Anda di halaman 1dari 5

PENGARUH TERAPI BERMAIN PUZZLE TERHADAP TINGKAT

KECEMASAN AKIBAT HOSPITALISASI PADA ANAK USIA TODDLER

The Effect Of Playing Puzzle Therapy Towards Anxiety Level Due To The
Hospitalization Of Toddlers

Gede Sukadana1, N.M.A Sukmandari2, K. Yogi Triana2


1
Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan, STIKES Bina Usada Bali, Badung, Bali, Indonesia
2
Departemen Keperawatan Anak, STIKES Bina Usada Bali, Badung, Bali, Indonesia
Korespondensi : arisukmandarimd@gmail.com

ABSTRAK
Anak adalah individu yang unik dengan kebutuhan yang sesuai dengan tumbuh
kembangnya. Anak-anak memiliki daya tahan tubuh yang belum terbentuk dengan baik,
sehingga sering sakit dan terpaksa dirawat di rumah sakit yang sering menyebabkan reaksi
rawat inap. Reaksi anak-anak yang mengalami rawat inap termasuk kecemasan dan ketakutan.
Salah satu teknik non-farmakologi yang dapat digunakan untuk mengatasi kecemasan anak
adalah dengan memberikan terapi bermain puzzle. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh terapi bermain puzzle terhadap tingkat kecemasan akibat penyakit rawat
inap balita di Bangsal Durian RSUD Klungkung. Penelitian ini menggunakan desain pre-
experiment dengan rancangan penelitian one group pre-test post-test. Penentuan sampel
menggunakan teknik insidental. Jumlah sampel 27 responden. Instrumen yang digunakan adalah
angket tingkat kecemasan. Data dianalisis menggunakan uji statistik wilcoxon signed rank.
Hasil pre-test didapatkan mayoritas anak mengalami kecemasan berat sebanyak 14 responden
(15.9%) dan didapatkan hasil post-test sebagian besar anak mengalami kecemasan ringan
sebanyak 22 responden (81,5%). Uji statistik diperoleh nilai p (0,000) <α(0,05). Dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara terapi bermain puzzle terhadap
tingkat kecemasan akibat rawat inap balita. Anak yang mengalami rawat inap dapat diberikan
terapi bermain puzzle mengurangi respons kecemasan yang mereka hadapi.

Kata Kunci: puzzle, kecemasan, balita

ABSTRACT
Children are unique individuals with needs in accordance with growth and development.
Children have an immune system that has not been formed properly, so they often get sick and
have to be hospitalized which often causes a reaction to hospitalization. The reaction of
children who experience hospitalization including anxiety and fear. One of the non-
pharmacological techniques which can be used to overcome children’s anxiety is by giving
playing puzzle therapy. The purpose of this study was to determine the effect of playing puzzle
therapy towards anxiety level due to the hospitalization of toddlers in the Durian Ward of
Klungkung General Regional Hospital. This study uses pre experimental with one-group
research design, with sample determination using an incidental sampling technique. The
number of samples in this study was 27 respondents, while the instruments used were anxiety
level questionnaires. Data were analyzed using the wilcoxon signed rank test. The results of the
pre-test were obtained the majority of children experienced severe anxiety as many as 14
respondents (15.9%) and the post-test results obtained most children experienced mild anxiety
as many as 22 respondents (81.5%). Based on the statistical test obtained p-value (0,000) <α
(0,05). It could be concluded that there was a significant effect of playing puzzle therapy
towards anxiety level due to hospitalization of toddlers. Children who experienced
hospitalization can be given playing puzzle therapy toreduce the anxiety response they face.

Keywords: puzzle, anxiaty, toddler

CARING, Volume 4 Nomor 1, Juni 2020 40


Gede Sukadana, dkk: Pengaruh Terapi Bermain Puzzle Terhadap Tingkat Kecemasan Akibat
Hospitalisasi Pada Anak Usia Toddler

PENDAHULUAN
Anak merupakan individu yang unik kecemasan ringan (Dikes Kabupaten
dengan kebutuhan sesuai dengan tahapan Klungkung, 2015). Berdasarkan Studi
tumbuh kembang yang dilaluinya. Tumbuh pendahuluan yang peneliti lakukan di Ruang
kembang anak dimulai dari usia bayi, Durian RSUD Kabupaten Klungkung pada
toddler, prasekolah, hingga remaja (Adriana, tanggal 28-29 Agustus 2018, diperoleh data
2013). Anak yang berusia 1-3 tahun bahwa sebanyak 14 anak usia toddler
merupakan anak yang berada pada tahap mengalami kecemasan. Empat anak
usia toddler, pada masa ini anak cenderung (28,58%) mengalami kecemasan berat, tujuh
rentan mengalami kondisi sakit karena anak (50%) mengalami kecemasan sedang,
sistem imun anak belum terbentuk secara dan tiga anak (21,42%) mengalami
sempurna. Apabila anak dalam kondisi sakit, kecemasan ringan. Dalam mengatasi
maka anak harus menjalani perawatan di kecemasan pada anak toddler di ruang
rumah sakit atau menjalani hospitalisasi Durian RSUD Kabupaten Klungkung,
(Wong, Hockenberry-Eaton, Wilson, perawat hanya mengajak anak bermain atau
L.Winkelstein, & Schwartz, 2008). Hal ini jalan-jalan di luar kamar, karena belum ada
akan membuat anak merasa ketakutan, terapi khusus yang diberikan di ruangan.
merasa terancam, sepi, gelisah, bertemu Menurut Wong et al. (2008),
dengan orang baru, lingkungan baru, dan menyatakan bahwa salah satu terapi non
cemas (Aizah & Wati, 2014). farmakologi yang dapat diberikan pada anak
Anak yang mengalami cemas, secara usia toddler yang mengalami kecemasan
otomatis tubuh akan mengeluarkan hormon akibat hospitalisasi yaitu mengalihkan
kortisol sehingga mengakibatkan depresi dengan terapi bermain. Salah satu terapi
atau menekan sistem imunologi, dan bermain yang mudah diberikan pada anak
memperlambat proses penyembuhan (Aizah yaitu diberikan aktivitas permainan dalam
& Wati, 2014). Menurut Basford & Slevin bentuk bermain puzzle (Alfiyanti, 2010).
(2010), kecemasan pada anak yang Selain mudah di dapat permainan puzzle bisa
mengalami hospitalisasi disebabkan oleh dilakukan pada ruang perawatan tanpa
beberapa faktor diantaranya cedera tubuh, tempat khusus, serta tersedia beraneka
nyeri, hilang kendali, serta anak mengalami ragam bentuk puzzle dan warna, sehingga
perpisahan dengan lingkungan tempat anak tidak mudah bosan dalam bermain
tinggal dan teman bermain. Selain itu anak puzzle (Alfiyanti, 2010).
juga harus menyesuaikan diri dengan Manfaat dari bermain puzzle yaitu
lingkungan baru di rumah (Basford & dapat melatih memori anak untuk mengingat
Slevin, 2010). kembali potongan gambar, anak juga dapat
Menurut WHO (2012), bahwa 3-10% melatih keterampilan motorik halus, dan
anak usia toddler mengalami kecemasan melatih koordinasi mata maupun tangan saat
akibat hospitalisasi. Menurut Kementerian bermain (Alfiyanti, 2010). Berdasarkan latar
Kesehatan RI (2010) jumlah anak usia belakang dan studi pendahuluan di atas,
toddler di Indonesia cukup besar, yaitu maka permasalahan ini penting untuk diteliti
sekitar 17,1 juta jiwa dari 87,9 juta anak. tentang pengaruh terapi bermain puzzle
Data jumlah anak usia toddler di Kabupaten terhadap tingkat kecemasan akibat
Klungkung yaitu lebih dari 13.000 anak, hospitalisasi pada anak usia toddler.
dengan angka kunjungan ke pelayanan
kesehatan RSUD Klungkung sejumlah 4.675
kunjungan rawat jalan dan 1.246 rawat inap TUJUAN PENELITIAN
(Dikes Kabupaten Klungkung, 2015). Adapun tujuan dari penelitian ini
Anak yang mengalami kecemasan adalah menganalisis pengaruh terapi
akibat hospitalisasi berdasarkan angka bermain puzzle terhadap tingkat kecemasan
kunjungan ke pelayanan kesehatan RSUD akibat hospitalisasi pada anak usia toddler.
Klungkung yaitu sebanyak 16,85% anak
toddler mengalami kecemasan berat,
50,24% kecemasan sedang, dan 32,9%

CARING, Volume 4 Nomor 1, Juni 2020 41


Gede Sukadana, dkk: Pengaruh Terapi Bermain Puzzle Terhadap Tingkat Kecemasan Akibat
Hospitalisasi Pada Anak Usia Toddler

METODE PENELITIAN dilakukan setelah diberikan terapi puzzle


Desain satu kali.
Desain penelitian yang digunakan
adalah preeksperimen dan dengan rancangan Analisa Data
penelitian one group pretest dan posttest Pada penelitian ini menggunakan
design yaitu penelitian yang analisa data univariat untuk mengetahui
mengungkapkan hubungan sebab akibat distribusi frekuensi masing-masing variabel.
dengan cara melibatkan suatu kelompok Uji bivariat pada penelitian ini
subjek. Kelompok subjek diobservasi menggunakan uji wilcoxon sign rank dengan
terlebih dahulu sebelum dan setelah tingkat kesalahan 5%.
dilakukan intervensi, kemudian diobservasi
lagi setelah intervensi (Nursalam, 2013). Intervensi
Intervensi pada penelitian berupa
Populasi dan Sampel tindakan mengajak anak usia toddler
Populasi yang terlibat dalam bermain puzzel. Anak dengan usia satu tahun
penelitian ini adalah seluruh anak usia 1-3 menggunakan puzzel 2-4 keping, anak
tahun yang menjalani rawat inap di RSUD dengan usia dua tahun menggunakan puzzel
Klungkung. Teknik pengambilan sampel 5-6 keping, serta anak usia tiga tahun
menggunakan jenis non-probability menggunakan puzzel 7-8 keping. Terapi
sampling yaitu insidential sampling. Jumlah dilaksanakan setiap pukul 16.00 WITA.
sampel 27 responden. Penentuan sampel
ditentukan dengan melihat kriteria inklusi
dan eksklusi. Kriteria inklusi dari penelitian HASIL PENELITIAN
ini yaitu: anak usia toddler yang Temuan pada penelitian ini dilakukan
dihospitalisasi di ruang Durian RSUD uji statistik yang selanjutnya disajikan dalam
Kabupaten Klungkung; anak usia toddler bentuk tabel:
yang mengalami kecemasan akibat Tabel 1
hospitalisasi; orang tua anak yang bersedia Pengaruh Terapi Bermain Puzzle Terhadap
anaknya dijadikan responden dalam Tingkat Kecemasan Akibat Hospitalisasi
penelitian. Kriteria eksklusi dalam penelitian Pada Anak Usia Toddler (n=27)
ini yaitu: anak yang mengalami hambatan Tingkat Kecemasasn
fisik seperti buta, tuli dan kecacatan pada Variabel Cemas Cemas Cemas P Z
Ringan Sedang Berat
ekstremitas atas; anak yang memiliki 0 13 14
keterbelakangan mental; anak yang pre-test
(0%) (48%) (52%)
0,001 -4,548
mengalami bedrest. Kriteria drop out pada post-test
22 5 0
penelitian ini yaitu: anak yang (81,5%) (18,5%) (0%)
diperbolehkan pulang sebelum dilakukan
postest; anak yang dipindahkan ke ruang Tabel 1 menunjukkan sebelum
perawatan intensif. diberikan terapi bermain puzzle responden
sebagian besar mengalami kecemasan berat
Tempat dan Waktu Penelitian sebanyak 14 anak (51,9%). Setelah
Penelitian dilaksanakan selama 4 diberikan terapi bermain puzzle terjadi
minggu bertempat di Bangsa Durian RSUD perubahan tingkat kecemasan responden
Klungkung. yang sebagian besar mengalami kecemasan
ringan sebanyak 22 anak (81,5%). Hasil uji
Instrumen dan Prosedur Pengukuran statistik wilcoxon sign rank diperoleh nilai
Instrumen yang digunakan pada p=0,001 (α<0,05). Berdasarkan hasil uji
penelitian ini adalah kuesioner tingkat Wilcoxon maka terdapat pengaruh
kecemasan akibat hospitalisasi berdasarkan pemberian terapi bermain terhadap tingkat
respon fisiologis, psikologis, kognitf dan kecemasan anak usia toddler. Nilai
afektif. Pengukuran pre-test dilakukan Zhitung dari tingkat kecemasan anak usia
setelah hari ke dua anak menjalani toddler sebelum dan sesudah diberikan
hospitalisasi. Pengukuran post-test terapi bermain puzzle lebih besar (Zhitung

CARING, Volume 4 Nomor 1, Juni 2020 42


Gede Sukadana, dkk: Pengaruh Terapi Bermain Puzzle Terhadap Tingkat Kecemasan Akibat
Hospitalisasi Pada Anak Usia Toddler

=4,548) dibandingkan dengan nilai Ztabel kecemasan anak usia toddler sesudah
(Ztabel=1,96). diberikan terapi bermain puzzle. Keadaan
stres akan mengaktivasi amygdala pada
sistem limbik, sistem ini akan menstimulasi
PEMBAHASAN pelepasan hormon corticotropic releasing
Tingkat kecemasan akibat hormone (CRH) dari Hipotalamus.
hospitalisasi pada anak usia toddler di Peningkatan CRH akan menstimulasi
Ruang Durian RSUD Kabupaten Klungkung pelepasan adenocorticotropim hormone
sebelum diberikan terapi bermain puzzle, (ACTH) kedalam darah. Peningkatan kadar
menunjukkan responden sebagian besar ACTH akan menyebabkan peningkatan
mengalami kecemasan berat sebanyak 14 kortisol (sering dikenal dengan hormon
anak (51,9%). Menurut Wahyuni, Suwani, & stres) darah, karena ACTH merangsang
Murtutik (2013), anak yang dihospitalisasi kelenjar adrenal untuk menyekresikan
akan mengalami dampak kecemasan kortisol (Alfiyanti, 2010). Peningkatan
(kecemasan ringan, sedang dan berat). kortisol dalam darah juga akan mensupresi
Dampak dari kecemasan yang tidak segera (menekan) immunoglobin A (igA) yang
ditangani akan membuat anak melakukan merupakan immunoglobulin utama dalam
penolakan terhadap tindakan perawatan dan sekresi seromukosa untuk mejaga
pengobatan yang diberikan, sehingga permukaan luar tubuh (Alfiyanti, 2010).
berpengaruh terhadap lamanya hari rawat Terapi bermain puzzle dapat
inap. Anak yang mengalami kecemasan mengurangi kecemasanya, melatih
akan mengalami kelelahan karena menangis memorinya, mengasah keterampilan motorik
terus, tidak mau berinteraksi dengan halus anak, dan melatih keterampilan sosial
perawat, rewel, dan tidak kooperatif (Soebachman, 2012). Anak dapat melatih
terhadap perawatan. memorinya dalam bermai puzzle pada saat
Tingkat Kecemasan Akibat anak mencoba mengingat kembali potongan
Hospitalisasi Pada Anak Usia Toddler di gambar, pola, atau kata-kata yang telah
Ruang Durian RSUD Kabupaten Klungkung dicoba. Melatih memori pada anak, bermain
setelah diberikan terapi bermain puzzle, puzzle juga dapat melatih motorik halusnya,
menunjukan responden sebagian besar saat bermain puzzle anak-anak diminta untuk
mengalami kecemasan ringan sebanyak 22 memasang atau memindahkan potongan
anak (81,5%). Hal ini sesuai dengan kecil atau besar dari gambar-gambar,
pendapat dari Soebachman (2012)dengan melingkari huruf atau kata-kata, memutar
terapi bermain puzzle anak dapat kenop atau memasukkan potongan puzzle ke
mengurangi kecemasanya atau setres selama dalam lubang tertentu sesuai bentuknya.
hospitalisasi, melatih memori, mengasah Aktivitas ini akan mengasah keterampilan
keterampilan motorik halus anak dan motorik halus, yang sangat diperlukan untuk
melatih keterampilan sosial. Menurut melakukan aktivitas sehari-hari
Saputro & Fazrin (2017), menciptakan (Soebachman, 2012)
suasana yang tenang dengan memberikan
anak terapi bermain puzzle, maka secara
tidak sadar anak dapat melupakan dan KESIMPULAN
mengeluarkan masalah selama di Implikasi
hospitalisasi seperti rasa cemas, sedih, takut, Penelitian ini menemukan terdapat
tertekan, dan setres. pengaruh pemberian terapi bermain puzzle
Uji statistik dalam penelitian ini terhadap tingkat kecemasan akibat
dilakukan menggunakan uji wilcoxon sign hospitalisasi pada anak usia toddler.
rank untuk mengetahui pengaruh terapi Pemanfaatan terapi bermain puzzle secara
bermain puzzle terhadap tingkat kecemasan berkelanjutan untuk mengurangi kecemasan
akibat hospitalisasi pada anak usia toddler di dapat dilakukan sehingga mampu melatih
ruang Durian RSUD Kabupaten Klungkung, motorik halus anak serta dapat
diperoleh nilai p = 0,000 yang artinya nilai p meningkatkan daya ingat anak. Dengan
< 0,05, sehingga ada pengaruh tingkat demikian, anak usia 1-3 tahun dapat

CARING, Volume 4 Nomor 1, Juni 2020 43


Gede Sukadana, dkk: Pengaruh Terapi Bermain Puzzle Terhadap Tingkat Kecemasan Akibat
Hospitalisasi Pada Anak Usia Toddler

terdistraksi melalui pengalihan fokus Bikin Anak Pintar. Yogyakarta: In


melalui permainan yang mengasah Azna Books.
kemampuan otak. Wahyuni, Suwani, A., & Murtutik, L.
(2013). Hubungan Frekuensi
Keterbatasan Hospitalisasi Anak Dengan
Pada pelaksanaan penelitian ini Kemampuan Perkembangan Motorik
peneliti mengalami keterbatasan seperti Kasar Pada Anak Pre School Penderita
masa penelitian yang menjadi lebih lama Leukemia di RSUD Dr. Moewardi.
yang diakibatkan minimnya jumlah toddler Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia,
yang mememuhi kriteria sampel. Selain itu, 1(1), 40–50.
sebagian besar anak lebih nyaman dan WHO. (2012). World Health Statistics.
merasa tidak cemas jika bersama ibu, hal ini World Health Organization. Geneva.
dapat menimbulkan bias dalam pemberian Wong, D. L., Hockenberry-Eaton, M.,
intervensi. Wilson, D., L.Winkelstein, M., &
Schwartz, P. (2008). Buku Ajar
DAFTAR PUSTAKA Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.
Adriana, D. (2013). Tumbuh Kembang dan
Terapi Bermain Pada Anak. Jakarta:
Salemba Medika.
Aizah, S., & Wati, S. E. (2014). Upaya
Menurunkan Tingkat Stres
Hospitalisasi Dengan Aktifitas
Mewarnai Gambar pada Anak Usia 4-6
Tahun di Ruang Anggrek RSUD
Gambiran Kediri. Journal EFEKTOR,
25(1), 6–10.
Alfiyanti, N. (2010). Upaya Meningkatkan
Daya Pikir Anak melalui Permainan
Edukatif. Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Basford, L., & Slevin, O. (2010). Teori dan
Praktik Keperawatan: Pendekatan
Integral Pada Asuhan Pasien. (A.
Waluyo & M. Ester, Eds.). Jakarta:
EGC.
Dikes Kabupaten Klungkung. (2015). Profil
Kesehatan Kabupaten Klungkung
2014. Semarapura.
Kementerian Kesehatan RI. (2010). Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan
2010-2014. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.
Nursalam. (2013). Metode Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Saputro, H., & Fazrin, I. (2017). Anak Sakit
Wajib Bermain di Rumah Sakit:
Penerapan Terapi Bermain Anak
Sakit; Proses, Manfaat dan
Pelaksanaannya. (E. A. Yalestyarini,
Ed.). Ponorogo: Forum Ilmiah
Kesehatan (FORIKES).
Soebachman, A. (2012). Pemainan Asyik

CARING, Volume 4 Nomor 1, Juni 2020 44

Anda mungkin juga menyukai