Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT MENULAR INFEKSI


PADA PASIEN “ HIV – AIDS “ DENGAN KOMPLIKASI
TUBERKULOSIS PARU

Disusun Oleh :

1. Jasvirgon
2. Raja Mizlinovriana

Dosen Pengajar : Ns. Rachmawaty M Noer, S. Kep, M. Kep. M. Kes

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKes AWAL BROS BATAM
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT, yang telah memberi kekuatan dan
kesempatan kepada kami, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan waktu
yang di harapkan walaupun dalam bentuk yang sangat sederhana, dimana makalah ini
membahas tentang “Asuhan Keperawatan Penyakit Menular Infeksi Pada Pasien
HIV – AIDS Dengan Komplikasi Tuberkulosis Paru” dan kiranya makalah ini
dapat meningkatkan pengetahuan kita khususnya tentang “Asuhan Keperawatan
Penyakit Menular Infeksi Pada Pasien HIV – AIDS Dengan Komplikasi
Tuberkulosis Paru”. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu
tugas yang di berikan oleh dosen mata kuliah Asuhan Keperawatan Penyakit Menular
Infeksi.

Dengan adanya makalah ini, mudah-mudahan dapat membantu meningkatkan


minat baca dan belajar teman - teman. Selain itu kami juga berharap semua dapat
mengetahui dan memahami tentang materi ini, karena akan meningkatkan mutu
individu kita

Kami sangat menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih sangat 
minim, sehingga saran dari dosen pengajar serta kritikan dari semua pihak masih
kami harapkan demi perbaikan laporan ini. Kami ucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Batam, Kamis, 27 Februari 2020

Jasvirgon & Raja Mizlinovriana


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i


DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................., 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 3

1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................ 3

1.4 Manfaat Penulisan...................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 5

2.1 Konsep Dasar Penyakit ................................................................................... 5

2.1.1 Definisi .................................................................................................. 5

2.1.2 Etiologi .................................................................................................. 6

2.1.3 Manifestasi Klinis .................................................................................. 7

2.1.4 Patofisiologi .......................................................................................... 10

2.1.5 Pathway ................................................................................................. 12

2.1.6 Komplikasi ............................................................................................ 12

2.1.7 Penatalaksanaan Medis ......................................................................... 12

2.1.8 Pemeriksaan Diagnostik ........................................................................ 12

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan ....................................................................... 14


BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ............................................................ 18

A. PENGKAJIAN ........................................................................................... 18

B. ANALISA DATA ...................................................................................... 25

C. INTERVENSI KEPERAWATAN ............................................................ 25

BAB IV PENUTUP ........................................................................................... 28

A. Kesimpulan ................................................................................................ 28

B. Saran .......................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 29
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immunodeficiency


Syndrome (AIDS) menjadi pandemik global dengan berbagai dampak yang sangat
merugikan semuanya, tidak saja berdampak langsung kepada kesehatan namun juga
memberikan dampak sosial ekonomi, ataupun bidang politik serta lainnya.

Menurut (Aisyah & Fitria, 2019) HIV merupakan suatu virus yang dapat
menyebabkan penyakit Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS). Virus ini
menyerang sel darah putih sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia.
HIV dan AIDS berasal dari benua Afrika merupakan suatu penyakit menular yang
penyebarannya cepat di seluruh dunia. Sampai saat ini belum ditemukan obat maupun
vaksin yang mampu menanggulangi serta mengobati penyakit ini. (Aisyah & Fitria,
2019)

Dan juga menurut berbagai penelitian menyebutkan HIV/AIDS adalah penyakit


menular yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus yang menyerang
sistem kekebalan tubuh manusia (Fauzi, Yayuk, & Rahayu, 2019). Infeksi tersebut
menyebabkan penderita HIV/AIDS mengalami penurunan daya tahan tubuh sehingga
mudah terinfeksi penyakit lain. Menurut data UNAIDS pada tahun 2016, di seluruh
dunia sebanyak 36,9 juta orang hidup dengan HIV dengan 1,75 juta orang baru
terinfeksi HIV (UNAIDS Facts Sheet, 2019). Hal ini perlu mendapat perhatian yang
serius mengingat banyak orang hidup dengan AIDS dan rentan menularkan ke orang
lain. Sebagaimana kelanjutan program dari MDGs (Millenium Development Goals),
SDGs (Sustainable Development Goals) tetap menempatkan HIV sebagai salah satu
isu utama dari 18 tujuan utama dengan target mengakhiri epidemi HIV/AIDS pada
tahun 2030.
Menurut (Rahman et al., 2017) TB (Tubrkulosis) merupakan salah satu infeksi
oportunistik tersering menyerang pada orang dengan HIV/AIDS di negara Indonesia.
Infeksi HIV/AIDS sangat memudahkan terjadinya infeksi mycobacterium
tuberculosis. Penderita HIV/AIDS mempunyai resiko lebih tinggi menderita TB di
bandingkan dengan non-HIV/AIDS. Resiko HIV/AIDS untuk menderita penyakit TB
adalah 11 % per tahun, sedangkan yang non-HIV/AIDS resiko menderita TB hanya
12 % seumur hidup. Di Amerika Serikat di laporkan angka kejadian TB dengan
infeksi menurun, 4,3 kasus baru per 100.001 populasi ( total 13,389 kasus ) pada
tahun 2009. Di RSU Dr.Soetomo dilaporkan sebanyak 25-82 %. Sementara
Rviglione, dkk menyebutkan bahwa TB merupakan penyebab kematian tersering
pada orang penderita HIV/AIDS. Di mana WHO sudah memperkirakan TB sebagai
penyebab kematian 14% dari penderita AIDS. (Semu, Fenta, Medhin, & Assefa,
2017)
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian HIV/AIDS ?
2. Apa Penyebab HIV/AIDS ?
3. Bagaimana Patofisiologi HIV/AIDS ?
4. Apa Manifestasi Klinis HIV/AIDS ?
5. Apa saja Pemeriksaan Penunjang yang harus dilakukan pada HIV/AIDS ?
6. Apa saja Pemeriksaan Diagnostik yang harus dilakukan pada HIV/AIDS ?
7. Bagaimana Penatalaksanaan Medis yang biasa dilakukan pada HIV/AIDS ?
8. Apa saja Komplikasi yang akan muncul dari HIV/AIDS ?
9. Bagaimana saja Pencegahan HIV/AIDS ?
10. Bagaimana saja Konsep Asuhan Keperawatan yang biasa dilakukan pada
pasien dengan HIV/AIDS Komplikasi TB Paru ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum
Untuk menjelaskan dan mengetahui konsep dasar teori serta bagaimana cara
menyusun asuhan keperawatan pada pada pasien dengan penyakit HIV/AIDS
komplikasi TB paru.
2. Tujuan Khusus
a. Agar Mahasiswa/i Memahami Pengertian HIV/AIDS.
b. Agar Mahasiswa/i Mengetahui Etiologi HIV/AIDS.
c. Agar Mahasiswa/i Memahami Patofisiologi HIV/AIDS.
d. Agar Mahasiswa/i Mengetahui Manifestasi Klinis HIV/AIDS.
e. Agar Mahasiswa/i Megetahui Apa Saja Pemeriksaan Penunjang
HIV/AIDS.
f. Agar Mahasiswa/i Mengetahui Apa Saja Pemeriksaan Diagnostik
HIV/AIDS.
g. Agar Mahasiswa/i Mengetahui Apa Saja Penatalaksanaan Medis pada
pasien dengan HIV/AIDS.
h. Agar Mahasiswa/i Mengetahui Apa Saja Komplikasi yang akan muncul
dari HIV/AIDS ?
i. Agar Mahasiswa/i Mengetahui Pencegahan HIV/AIDS ?
j. Agar Mahasiswa/i Memahami Tentang Konsep ASKEP yang dilakukan
pada pasien dengan HIV/AIDS komplikasi TB Paru ?

1.3 Manfaat Penulisan


Untuk Menambah wawasan pikiran & ilmu pengetahuan tentang “Asuhan Keperawatan
Penyakit Menular Infeksi Pada Pasien HIV – AIDS Dengan Komplikasi
Tuberkulosis Paru”
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Penyakit


2.1.1 Pengertian
Menurut (Aisyah & Fitria, 2019) HIV (Human Immunodeficiency Virus)
merupakan sejenis virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh pada manusia,
dengan awalnya menginfeksi dan akan menghancurkan sel CD 4. Semakin banyak sel
CD4 yang dihancurkannya, kekebalan tubuh manusia akan semakin lemah secara
perlahan, sehingga rentan diserang berbagai penyakit apapun dan dapat menimbulkan
AIDS. HIV awalnya menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas
mencegah infeksi. Sel darah putih tersebut terutama limfosit yang memiliki CD4
sebagai peran marker atau penanda yang berada di permukaan pada sel limfosit.
Karena berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh manusia menunjukkan berkurangnya
sel-sel darah putih atau limfosit yang mana seharusnya berperan dalam mengatasi
infeksi yang masuk ke tubuh manusia. Pada orang dengan sistem kekebalan yang
baik, nilai CD4 berkisar antara 1400 - 1501. (alodokter, 2018). Sedangkan pada orang
dengan sistem kekebalan yang sudah terganggu, nilai CD4 semakin lama akan
semakin menurun (Syahputra & Halim, 2019) HIV adalah jenis parasit obligat yaitu
virus yang hanya dapat hidup dalam sel atau media hidup. Seorang pengidap HIV
lambat laun akan jatuh ke dalam kondisi AIDS, apalagi tanpa pengobatan. Umumnya
keadaan AIDS ini ditandai dengan adanya berbagai infeksi baik akibat virus, bakteri,
parasit maupun jamur. Keadaan infeksi ini yang dikenal dengan infeksi oportunistik
(Syahputra & Halim, 2019). HIV adalah virus yang menumpang hidup dan merusak
sistem kekebalan tubuh. Sedangkan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome)
adalah kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh virus HIV. (Syahputra &
Halim, 2019) AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome,
yang berarti kumpulan gejala atau sindroma akibat menurunnya kekebalan tubuh
yang disebabkan infeksi virus HIV. Tubuh manusia mempunyai kekebalan untuk
melindungi diri dari serangan luar seperti kuman, virus, dan penyakit. AIDS
melemahkan atau merusak sistem pertahanan tubuh ini, sehingga akhirnya
berdatanganlah berbagai jenis penyakit lain . Menurut (Mongan, Maramis, Ratag, &
Pencegahan, 2018) AIDS merupakan suatu sindroma yang menunjukkan defisiensi
imun seluler pada seseorang tanpa adanya penyebab yang sudah diketahui untuk
dapat tejadinya defisiensi, tersebut seperti keganasan, obat-obat supresi imunitas,
penyakit infeksi yang sudah dikenal dan sebagainya.

2.1.2 Etiologi
Menurut (Sri Hartini, Tisna Sendy pratama, 2017) Penyebabnya adalah golongan
virus retro yang disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV). HIV pertama kali
ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1984 di
Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap
sebagai virus kurang pathogen dibandingkaan dengan HIV-1. Maka untuk
memudahkan keduanya disebut HIV.
Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :
1. Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 5 bulan setelah infeksi. Tidak ada
gejala.
2. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes
illness.
3. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada.
4. Supresi imun simtomatik. Di atas 3 tahun dengan gejala demam, keringat
malam hari, B menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi
mulut.
5. AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali
ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai
sistem tubuh, dan manifestasi neurologist.
AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria maupun juga
pada wanita. Yang termasuk golongan resiko tinggi adalah :
1. Lelaki homo seksual atau biseks.
2. Lesbian
3. Wanita / Lelaki Pekerja malam (penghibur)
4. Orang yang ketagian obat intravena.
5. Partner seks dari penderita AIDS.
6. Penerima darah atau produk darah (transfusi).
7. Bayi dari ibu / bapak terinfeksi.

2.1.3 Manifestasi Klinis


Menurut (Rachmadani, 2015) Seseorang yang terkena virus HIV tidak
menunjukkan gejala apapun, namun masih dapat menularkan virusnya kepada orang
lain. Virus ini membutuhkan waktu hingga 2 sampai 10 tahun hingga bisa
memunculkan gejala. Gejala pertama dari Human Immunodeficiency Virus mirip
dengan infeksi virus lainnya, yaitu:
 Sering Demam
 Sering Sakit kepala
 Kelelahan
 Sering Nyeri otot
 Berat Badan Turun drastic secara perlahan
 Terjadi Pembengkakan kelenjar getah bening di tenggorokan, ketiak, atau
pangkal paha dan sebagainya.
Berikut ini adalah berbagai gejala AIDS yang dapat muncul, yaitu:
 Sariawan yang ditandai dengan adanya lapisan keputihan dan tebal pada lidah
atau mulut. Sariawan ini disebabkan oleh infeksi jamur bakteri
 Infeksi jamur vagina yang kronis atau terjadi secara berulang
 Penyakit radang panggul kronis
 Infeksi dan sering mengalami kelelahan ekstrem yang tidak dapat dijelaskan
penyebabnya dan mungkin muncul bersamaan dengan sakit kepala
 Turunnya berat badan lebih dari 5 kg yang bukan disebabkan karena olahraga
atau diet atau sebagainya
 Muda mengalami memar pada kulit
 Sering Diare
 Sering berkeringat di malam hari
 Pembengkakan atau mengerasnya kelenjar getah bening yang terletak di
tenggorokan, ketiak, atau pangkal paha
 Sering mengalami Batuk kering
 Sering mengalami sesak napas
 Perdarahan pada kulit, mulut, hidung, anus, atau vagina tanpa penyebab yang
pasti
 Ruam kulit yang sering atau tidak biasa
 Mati rasa atau nyeri pada tangan atau kaki serta lainnya
 Hilangnya kendali otot dan refleks, kelumpuhan, atau hilangnya kekuatan otot
 Kebingungan, perubahan kepribadian, atau penurunan kemampuan mental

Sedangkan Menurut (Rahman et al., 2017) Manifestasi klinis penyakit AIDS


menyebar luas dan pada dasarnya dapat mengenai setiap sistem organ, salah satunya
sistem pernapasan. Pneumonia Pneumocystis carinii. Gejala napas yang pendek,
sesak napas (dispnea), batuk-batuk, nyeri dada dan sering demam akan menyertai
berbagai infeksi oportunitis, seperti yang disebabkan oleh Mycobacterium
aviumintracellulare (MAI), sitomegalovirus (CMV) dan Legionella. Walaupun
begitu, infeksi yang paling sering ditemukan di antara penderita AIDS adalah
Pneumonia Pneumocystis carinii (PCP) yang merupakan penyakit oportunis pertama
yang dideskripsikan berkaitan dengan AIDS. Pneumonia ini merupakan manifestasi
pendahuluan penyakit AIDS pada 63% pasien. Tanpa terapi profilaktik, PCP akan
terjadi pada 81% orang-orang yang terinfeksi HIV P. carinii awalnya diklasifikasikan
sebagai protozoa, namun sejumlah penelitian dan pemeriksa¬an analisis terhadap
struktur RNA ribosomnya menunjukkan bahwa mikroorganisme ini merupakan jamur
(fungus). Kendati demikian, struktur dan sensitivitas antimikrobanya sangat berbeda
dengan jamur penyebab penyakit yang lain. P. carinii hanya menimbulkan penyakit
pada hospes yang kekebalannya terganggu. Jamur ini menginvasi dan berproliferasi
dalam alveoli pulmonalis sehingga terjadi konsolidasi parenkim paru.
Gambaran klinik PCP pada pasien AIDS umumnya tidak begitu akut bila
dibandingkan dengan pasien gangguan kekebalan karena keadaan lain. Periode waktu
antara awitan gejala dan penegakan diagnosis yang benar bisa beberapa minggu
hingga beberapa bulan. Penderita AIDS pada mulanya hanya memperlihatkan tanda-
tanda dan gejala yang tidak khas seperti demam, menggigil, batuk nonproduktif,
napas pendek, dispnea dan kadangkadang nyeri dada. PCP dapat ditemukan kendati
tidak terdapat krepitasi. Konsentrasi oksigen dalam darah arterial pada pasien yang
bernapas dengan udara ruangan dapat mengalami penurunan yang ringan; keadaan ini
menunjukkan hipoksemia minimal.
Bila tidak diatasi, PCP akan berlanjut dengan menimbulkan kelainan paru yang
signifikan dan pada akhirnya, kegagalan pernapasan. Beberapa pasien
memperlihatkan awitan yang dramatis dan perjalanan penyakit yang fulminan yang
meliputi hipoksemia berat, sianosis, takipnea dan perubahan status mental. Kegagalan
pernapasan dapat terjadi dalam waktu 2 hingga 4 hari setelah timbulnya gejala
pendahuluan.
Diagnosis pasti PCP dapat ditegakkan dengan mengenali mikroorganisme dalam
jaringan paru atau sekret bronkus. Penegakan diagnosis ini dilaksanakan dengan
prosedur seperti induksi sputum, lavase bronkial-alveolar dan bioPasieni
transbronkial (melalui bronkoskopi serat optik).
Kompleks Mycobacterium avium. Penyakit kompleks Mycobacterium avium
(MAC; Mycobacterium avium Complex) muncul sebagai penyebab utama infeksi
bakteri pada pasien-pasien AIDS. Mikroorganisme yang termasuk ke dalam MAC
adalah M. avium, M. intracellulare dan M. scrofulaceum. MAC, yaitu suatu
kelompok baksil tahan-asam, biasanya menyebabkan infeksi pernapasan kendati juga
sering dijumpai dalam traktus gastrointestinal, nodus limfatikus dan sumsum tulang.
Sebagian pasien AIDS sudah menderita penyakit yang menyebar luas ketika
diagnosis ditegakkan dan biasanya dengan keadaan umum yang buruk. Infeksi MAC
akan disertai dengan angka mortalitas yang tinggi.
M. tuberculosis yang berkaitan dengan HIV cenderung terjadi di antara para
pemakai obat bius IV dan kelompok lain dengan prevalensi infeksi tuberkulosis yang
sebelumnya sudah tinggi. (Rahman et al., 2017) mengatakan insfeksi TB Berbeda
dengan infeksi oportunis lainnya, penyakit tuberkulosis (TB) cenderung terjadi secara
dini dalam perjalanan infeksi HIV dan biasanya mendahului diagnosis AIDS.
Terjadinya tuberkulosis secara dini ini akan disertai dengan pembentukan granuloma
yang mengalami pengkijuan (kaseasi) sehingga timbul kecurigaan ke arah diagnosis
TB. Pada stadium ini. penyakit TB akan bereaksi dengan baik terhadap terapi
antituberkulosis. Penyakit TB yang terjadi ini kemudian dalam perjalanan infeksi
HIV ditandai dengan tidak terdapatnya resposn tes kulit tuberkulin karena sistem
kekebalan yang sudah terganggu tidak mampu lagi bereaksi terhadap antigen TB.
Dalam stadium infeksi HIV yang lanjut, penyakit TB disertai dengan penyebaran ke
tempat-tempat ekstrapulmoner seperti sistem saraf pusat, tulang, perikardium,
lambung, peritoneum dan skrotum. Strain multipel baksil TB yang resisten obat kini
bermunculan dan serinng kali berkaitan dengan ketidakpatuhan pasien dalam
menjalani pengobatan anti tuberculosis sesuai indikasi seharusnya.

2.1.4 Patofisiologi
Menurut (Cleary, 2019) Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel
imun ) adalah sel-sel yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan
terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Human Immunodeficiency
Virus ( HIV ) menginfeksi sel melalui suatu pengikatan dengan protein perifer CD 4,
Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun, lalu Human
Immunodeficiency Virus ( HIV ) akan menginfeksi sel lain dengan meningkatkan
reproduksi dan banyaknya kematian sel T4 yang juga dipengaruhi respon imun sel
killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi. Menurut
(Rahman et al., 2017)Virus HIV dengan suatu enzim, reverse transkriptase, yang akan
melakukan prosedur ulang materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat
menjadi double-stranded DNA. DNA ini akan disatukan kedalam nukleus sel T4
sebagai sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang lama tetap atau permanen.
Enzim ini yang akan membuat sel T4 helper tidak dapat mengenali virus HIV sebagai
antigennya. Sehingga keberadaan virus HIV didalam tubuh tidak akan dapat
dihancurkan oleh sel T4 helper. Kebalikannya, virus HIV yang akan buat
menghancurkan sel T4 helper. Fungsi dari sel T4 helper adalah mengetahui antigen
yang asing, mengaktifkan limfosit B yang memproduksi antibodi, menstimulasi
limfosit T sitotoksit, memproduksi limfokin, dan mempertahankan tubuh terhadap
infeksi parasit. Jika fungsi sel T4 helper terganggu, mikro organisme yang biasanya
tidak menimbulkan penyakit akan memiliki kesempatan untuk menginvasi dan
menyebabkan penyakit yang serius. Dengan menurunya jumlah sel T4, maka sistem
imun seluler makin lemah secara progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan
makrofag dan menurunnya fungsi sel T penolong. Seorang penelitian (Cleary, 2019)
mengutarakan bahwa Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus
(HIV ) dapat tetap tidak memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahun-
tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar 1000 sel perml
darah sebelum infeksi mencapai sekitar 200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah
infeksi. Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan
jamur oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya
penyakit baru akan menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang
parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh dibawah 200
sel per ml darah, atau apabila terjadi infeksi opurtunistik, kanker atau dimensia AIDS.

2.1.5 Patway HIV AIDS

2.1.6 Komplikasi
Menurut (Cleary, 2019) Komplikasi dengan penyakit HIV-AIDS, yaitu :
Penurunan sistem kekebalan tubuh akibat virus HIV (Human Immuno Deficiency
Virus), menyebabkan tubuh mudah diserang penyakit - penyakit :
1. Tuberkulosis Paru
2. Pneumonia Premosistis
3. Berbagai macam penyakit kanker

2.1.7 Penatalaksanaan Medis


1. Diberikan Pengobatan Suporatif
Tujuan :
a. Meningkatkan keadaan umum pasien
b. Pemberian gizi yang sesuai
c. Obat sistometik dan vitamin
d. Dukungan Pasienikologis
2. Diberikan Pengobatan infeksi oportunistik
a. Untuk infeksi :
 Kardidiasis eosofagus
 Tuberculosis
 Toksoplasmosis
 Herpes
 Pcp
 Pengobatan yang terkait AIDS , limfoma malignum , sarcoma Kaposi
dan sarcoma servik, disesuaikan dengan standar terapi penyakit kanker.
b. Diberikan Terapi :
 Flikonasol
 Rifamfisin, INH , Etambutol, Piraziramid, Stremptomisin
 Pirimetamin, Sulfadiazine, Asam folat
 Ansiklovir
 Kotrimoksazol
3. Diberikan Pengobatan anti retro virus
Tujuan :
a. Mengurangi kematian dan kesakitan
b. Menurunkan jumlah virus
c. Meningkatkan kekebalan tubuh
d. Mengurangi resiko penularan
2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik
1. Tes untuk mendiagnosa infeksi HIV , diantaranya :
a. ELISA
b. Western blot
c. P24 antigen test
d. Kultur HIV
2. Tes untuk mendeteksi gangguan sistem imun, diantaranya :
a. Hematokrit
b. LED
c. Rasio CD4 / CD Limposit
d. Serum mikroglobulin B2
e. Hemoglobin

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Pada Pasien
a. Identitas
Meliputi nama, umur, tempat dan tanggal lahir
b. Riwayat
Test HIV positif, riwayat perilaku beresiko tinggi, menggunakan obatobatan
c. Penampilan umum
Pucat, kelaparan
d. Gejala Subyektif
Demam kronik dengan atau tanpa mengigil, keringat malam hari berulang
kali, lemah, lelah, anoreksia
e. Pasien ikososial
Kehilangan pekerjaaan dan penghasilan, perubahan pola hidup
f. Status mental
Marah atau pasrah, depresi , ide bunuh diri, halusinasi
g. HEENT
Nyeri perorbital, sakit kepala, edema muka, mulut kering
h. Pemeriksaan persistem
 Sistem persyarafan
 Sistem pernafasan
 Sistem musculoskeletal
 Sistem kardiovaskuler
 Sistem integument
i. Pola Fungsi Kesehatan
 Pola persePasieni dan pemeliharaan kesehatan
 Pola nutrisi
 Pola eliminasi
 Pola istirahat tidur
 Pola aktivitas dan latihan

2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul Diantaranya :


a. Resiko Tinggi infeksi b/d Malnutrisi dan pola hidup beresiko
b. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan, pertukaran oksigen malnutrisi
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang kurang,
menurunnya absorbs zat gizi
d. Diare b/d infeksi GI (GastroIntestinal)

3. Intervensi dan Rasional Tindakan


Intervensi Untuk diagnosa 1
1. Resiko tinggi infeksi b/d malnutrisi dan pola hidup beresiko
Tujuan : Pasien akan bebas infeksi oportunistik dan komplikasinya
KH :
 Tidak ada tanda - tanda infeksi baru
 TTV dalam batas normal
Intervensi (NIC)
 Monitor tanda-tanda infeksi baru
R/: untuk pengobatan dini
 Gunakan teknik aseptik pada setiap tindakan inovatif
R/: mencegah pasien terpapar kuman pathogen dari RS
 Kumpulkan specimen untuk test lab, sesuai order
R/: meyakinkan diagnosis akurat dan pengobatan
 Atur pemberian anti infeksi sesuai order –
R/: mempertahankan kadar darah yang terapeutik

Intervensi Untuk diagnosa 2


2. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan, pertukaran oksigen, malnutrisi
Tujuan :
 Pasien dapat berpartisifasi dalam kegiatan
KH :
 Bebas dyspnea dan takikardi selama aktivitas
Intervensi (NIC)
 Monitor respon fisiologis terhadap aktivitas R/: respon bervariasi dari
hari ke hari

Intervensi Untuk Diagnosa 3

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang kurang,
menurunnya absorbs zat gizi
Tujuan :
Setelah dilakukan keperawatan selama 14 hari maka masalah kekurangan
nutrisi dapat diatasi
Kriteria Hasil
NOC:
 Perawat mampu meningkatkan status nutrisi pasien
 Perawat mampu mengontrol BB pasien
Client Outcome
 Pasien mengalami peningkatan BB menuju berat yang diharapkan
 BB pasien berada dalam rentang normal
 Mengenal faktor-faktor yang mnyebabkan BB dibawah normal
 Pasien mampu mengkonsumsi nutrisi yang adekuat
 Pasien mengkonsumsi nutrisi yang adekuat
 Pasien terebas dari tanda-tanda malnutrisi
 Intervensi dan rasionalisasi (NIC)

Intervensi Untuk Diagnosa 4


4. Diare b/d infeksi GI (GastroIntestinal)
Tujuan :
 Diare dapat teratasi
Kriteria Hasil :
 Pola eliminasi defekasi yang normal
 Tidak ada darah atau lendir dalam feses
 Mukosa bibir lembap
 TTV dalam batas normal
Intervensi dan rasional :
a. Kaji dan observasi pola BAB(frekuensi, warna, konsistensi, jumlah feses)
Rasional :
Membantu membedakan penyakit individu dan mengkaji beratnya tiap
defekasi
b. Anjurkan pasien untuk menghindari susu, kopi, makanan pedas, dan
makanan yang mengiritasi saluran cerna.
Rasional :
Menghindari diare berlanjut
c. Berikan diet cair untuk mengistirahatkan usus
Rasional :
Menghindari iritasi, meningkatkan istirahat usus
d. Anjurkan pasien untuk makan dalam porsi kecil, tetapi sering dan
tingkatkan kepadatannya secara bertahap
Rasional :
Untuk menjaga asupan makanan yang dibutuhkan tubuh
e. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi yg diberikan
Rasional :
Menurunkan mortilitas atau peristaltik usus dan menunjukkan sekresi
degestif untuk menghilangkan kram dan diare.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Pengumpulan Data Pasien
a. Identitas pasien
Nama : Tn “A”
Umur : 42 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku : Melayu
Pendidikan : SMP
Alamat : Jl. Tiban Lama RT 01/05. Sekupang – Batam
Pekerjaan : Petani
Tanggal masuk : 01 Februari 2020
Tanggal pengkajian : 01 Februari 2020
Diagnosa Medis : PLHA + Obs. DyspePasienia, TB Paru.

b. Identitas penanggung jawab


Nama : Ny “B”
Jenis kelamin : Perempuan
Hubungan dengan pasien : kakak
c. Riwayat Penyakit
a. Alasan masuk rumah sakit
Pasien mengatakan demam ± 1 bulan SMRS, demam naik turun. Pasien
juga mengatakan batuknya berdahak ± 1 tahun yang lalu SMRS, sering
sesak. Pasien pernah berobat TB paru hanya 1 bulan saja. Pasien
mengatakan nafsu makannya berkurang.
b. Keluhan utama
Pasien mengatakan napasnya terasa sesak, pasien juga mengatakan ada batuk
berdahak.
c. Keluhan saat dikaji
Pasien mengatakan nafsu makannya menurun, sering juga mual muntah.
Pasien mengatakan juga tidak bisa tidur saat malam hari karena gelisah, sesak
dan batuk berdahak.
d. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan pernah berganti-ganti pasangan ketika berhubungan intim
dan pasien memiliki riwayat mentato badannya.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan keluarganya tidak ada yang menderita penyakit menular
dan penyakit kronis lainnya.

3. Genogram

X X X X

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien

: Tinggal dalam satu rumah

Data Biologis
a. Pola Nutrisi Pasien
SMRS : Pasien makan tiga kali sehari dengan menu bervariasi satu porsi makan
habis.
MRS : Pasien tidak nafsu makan dan makan satu kali sehari porsi makan RS tidak
habis sisa 1/2.
b. Pola Minum
SMRS : Pasien minum 7-8 gelas sehari (1.5-2 liter)
MRS : Pasien minum 5-6 gelas sehari (0.8-1 liter)
c. Pola Eliminasi Pasien
SMRS : Pasien BAB satu kali sehari, BAK 7-8 kali sehari
MRS : Pasien jarang BAB karena jarang makan, BAK 6-7 kali sehari.
d. Pola istirahat/tidur Pasien
SMRS : Pasien tidur 7-8 jam sehari.
MRS : Pasien tidur hanya ± 3-4 jam saat malam hari, saat rasa sesak dan batuk
datang, pasien terjaga.
e. Pola hygiene
 Mandi Pasien
SMRS : Pasien mandi dua kali sehari.
MRS : Pasien mandi satu kali sehari.
 Cuci rambut
SMRS : Pasien mencuci rambutnya saat mandi.
MRS : Pasien hanya membasahi rambutnya ketika mandi.
 Gogok gigi Pasien
SMRS : Pasien gosok gigi dua kali sehari.
MRS : Pasien baru satu kali menggosok gigi selama tiga hari masuk rumah sakit.

4. Pola Aktifitas Pasien


Aktivitas 0 1 2 3 4
Mandi √
Berpakaian √
Eliminasi √
Mobilisasi ditempat tidur √
Pindah √
Makan & Minum √

Keterangan :
0 = Mandiri
1 = Dibantu Sebagian
2 = Perlu Bantuan orang lain
3 = Perlu bantuan orang lain dan alat
4 = Tergantung orang lain tidak mandiri

5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : E4M6V5 (GCS = 15) Compos Mentis
TTV : TD = 100/80 mmHg N = 86 x/menit RR = 40 x/menit S = 37,3 ºC
Berat badan
SMRS : 56 Kg ± 6 bulan lalu
MRS : 35 Kg
Tinggi badan : 160 cm
IMT : 𝐵𝐵 (𝑇𝐵)2 = 35 (1,59)2 = 12,69
Keterangan : Nilai normal 18,5 - 24,5 𝐾𝑔 𝑚2 ⁄

b. Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala simetris, rambut hitam keriting, kulit kepala
kering, tidak ada ketombe.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
c. Mata
Inspeksi : Sklera putih, dapat melihat dengan jelas, bola mata simetris,
konjungtiva merah muda, ada reaksi terhadap cahaya (miosis) tidak
mengguakan alat bantu penglihatan, fungsi penglihatan normal.
Palpasi : Tidak nyeri tekan
d. Hidung
Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada polip, tidak ada sekret.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan dan pembengkakan.
e. Telinga
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada kelainan dikedua telinga, tidak ada lesi
dan serumen.
Palpasi : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan.
f. Mulut
Inspeksi : Gigi tampak kuning, lidah bersih, mukosa mulut lembab.
Palpasi : Otot rahang kuat.
g. Leher
Inspeksi : Ada pembesaran kelenjar getah bening.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
h. Thoraks (paru-paru)
Inspeksi : Dada simetris, tidak ada lesi, respirasi 40 kali per menit, terdapat
retraksi dinding dada.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
Auskultasi : Bunyi napas ronkhi.
Perkusi : Batas paru-paru normal.
i. Thoraks (jantung)
Inspeksi : Ictus cordis terlihat, terlihat tatto di dada sebelah kanan.
Palpasi : Ictus cordis teraba.
Auskultasi : S1 dan S2 reguler.
Perkusi : Batas jantung normal.
j. Abdomen
Inspeksi : Tidak ada lesi, terdapat pembesaran abdomen
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
Auskultasi : Bising usus 8 kali per menit.
Perkusi : Timpani.
k. Genetalia (pasien menolak untuk dikaji karena menyangkut masalah
pribadi).
l. Ekstremitas
Kanan 5 5 5 5 5 5 5 5 Kiri
5555 5555
Keterangan :
Terpasang infus di tangan kiri (RL 20 TPM).
1 : Tidak mampu bergerak sama sekali
1 : Hanya mampu menggerakkan ujung ektremitas.
2 : Hanya mampu menggerser sedikit.
3 : Mampu mengangkat tangan dengan bantuan, saat bantuan di lepaskan tangan ikut
jatuh.
4 : Kekuatan otot sedikit berkurang, mampu melawan gravitasi sesaatlalu jatuh.
5 : Kekuatan otot utuh mampu melwan gravitasi.

8. Pemeriksaan Laboratorium
Golongan darah : A
HbsAg : Non-reaktif
HIV : R/Reaktif
BTA : +
LABORATORIUM
01 Februari 2020 Hasil Nilai Normal
RBC 3,58 3,50 – 5,50 12/l
MCV 7,46 75,0 – 100,0 fl
RDW % 6,2 1,0 – 1,6
HCT 26,8 35,0 – 55,0 %
PLT 388 100 – 400 10 g/l
MPV 6,2 8,0 – 11,0 fl
PCT 0,25 0,01 – 99,9 %
HGB 10,3 HL 11,5 – 16,5 g/dl
WBC 13,4 3,5 – 10 10 g/l

9. Pengobatan
01 Februari 2020 02 Februari 2020 03 Februari 2020
 IUFD RL 20 Tpm  IUFD Clinimix  IUFD Clinimix
 Inj. Dexametason 3x1  IUFD ivelif  Sohobion drip 1x1 3cc
amp  Sohobion drip 1x1 4cc  OAT Terapi (INH 300
 Inj. Ranitidin 2x1 amp  OAT Terapi (INH 300 mg 1x1, Rifampisin
 Inj Ceftriaxone 2x1 mg 1x1, Rifampisin 400 400 mg 1x1, etambutol
gram mg 2x1. 1x1
 Pirazinamol 1x1,  PCT 3x1 (bila
Ketokonazole 1x200 mg demam), O2 4 𝑙 𝑚 ⁄
1x1
 Candistatin 2x1(peroral)
 PCT 3x1 (bila demam),
O2 4 𝑙 𝑚
B. ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DS : HIV masuk ke dalam tubuh Bersihan Jalan
 Pasien mengatakan napas tidak
sering sesak. Penurunan kekebalan tubuh efektif
 Pasien mengatakan
sering batuk. Masuknya Micobacterium
DO : tuberkulosa
 Ketika batuk, tampak
adanya sputum yang Menyebar ke organ paru
dikelarkan.
 Respirasi 40 kali per Menempel di paru
menit
 Pasien terpasang Terjadi kerusakan membran
oksigen 4 l/m alveolar

Terjadi pembentukan
sputum berlebih

Tidak efektif bersihan jalan


nafas
2 DS : Gangguan jalan nafas Pola nafas tidak
 Pasien mengatakan efektif
nafasnya terasa sesak Suplai O2 turun
DO :
 RR : 40 x/menit Difusi O2 terganggu
 Terdapat retraksi
dinding dada Hipoksia

 Terpasang O2 4 l
Sesak nafas

Pola nafas tidak efektif


3 DS : Mual muntah Ketidakseimbang
 Pasien mengatakan an Nutrisi
tidak nafsu makan Nafsu makan turun
 Pasien mengatakan
sering mual dan Asupan nutrisi tubuh
muntah berkurang
DO :
 Pasien tampak lemah. Ketidakseimbangan nutrisi

 BB pasien turun 20 kurang dari kebutuhan

kg, BB = 35 kg – tubuh

 Pasien makan satu


kali porsi RS tidak
habis
 TTV (TD: 100/80
mmHg, N: 86 kali per
menit.
 IMT = 12,69 (18,5-
24,5) Kg/m2
4 DS : Proses penyakit Perubahan Pola
 Pasien mengatakan Tidur
tidak bisa tidur karena Perubahan status kesehatan
gelisah, sesak dan
batuk.
DO : Kegelisahan

 Pasien tidur ± 3-4 jam


saat malam hari Perubahan pola tidur

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA
NO KEPERAWATAN NOC NIC RASIONAL
1 Bersihan jalan nafas Setalah  Kaji k/u  Memantau
b/d adanya sputum dilakukan Pasien kondisi
di jalan nafas, tindakan  Posiskan pasien
ditandai dengan: keperawatan pasien untuk Memudahkan
DS : 3x24 jam memaksimalka Pasien ketika
 Pasien diharapkan n ventilasi. bernafas
mengatakan bersihan jalan  Ajarkan untuk Mengeluarkan
sering sesak nafas batuk efektif sputum
 Pasien tidakefektifan  Monitor Pemberian
mengatakan hilang dengan resfirasi dan oksigen
sering batuk kriteria hasil : - status 02, sebanyak 4
DO : Mampu oxygen l/m
 Ketika mengeluarkan therapy. Memberikan
batuk,tampak sputum -  Berikan posisi kenyamanan
adanya sputum Frekuensi semi fowler pada Pasien
yang pernafasan pada Pasien.
dikeluarkan dari dalam rentang
mulut Pasien. normal (18-

 Pasien terpasang 20x/m) - Ttv


oksigen 4 L/m dalam batas
normal
2 Pola nafas tidak Setalah  Kaji pola nafas Untuk
efektif b.d dilakukan  Auskultasi mengetahui
gangguan jalan tindakan bunyi nafas dan pola nafas dan
nafas : keperawatan catat adanya membantu
DS : 3x24 jam bunyi nafas dalam
 Pasien diharapkan : seperti krekels, menentukan
mengatakan  nafas dalam wheezing. intervensi
sesak nafas batas normal  Berikan posisi selanjutnya
DO : 1820x/mnt semi fowler ronki dan
 RR : 40x/mnt  Retraksi  Ciptakan wheezing
 Terdapat retraksi dinding dada lingkungan menyertai
dinding dada (-) yang adekuat obstruksi jalan
 Terpasang O2 4 l  Kolaborasi nafas /
dengan tim kegagalan
medis dalam pernafasan.
pemberian Memaksimalkan
terapi ekspansi paru
Memberikan
lingkungan
aman dan
nyaman
Membantu
dalam
pemberian
terapi yang
tepat.
3 Ketidakseimbangan Setelah Kaji keadaan  Memantau
umum Pasien kondisi Pasien
nutrisi kurang dari dilakukan
Monitor Input  Menyesuaikan
kebutuhan tubuh tindakan 3x24 dan Output kebutuhan
b/d menurunnya jam diharapkan nutrisi kalori yang
Anjurkan makan dibutuhkan
nafsu makan dan Ketidak sedikit tapi  Memenuhi
mual muntah, seimbangan sering kebutuhan
ditandai dengan: nutrisi Kolaborasi nutrisi Pasien
dengan ahli gizi  Menjaga
DS : terpenuhi
keseimbangan
 Pasien dengan criteria Pasien
mengatakan tidak hasil :
nafsu makan  TTV dalam
 Pasien batas normal
mengatakan  BB meningkat
sering mual  Pasien
muntah mengatakan
DO: nafsu makan
 Pasien tampak meningkat
lemah  Mual muntah
 BB 35 kg berkurang
 Pasien makan 1
kali sehari porsi
rs tidak habis
TTV :
 TD = 100/80
 N = 86x/m
 IMT 12,69Kg/m2
4 Gangguan pola Setelah Kaji keadaan  Memantau
tidur b/d dilakukan umum Pasien kondisi Pasien
kegelisahan akibat tindakan 3x24 Kaji kebutuhan  Mengetahui
perubahan setatus jam diharapkan istirahat tidur intensitas tidur
kesehatan ditandai Perubahan pola Pasien Pasien
dengan: tidur tidak Idenfikasi  Mengetahui
DS : terjadi dengan penyebab penyebab
 Pasien criteria hasil: perubahan pola untuk
mengatakan tidak  Pasien tidur Pasien memberikan
bisa tidur karena mengatakan Berikan posisi intervensi yang
gelisah sudah bisa semi fowler tepat
DO : tidur Kolaborasi  Merangsang
 Pasien tidur  Jumlah jam dengan Pasien supaya
kurang lebih 1-2 tidur normal keluarga Pasien tertidur
jam saat malam 6-8 jam. supaya  Membantu
hari. menciptakan Pasien untuk
suasana yang tidur nyenyak.
tenang dan
nyaman

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan sejenis virus yang menyerang
sistem kekebalan tubuh pada manusia dan dapat menimbulkan AIDS. ) (Aisyah &
Fitria, 2019) HIV menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas
mencegah terjadinya infeksi.
Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut Human Immunodeficiency
Virus (HIV).
Tn “A” datang ke RS X pada tanggal 01 Februari 2020 pukul 18:40 WIB dengan
keluhan pasien mengatakan demam ± 1 bulan SMRS, demam naik turun. Pasien juga
mengatakan batuk berdahak ± 1 tahun SMRS kadang ada sesak. Saat di lakukan
pengkajian pasien mengeluhkan batuk berdahak disertai sesak, tidak nafsu makan dan
tidurnya tidak nyenyak sehingga kami mengangkat diagnosa keperawatan bersihan
jalan napas tidak efektif, pola napas tidak efektif, ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh dan gangguan pola tidur. Tindakan yang dilakukan diantaranya
memanajemen bersihan jalan napas, memanajemen frekuensi pola napas,
memanajemen status nutrisi serta memenajemen pola tidur yang mana setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pada empat diagnosa keperawatan
tersebut belum ada yang teratasi sepenuhnya.

B. Saran
Lebih teliti dalam pengkajian dan analisa data, karena yang menjadi acuan dalam
menentukan diagnosa Keperawatan adalah analisa data sebelum menentukan rencana
tindakan medis serta keperawatannya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Aisyah, S., & Fitria, A. (2019). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang
HIV/AIDS dengan Pencegahan HIV/AIDS di SMA Negeri 1 Montasik Kabupaten
Aceh Besar. Jurnal Bidan Komunitas, 2(1), 1.
https://doi.org/10.33085/jbk.v2i1.4081
2. alodokter. (2018). Pengertian HIV dan AIDS.
3. Cleary, M. (2019). 済無 No Title No Title. Journal of Chemical Information and
Modeling, 53(9), 1689–1699. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
4. Fauzi, A. R., Yayuk, A., & Rahayu, S. (2019). Pencegahan HIV / AIDS melalui
Collaborative Governance antara Pemerintah , Lembaga Swadaya Masyarakat ,
dan Masyarakat HIV / AIDS Preventation Through Collaborative Governance
Among Government , Non Government Organizstion , And Socienty in DKI
Jakarta Pr. Jurnal Inspirasi BPSDM Provinsi Jawa Barat, 10(April), 14–31.
5. Mongan, D. J. K., Maramis, F. R. R., Ratag, B. T., & Pencegahan, T. (2018).
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN
TINDAKAN PENCEGAHAN HIV / AIDS PADA MASYARAKAT DI
KELURAHAN SAGERAT PENDAHULUAN Dengan munculnya penyakit
berbahaya yang menyerang dunia kesehatan yaitu penyakit HIV / AIDS yang
merupakan penyakit ganas dan ber. Jurnal Kesmas, 7(5), 1–5. Retrieved from
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/kesmas/article/view/22563
6. Rachmadani, P. P. (2010). Pencegahan Penularan HIV / AIDS Pada Ibu hamil Ke
Bayi Dengan PMTCT ( Prevention Mother To Child Transmission ).
7. Rahman, F., Adenan, A., Yulidasari, F., Laily, N., Rosadi, D., & Azmi, A. N.
(2017). Pengetahuan Dan Sikap Masyarakat Tentang Upaya Pencegahan
Tuberkulosis. Media Kesehatan Masyarakat Indonesia, 13(2), 183.
https://doi.org/10.30597/mkmi.v13i2.1993
8. Semu, M., Fenta, T. G., Medhin, G., & Assefa, D. (2017). Effectiveness of
isoniazid preventative therapy in reducing incidence of active tuberculosis among
people living with HIV/AIDS in public health facilities of Addis Ababa, Ethiopia:
A historical cohort study. BMC Infectious Diseases, 17(1), 1–8.
https://doi.org/10.1186/s12879-016-2109-7
9. Sri Hartini, Tisna Sendy pratama, U. H. (2017). Pencegahan Hiv Dan Aids Bagi
Pelajar. Pengembangan Sumber Daya Perdesaan Dan Kearifan Lokal
Berkelanjutan, 7(17–18), 747. Retrieved from
http://jurnal.lppm.unsoed.ac.id/ojs/index.php/Prosiding/article/viewFile/514/428
10. Syahputra, T., & Halim, J. (2019). Sistem Pakar Untuk Mendiagnosa Penyakit
Menular Seksual ( HIV / AIDS ) Dengan Menggunakan Metode Case Based
Reasoning ( CBR ). Jurnal Sains Dan Komputer (SAINTIKOM), 18(1), 62–69.
11. Sodik, M. A. (2018, September). Analysis of Improved Attitude of Youth in
HIV/AIDS Prevention through the Provision of Health Education with Peer
Education. In The 2nd Joint International Conferences (Vol. 2, No. 2, pp. 495-
502).

Anda mungkin juga menyukai