini dihimbau untuk mengungsi di
tempat yang lebih aman.
Adapun objek penelitian yang kedua adalah SMP Negeri 1 Muntilan. Lokasi
sekolah ini berada di Desa Gunungpring, Kecamatan Muntilan. Merupakan desa
yang tidak berada pada kawasan rawan bencana erupsi Gunung Merapi. Jarak
lokasi sekolah dengan puncak Merapi sekitar 25 km.
Salah satu upaya untuk mengurangi resiko bencana adalah melakukan
kegiatan kampanye publik seperti yang dilakukan oleh UN/ISDR (United
Nations/International Strategy for Disaster Reduction) hingga penghujung
tahun 2007 yang bertema ‘Kampanye Pendidikan tentang Risiko Bencana dan
Keselamatan di Sekolah’. Sasaran utama kampanye ini adalah mempromosikan
integrasi pendidikan tentang risiko bencana dalam kurikulum sekolah di negara-
negara yang rawan bencana alam dan mempromosikan konstruksi yang aman
dan penyesuaian gedung sekolah yang mampu menahan bahaya. Kegiatan ini
diharapakan dapat mendorong kepekaan anak-anak terhadap ancaman bencana.
Pengurangan risiko bencana Gunung Merapi dilakukan untuk mengurangi
dampak buruk yang mungkin timbul,terutama dilakukan dalam situasi sedang
tidak terjadi bencana, yang meliputi pengenalan dan pemantauan risiko
bencana,perencanaan partisipatif penanggulangan bencana,pengembangan
3

budaya sadar bencana,peningkatan komitmen terhadap pelaku penanggulangan


bencana dan penerapan upaya fisik,nonfisik, dan pengaturan penanggulangan
bencana (Sarwidi,2013).
Kesadaran akan bencana kini juga mendapat perhatian dari bangsa-bangsa
di seluruh dunia salah satunya tercermin dari adanya Kerangka Aksi
Hyogo.Kerangka Aksi ini menghasilkan suatu Kerangka Kerja Aksi 2005-2015
untuk membangun ketahanan bangsa dan komunitas terhadap
bencana.Konferensi ini mengadopsi lima prioritas aksi.Satu diantaranya adalah
memperkuat kesiapsiagaan terhadap bencana demi respons yang efektif di
semua tingkat termasuk sekolah.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang terdapat di atas,maka rumusan masalah untuk
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengetahuan, sikap dan tindakan kesiapsiagaan oleh siswa
dalam menghadapi bencana erupsi Gunung Merapi?
2. Apakah ada perbedaan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana erupsi
Gunung Merapi antara siswa SMP IT Al-Umar yang berada di kawasan
rawan bencana dan siswa SMP Negeri 1 Muntilan yang tidak berada di
kawasan rawan bencana?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Mengetahui tentang tingkat pengetahuan,sikap serta tindakan oleh siswa
dalam menghadapi bencana erupsi Gunung Merapi.
2. Mengetahui perbedaan tingkat kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi
erupsi Gunung Merapi antara siswa SMP IT Al-Umar yang berada di
kawasan rawan bencana dengan siswa SMP Negeri 1 Muntilan yang tidak
berada di kawasan rawan bencana.

1.4 Luaran Yang Diharapkan


Luaran yang diharapkan dalam penelitian ini adalah dapat menghasilkan
artikel ilmiah yang berisi pengetahuan tentang pentingnya kesiapsiagaan dalam
4

menghadapi bencana bagi siswa,sekolah maupun masyarakat sehingga dapat


meminimaslisir dampak yang ditimbulkan oleh bencana tersebut.

1.5 Manfaat Penelitian


1. Secara teoritis,dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah
wawasan dan meningkatkan peran aktif individu serta masyarakat dalam
menghadapi bencana erupsi Gunung Merapi sehingga dapat meminimalisir
korban bila terjadi bencana.
2. Secara praktis, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan
pengetahuan kepada siswa tentang kesiapsiagaan menghadapi bencana
erupsi Gunung Merapi dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya
kesiapsiagaan terhadap bencana erupsi Gunung Merapi.
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kesiapsiagaan

1. Pengertian Kesiapsiagaan

Kesiapsiagaan berarti merencanakan tindakan untuk merespon jika terjadi


bencana. Kesiapsiagaan juga dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan siap
siaga dalam menghadapi krisis, bencana atau keadaan darurat lainnya. Menurut
Undang-Undang Nomor 27 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang
tepat guna dan berdaya guna.

2. Tujuan Kesiapsiagaan

Menurut Gregg dalam (Dodon, 2013: 129) kesipasiagaan bertujuan untuk


meminimalkan efek samping bahaya melalui tindakan pencegahan yang
efektif, tepat waktu, memadai, efisiensi untuk tindakan tanggap darurat dan
bantuan saat bencana. Upaya kesiapsiagaan juga bertujuan untuk memastikan
bahwa sumberdaya yang diperlukan untuk tanggap dalam peristiwa bencana
dapat digunakan secara efektif pada saat bencana dan tahu bagaimana
menggunakannya (Sutton dan Tierney dalam Dodon, 2013:129).

2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapsiagaan individu dalam


menghadapi bencana

Kesiapsiagaan individu dalam menghadapi bencana dipengaruhi oleh 3


faktor, diantaranya adalah:

1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa
6

dan raba. Sebagian besar, pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan
telinga. (Notoatmodjo, 2005). Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan
domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang(overt
behaviour)

2. Sikap

Sikap (attitude) merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat
langsung dilihat, tetapi hanya dapat langsung ditafsirkan terlebih dahulu dari
perilaku yang tertutup. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas,
akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap masih
merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku
yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di
lingkungan tertentu sebagai penghayatan terhadap objek. Sikap adalah suatu
sindroma atau kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau objek, sehingga
sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain
(Campbell dalam Notoatmodjo, 2005: hal 52).

3. Tindakan

Tindakan atau praktek adalah respon atau reaksi konkret seseorang terhadap
stimulus atau objek. Respon ini sudah dalam bentuk tindakan (action) yang
melibatkan aspek psikomotor atau seseorang telah mempraktekkan apa yang
diketahui atau disikapi ( Notoatmodjo, 2003). Setelah seseorang mengetahui
stimulus, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang
telah di ketahui untuk dilaksanakan atau dipraktekan. Suatu sikap belum
otomatis tewujud dalam suatu tindakan. Agar terwujud sikap menjadi suatu
perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung berupa fasilitas dan dukungan
dari pihak lain.
7

2.3 Bencana Erupsi Gunung Merapi

Sebagai fenomena alam, erupsi gunung-api merupakan bahaya alam


(naturalhazard) yang tidak dapat dihindarkan keberadaan maupun
kejadiannya. Meskipun demikian, fenomena-fenomena yang mendahului
terjadinya erupsi gunung-api dapat dimanfaatkan untuk mengantisipasi
bencana akibat erupsi gunung-api. Kondisi tektonik Indonesia memposisikan
kehidupan manusiadan lingkungan di Indonesia menjadi rentan terhadap
bencana alam (naturaldisaster) akibat erupsi gunung-api. Oleh karena itu
diperlukan kajian dantindakan yang dapat meminimumkan dampak erupsi
gunung-api (mitigasi). Gunung-api aktif menimbulkan berbagai jenis bahaya
atau bencana (hazard) bagi kehidupan dan lingkungan. Secara garis besar
bahaya tersebut meliputi antara lain: aliran piroklastik, lava, lahar, longsor,
lontaran batu, blok, bomdan abu gunung-api, gas volkanik, gempa bumi dan
tsunami.
Wilayah Indonesia mempunyai jalur gunungapi serta rawan erupsi
(eruption) di sepanjang ring of fire mulai Sumatera-Jawa-Bali-Nusa Tenggara-
Sulawesi-Banda- Maluku-Papua (Bronto et al dalam Zen, M. T, 2010). Dari
129 gunungapi yang ada di wilayah Indonesia Gunung Merapi termasuk yang
paling aktif. Gunung Merapi terletak di perbatasan dua propinsi D.I.
Yogyakarta dan Jawa Tengah. Gunung Merapi adalah gunungapi dengan tipe
Strato-volcano dan secara petrologi magma Merapi bersifat andesit-basaltik.
Menjulang setinggi 2978 m di jantung pulau Jawa. Gunung Merapi terbentuk
secara geodinamik pada busur kepulauan akibat subduksi pertemuan lempeng
Indo-Australia dengan lempeng Asia. Dinamika erupsi Gunung Merapi
umumnya didahului pertumbuhan kubah lava diikuti guguran awan panas,
guguran lava pijar dan jatuhan piroklastik. Bahaya utama yang mengancam
sekitar 40.00 jiwa yang tinggal di Kawasan Rawan Bencana adalah Pyroclastic
Flow atau aliran awanpanas di samping bahaya sekunder lahar yang dapat
terjadi pada musim hujan.
Secara umum gunung api meletus dalam rentang waktu yang panjang,
namun gunung Merapi memiliki frekuensi paling rapat dan erupsinya paling
aktif di Indonesia bahkan di dunia sehingga mendapat perhatian khusus dari
8

pemerintah maupun masyarakat secara umum. Secara rata-rata gunung Merapi


meletus dalam siklus pendek yang terjadi setiap antara 2 - 5 tahun, sedangkan
siklus menengah setiap 5 - 7 tahun. Siklus terpanjang pernah tercatat setelah
mengalami istirahat selama lebih dari 30 tahun, terutama pada masa awal
keberadaannya sebagai gunung api.
Aktivitas letusan gunung Merapi yang terjadi pada akhir tahun 2010
tergolong erupsi besar jika dibandingkan dengan erupsi dalam beberapa dekade
terakhir. Secara umum total volume erupsi Gunung Merapi berkisar antara 100
sampai 150 km3 , dengan tingkat efusi berkisar 105 m kibik per bulan dalam
seratus tahun (Berthommier, 1990; Siswowidjoyo et al., 1995; Marliyani,
2010), sedangkan volume material piroklastik hasil erupsi tahun 2010 ditaksir
mencapai lebih dari 140 juta m3 (Tim Badan Litbang Pertanian, 2010)

2.4 Tingkat Kesiapsiagaan Siswa SMP di Magelang Dalam Menghadapi


Bencana

Upaya dalam mengurangi resiko bencana salah satunya adalah dengan


meningkatkan kapasitas siswa. Sasaran akhirnya adalah siswa mampu
mengantisipasi, siap siaga menghadapi bencana, mampu menangani
kedaruratan (minimal mampu menolong diri sendiri/keluarga), dan mampu
bangkit kembali atau memulihkan diri dari dampak bencana. Untuk mengetahui
kapasitas siswa terhadap kesiapsiagaan menghadapi bencana dapat diukur
melalui tingkat pengetahuan awal. Banyak program/kegiatan yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan kesiapsiagaan siswa antara lain
pendidikan, pelatihan dan simulasi kebencanaan. Pendidikan siaga bencana
perlu dikembangkan mulai tingkat pendidikan dasar untuk membangun budaya
keselamatan dan ketahanan khususnya untuk anak-anak dan generasi muda.
Setelah siswa memiliki pengetahuan tentang bencana akan dilihat perubahan
terhadap sikap, tindakan dan kesiapan siswa dalam menghadapi bencana.
Pengetahuan kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi bencana erupsi
Merapi di SMP IT-AL UMAR, yang berlokasi daerah rawan bencana termasuk
dalam kategori cukup baik. Sedangkan pengetahuan siswa SMP Negeri 1
Muntilan yang berlokasi di daerah tidak rawan memiliki pengetahuan termasuk
9

dalam kategori baik. Siswa sudah memiliki pengetahuan dasar mengenai


kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana. Perbedaan pengetahuan tersebut
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya: pendidikan kebencanaan,
informasi, faktor akademis dan pengalaman.
Sikap kesiapsiagaan siswa menghadapi bencana erupsi Merapi di SMP IT
AL-UMAR maupun SMP Negeri 1 Muntilan sudah termasuk dalam kategori
sangat baik. Pengalaman erupsi Merapi tahun 2010 telah meninggalkan kesan
yang begitu kuat bagi siswa. Pengalaman menjadi dasar pembentukan sikap dan
kepedulian siswa untuk siap siaga dalam mengantisipasi bencana, terutama bagi
siswa SMP IT AL-UMAR yang berlokasi di wilayah rawan bencana alam.
Sedangkan bagi siswa SMP Negeri 1 Muntilan, sikap terbentuk dari
pengetahuan tentang kebencanaan yang telah diperoleh. Pengetahuan biasanya
juga dapat mempengaruhi sikap dan kepedulian masyarakat untuk siap siaga
dalam menghadapi bencana.
Tindakan kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi bencana erupsi Merapi di
SMP IT AL-UMAR yang berada di kawasan rawan bencana sudah termasuk
dalam kategori baik. Hal ini dilihat kemampuan siswa dalam membuat peta
partispatif. Siswa dapat menggambarkan rute jalur evakuasi dari sekolah/tempat
tinggal sampai lokasi evakuasiberdasarkan pengalaman kejadian erupsi Gunung
Merapi tahun 2010. Siswa juga sudah mampu mengidentifikasi daerah sekitar
tempat tinggalnya berdasarakan kondisi kerawanan.
10

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Metode


penelitian tersebut sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka. Menurut Usman
(2003:81), penelitian kualitatif dilakukan berdasarkan pada filsafat
fenomenologis yang mengutamakan penghayatan dan berusaha memahami
serta menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam
situasi tertentu menurut perspektif peneliti sendiri. Penelitian kualitatif dapat
dilakukan dengan mencari, mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis data
hasil penelitian tersebut.

Jenis penelitian kualitatif tersebut dilakukan dengan metode deskriptif.


Dalam hal ini, suatu penelitian menilai dan mengungkapkan permasalahan
secara apa adanya sesuai dengan kenyataan yang ada. Menurut Nawawi (dalam
Danadjaja, 2012:54), cara mengungkapkan masalah tersebut dengan
memaparkan keadaan objek yang diselidiki berdasarkan fakta yang ada. Oleh
karena itu, peneliti berusaha untuk mengungkapkan masalah dengan
menyajikan, menganalisis, dan menginterprestasi sebuah data.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti untuk


mendapatkan data dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini digunakan
penelitian kualitatif sehingga data yang diperoleh harus mendalam, jelas, dan
spesifik.Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik survei kualitatif melalui wawancara dan studi literatur dari hasil-hasil
penelitian dan teori-teori yang relevan. Teknik pengumpulan data
menggunakan wawancara untuk memperoleh data tentang kesiapsiagaan siswa
SMP di Magelang dalam menghadapi bencana erupsi Gunung Merapi. Studi
literatur digunakan untuk mengetahui sejauh mana kesiapsiagaan sekolah dan
siswa terhadap bencana erupsi Gunung Merapi. Lokasi penelitian dilakukan di
11

dua Sekolah Menengah Pertama di Magelang, yaitu SMP IT-AL UMAR dan
SMP Negeri 1 Muntilan.

3.3 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian mencakup peneliti sebagai key instrument atau


intsrumen utama. Hal ini dikarenakan dalam penelitian kualitatif seorang
peneliti melihat sendiri objek atau subjek yang sedang diteliti. Selain itu,
peneliti mampu menentukan waktu penyimpulan data yang telah memenuhi
syarat, waktu pemberhentian penelitian bila jumlah data pada titik jenuh, dapat
melakukan pengumpulan data, serta pemahaman secara jelas mengenai
pengetahuan,sikap dan tindakan siswa SMP dalam kesiapsiagaan mwnghadapi
bencana erupsi Gunung Merapi.Dalam menjalankan penelitian, peneliti juga
dibantu dengan instrumen pendukung berupa daftar pertanyaan wawancara
yang nantinya akan ditujukan kepada siswa SMP IT-AL UMAR dan siswa
SMP Negeri 1 Muntilan.

3.4 Analisis Data

Teknik penganalisaan data menggunakan teknik Miles and Hubermas


(1984). Teknik tersebut berupa reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan. Reduksi data merupakan proses pemilihan dan pemusatan
perhatian pada masalah yang akan dikaji hingga pada penyederhanaan.
Penyajian data adalah kumpulan informasi tersusun dengan memberikan
kemungkinan simpulan yang terus berkembang, sedangkan penarikan
kesimpulan adalah kegiatan menarik simpulan setelah mengumpulkan data
informasi yang telah disusun.
Analisis data dimulai dengan melakukan wawancara pada siswa di dua
sekolah yang dijadikan tempat penelitian. Setelah melakukan wawancara,
peneliti kemudian melakukan reduksi data dengan memusatkan perhatian pada
pengetahuan,sikap dan tindakan kesiapsiagaan siswa apabila terjadi bencana
erupsi Gunung Merapi dan perbedaan kesiapsiagaan antara siswa di SMP IT
AL-UMAR dengan SMP Negeri 1 Muntilan. Kemudian data-data yang telah
terkumpul dari reduksi data, disimpulkan.Setelah peneliti membuat simpulan
12

sementara mengenai dua hal tersebut, peneliti kemudian membuat deduksi


dengan menarik simpulan akhir yang berbeda dengan simpulan sementara.
Dalam hal ini, simpulan khusus tersebut berupa simpulan konkrit dan dapat
dibuktikan kebenarannya berdasarkan data yang telah didapat melalui
wawancara.
13

BAB IV
BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN
4.1 Anggaran Biaya

Tabel 4.1. Anggaran Biaya


No. Jenis Pengeluaran Biaya (Rp)
1
2
Jumlah

4.2 Jadwal Kegiatan

Tabel 4.2. Jadwal Kegiatan PKM-P


Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5
No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Studi
pendahuluan
2 Penyusunan
instrumen
3 Pengambilan
data tahap I
4 Analisis data
tahap I
5 Pengambilan
data tahap II
6 Analisis data
tahap II
7 Penyusunan
laporan
pengajuan
8 Pengambilan
data tahap III
9 Analisis data
tahap III
10 Penyusunan
laporan akhir
11 Penyusunan
artikel
12 Publikasi
ilmiah
14

DAFTAR PUSTAKA

Kurniawati, D. (2016). Efektivitas Penerapan Pendidikan Kebencanaan di Sekolah


terhadap Kesiapsiagaan Siswa Menghadapi Bencana TanahnLongsor di Kota
Batu. Pemanfaatan Informasi Geospasial untuk Peningkatan Sinergi Pengelolaan
Lingkungan Hidup, 602-608.

Rizaldy, D. (2018, April). Implementasi Pendidikan Mitigasi Bencana Di Sekolah-


Sekolah Di Indonesia Sebagai Upaya Pembentukan Karakter Siswa Siap Siaga.
In PIT5 IABI 2018.

Septikasari, Zela, and Yulia Ayriza. "Strategi Integrasi Pendidikan Kebencanaan


dalam Optimalisasi Ketahanan Masyarakat Menghadapi Bencana Erupsi Gunung
Merapi." Jurnal Ketahanan Nasional 24.1 (2018): 47-59.

KHASANAH, Isti, et al. KAJIAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN


KESIAPSIAGAAN SISWA SMP DALAM MENGHADAPI BENCANA ERUPSI
GUNUNG MERAPI DI KABUPATEN MAGELANG. 2016. PhD Thesis.
Universitas Negeri Semarang.

Lesmana, Cindrawaty, and Nurul Purborini. "Kesiapsiagaan Komunitas Sekolah


dalam Menghadapi Bencana di Kabupaten Magelang." Jurnal Teknik Sipil 11.1
(2015): 15-28.

Pembriati, Erly Zohrian, and Sigit Santosa. "PENGARUH MODEL


PEMBELAJAR TERPADU PADA PENGINTEGRASIAN MATERI
PENGURANGAN RISIKO BENCANA DALAM MATA PELAJARAN IPS SMP
TERHADAP PENGETAHUAN DAN KESIAP SIAGAAN
BENCANA." GeoEco 1.2 (2015).

Anda mungkin juga menyukai