Anda di halaman 1dari 9

Tersedia online di EDUSAINS

Website: http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/edusains
EDUSAINS, 8 (1), 2016, 18-26

Research Artikel
KEMAMPUAN PROSES SAINS SISWA MELALUI PENDEKATAN SAINTIFIK
DALAM PEMBELAJARAN IPA TERPADU PADA TEMA GLOBAL WARMING
Pramita Sylvia Dewi, Diana Rochintaniawati
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Sekolah Pascasarjana
Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, Indonesia
pramitasylvia@yahoo.co.id

Abstract
The purpose of this study was to implement an integrated science learning in order to reveal student’s
scientific process skills. Subjects of this study were Grade VII students of SMP in Bandar Lampung. This
study used a quantitative approach. Data was collected using test and video recording. With regards to the
implementation of the integrated science learning, the data showed that such learning approach has been
relatively well implemented. This contributed to the data of students’ scientific process skills which was
observed to be improved by 7.5%. This result was strengthened by the data from video recording that
showed an adequate achievement of scientific skills indicators. The average percentage of scientific
indicators of explaining scientific phenomena, evaluating and designing scientific in research, and
interpreting the data and scientific avidence were respectively 68,6%, 77,1%, and 81,7%. These values
indicated an overall improvement of 11,5% that was considered to be good. More importantly, students
and teachers showed positive response on the integrated science learning.
Keywords: integrated science learning; scientific approach; science literacy
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah menerapkan pembelajaran IPA Terpadu untuk mengungkap kemampuan
proses sains siswa. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII di SMP Negeri Kota Bandar Lampung.
Penelitian menggunakan pendekatan kuantitaif. Data dikumpulkan menggunakan soal tes dan perekaman
video. Berkaitan dengan penerapan IPA terpadu, data menunjukkan bahwa pembelajaran tersebut telah
dilaksanakan dengan relatif baik. Hal ini berdampak pada data kemampuan proses sains siswa yang
terlihat meningkat sebanyak 7.5%. Hasil ini diperkuat dengan data dari rekaman video yang menunjukkan
pencapaian yang cukup baik pada indikator-indikator kemampuan saintifik. Rata-rata persentase dari
indikator saintifik fenomena, mengevaluasi dan merancang penelitian, dan menginterpretasi data dan
bukti ilmiah adalah masing-masing 68,6%, 77,1%, and 81,7%. Nilai tersebut mengindikasikan
peningkatan keseluruhan sebanyak 11.5% yang cenderung baik. Lebih penting, para siswa dan guru
menunjukkan tanggapan positif pada pembelajaran IPA Terpadu.
Kata Kunci: pendekatan saintifik; pembelajaran IPA Terpadu; literasi sains

Permalink/DOI: http://dx.doi.org/10.15408/es.v8i1.1564

PENDAHULUAN keterampilan dan pengetahuannya untuk


menghadapi tantangan kehidupan yang lebih nyata
Literasi sains merupakan kemampuan untuk
(Toharudin et al., 2011).
memahami proses sains dan mendapatkan
informasi ilmiah secara bermakna yang tersedia di Kenyataannya siswa masih lemah dalam
kehidupan sehari-hari, Hurd (1998) hal ini sains, padahal dengan perkembangan zaman
tentunya berbeda dari keterampilan proses sains, landasan sains sangat diperlukan untuk
karena aspek yang lebih ditekankan pada berkomunikasi dan pengembangan teknologi.
pendahuluan ini mengacu pada kerangka PISA Terbukti dari hasil penelitian tentang asesmen hasil
2015. Penilaian PISA berorientasi untuk menguji belajar sains pada level Internasional yang
kemampuan peserta didik dalam menggunakan diselenggarakan oleh Organization for Economic

Copyright © 2016, p-ISSN 1979-7281 e-ISSN 2443-1281


Pramita S. D., Diana R.

Cooperation and Development (OECD) tenatang dibuat oleh guru juga tidak mencerminkan
Programme for International Student Assessmen pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan
(PISA), skor literasi sains yang diperoleh siswa kurikulum 2013 (misalnya dengan pembelajaran
tergolong pada level yang masih rendah. berbasis penemuan dan pembelajaran berbasis
Kecakapan siswa pada level ini memiliki masalah); (4) bahan ajar atau lembar kerja siswa
pengetahuan sains yang terbatas dan hanya bisa yang digunakan guru dalam pembelajaran hanya
diterapkan pada beberapa situasi saja dengan menekankan pada target penguasaan materi saja,
memberikan penjelasan ilmiah yang mudah dan dan kurang melatihkan keterampilan proses sains
mengikuti bukti-bukti yang diberikan secara siswa.
eksplisit (OECD, 2009). Hasil dari penelitian lain
Berhubungan dengan hal di atas, Darling-
menunjukkan masih rendahnya peningkatan
Hammond & Brannsford (2005) menyatakan
kemampuan literasi sains pada siswa SMP (Artati,
bahwa guru hendaknya mampu menemukan cara
2013). Selanjutnya, Firman (2007) juga
untuk mendorong dan mengembangkan potensi
mengungkapkan rendahnya literasi sains siswa
siswa. Tanpa usaha ini sulit untuk tercipta siswa
Indonesia berkaitan erat dengan adanya
yang memiliki kemampuan pemahaman yang baik.
kesenjangan antara pembelajaran IPA yang
Penelitian ini merujuk pada kemampuan proses
diterapkan di sekolah dan tuntutan PISA.
sains siswa, penilaian yang dilakukan pada semua
Fives (2014) mendefinisikan literasi sains aspek kemampuan tersebut diharapkan siswa dapat
sebagai kemampuan untuk memahami proses sains memperoleh ketercapaian pada masing-masing
dan terlibat penuh arti dengan informasi ilmiah indikator. Misalnya pada indikator proses sains
yang tersedia di kehidupan sehari-hari. Ide literasi seperti, menjelaskan fenomena ilmiah, merancang
sains dan tingkat kepentingannya untuk siswa dan mengevaluasi penelitian ilmiah, serta
memberikan sebuah gambaran bahwa pemahaman menginterpretasikan data dan bukti ilmiah.
mengenai literasi sains merupakan suatu sifat yang
Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk
mendasar, terutama bagi siswa yang terkait dalam
memberikan pemahaman kepada siswa dalam
pendidikan sains, lebih lanjut bahwa rata-rata
mengenal, memahami berbagai materi, bahwa
kemampuan literasi sains siswa Indonesia baru
informasi bisa berasal dari mana saja, tidak
sampai pada kemampuan mengenali sejumlah
bergantung pada informasi searah dari guru (modul
fakta dasar, Literasi sains mencerminkan
Diklat Kurikulum 2013). Kondisi pembelajaran
pemahaman yang luas dan fungsional tentang sains
saat ini diharapkan agar siswa mampu
untuk tujuan pendidikan secara umum (DeBoer,
merumuskan masalah (dengan banyak menanya),
2000), tetapi mereka belum mampu untuk
bukan hanya menyelesaikan masalah dengan hanya
mengkomunikasikan dan mengaitkan kemampuan
menjawab saja. Proses pembelajaran diharapkan
dengan berbagai topik sains, apalagi menerapkan
untuk melatih berpikir siswa dalam mengambil
ide sains yang saling berhubungan (Toharudin et
keputusan, bukan berpikir dengan hanya
al, 2011)
mendengarkan dan tanpa suatu tindakan.
Berdasarkan hasil observasi pembelajaran
Mengingat pentingnya bagaimana
langsung di kelas VII pada SMP Negeri Kota
kemampuan proses sains siswa, maka dilakukan
Bandar Lampung peneliti ditemukan: (1) adanya
penelitian untuk melihat pencapaian kemampuan
faktor kemandirian belajar siswa yang masih
tersebut melalui penggunaan pendekatan saintifik
rendah dalam mempelajari fenomena sains; (2)
pada pembelajaran IPA Terpadu dengan tema
diakui atau tidak rendahnya mutu pembelajaran
Global Warming. Pemilihan subjek penelitian yang
ditandai dengan masih mendominasinya peran
merupakan siswa SMP dapat dilakukan dengan
guru dalam proses pembelajaran, apalagi siswa
tujuan untuk menyiapkan siswa menghadapi PISA
jarang diajak untuk melakukan praktikum di
serta membiasakan dan melatih kemampuan
laboratorium saat siswa menerima pembelajaran
saintifik pada siswa SMP. Alasan pemilihan tema
IPA Terpadu sehingga berpengaruh pada minat
pembelajaran Global Warming adalah tema
sains siswa; (3) perangkat pembelajaran yang
tersebut memiliki potensi untuk diajarkan secara

EDUSAINS. Volume 8 Nomor 01 Tahun 2016, 19-26


Copyright © 2016 | EDUSAINS | p-ISSN 1979-7281 | e-ISSN 2443-1281
Kemampuan Proses Sains Siswa melalui Pendekatan Saintifik….

terpadu melalui pendekatan saintifik, selain itu untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat
tema tersebut mengangkat isu sosial yang dekat kesukaran, dan daya pembeda tes. Pada tahapan
dengan lingkungan di sekitar siswa. sebelumnya telah di uji cobakan kepada siswa dan
di analisis melalui validator serta melalui program
METODE
Anates V4 dan SPSS. 17
Penelitian dilakukan menggunakan metode
Proses sains yang digambarkan dalam
deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, dimana
penelitian ini melihat sejauh mana siswa dapat
metode tersebut tidak memberikan perlakuan, atau
mencapai indikator kompetensi. Selain
pengubahan pada variabel-variabel bebas, namun
menggunakan soal analisa data dilakukan dengan
menggambarkan pada kondisi yang sesungguhnya
pengamatan yang direkam menggunakan video
(McMillan & Schumacher, 2001). Sehingga
selama proses belajar berlangsung menggunakan
metode menggambarkan serta menginterpretasikan
pendekatan saintifik. Pada akhirnya hasil tersebut
objek apa adanya.
dideskripsikan sebagai gambaran suatu gejala
Sedangkan yang dimaksudkan dengan nyata yang terjadi.
pendekatan kuantitatif adalah pendekatan yang
HASIL DAN PEMBAHASAN
digunakan dalam penelitian dengan cara mengukur
indikator-indikator variabel penelitian sehingga Hasil Penelitian
diperoleh gambaran dari variabel tersebut.
Kemampuan proses sains siswa dianalisis
Penelitian deskriptif kuantitatif penggambarannya
melalui pengamatan 18 soal pilihan ganda
menggunakan jumlah, ukuran, atau frekuensi
menggunakan indikator kompetensi pada aspek
(Sukmadinata, 2013).
proses sains siswa yang dipahami lebih mendalam
Pengambilan sampel dari populasi yang ada menggunakan implementasi dari pendekatan
dalam penelitian ini menggunakan metode saintifik.
nonrandom sampling, (Fraenkel, 2012). Sedangkan
Berikut disajikan diagram perbandingan
teknik yang digunakan untuk memilih sampel
presentase nilai rata-rata pretest pada masing-
adalah purposive sampling, yaitu karena
masing konteks sains dari 18 soal yang sesuaikan
berdasarkan wawancara dengan guru IPA pada
pada indikator kompetensi pada literasi sains. Data
salah satu kelas, ditemukan bahwa kemampuan
ini diperoleh pada kelas VII menggunakan
siswa belajar sains kurang aktif, dan sikap sains
pendekatan saintifik.
anak pun masih rendah. Hal itulah yang menjadi
keinginan peneliti untuk meningkatkan literai sains Hasil dari histogram pada Gambar 1.
di kelas tersebut, Untuk itu penelitian dilakukan memperoleh presentase nilai rata-rata pretes untuk
pada salah satu kelas 7 di SMP Negeri Kota mengetahui ketercapaian pada indikator
Bandar Lampung. kompetensi yang memiliki rata-rata presentase
nilai yang berbeda-beda, Pada indikator
Instrumen digunakan sebagai alat untuk
kompetensi pertama yang digunakan untuk melihat
mengumpulkan data pada penelitian, menggunakan
ketercapaian proses sains siswa, yaitu menjelaskan
soal tes kemampuan proses sains yang berjumlah
fenomena ilmiah, data menunjukkan rata-rata nilai
18 soal. Tes kemampuan tersebut adalah tes yang
presentase sebesar 53,8%. Pada indikator
menjaring kemampuan siswa dalam domain
kompetensi kedua yaitu mengevaluasi dan
kompetensi literasi sains yang disesuaian dengan
merancang penelitian ilmiah, data menunjukkan
kerangka kerja PISA 2015, langkah yang ditempuh
rata-rata nilai presentase sebesar 54,8%. dan pada
untuk menyusun instrumen tes pada penelitian
indikator kompetensi ketiga yaitu
tersebut menganalisis hasil uji coba instrumen
menginterpretasikan data dan bukti ilmiah, data

EDUSAINS. Volume 8 Nomor 01 Tahun 2016, 20-26


Copyright © 2016 | EDUSAINS | p-ISSN 1979-7281 | e-ISSN 2443-1281
Pramita S. D., Diana R.

Presentase Pencapaian
64.0%
62.5%
62.0%
60.0%
58.0%
56.0% 54.8%
54.0% 53.8%
52.0%
50.0%
48.0%
Menjelaskan fenomena Mengevaluasi dan Menginterpretasikan data
ilmiah merancang penelitian dan bukti ilmiah
ilmiah

Gambar 1. Histogram Presentase Nilai Rata-rata Pretest Berdasarkan Indikator Kompetensi Untuk
Mengetahui Kemampuan Proses Sains

menunjukkan rata-rata nilai presentase sebesar siswa berdasarkan indikator kompetensi di kelas
62,5%. Dengan demikian kemampuan awal proses 7.7 memiliki presentase nilai rata-rata pretes
sains siswa berdasarkan indikator kompetensi di sebesar 75,8%.
kelas VII memiliki presentase nilai rata-rata pretes
Secara keseluruhan dari hasil penjabaran
sebesar 57,0%. Secara keseluruhan dari hasil
rata-rata nilai presentase pada histogram (Gambar
penjabaran rata-rata nilai presentase pada
2), menunjukkan bahwa dibandingkan dengan
histogram (Gambar 1), menunjukkan bahwa
kemampuan awal, kemampuan akhir proses sains
kemampuan awal proses sains siswa pada kelas
siswa pada kelas VII juga mengalami perbedaan,
VII semakin naik dari ketiga indikator, tetapi hal
dari hasil analisa yang diperoleh baik indikator
tersebut masih mengalami perubahan di setiap
menjelaskan fenomena ilmiah terus mengalami
indikator kompetensi pada kemampuan proses
peningkatan, begitu pula dengan indikator
sains siswa, berdasarkan hasil data dari rata-rata
mengevaluasi dan merancang penelitian ilmiah,
nilai presentase pencapaian proses sains siswa
serta menginterpretasikan data dan bukti ilmiah,
dikategorikan masih cukup baik.
peningkatan rata-rata nilai presentase berbeda
Hasil dari histogram pada Gambar 2, pada daripada kemampuan awal pada proses sains
indikator masing-masing kompetensi yang siswa, sehingga hasil dari pengamatan soal pilihan
digunakan untuk melihat ketercapaian proses sains ganda pada indikator kompetensi untuk
siswa, data menunjukkan rata-rata nilai presentase kemampuan akhir proses sains siswa dikategorikan
sebesar 68,6%, 77,1%, dan 81,7%. Dengan baik.
demikian, kemampuan keseluruhan proses sains

85.0%
Presentase Pencapaian

81.7%
80.0%
77.1%
75.0%

70.0% 68.6%
65.0%

60.0%
Menjelaskan fenomena Mengevaluasi dan Menginterpretasikan data
ilmiah merancang penelitian dan bukti ilmiah
ilmiah
Gambar 2. Histogram Presentase Nilai Rata-rata Postest Berdasarkan Indikator Kompetensi Untuk
Mengetahui Kemampuan Proses Sains

EDUSAINS. Volume 8 Nomor 01 Tahun 2016, 21-26


Copyright © 2016 | EDUSAINS | p-ISSN 1979-7281 | e-ISSN 2443-1281
Kemampuan Proses Sains Siswa melalui Pendekatan Saintifik….

Pembahasan siswa dapat menjawab pertanyaan yang benar,


karena sebenarnya pengetahuan awal mereka telah
Pada pembahasan yang pertama mengenai
dikonstruksi dengan baik di dalam diri individu
soal pilihan ganda yang berjumlah 18 soal, dilihat
dan dalam hubungannya dengan dunia nyata yaitu
dari ketercapaian indikator soal dan hasil sumber
di lingkungannya, prinsip ini berkaitan dengan
data yang diperoleh, peningkatan tersebut
konstruktivisme yang menitikberatkan pada proses
dimungkinkan karena pembelajaran IPA Terpadu
aktif individu dan proses penggorganisasian alam
berbasis kemampuan pada proses sains pada kelas
dengan sekitarnya sehingga terbentuk pemahaman.
VII, dapat mendorong siswa mengkonstruksi dan
membuat hubungan antara pengetahuan yang Hal yang sama terjadi pula disekolah ketika
dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan guru dan peserta didik memaknai atas sesuatu
sehari-hari. Hal ini sesuai dengan apa yang objek atau peristiwa yang sama. Perbedaan ini
diungkapkan oleh (Holbrook & Rannikmae., 2009) dapat terjadi pada peserta didik karena konsepsinya
bahwa “sains akan lebih mudah dipelajari ketika bergantung pada pengetahuan, pemahaman dan
yang dipelajari tersebut masuk akal dalam keyakinan tentang obsjek atau peristiwa tersebut.
pandangan siswa dan berkaitan dengan kehidupan Hal ini sejalan dengan pendapat White, (1991)
manusia, kepentingan, dan aspirasi”. dalam Toharudin et al. (2011) yang memberi
kaitan dengan kurikulum dan materi pembelajaran,
Selain itu, ketercapaian suatu soal dalam
guru dan peserta didik dapat memberikan arti yang
menelaah indikator kompetensi untuk mengetahui
berbeda terhadap kurikulum atau material
kemampuan proses sains siswa memiliki
pengajaran seperti, teks, gambar, dan audio visual
peningkatan, dari rata-rata nilai presentase pretes
sesuai dengan pengetahuan dan keyakinan yang
sebesar 57,0% menjadi 75,8% pada rata-rata nilai
dimilikinya.
presentase posttest. Setelah mendapatkan
pembelajaran IPA Terpadu dengan tema Global Selain itu prinsip konstruktivisme berkaitan
Warming, yang implementasinya sama-sama erat dengan pengetahuan yang dikonstruksi dalam
menggunakan pendekatan saintifik, hasilnya diri individu mengenai hubungannya dengan dunia
memiliki perolehan presentase nilai rata-rata yang nyata. Berdasarkan prinsip ini pengetahuan dapat
cukup jauh sebelumnya. dikonstruksi oleh siswa, baik di dalam maupun di
luar kelas. Proses pengkonstruksiannya sama, yaitu
Pada pembahasan yang kedua melihat
terjadi di dalam diri siswa melalu interaksi dengan
pengamatan aktivitas siswa yang berlangsung
lingkungan. Lebih lanjut Cobb et.al. dalam
selama proses pembelajaran IPA Terpadu dengan
Toharudin et al. (2011) menyatakan definisinya
tema Global Warming pada kelas VII
bahwa “knowledge and interpretation cannot be
menggunakan pendekatan saintifik. Implementasi
given to students, and students do not accept
dari kemampuan proses sains siswa dalam
knowledge from outside because it was never there
praktiknya siswa diharuskan melakukan aktivitas
in the first place”. Di dalam kegiatan belajar, pada
selayaknya langkah-langkah pada penerapan
dasarnya adalah proses arti dari apa yang
metode ilmiah menggunakan pendekatan saintifik,
dipelajari, ada di dalam diri siswa. Siswa adalah
kenyatannya di kelas ketika siswa di ajak untuk
orang yang bertanggung jawab dalam proses
melakukan suatu praktikum mengenai konsep
belajar. Guru bukan orang yang bertugas
suatu fenomena sains, siswa sangat antusias karena
melakukan transfer ilmu pengetahuan ke dalam diri
guru yang sebelumnya kurang aktif mengajak
siswa melalui komunikasi, karena pegetahuan dan
siswa bereksperimen dengan alasan laboratorium
interpretasi tidak bisa dipisahkan dari guru kepada
pembelajaran IPA hanya satu dengan jadwal
siswa.
pemakaian untuk banyak kelas.
Literasi sains dianggap sebagai suatu
Sebenarnya siswa telah mengetahui
kemampuan dalam pengetahuan sains yang wajib
pemahaman awal pada dirinya mengenai lapisan
dimiliki oleh siswa untuk belajar sains, namun hal
ozon misalnya, sebagai kunci utama dari soal teks
itu harus di dukung dengan kompetensi membaca
fenomena sains, yang selanjutnya dari teks tersebut
yang baik oleh siswa, karena literasi sains yang

EDUSAINS. Volume 8 Nomor 01 Tahun 2016, 22-26


Copyright © 2016 | EDUSAINS | p-ISSN 1979-7281 | e-ISSN 2443-1281
Pramita S. D., Diana R.

disajikan dalam soal literasi sains, memiliki teks aktivitas penelitian yang dilakukan siswa dalam
fenomena sains yang harus di telaah siswa untuk upaya membangun pengetahuan. Konsepsi
menjawab suatu permasalahan terkait dengan semacam ini sejalan dengan Weinbaum et al.
fenomena alam yang ditujukan. Hal ini sejalan dalam Abidin (2013) yang menyatakan bahwa
dengan penelitian yang dilakukan oleh Korpan, pembelajaran merupakan kemampuan proses sains
et.al. dalam Toharudin et al. (2011), tentang untuk membangun makna dan informasi baru
pemahaman membaca yang dilakukan oleh siswa dengan menggunakan kerangka kerja konseptual.
untuk menggali suatu informasi, dan melakukan
Hasil analisa lebih lanjut dari data yang
penilaian yang kritis terhadap bahan bacaan sains
disajikan pada Gambar 1 dan Gambar 2, lalu
tersebut.
selanjutnya diberi penguatan analisa yang direkam
Sejalan dengan hal ini Gagne dalam melalui video pengamatan yang menunjukkan
Wisudawati & Sulistyowati (2014) memberikan bagaimana suatu proses pembelajaran IPA Terpadu
definisi terhadap IPA, yaitu “science should be dalam pelaksanaannya menggunakan suatu
viewed as a way of thinking in the pursuit of pendekatan saintifik, yang memiliki tahapan yaitu
understanding nature, as a way of investigating mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,
claims about phenomena, and as a body of mengolah informasi, dan mengkomunikasikan.
knowledge that has resulted from inquiry”. Mengingat dalam menelaah indikator kompetensi
Berdasarkan definisi tersebut ada beberapa dimensi seperti menjelaskan fenomena ilmiah,
dalam IPA yaitu dimensi cara berpikir, cara mengevaluasi dan merancang penelitian ilmiah,
penyelidikan, batang tubuh pengetahuan, dan serta menginterpretasikan data dan bukti ilmiah,
proses inkuiri. Proses pembelajaran IPA harus hal yang akan dikritisi lebih mendalam mengenai
dapat mencakup dimensi-dimensi tersebut untuk sejauh mana kemampuan proses sains siswa yang
dapat membuat siswa belajar lebih bermakna. Saat terlihat.
proses pembelajaran berlangsung bantuan guru
Proses implementasi yang dilakukan peneliti
menggunakan pendekatan saintifik mempengaruhi
dengan subtema efek rumah kaca merupakan
ketercapaian literasi sains siswa, pada saat siswa
kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan
membaca teks fenomena sains secara terstruktur,
pembelajaran saintifik yang terekam melalui video.
karena pada saintifik merujuk pada aktivitas
Kegiatan pada metode pembelajaran tersebut
penyelidikan ilmiah yang dilakukan siswa.
berlangsung pada tahap pelaksanaan melalui
Implementasi pembelajaran IPA Terpadu kegiatan belajar mengajar dengan pendekatan
dengan menggunakan pendekatan saintifik yang saintifik.
dilakukan di kelas VII dalam pandangan Barringer,
Kegiatan pendahuluan, guru memberikan
et al. dalam Abidin (2013) memberikan
konteks lokal dengan memberikan gambaran
pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk
bahwa apakah musim penghujan dan kemarau
bepikir sistematis dan kritis melalui upaya
selalu terjadi tepat 6 bulan sekali atau berubah-
memecahkan masalah yang penyelesaiannya tidak
ubah, lalu menghadirkan konteks global untuk
mudah dilihat, dengan suatu tema sains dalam
mengingatkan siswa pada materi pembelajaran
pembelajaran tersebut. Pembelajaran ini
sebelumnya, hal tersebut didasarkan pada tujuan
melibatkan kegiatan memecahkan masalah yang
pembelajaran yang akan dicapai, dimulai dari
kompleks melalui kegiatan berpikir kreatif,
apakah suhu lingkungan berpengaruh terhadap
aktivitas penelitian, dan membangun konseptual
efek rumah kaca, dan apakah dapat di identifikasi
pengetahuan.
bahwa gas rumah kaca merupakan sumber panas
Berdasarkan pernyataan pada pembelajaran yang ada pada lingkungan. Berdasarkan tujuan
dengan menggunakan pendekatan saintifik yang pembelajaran tersebut, kegiatan saintifik yang
menitikberatkan dalam kemampuan proses sains mendominasi terlihat saat siswa mampu untuk
siswa dikembangkan berdasarkan konsep mengolah informasi pada materi efek rumah kaca.
penelitian ilmiah. Hal ini sesuai kemampuan
proses pembelajaran yang harus berisi serangkaian

EDUSAINS. Volume 8 Nomor 01 Tahun 2016, 23-26


Copyright © 2016 | EDUSAINS | p-ISSN 1979-7281 | e-ISSN 2443-1281
Kemampuan Proses Sains Siswa melalui Pendekatan Saintifik….

Pada kegiatan inti yang pertama yaitu pengumpulan data dengan yang siswa ajukan pada
mengamati, siswa diajak untuk menyelidiki kegiatan menanya.
pengaruh efek rumah kaca terhadap suhu dan
Pada kegiatan inti yang kelima yaitu
lingkungan. Hal ini teramati melalui demostrasi
mengkomunikasikan, guru membimbing siswa
sederhana yang guru lakukan menggunakan kotak
untuk merumuskan kesimpulan dari hasil diskusi,
transparan berbahan arcylic yang di ibaratkan
serta memberi penguatan terhadap konsep yang
seperti rumah kaca. Selanjutnya pada kegiatan inti
ditemukan dan menghubungkan pengetahuan yang
yang kedua yaitu menanya, siswa memang telah
belum tepat terkait proses pembelajaran. Pada
diarahkan pada kegiatan mengamati, maka dengan
kegiatan penutup, guru meminta siswa menjawab
mudah siswa memunculkan pertanyaan yang
pertanyaan yang muncul di awal pembelajaran,
mereka amati sebelumnya, siswa mampu bertanya
memberi koreksi atau penguatan terhadap hasil
dengan pemikiran mereka mengenai “mengapa
diskusi kelompok yang telah dibuat oleh siswa.
kotak arcylic tersebut berbentuk transparan?
apakah hubungannya dengan efek rumah kaca jika Proses diskusi yang dilakukan antara guru
pada bumi?”. Pada kegiatan ini diharapkan dan siswa dalam kegiatan menanya, jika diamati
mampu mengajak siswa untuk menjelaskan terjadi pula kegiatan pengumpulan informasi yang
fenomena ilmiah. diarahkan oleh guru dengan membangkitkan
kemampuan proses berpikir yang semua itu diawali
Pada kegiatan inti yang ketiga yaitu
dari proses fenomena sains yang terkait dengan
mengumpulkan informasi, dilakukan proses
efek rumah kaca, mengapa bisa terjadi efek rumah
penyelidikan ilmiah dengan melakukan observasi
kaca, ataupun apakah akibat dari kerugian tersebut.
yang di arahkan oleh guru, dimulai dari menyelidi
akibat dari kerugian yang ditimbulkan oleh efek Hal tersebut sejalan dengan beberapa
rumah kaca, pada kegiatan ini sebenarnya definisi literasi sains menurut Hurd (1998), dapat
mengarahkan siswa untuk merancang dan disimpulkan bahwa literasi sains merupakan
mengevaluasi penelitian ilmiah saat melakukan kemampuan untuk menggunakan pengetahuan
praktikum menyelidiki pengaruh efek rumah kaca ilmiahnya dalam menyelesaikan berbagai
terhadap suhu lingkungan. permasalahan sehari-hari berdasarkan bukti dan
fakta yang telah diperoleh. Seseorang yang melek
Pada kegiatan inti yang keempat yaitu
sains harus bersedia terlibat dalam wacana
mengolah informasi, merupakan kegiatan dominan
penalaran tentang sains dan teknologi yang mana
yang siswa lakukan pada hasil dari pengumpulan
membutuhkan kompetensi untuk menjelaskan
informasi saat diskusi maupun praktikum, karena
permasalahan sains. Hal ini lebih dikuatkan
siswa menjelaskan proses terbentuknya efek rumah
menurut OECD (2013) Semua kompetensi tersebut
kaca, mengkategorikan gas rumah, memahami
membutuhkan pengetahuan dalam
proses reaksi perusakan lapisan ozon, dan
mengidentifikasi suatu permasalahan sains terlebih
menganalisis peristiwa penipisan lapisan ozon.
pada indikator pertama pada kompetensi, yakni
Sehingga siswa mampu memberikan analisa yang
menjelaskan fenomena ilmiah.
baik, misalnya saat sebagian kelompok siswa
melakukan kesalahan dalam pengukuran suhu Indikator kompetensi selanjutnya pada
menggunakan termometer, siswa mampu literasi sains yang melihat kemampuan proses sains
mengungkapkan bahwa “seharusnya semakin lama siswa adalah ketercapaian mengevaluasi dan
suhu yang dibawah sinar matari yang terik merancang penelitian ilmiah, serta
mengalami peningkatan” kesalahan tersebut di menginterpretasikan data dan bukti ilmiah, yang
dapatkan siswa dengan mengukur suhu tanah terlihat dari proses kegiatan menanya dan
(lantai) bukan mengukur suhu udara seperti yang mengumpulkan informasi dalam pendekatan
seharusnya dilakukan. Hal tersebut berpengaruh sainifik. Hal tersebut terlihat dalam kegiatan
saat siswa menginterpretasikan data dan bukti mengolah informasi dari data hasil percobaan yang
ilmiah, karena kegiatan tersebut mengetahui di dapatkan, hingga siswa mampu menjawab
perbedaan dari pendapat siswa berdasarkan bukti pertanyaan yang berkaitan dengan subtema efek

EDUSAINS. Volume 8 Nomor 01 Tahun 2016, 24-26


Copyright © 2016 | EDUSAINS | p-ISSN 1979-7281 | e-ISSN 2443-1281
Pramita S. D., Diana R.

rumah kaca. Proses pengelolaan data yang Siswa SMP sebagai pemula dalam belajar
dilakukan saat praktikum sedikit menghadapi IPA SMP perlu mengenal ciri-ciri dan cara belajar
hambatan karena pada saat siswa akan melakukan yang baik, agar mereka lebih memahami
percobaan, proses pencahayaan yang tadinya pengetahuan secara kontekstual.
menggunakan lampu untuk menyinari rumah kaca
DAFTAR PUSTAKA
(bentuk bahan arcylic) jadi terganggu.
Artati, J. 2013. Analisis kemampuan literasi sains
Selanjutnya bagian terakhir dari kegiatan
siswa SMP dalam pembelajaran IPA
pada pendekatan saintifik adalah
terpadu pada tema Cuaca Ekstrim (Skripsi).
mengkomunikasikan, kegiatan ini siswa
Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA,
diharuskan mampu mempresentasikan apapun hasil
Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
yang telah didapatkan, hal itu bertujuan untuk
melihat keikutsertaan siswa dalam mengunggah DeBoer, G. E. 2000. Scientific literacy: Another
rasa kemandirian mereka dalam proses belajar look at its historical and contemporary
mengajar. meanings and its relationship to science
education reform. Journal of Research in
PENUTUP Science Teaching, 37(6): 582-601.
Berdasarkan hasil penelitian dan Darling-Hammond, L. & Brannsford, J. Ed. 2005.
pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat Preparing teacher for a changing world.
disimpulkan sebagai bahwa kemampuan proses San Franciso: Jossy- Bass Publishing.
sains siswa mengalami peningkatan baik dengan
indikator ketercapaian kompetensi pada soal yang Firman, H. 2007. Analisis Literasi Sains
diujikan dari rata-rata nilai presentase sebesar Berdasarkan Hasil PISA Nasional Tahun
50,7% menjadi 75,8%. Proses pelaksanaan 2006. Jakarta: Pusat Penelitian Pendidikan
pembelajaran dipengaruhi oleh kegiatan pada Balitbang Depdiknas.
pelaksanaan pendekatan sainifik yang melibatkan Fives, H., Huebner, W., Birnbaum, A. S., &
peranan aktif, lebih dari sekedar mendengarkan Nicolich, M. 2014. Developing a measure of
melainkan siswa lebih mengeksplor kemampuan scientific literacy for middle school
proses sains yang dimilikinya. Siswa menanggapi students. Science Education, 98(4): 549-
positif terhadap implementasi pembelajaran IPA 580.
Terpadu dengan menggunakan pendekatan
Fraenkel, J.R, Wallen, N.E. & Hyun, H.H. 2012.
saintifik pada tema global warming ditinjau dari
How to design and evaluate research in
kemampuan proses sains siswa.
education (edisi kedelapan). New York:
Beberapa saran yang diajukan terkait dengan Mc. Graw-Hill.
penelitian yang telah dilakukan diantaranya
Holbrook, J. & Rannikmae, M. 2009. The meaning
pendekatan saintifik yang digunakan dalam
of scientific literacy. International
pengajaran di sekolah dianggap kurang optimal,
Journalof Environmental & Science
diperlukan media yang mendukung, misalnya
Education, 4(3): 275-288.
konteks sains dengan materi pembelajaran harus
saling berhubungan dan lebih baik ditayangkan di Hurd, P. D. 1998. Scientific literacy: New minds
awal dan di akhir pembelajaran. for a changing world. Science Education,
82: 407-416.
Kendala yang dihadapi peneliti dalam
mengimplementasikan pendekatan saintifik adalah McMillan, J. H., & Schumacher, S. 2001.
kemandirian belajar siswa sulit terbentuk. Untuk Research in education: A conceptual
itu peneliti menyarankan sebelum melakukan introduction (5th ed). New York: Longman.
penelitian, diharapkan meminimalisir keadaan
OECD. 2013. PISA. 2015. Draf science
dengan melakukan pengarahan, dan menciptakan
framework. Paris: OECD.
kreatifitas pembelajaran IPA

EDUSAINS. Volume 8 Nomor 01 Tahun 2016, 25-26


Copyright © 2016 | EDUSAINS | p-ISSN 1979-7281 | e-ISSN 2443-1281
Kemampuan Proses Sains Siswa melalui Pendekatan Saintifik….

Sukmadinata, Nana. 2013. Metode Penelitian Wisudawati, A. W., & Sulistyowati, E. 2014.
Pendidikan. Bandung: PT Remaja Metodologi pembelajaran IPA. Jakarta:
Rosdakarya. Bumi Aksara.
Toharudin, U., Hendrawati, S., & Rustaman, A. Yunus, Abidin. 2014. Desain sistem pembelajaran
2011. Membangun literasi sains peserta dalam konteks kurikulum 2013. Bandung:
didik. Bandung: Humaniora. PT. Reflika Aditama.

EDUSAINS. Volume 8 Nomor 01 Tahun 2016, 26-26


Copyright © 2016 | EDUSAINS | p-ISSN 1979-7281 | e-ISSN 2443-1281

Anda mungkin juga menyukai