Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Target Sustainable Development Goals (SDGs) yaitu pada 2030 mengurangi


Angka Kematian Ibu hingga dibawah 70 per 100.000 Kelahiran Hidup dan
mengakhiri kematian bayi dan balita yang dapat dicegah dengan menurunkan Angka
Kematian Neonatal hingga 12 per 1000 Kelahiran Hidup dan Angka Kematian Balita
25 per 1000 Kelahiran Hidup. Laporan World Bank tahun 2017, dalam sehari ada
empat ibu di Indonesia yang meninggal akibat melahirkan, dengan kata lain ada satu
ibu di Indonesia yang meninggal setiap enam jam.

Angka Kematian Ibu menurut World Health Organization (WHO) tahun


2015 adalah 216 per 100.000 kelahiran hidup atau diperkirakan 303.000 per 100.000
Kelahiran hidup jumlah kematian ibu, dengan jumlah tertinggi terdapat pada Negara
berkembang yaitu sebanyak 302.000 per 100.000 kelahiran hidup kematian ibu.
Angka kematian ibu di Negara berkembang jauh lebih tinggi sebesar 20 kali lipat
dibandingkan dengan Negara maju yaitu 239 per 100.000 kelahiran hidup sementara
di Negara maju hanya 12 per 100.000 kelahiran hidup.

Menurut data Kementrian Kesehatan RI tahun 2015 Angka Kematian Ibu


sebesar 305 per 100.000 kelahiran hidup. Jika dibandingkan dengan Negara di
ASEAN Angka Kematian Ibu di Indonesia jauh lebih tinggi seperti Singapura 6 per
100.000 kelahiran hidup, Brunei 33 per 100.000 Kelahiran hidup serta Filipina 112
per 100.000 kelahiran hidup.

Untuk mempercepat terwujudnya masyarakat sehat, yang merupakan bagian


dari kesejahteraan umum seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945,
Departemen Kesehatan pada tahun 1975 menetapkan kebijakan Pembangunan
Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD). Adapun yang dimaksud dengan PKMD ialah
strategi pembangunan kesehatan yang menerapkan prinsip gotong royong dan
swadaya masyarakat, dengan tujuan agar masyarakat dapat menolong dirinya sendiri
melalui pengenalan dan penyelesaian masalah kesehatan yang dilakukan bersama
petugas kesehatan secara lintas program dan lintas sector terkait. Diperkenalkannya
PKMD pada tahun 1975 mendahului kesepakatan internasional tentang konsep yang
sama, yang dikenal dengan nama Primary Health Care (PHC), seperti yang tercantum
dalam Deklarasi Alma Atta pada tahun 1978.

Pada tahap awal, kegiatan PKMD yang pertama kali diperkenalkan di


Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, diselenggarakan dalam perbagai bentuk.
Kegiatan PKMD untuk perbaikan gizi, dilaksanakan melalui Karang Balita,
sedangkan untuk penanggulangan diare, dilaksanakan melalui Pos Penanggulangan
Diare, untuk pengobatan masyarakat di perdesaan melalui Pos Kesehatan, serta untuk
imunisasi dan keluarga berencana, melalui Pos Imunisasi dan Pos KB Desa.

Perkembangan berbagai upaya kesehatan dengan prinsip dari, oleh dan untuk
masyarakat yang seperti ini, disamping menguntungkan masyarakat, karena
memberikan kemudahan bagi masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan,
ternyata juga menimbulkan berbagai masalah, antara lain pelayanan kesehatan
menjadi terkotak-kotak, menyulitkan koordinasi, serta memerlukan lebih banyak
sumber daya.

Untuk mengatasinya, pada tahun 1984 dikeluarkanlah Instruksi Bersama


antara Menteri Kesehatan, Kepala BKKBN dan Menteri Dalam Negeri, yang
mengintegrasikan berbagai kegiatan yang ada di masyarakat ke dalam satu wadah
yang disebut dengan nama Pos Pelayanan Terpadu (POSYANDU). Kegiatan yang
dilakukan, diarahkan untuk lebih mempercepat penurunan angka kematian ibu dan
bayi, yang sesuai dengan konsep GOBI – 3F (Growth Monitoring, Oral Rehydration,
Breast Feeding, Imunization, Female Education, Family Planning, dan Food
Suplementation), untuk Indonesia diterjemahkan ke dalam 5 kegiatan Posyandu, yaitu
KIA, KB, Imunisasi, Gizi dan penanggulangan diare.

Perencanaan Posyandu yang merupakan bentuk baru ini, dilakukan secara


missal untuk pertama kali oleh Kepala Negara Republik Indonesia pada tahun 1986 di
Yogyakarta, bertepatan dengan peringatan hari Kesehatan nasional. Sejak saat itu
Posyandu tumbuh dengan pesat. Pada tahun 1990, terjadi perkembangan yang sangat
luar biasa, yakni dengan keluarnya Instruksi Menteri Dalam Negeri (Inmendagri)
Nomor 9 Tahun 1990 tentang Peningkatan Pembinaan Mutu Posyandu. Melalui
instruksi ini, seluruh kepala daerah ditugaskan untuk meningkatkan pengelolaan mutu
Posyandu. Pengelolaan Posyandu dilakukan oleh satu Kelompok Kerja Operasional
(Pokjanal) Posyandu yang merupakan tanggung jawab bersama antara masyarakat
dengan Pemerintah Daerah (Pemda).

1.2 Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran secara umum tentang Posyandu di Indonesia

2. Tujuan Khusus

1) Mampu menyebutkan definisi posyandu


2) Mampu menyebutkan tujuan dari posyandu
3) Mampu menyebutkan sasaran dari posyandu
4) Mampu menjelaskan fungsi dan manfaat posyandu
5) Mampu menjelaskan bagaimana pembentukan posyandu
6) Mampu menyebutkan kegiatan-kegiatan posyandu
7) Mampu menjelaskan alasan pendirian dan penyelenggaraan posyandu
8) Mampu menjelaskan kedudukan dan syarat posyandu
9) Mampu menjelaskan tingkat perkembangan posyandu

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan bersumber Daya


Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam
memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka
kematian ibu dan bayi.

UKBM adalah wahana pemberdayaan masyarakat, yang dibentuk atas dasar


kebutuhan masyarakat, dikelola oleh, dari, untuk dan bersama masyarakat, dengan
bimbingan dari petugas Puskesmas, lintas sector dan lembaga terkait lainnya.
Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitas yang bersifat non instruktif,
guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat, agar mampu
mengidentifikasi masalah yang dihadapi, potensi yang dimiliki, merencanakan dan
melakukan pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat. Pelayanan
kesehatan dasar adalah pelayanan kesehatan yang mempercepat penurunan angka
kematian ibu dan bayi, yang sekurang-kurangnya mencakup 5 (lima) kegiatan, yakni
KIA, KB, imunisasi, gizi, dan penanggulangan diare.
Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih tehnologi dan pelayanan
kesehatan masyarakat yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber
daya manusia sejak dini. Posyandu juga merupakan tempat kegiatan terpadu antara
program Keluarga Berencana – Kesehatan di tingkat desa. Posyandu adalah pusat
kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dan keluarga berencana.

Jadi, posyandu adalah pusat pelayanan keluarga berencana dan kesehatan


yang dikelola dan diselenggarakan untuk dan oleh masyarakat dengan dukungan
teknis dari petugas kesehatan.

2.2 Landasan Hukum

1. Undang-undang Dasar tahun 1945, pasal 28 H ayat 1 dan UU No 23 Tahun


1992 tentang Kesehatan.

2. Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan

3. Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentang kewenangan Pemerintah


dan Kewenangan Propinsi sebagai daerah otonom.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2001 tentang Pembinaan dan


Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

5. Surat Edaran Mendagri Nomor 411.3/1116/SJ tahun 2001 tentang Revitalisasi


Posyandu.

6. Undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

7. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1457 tahun 2003 tentang Standar


Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.

8. Undang-undang Nomor 32 tahun 2003 tentang Pemerintah Daerah.


9. Undang-undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pusat dan Pemerintah Daerah.

10. Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2003 tentang Organisasi Perangkat


Daerah.

11. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128 tahun 2004 tentang Kebijakan
Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat.

12. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 131 tahun 2004 tentang Sistem
Kesehatan Nasional.

13. Undang-undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan


Pembangunan Nasional

14. PP No.7 tahun 2005 tentang RPJMN

2.3 Tujuan posyandu

Tujuan umum posyandu adalah :

1) Mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu ( AKI ) dan Angka Kematian Bayi
( AKB ).
2) Meningkatkan pelayanan kesehatan ibu.
3) Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan
kesehatan dan kegiatan – kegiatan lain yang menunjang peningkatan kemampuan
hidup sehat.
4) Pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam usaha
meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada penduduk berdasarkan letak
geografi.
5) Meningkatkan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka alih teknologi
untuk swakelola usaha – usaha kesehatan masyarakat.
Tujuan Khusus posyandu adalah :

1) Meningkatnya peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan upaya kesehatan


dasar, terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.

2) Meningkatnya peran lintas sektor dalam Penyelenggaraan Posyandu, terutama


berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.

3) Meningkatnya cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar, terutama yang


berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.

2.4 Sasaran posyandu

Sasaran Posyandu adalah seluruh masyarakat, terutama :

1. Bayi yang berusia kurang dari satu tahun.

2. Anak Balita usia 1 (satu) sampai 5 (lima) tahun.

3. Ibu hamil, ibu melahirkan, ibu nifas dan ibu menyusui.

4. Pasangan Usia Subur (PUS).

5. Wanita Usia Subur ( WUS ).

2.5 Fungsi dan manfaat posyandu

Fungsi posyandu adalah :

1) Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi dan keterampilan


dari petugas kepada masyarakat dan antar sesama masyarakat dalam rangka
mempercepat penurunan AKI dan AKB.
2) Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar, terutama berkaitan
dengan penurunan AKI dan AKB.

Manfaat posyandu adalah :

1) Bagi masyarakat

a. Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan


kesehatan dasar, terutama berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.

b. Memperoleh bantuan secara profesional dalam pemecahan masalah kesehatan


terutama terkait kesehatan ibu dan anak.

c. Efisiensi dalam mendapatkan pelayanan terpadu kesehatan dan sektor lain


terkait.

2) Bagi kader, pengurus Posyandu dan tokoh masyarakat

a. Mendapatkan informasi terdahulu tentang upaya kesehatan yang terkait


dengan penurunan AKI dan AKB.
b. Dapat mewujudkan aktualisasi dirinya dalam membantu masyarakat
menyelesaikan masalah kesehatan terkait dengan penurunan AKI dan AKB.

3) Bagi Puskesmas

a. Optimalisasi fungsi Pusskesmas sebagai pusat penggerak pembangunan


berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, pusat pelayanan
kesehatan strata pertama.
b. Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah
kesehatan sesuai kondisi setempat.
c. Meningkatkan efisiensi waktu, tenaga dan dana melalui pemberian pelayanan
secara terpadu.
4) Bagi sektor lain

a. Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah sektor


terkait, utamanya yang terkait dengan upaya penurunan AKI dan AKB sesuai
kondisi setempat.
b. Meningkatkan efisiensi melalui pemberian perlayanan secara terpadu sesuai
dengan tupoksi masing-masing sektor.

2.6 Pembentukan Posyandu

Posyandu dibentuk dari pos-pos yang telah ada seperti :

1) Pos penimbangan balita

2) Pos immunisasi

3) Pos keluarga berencana desa

4) Pos kesehatan

5) Pos lainnya yang dibentuk baru.

Posyandu didirikan karena mempunyai beberapa alasan sebagai berikut :

1) Posyandu dapat memberikan pelayanan kesehatn khususnya dalam upaya


pencegahan penyakit dan PPPK sekaligus dengan pelayanan KB.
2) Posyandu dari masyarakat untuk masyarakat dan oleh masyarakat, sehingga
menimbulkan rasa memiliki masyarakat terhadap upaya dalam bidang
kesehatan dan keluarga berencana (Effendi, 1998).

2.7 Kegiatan Posyandu


Kegiatan posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan pengembangan /
pilihan. Secara rinci kegiatan Posyandu adalah sebagai berikut:
Kegiatan utama posyandu :

1) Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

a) Ibu Hamil

Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu hamil mencakup:

1. Penimbangan berat badan dan pemberian tablet besi yang dilakukan oleh
kader kesehatan. Jika ada petugas Puskesmas ditambah dengan pengukuran
tekanan darah dan pemberian imunisasi Tetanus Toksoid. Bila tersedia ruang
pemeriksaan, ditambah dengan pemeriksaan tinggi fundus/usia kehamilan.
Apabila ditemkan kelainan, segera dirujuk ke Puskesmas.

2. Untuk lebih meningkatkan kesehatan ibu hamil, perlu diselenggarakan


Kelompok Ibu Hamil pada setiap hari buka Posyandu atau pada hari lain sesuai
dengan kesepakatan. Kegiatan kelompok Ibu Hamil antara lain sebagai berikut:

3. Penyuluhan: tanda bahaya pada ibu hamil, persiapan persalinan, persiapan


menyusui, KB dan gizi

4. Perawatan payudara dan pemberian ASI

5. Peragaan pola makanan ibu hamil

6. Peragaan perawatan bayi baru lahir

7. Senam ibu hamil

b) Ibu Nifas dan Ibu Menyusui

Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu nifas dan menyusui mencakup :


1. Penyuluhan kesehatan, KB, ASI dan gizi, ibu nifas, perawatan kebersihan
jalan lahir (vagina)

2. Pemberian vitamin A dan tablet besi

3. Perawatan payudara

4. Senam ibu nifas

5. Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dan tersedia ruangan, dilakukan


pemeriksaan kesehatan umum, pemeriksaan payudara, pemeriksaan tinggi fundus
dan pemeriksaan lochia. Apabila ditemukan kelainan, segera dirujuk ke
Puskesmas.

c) Bayi dan Anak Balita

Pelayanan Posyandu untuk balita harus dilaksanakan secara menyenangkan dan


memacu kreativitas tumbuh kembang anak. Jika ruang pelayanan memadai, pada
waktu menunggu giliran pelayanan, anak balita sebaiknya tidak digendong melainkan
dilepas bermain sesama balita dengan pengawasan orang tua di bawah bimbingan
kader. Untuk itu perlu disediakan sarana permainan yang sesuai dengan umur balita.

Adapun jenis pelayanan yang diselenggarakan Posyandu untuk balita mencakup:

1. Penimbangan berat badan

2. Penentuan status pertumbuhan

3. Penyuluhan

4. Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan pemeriksaan kesehatan,


imunisasi dan deteksi dini tumbuh kembang. Apabila ditemukan kelainan, segera
dirujuk ke Puskesmas.
2) Keluarga Berencana (KB)

Pelayanan KB di Posyandu yang dapat diselenggarakan oleh kader adalah


pemberian kondom dan pemberian pil ulangan. Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas
dilakukan suntikan KB, dan konseling KB. Apabila tersedia ruangan dan peralatan
yang menunjang dilakukan pemasangan IUD.

3) Imunisasi

Pelayanan imunisasi di Posyandu hanya dilaksanakan apabila ada petugas


Puskesmas. Jenis imunisasi yang diberikan disesuaikan dengan program,
baikterhadap bayi dan balita maupun terhadap ibu hamil.

4) Gizi

Pelayanan gizi di Posyandu dilakukan oleh kader. Sasarannya adalah bayi,


balita, ibu hamil dan WUS. Jenis Pelayanan yang diberikan meliputi penimbangan
berat badan, deteksi dini gangguan pertumbuhan, penyuluhan gizi, pemberian PMT,
pemberian vitamin A dan pemberian sirup Fe. Khusus untuk ibu hamil dan ibu nifas
ditambah dengan pemberian tablet besi serta kapsul Yodium untuk yang bertempat
tinggal di daerah gondok endemik. Apabila setelah 2 kali penimbangan tidak ada
kenaikan berat badan, segera dirujuk ke Puskesmas.

5) Pencegahan dan Penanggulangan Diare

Pencegahan diare di Posyandu dilakukan antara lain dengan penyuluhan


Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Penanggulangan diare di Posyandu
dilakukan antara lain penyuluhan, pemberian larutan gula garam yang dapat dibuat
sendiri oleh masyarakat atau pemberian Oralit yang disediakan.

Bentuk kegiatan lain yang masih dilokasi Posyandu berupa :

1) Mencatat hasil kegiatan UPGK dalam regester balita sampai terbentuknya balok
SKDN.
2) Membahas bersama – sama kegiatan lain atas saran petugas.
3) Menetapkan jenis kegiatan yang akan dilaksanakan seperti penyuluhan.

Sedangkan bentuk kegiatan yang dilakukan diluar posyandu berupa :

1) Melaksanakan kunjungan rumah.


2) Menggerakkan masyarakat untuk menghadiri dan ikut serta dalam kegiatan
UPGK.
3) Memanfaatkan pekarangan untuk peningkatan gizi keluarga.
4) Membantu petugas dalam pendaftaran, penyuluhan, dan peragaan ketrampilan
(Depkes RI-Unicef, 2000).

2.8 Kedudukan dan syarat Posyandu

1. Kedudukan Posyandu Terhadap Pemerintahan Desa/Kelurahan

Pemerintahan desa/kelurahan adalah instansi pemerintah yang


bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan di desa/kelurahan adalah
sebagai wadah pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan yang secara
kelembagaan dibina oleh pemerintahan desa/kelurahan.
2. Kedudukan Posyandu Terhadap Pokja Posyandu

Pokja Posyandu adalah kelompok kerja yang dibentuk di


desa/kelurahan, yang anggotanya terdiri dari aparat pemerintahan
desa/kelurahan dan tokoh masyarakat yang bertanggung jawab membina
Posyandu. Kedudukan Posyandu terhadap Pokja adalah sebagai satuan
organisasi yang mendapat binaan aspek administratif, keuangan, dan program
dari Pokja.

3. Kedudukan Posyandu Terhadap Berbagai UKBM

UKBM adalah bentuk umum wadah pemberdayaan masyarakat di


bidang kesehatan, yang salah satu diantaranya adalah Posyandu. Kedudukan
Posyandu terhadap UKBM dan pelbagai lembaga kemasyarakatan /LSM
desa/kelurahan yang bergerak di bidang kesehatan adalah sebagai mitra.

4. Kedudukan Posyandu Terhadap Konsil Kesehatan Kecamatan

Konsil Kesehatan Kecamatan adalah wadah pemberdayaan masyarakat


di bidang keshatan yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat di
kecamatan yang berfungsi menaungi dan mengkoordinir setiap Upaya
Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM). Kedudukan Posyandu
Terhadap Konsil Kesehatan Kecamatan adalah sebagai satuan organisasi yang
mendapat arahan dan dukungan sumberdaya dari Konsil Kesehatan
Kecamatan.

5. Kedudukan Posyandu Terhadap Puskesmas

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota


yang bertanggung jawab melaksanakan pembangunan kesehatan di
kecamatan. Kedudukan Posyandu terhadap Puskesmas adalah sebagai wadah
pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan yang secara teknis medis
dibina oleh Puskesmas.

Syarat Posyandu adalah :

1) Penduduk RW tersebut paling sedikit terdapat 100 orang balita


2) Terdiri dari 120 kepala keluarga
3) Disesuaikan dengan kemampuan petugas (bidan desa)
4) Jarak antara kelompok rumah, jumlah KK dalam satu tempat atau
kelompok tidak terlalu jauh.

2.9 Alasan pendirian dan penyelenggara posyandu

Alasan pendirian posyandu adalah :

1) Posyandu dapat memberikan pelayanan kesehatan khususnya dalam upaya


pencegahan penyakit dan PPPK sekaligus dengan pelayanan KB.

2) Posyandu dari masyarakat untuk masyarakat dan oleh masyarakat, sehingga


menimbulkan rasa memiliki masyarakat terhadap upaya dalam bidang kesehatan dan
keluarga berencana.

Penyelenggara :

1) Pelaksana kegiatan

Adalah anggota masyarakat yang telah di latih menjadi kader kesehatan setempat
dibawah bimbingan puskesmas.
2) Pengelola posyandu

Adalah pengurus yang dibentuk oleh ketua RW yang berasal dari kader PKK, tokoh
masyarakat formal dan informal serta kader kesehatan yang ada di wilayah tersebut.

Lokasi / letak :

1) Berada di tempat yang mudah didatangi

2) Ditentukan oleh masyarakat itu sendiri

3) Dapat merupakan lokal itu sendiri

4) Bila tidak memungkinkan dapat dilaksanakan dirumah penduduk, balai desa, pos
RT/RW atau pos yang lainnya.

Pelayanan kesehatan yang dijalankan :

1) Pemeliharaan kesehatan bayi dan balita

a. Penimbangan bulanan

b. Pemberian makanan tambahan bagi yang berat badannya kurang

c. Imunisasi bayi 3 – 14 bulan.

d. Pemberian oralit untuk menanggulangi diare.

e. pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama.

2) Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, ibu menyusui dan pasangan usia subur.
a. Pemeriksaan kesehatan umum

b. Pemeriksaan kehamilan dan nifas

c. Pelayanan peningkatan gizi melalui pemberian vitamin dan pil penambah


darah.

d. Imunisasi TT untuk ibu hamil

e. Penyuluhan kesehatan dan KB

f. Pemberian alat kontrasepsi KB

g. Pemberian oralit pada ibu yang menderita diare

h. Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama.

i. Pertolongan pertama pada kecelakaan

Sistem lima meja :

1) Meja I (pertama)

 Pendaftaran

 Pencatatan bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui dan pasangan usia subur.

2) Meja II (kedua)
 Penimbangan balita
 Ibu hamil
3) Meja III (ketiga)
 Pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS)
4) Meja IV (empat)
 Diketahui berat badan anak yang naik/tidak naik, ibu hamil dengan resiko
tinggi, dan pasangan usia subur yang belum mengikuti KB.

 Penyuluhan kesehatan

 Pelayanan TMT, oralit, vitamin A, tablet zat besi, pil ulangan, kondom.

5) Meja V (lima)

 Pemberian immunisasi

 Pemeriksaan kehamilan

 Pemeriksaan kesehatan dan pengobatan

 Pelayanan kontrasepsi IUD, suntikan.

 Untuk meja I – IV dilaksanakan oleh kader kesehatan dan untuk meja V


dilaksanakan oleh petugas kesehatan dari Puskesmas setempat.

Prinsip dasar :

1) Pos pelayanan terpadu merupakan usaha masyarakat dimana terdapat perpaduan


antara pelayanan profesional dan non profesional (oleh masyarakat)

2) Adanya kerjasama lintas program yang baik (KIA, KB, Gizi, Immunisasi,
penatalaksanaan diare) maupun lintas sektoral (Depkes RI, Depdagri (Bangdes), dan
BKKBN.

3) Kelembagaan masyarakat (pos desa, kelompok timbang, pos imunisasi, dan pos
kesehatan lainnya)
4) Mempunyai sasaran penduduk yang sama (bayi 0 – 1 tahun, anak balita 1 – 4
tahun, ibu hamil, PUS )

5) Pendekatan yang digunakan adalah pengembangan dan PKMD.

Pelaksanaan :

Pada pelaksanaan pos pelayanan terpadu melibatkan petugas puskesmas setempat,


petugas BKKBN sebagai penyelenggara pelayanan profesional dan peran serta
masyarakat secara aktif dan positif sebagai penyelenggara pelayanan non profesional
secara terpadu dalam rangka alih tehnologi dan swakelola masyarakat.

 Dari segi petugas puskesmas :

1. Pendekatan yang di pakai adalah pengembangan dan pembinaan PKMD.

2. Perencanaan terpadu tingkat puskesmas (mikro planing), lokakarya mini.

3. Pelaksanaan melalui sistem 5 meja dan alih tehnologi.

 Dari segi masyarakat :

1. Kegiatan swadaya masyarakat yang diharapkan adanya kader kesehatan.

2. Perencanaannya melalui musyawarah masyarakat desa

3. Pelaksanaan melalui sistem 5 meja.

Dukungan lintas sektoral sangat diharapkan mulai dari tahap persiapan /


perencanaan, pelaksanaan bahkan penilaiaan dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat, baik dari segi motivasi maupun teknis dari masing – masing
sektor.
Langkah – langkah pembentukan persiapan sosial :

 Persiapan masyarakat sebagai pengelola dan pelaksana posyandu.


 Persiapan masyarakat umum sebagai pemakai jasa posyandu.

Perumusan masalah :

 Survey mawas diri


 Penyajian hasil survey (lokakarya mini)

Perencanaan pemecahan masalah :

 Kaderisasi sebagi pelaksana posyandu


 Pembentukan pengurus sebagai pengelola masyarakat
 Menyusun rencana kegiatan posyandu

Pelaksanaan kegiatan :

 Kegiatan di posyandu 1 X sebulan atau lebih


 Pengumpulan dana sehat
 Pencatatan dan pelaporan kegiatan posyandu

Evaluasi :
 Evaluasi hasil kegiatan yang sedang berjalan
 Evaluasi hasil kegiatan sesuai dengan batas waktu yang di tetapkan

2.10 Tingkat perkembangan posyandu

1. Posyandu Pratama ( warna merah )

Posyandu tingkat pratama adalah Posyandu yang masih belum mantap,


kegiatannya belum bisa rutin tiap bulan dan kader aktifnya terbatas.

2. Posyandu Madya ( warna kuning )

Posyandu pada tingkat madya sudah dapat melaksanakan kegiatan


lebih dari 8 kali pertahun, dengan rata – rata jumlah kader yang hadir
sebanyak 5 orang atau lebih.

3. Posyandu Purnama ( warna hijau )

Posyandu pada tingkat purnama adalah posyandu yang kegiatannya


lebih dari 8 x pertahun, rata – rata jumlah kader yang bertugas sebanyak 5
orang atau lebih, cakupan 5 program utamanya (KIA,KB,Gizi dan Imunisasi)
lebih dari 50%. Sudah ada program tambahan, bahkan mungkin sudah ada
dana sehat yang masih sederhana.

4. Posyandu Mandiri ( warna biru )

Posyandu ini berarti sudah dapat melaksanakan kegiatan secara teratur,


cakupan 5 program utama sudah bagus, ada program tambahan dan dana sehat
telah menjangkau lebih dari 50% kepala keluarga.
Indikator Pratama Madya Purnama Mandiri

Jumlah kader <> 5 atau lebih

Frekuensi timbang <> 8 kali atau lebih / tahun

Cakupan KIA <> > 50 %

Cakupan KB <> > 50 %

Cakupan imun <> > 50 %

<> > 50 %
Rerata D / S

Program tambahan (–) (+)

Cakupan dana sehat <> > 50 %

Dari konsep diatas, dapat disimpulkan beberapa indikator sebagai penentu


tingkat perkembangan antar strata Posyandu adalah :

1. Jumlah buka Posyandu pertahun.

2. Jumlah kader yang bertugas.

3. Cakupan kegiatan.

4. Program tambahan.

5. Dana sehat/JPKM.
Posyandu akan mencapai strata Posyandu Mandiri sangat tergantung kepada
kemampuan, keterampilan diiringi rasa memiliki serta tanggungjawab kader PKK,
LKMD sebagai pengelola dan masyarakat sebagai pemakai dari pendukung
Posyandu.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

KIA adalah alat manajemen program KIA untuk memantau cakupan


pelayanan KIA di suatu wilayah kerja secara terus menerus terutama dalam
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dalam rangka menurunkan Angka Kematian
Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).

3.2 Saran

Sebagai seorang bidan sangat ditekankan akan pelayanan yang maksimal


karena tuntutan bidan sangatlah berat dan beresiko tinggi terutama pada kesehatan ibu
dan anak. Oleh karena itu, seorang bidan wajib menjalankan tugas sesuai standar
asuahan kebidanan yang telah ditetapkan sesuai dengan profesi kebidanan.

Penulis mengharapkan kritik dan saran dari dosen pembimbing dan teman –
teman serta pembaca makalah agar sempurna nya makalah yang di sajikan oleh
penulis.
DAFTAR PUSTAKA

Dep. Kes. RI. Buku Pedoman Petugas Lapangan. Jakarta: Komite Nasional


Posyandu. 1996

Jean. B. Posyandu. Jakarta: Dirjen PPM dan LPM. 1996


Soetedjo. Yuwono. Revitalisasi Posyandu. Jakarta: Dirjen PPM Dep.Kes. 2006

Tinuk. Istiarti. Pemberdayaan Masyarakat. Semarang: Universitas Diponegoro. 2003

Anda mungkin juga menyukai