Disusun Oleh :
1. Jasvirgon
2. Raja Mizlinovriana
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT, yang telah memberi kekuatan dan
kesempatan kepada kami, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan waktu
yang di harapkan walaupun dalam bentuk yang sangat sederhana, dimana makalah ini
membahas tentang “Asuhan Keperawatan Penyakit Menular Infeksi Pada Pasien
HIV – AIDS Dengan Komplikasi Tuberkulosis Paru” dan kiranya makalah ini
dapat meningkatkan pengetahuan kita khususnya tentang “Asuhan Keperawatan
Penyakit Menular Infeksi Pada Pasien HIV – AIDS Dengan Komplikasi
Tuberkulosis Paru”. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu
tugas yang di berikan oleh dosen mata kuliah Asuhan Keperawatan Penyakit Menular
Infeksi.
Kami sangat menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih sangat
minim, sehingga saran dari dosen pengajar serta kritikan dari semua pihak masih
kami harapkan demi perbaikan laporan ini. Kami ucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.
A. PENGKAJIAN ........................................................................................... 18
A. Kesimpulan ................................................................................................ 28
B. Saran .......................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 29
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut (Aisyah & Fitria, 2019) HIV merupakan suatu virus yang dapat
menyebabkan penyakit Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS). Virus ini
menyerang sel darah putih sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia.
HIV dan AIDS berasal dari benua Afrika merupakan suatu penyakit menular yang
penyebarannya cepat di seluruh dunia. Sampai saat ini belum ditemukan obat maupun
vaksin yang mampu menanggulangi serta mengobati penyakit ini. (Aisyah & Fitria,
2019)
1. Tujuan Umum
Untuk menjelaskan dan mengetahui konsep dasar teori serta bagaimana cara
menyusun asuhan keperawatan pada pada pasien dengan penyakit HIV/AIDS
komplikasi TB paru.
2. Tujuan Khusus
a. Agar Mahasiswa/i Memahami Pengertian HIV/AIDS.
b. Agar Mahasiswa/i Mengetahui Etiologi HIV/AIDS.
c. Agar Mahasiswa/i Memahami Patofisiologi HIV/AIDS.
d. Agar Mahasiswa/i Mengetahui Manifestasi Klinis HIV/AIDS.
e. Agar Mahasiswa/i Megetahui Apa Saja Pemeriksaan Penunjang
HIV/AIDS.
f. Agar Mahasiswa/i Mengetahui Apa Saja Pemeriksaan Diagnostik
HIV/AIDS.
g. Agar Mahasiswa/i Mengetahui Apa Saja Penatalaksanaan Medis pada
pasien dengan HIV/AIDS.
h. Agar Mahasiswa/i Mengetahui Apa Saja Komplikasi yang akan muncul
dari HIV/AIDS ?
i. Agar Mahasiswa/i Mengetahui Pencegahan HIV/AIDS ?
j. Agar Mahasiswa/i Memahami Tentang Konsep ASKEP yang dilakukan
pada pasien dengan HIV/AIDS komplikasi TB Paru ?
2.1.2 Etiologi
Menurut (Sri Hartini, Tisna Sendy pratama, 2017) Penyebabnya adalah golongan
virus retro yang disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV). HIV pertama kali
ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1984 di
Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap
sebagai virus kurang pathogen dibandingkaan dengan HIV-1. Maka untuk
memudahkan keduanya disebut HIV.
Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :
1. Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 5 bulan setelah infeksi. Tidak ada
gejala.
2. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes
illness.
3. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada.
4. Supresi imun simtomatik. Di atas 3 tahun dengan gejala demam, keringat
malam hari, B menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi
mulut.
5. AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali
ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai
sistem tubuh, dan manifestasi neurologist.
AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria maupun juga
pada wanita. Yang termasuk golongan resiko tinggi adalah :
1. Lelaki homo seksual atau biseks.
2. Lesbian
3. Wanita / Lelaki Pekerja malam (penghibur)
4. Orang yang ketagian obat intravena.
5. Partner seks dari penderita AIDS.
6. Penerima darah atau produk darah (transfusi).
7. Bayi dari ibu / bapak terinfeksi.
2.1.4 Patofisiologi
Menurut (Cleary, 2019) Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel
imun ) adalah sel-sel yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan
terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Human Immunodeficiency
Virus ( HIV ) menginfeksi sel melalui suatu pengikatan dengan protein perifer CD 4,
Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun, lalu Human
Immunodeficiency Virus ( HIV ) akan menginfeksi sel lain dengan meningkatkan
reproduksi dan banyaknya kematian sel T4 yang juga dipengaruhi respon imun sel
killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi. Menurut
(Rahman et al., 2017)Virus HIV dengan suatu enzim, reverse transkriptase, yang akan
melakukan prosedur ulang materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat
menjadi double-stranded DNA. DNA ini akan disatukan kedalam nukleus sel T4
sebagai sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang lama tetap atau permanen.
Enzim ini yang akan membuat sel T4 helper tidak dapat mengenali virus HIV sebagai
antigennya. Sehingga keberadaan virus HIV didalam tubuh tidak akan dapat
dihancurkan oleh sel T4 helper. Kebalikannya, virus HIV yang akan buat
menghancurkan sel T4 helper. Fungsi dari sel T4 helper adalah mengetahui antigen
yang asing, mengaktifkan limfosit B yang memproduksi antibodi, menstimulasi
limfosit T sitotoksit, memproduksi limfokin, dan mempertahankan tubuh terhadap
infeksi parasit. Jika fungsi sel T4 helper terganggu, mikro organisme yang biasanya
tidak menimbulkan penyakit akan memiliki kesempatan untuk menginvasi dan
menyebabkan penyakit yang serius. Dengan menurunya jumlah sel T4, maka sistem
imun seluler makin lemah secara progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan
makrofag dan menurunnya fungsi sel T penolong. Seorang penelitian (Cleary, 2019)
mengutarakan bahwa Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus
(HIV ) dapat tetap tidak memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahun-
tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar 1000 sel perml
darah sebelum infeksi mencapai sekitar 200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah
infeksi. Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan
jamur oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya
penyakit baru akan menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang
parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh dibawah 200
sel per ml darah, atau apabila terjadi infeksi opurtunistik, kanker atau dimensia AIDS.
2.1.6 Komplikasi
Menurut (Cleary, 2019) Komplikasi dengan penyakit HIV-AIDS, yaitu :
Penurunan sistem kekebalan tubuh akibat virus HIV (Human Immuno Deficiency
Virus), menyebabkan tubuh mudah diserang penyakit - penyakit :
1. Tuberkulosis Paru
2. Pneumonia Premosistis
3. Berbagai macam penyakit kanker
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang kurang,
menurunnya absorbs zat gizi
Tujuan :
Setelah dilakukan keperawatan selama 14 hari maka masalah kekurangan
nutrisi dapat diatasi
Kriteria Hasil
NOC:
Perawat mampu meningkatkan status nutrisi pasien
Perawat mampu mengontrol BB pasien
Client Outcome
Pasien mengalami peningkatan BB menuju berat yang diharapkan
BB pasien berada dalam rentang normal
Mengenal faktor-faktor yang mnyebabkan BB dibawah normal
Pasien mampu mengkonsumsi nutrisi yang adekuat
Pasien mengkonsumsi nutrisi yang adekuat
Pasien terebas dari tanda-tanda malnutrisi
Intervensi dan rasionalisasi (NIC)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Pengumpulan Data Pasien
a. Identitas pasien
Nama : Tn “A”
Umur : 42 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku : Melayu
Pendidikan : SMP
Alamat : Jl. Tiban Lama RT 01/05. Sekupang – Batam
Pekerjaan : Petani
Tanggal masuk : 01 Februari 2020
Tanggal pengkajian : 01 Februari 2020
Diagnosa Medis : PLHA + Obs. DyspePasienia, TB Paru.
3. Genogram
X X X X
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
Data Biologis
a. Pola Nutrisi Pasien
SMRS : Pasien makan tiga kali sehari dengan menu bervariasi satu porsi makan
habis.
MRS : Pasien tidak nafsu makan dan makan satu kali sehari porsi makan RS tidak
habis sisa 1/2.
b. Pola Minum
SMRS : Pasien minum 7-8 gelas sehari (1.5-2 liter)
MRS : Pasien minum 5-6 gelas sehari (0.8-1 liter)
c. Pola Eliminasi Pasien
SMRS : Pasien BAB satu kali sehari, BAK 7-8 kali sehari
MRS : Pasien jarang BAB karena jarang makan, BAK 6-7 kali sehari.
d. Pola istirahat/tidur Pasien
SMRS : Pasien tidur 7-8 jam sehari.
MRS : Pasien tidur hanya ± 3-4 jam saat malam hari, saat rasa sesak dan batuk
datang, pasien terjaga.
e. Pola hygiene
Mandi Pasien
SMRS : Pasien mandi dua kali sehari.
MRS : Pasien mandi satu kali sehari.
Cuci rambut
SMRS : Pasien mencuci rambutnya saat mandi.
MRS : Pasien hanya membasahi rambutnya ketika mandi.
Gogok gigi Pasien
SMRS : Pasien gosok gigi dua kali sehari.
MRS : Pasien baru satu kali menggosok gigi selama tiga hari masuk rumah sakit.
Keterangan :
0 = Mandiri
1 = Dibantu Sebagian
2 = Perlu Bantuan orang lain
3 = Perlu bantuan orang lain dan alat
4 = Tergantung orang lain tidak mandiri
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : E4M6V5 (GCS = 15) Compos Mentis
TTV : TD = 100/80 mmHg N = 86 x/menit RR = 40 x/menit S = 37,3 ºC
Berat badan
SMRS : 56 Kg ± 6 bulan lalu
MRS : 35 Kg
Tinggi badan : 160 cm
IMT : 𝐵𝐵 (𝑇𝐵)2 = 35 (1,59)2 = 12,69
Keterangan : Nilai normal 18,5 - 24,5 𝐾𝑔 𝑚2 ⁄
b. Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala simetris, rambut hitam keriting, kulit kepala
kering, tidak ada ketombe.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
c. Mata
Inspeksi : Sklera putih, dapat melihat dengan jelas, bola mata simetris,
konjungtiva merah muda, ada reaksi terhadap cahaya (miosis) tidak
mengguakan alat bantu penglihatan, fungsi penglihatan normal.
Palpasi : Tidak nyeri tekan
d. Hidung
Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada polip, tidak ada sekret.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan dan pembengkakan.
e. Telinga
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada kelainan dikedua telinga, tidak ada lesi
dan serumen.
Palpasi : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan.
f. Mulut
Inspeksi : Gigi tampak kuning, lidah bersih, mukosa mulut lembab.
Palpasi : Otot rahang kuat.
g. Leher
Inspeksi : Ada pembesaran kelenjar getah bening.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
h. Thoraks (paru-paru)
Inspeksi : Dada simetris, tidak ada lesi, respirasi 40 kali per menit, terdapat
retraksi dinding dada.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
Auskultasi : Bunyi napas ronkhi.
Perkusi : Batas paru-paru normal.
i. Thoraks (jantung)
Inspeksi : Ictus cordis terlihat, terlihat tatto di dada sebelah kanan.
Palpasi : Ictus cordis teraba.
Auskultasi : S1 dan S2 reguler.
Perkusi : Batas jantung normal.
j. Abdomen
Inspeksi : Tidak ada lesi, terdapat pembesaran abdomen
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
Auskultasi : Bising usus 8 kali per menit.
Perkusi : Timpani.
k. Genetalia (pasien menolak untuk dikaji karena menyangkut masalah
pribadi).
l. Ekstremitas
Kanan 5 5 5 5 5 5 5 5 Kiri
5555 5555
Keterangan :
Terpasang infus di tangan kiri (RL 20 TPM).
1 : Tidak mampu bergerak sama sekali
1 : Hanya mampu menggerakkan ujung ektremitas.
2 : Hanya mampu menggerser sedikit.
3 : Mampu mengangkat tangan dengan bantuan, saat bantuan di lepaskan tangan ikut
jatuh.
4 : Kekuatan otot sedikit berkurang, mampu melawan gravitasi sesaatlalu jatuh.
5 : Kekuatan otot utuh mampu melwan gravitasi.
8. Pemeriksaan Laboratorium
Golongan darah : A
HbsAg : Non-reaktif
HIV : R/Reaktif
BTA : +
LABORATORIUM
01 Februari 2020 Hasil Nilai Normal
RBC 3,58 3,50 – 5,50 12/l
MCV 7,46 75,0 – 100,0 fl
RDW % 6,2 1,0 – 1,6
HCT 26,8 35,0 – 55,0 %
PLT 388 100 – 400 10 g/l
MPV 6,2 8,0 – 11,0 fl
PCT 0,25 0,01 – 99,9 %
HGB 10,3 HL 11,5 – 16,5 g/dl
WBC 13,4 3,5 – 10 10 g/l
9. Pengobatan
01 Februari 2020 02 Februari 2020 03 Februari 2020
IUFD RL 20 Tpm IUFD Clinimix IUFD Clinimix
Inj. Dexametason 3x1 IUFD ivelif Sohobion drip 1x1 3cc
amp Sohobion drip 1x1 4cc OAT Terapi (INH 300
Inj. Ranitidin 2x1 amp OAT Terapi (INH 300 mg 1x1, Rifampisin
Inj Ceftriaxone 2x1 mg 1x1, Rifampisin 400 400 mg 1x1, etambutol
gram mg 2x1. 1x1
Pirazinamol 1x1, PCT 3x1 (bila
Ketokonazole 1x200 mg demam), O2 4 𝑙 𝑚 ⁄
1x1
Candistatin 2x1(peroral)
PCT 3x1 (bila demam),
O2 4 𝑙 𝑚
B. ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DS : HIV masuk ke dalam tubuh Bersihan Jalan
Pasien mengatakan napas tidak
sering sesak. Penurunan kekebalan tubuh efektif
Pasien mengatakan
sering batuk. Masuknya Micobacterium
DO : tuberkulosa
Ketika batuk, tampak
adanya sputum yang Menyebar ke organ paru
dikelarkan.
Respirasi 40 kali per Menempel di paru
menit
Pasien terpasang Terjadi kerusakan membran
oksigen 4 l/m alveolar
Terjadi pembentukan
sputum berlebih
Terpasang O2 4 l
Sesak nafas
kg, BB = 35 kg – tubuh
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA
NO KEPERAWATAN NOC NIC RASIONAL
1 Bersihan jalan nafas Setalah Kaji k/u Memantau
b/d adanya sputum dilakukan Pasien kondisi
di jalan nafas, tindakan Posiskan pasien
ditandai dengan: keperawatan pasien untuk Memudahkan
DS : 3x24 jam memaksimalka Pasien ketika
Pasien diharapkan n ventilasi. bernafas
mengatakan bersihan jalan Ajarkan untuk Mengeluarkan
sering sesak nafas batuk efektif sputum
Pasien tidakefektifan Monitor Pemberian
mengatakan hilang dengan resfirasi dan oksigen
sering batuk kriteria hasil : - status 02, sebanyak 4
DO : Mampu oxygen l/m
Ketika mengeluarkan therapy. Memberikan
batuk,tampak sputum - Berikan posisi kenyamanan
adanya sputum Frekuensi semi fowler pada Pasien
yang pernafasan pada Pasien.
dikeluarkan dari dalam rentang
mulut Pasien. normal (18-
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan sejenis virus yang menyerang
sistem kekebalan tubuh pada manusia dan dapat menimbulkan AIDS. ) (Aisyah &
Fitria, 2019) HIV menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas
mencegah terjadinya infeksi.
Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut Human Immunodeficiency
Virus (HIV).
Tn “A” datang ke RS X pada tanggal 01 Februari 2020 pukul 18:40 WIB dengan
keluhan pasien mengatakan demam ± 1 bulan SMRS, demam naik turun. Pasien juga
mengatakan batuk berdahak ± 1 tahun SMRS kadang ada sesak. Saat di lakukan
pengkajian pasien mengeluhkan batuk berdahak disertai sesak, tidak nafsu makan dan
tidurnya tidak nyenyak sehingga kami mengangkat diagnosa keperawatan bersihan
jalan napas tidak efektif, pola napas tidak efektif, ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh dan gangguan pola tidur. Tindakan yang dilakukan diantaranya
memanajemen bersihan jalan napas, memanajemen frekuensi pola napas,
memanajemen status nutrisi serta memenajemen pola tidur yang mana setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pada empat diagnosa keperawatan
tersebut belum ada yang teratasi sepenuhnya.
B. Saran
Lebih teliti dalam pengkajian dan analisa data, karena yang menjadi acuan dalam
menentukan diagnosa Keperawatan adalah analisa data sebelum menentukan rencana
tindakan medis serta keperawatannya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Aisyah, S., & Fitria, A. (2019). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang
HIV/AIDS dengan Pencegahan HIV/AIDS di SMA Negeri 1 Montasik Kabupaten
Aceh Besar. Jurnal Bidan Komunitas, 2(1), 1.
https://doi.org/10.33085/jbk.v2i1.4081
2. alodokter. (2018). Pengertian HIV dan AIDS.
3. Cleary, M. (2019). 済無 No Title No Title. Journal of Chemical Information and
Modeling, 53(9), 1689–1699. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
4. Fauzi, A. R., Yayuk, A., & Rahayu, S. (2019). Pencegahan HIV / AIDS melalui
Collaborative Governance antara Pemerintah , Lembaga Swadaya Masyarakat ,
dan Masyarakat HIV / AIDS Preventation Through Collaborative Governance
Among Government , Non Government Organizstion , And Socienty in DKI
Jakarta Pr. Jurnal Inspirasi BPSDM Provinsi Jawa Barat, 10(April), 14–31.
5. Mongan, D. J. K., Maramis, F. R. R., Ratag, B. T., & Pencegahan, T. (2018).
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN
TINDAKAN PENCEGAHAN HIV / AIDS PADA MASYARAKAT DI
KELURAHAN SAGERAT PENDAHULUAN Dengan munculnya penyakit
berbahaya yang menyerang dunia kesehatan yaitu penyakit HIV / AIDS yang
merupakan penyakit ganas dan ber. Jurnal Kesmas, 7(5), 1–5. Retrieved from
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/kesmas/article/view/22563
6. Rachmadani, P. P. (2010). Pencegahan Penularan HIV / AIDS Pada Ibu hamil Ke
Bayi Dengan PMTCT ( Prevention Mother To Child Transmission ).
7. Rahman, F., Adenan, A., Yulidasari, F., Laily, N., Rosadi, D., & Azmi, A. N.
(2017). Pengetahuan Dan Sikap Masyarakat Tentang Upaya Pencegahan
Tuberkulosis. Media Kesehatan Masyarakat Indonesia, 13(2), 183.
https://doi.org/10.30597/mkmi.v13i2.1993
8. Semu, M., Fenta, T. G., Medhin, G., & Assefa, D. (2017). Effectiveness of
isoniazid preventative therapy in reducing incidence of active tuberculosis among
people living with HIV/AIDS in public health facilities of Addis Ababa, Ethiopia:
A historical cohort study. BMC Infectious Diseases, 17(1), 1–8.
https://doi.org/10.1186/s12879-016-2109-7
9. Sri Hartini, Tisna Sendy pratama, U. H. (2017). Pencegahan Hiv Dan Aids Bagi
Pelajar. Pengembangan Sumber Daya Perdesaan Dan Kearifan Lokal
Berkelanjutan, 7(17–18), 747. Retrieved from
http://jurnal.lppm.unsoed.ac.id/ojs/index.php/Prosiding/article/viewFile/514/428
10. Syahputra, T., & Halim, J. (2019). Sistem Pakar Untuk Mendiagnosa Penyakit
Menular Seksual ( HIV / AIDS ) Dengan Menggunakan Metode Case Based
Reasoning ( CBR ). Jurnal Sains Dan Komputer (SAINTIKOM), 18(1), 62–69.
11. Sodik, M. A. (2018, September). Analysis of Improved Attitude of Youth in
HIV/AIDS Prevention through the Provision of Health Education with Peer
Education. In The 2nd Joint International Conferences (Vol. 2, No. 2, pp. 495-
502).