Anda di halaman 1dari 10

Efektivitas Konseling Realitas Terhadap Penyesuaian

Diri
Septiani Ainun Nur Fadilah, Indah Assyfa Yulianti
Septianiainun15@gmail.com, Indahyulianti662@gmail.com

Septiani Ainun Nur Fadilah


Indah assyfa yulianti
Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Institud Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Siliwangi

Abstrak

Tujuan peneitian ini adalah untuk menguji penerapan efektivitas praktik konseling dengan teknik
realitas untuk meningkatkan penyesuaian diri peserta didik. Sebagai buktinya menggunakan hasil
penelitian yang di lakukan oleh Novalina yang di lakukan pada taruna di Akademi Teknik dan
Keselamatan Penerbangan Medan, penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan design
pretest-posttest control group yang melibatkan 10 orang subjek penelitian yang terbagi dalam
kelompok kontrol (5 orang) dan eksperimen (5 orang). Taruna yang dipilih adalah mereka yang
memiliki skor penyesuaian diri rendah yaitu X < 160 yang kemudian didapati berjumlah sepuluh
orang. Sepuluh orang taruna yang sudah menyatakan kesediaannya untuk penelitian, dibagi
kedalam dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan menggunakan
teknik random assignment. Masing-masing sesi dilaksanakan selama ±180 menit. Setelah
pelaksanaan intervensi selesai dilaksanakan, diberikan jeda waktu dua minggu sebelum dilakukan
follow up. Data yang diperoleh kemudian dianalisa dengan menggunakan uji Mann Whitney U test.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konseling realitas efektif meningkatkan penyesuaian diri
taruna. Konseling realitas memiliki pengaruh yang besar untuk meningkatkan penyesuaian diri
yang terlihat dari nilai effect size sebesar 0,840. Penelitian tersebut juga sejalan dengan penelitian
yang di lakukan oleh Nurin Cholifatul Ma’rifa dan Titin Indah Pratiwi pada siswa SMA Negeri 1
Menganti Gresik yang mendapat hasil akhir bahwa terjadi peningkatan terhadap penyesuaian diri
siswa setelah di lakukan konseling realitas.

Kata Kunci: Efektivitas, Konseling, Realitas, Penyesuaian Diri

PENDAHULUAN
Setiap individu dituntut menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Karena
dalam menjalankan kehidupannya, seseorang pasti akan menghadapi kondisi baru
yang harus ia hadapi dan membuat individu di haruskan untuk melakukan
penyesuaian diri. Namun pada kenyataannya banyak individu terutama di usia
remaja yang mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Menurut Regina, 2016 Penyesuaian diri adalah perilaku yang
menunjukkan kematangan emosional, kematangan intelektual, kematangan sosial,
dan tanggung jawab sesuai dengan harapan masyarakat sehingga individu

1
menjalani hidup secara harmonis. Menurut Schneiders (Yusuf, 2011 hlm. 210
yang dikutip melalui Claudia S, 2016 ) mengemukakan bahwa penyesuaian diri
adalah proses yang melibatkan respons-respons mental dan perbuatan individu
dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan, dan mengatasi ketegangan, frustrasi dan
konflik secara sukses, serta kesesuaian antara kebutuhan dirinya dengan norma
atau tuntutan lingkungan tempatnya hidup.
Di dalam penyesuaian diri terdapat empat tanda dari adanya penyesuaian
diri yang baik, yaitu kematangan emosional, kematangan intelektual, kematangan
sosial dan kematangan moral atau tanggung jawab (Desmita, 2009 hlm. 195).
Penyesuaian diri juga di pengaruhi oleh beberapa faktor, Faktor-faktor
penyesuaian diri dapat dilihat dari konsep psikogenik dan sosiopsikogenik.
Psikogenik memandang bahwa riwayat kehidupan social individu, terutama
pengalaman khusus yang membentuk perkembangan psikologis. Pengalaman
khusus ini lebih banyak berkaitan dengan latar belakang kehidupan keluarga,
terutama menyangkut aspek-aspek:
a. Hubungan orangtua-anak
b. Hubungan intelektual keluarga
c. Iklim emosional keluarga
Sementara itu, dilihat dari konsep sosiopsikogenik, penyesuaian diri
terbentuk dari iklim lembaga social dimana individu terlibat di dalamnya. Bagi
siswa, faktor sosiopsikogenik yang mempengaruhi adalah sekolah, yang
mencakup:
a. Hubungan siswa-guru
b. Hubungan intelektual sekolah
Sekolah memegang peranan penting dalam proses penyesuaian diri pada
siswa, hal ini karena sekolah sebagai lembaga formal yang bertanggung jawab
atas pendidikan anak selain keluarga. Permasalahan penyesuaian diri siswa di
sekolah akan timbul ketika siswa mulai memasuki jenjang sekolah yang baru.
Yusuf (2011 hlm. 199) mengatakan bahwa di sekolah siswa diharapkan bersikap
respek dan mau menerima peraturan sekolah, berpartisipasi dengan mata
pelajaran, menjalin hubungan interpersonal yang baik dengan teman-teman, guru,

2
dan karyawan sekolah serta membantu sekolah memelihara dan memanfaatkan
fasilitas yang ada di sekolah.
Menurut Willis (1981 hlm. 46) hal-hal yang penting dalam penyesuaian
diri di sekolah mencakup:
a. Penyesuaian Diri terhadap Guru.
b. Penyesuaian Diri terhadap Teman Sebaya
c. Penyesuaian Diri terhadap Karyawan Sekolah
d. Penyesuaian Diri terhadap Lingkungan Fisik Sekolah
e. Penyesuaian Diri terhadap Mata Pelajaran
f. Penyesuaian Diri terhadap Tata Tertib Sekolah
Namun Menurut Hartinah (2008: 186) mengatakan tidak selamanya
individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri, karena kadang-kadang ada
rintangan-rintangan tertentu yang menyebabkan tidak berhasil dalam melakukan
penyesuaian diri. Maka dari itu , guru BK wajib membangun penyesuaian diri
peserta didik dengan berbagai teori pendekatan konseling yang ada. Dalam
penulisan ini, Penulis mengambil penelitian mengenai pendekatan konseling
terapi realitas dalam penyesuaian diri siswa.
Konseling terapi realitas Pendekatan reality pertama kali dipopulerkan
oleh William Glasser seorang psikolog dari California. Glasser (dalam Corey,
2005 hlm. 263) mengemukakan bahwa konseling reality adalah suatu sistem yang
difokuskan pada tingkah laku sekarang, terapi ini berfungsi untuk membantu klien
menghadapi kenyataan dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar tanpa
merugikan dirinya sendiri maupun orang lain. Dalam konseling reality dijelaskan
bahwa perilaku yang bermasalah disebabkan karena individu tidak bisa memenuhi
kebutuhan akan harga diri. Glasser juga mengungkapkan bahwa banyak anak-
anak di sekolah yang membutuhkan cinta dan harga diri yang semula tidak
ditemukannya dirumah (Suwandi, 1997 hlm. 40). Glasser percaya bahwa setiap
manusia memiliki kebutuhan psikologis yang secara konstan hadir sepanjang
rentang kehidupannya dan harus dipenuhi. Thompson (dalam Gantina, 2011 hlm.
236) mengungkapkan bahwa terhambatnya seseorang dalam memenuhi kebutuhan
psikologisnya pada dasarnya dikarenakan individu tersebut menyangkal terhadap

3
realita, yaitu kecenderungan seseorang untuk menghindari hal-hal yang tidak
menyenangkan.
Menurut Glasser (Corey, 2013 hlm. 264), basis dari teknik reality adalah
membantu para konseli dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar
psikologisnya, yang mencakup "kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta
kebutuhan untuk merasakan bahwa kita berguna baik bagi diri kita sendiri
maupun bagi orang lain". Lebih jauh dikatakan bahwa mengajarkan tanggung
jawab adalah konsep inti dalam terapi realitas. Tujuan konseling reality
sebagaimana yang diungkapkan oleh Latipun, (2006 hlm. 155 dalam Bachtiar,
2018 ) adalah untuk membantu para konseli memahami kehidupan riilnya dan
menuntunnya agar dapat memenuhi kebutuhannya. Meskipun memandang dunia
realitas antara individu yang satu dengan yang lain dapat berbeda, tetapi realitas
itu dapat diperoleh dengan cara membandingkan dengan orang lain. Selanjutnya
konselor membantu konseli bagaimana menemukan kebutuhannya dengan 3R
yaitu right, responsibility, dan reality sebagai jalannya.
Konseling realitas menuntut individu untuk bertindak secara real terkait
permasalahan yang di hadapinya karena masalah penyesuaian menuntut kesadaran
individu untuk bisa menerima kenyataan yang ada. Maka dari itu, penulis akan
menyajikan bagaimana keefektivan konseling realitas terhadap penyesuaian diri
seseorang, dalam hal ini penulis mengambil data dari penelitian terdahulu terkait
pembuktian ke efektivan konseling realitas terhadap penyesuaian diri seseorang.

PEMBAHASAN

Kemampuan siswa untuk menyesuaikan diri mempunyai pengaruh yang


cukup besar pada keadaan siswa untuk memberikan respon pada setiap keadaan
yang dihadapi. Kemampuan penyesuaian diri terhadap kondisi lingkungan akan
mempengaruhi kondisi fisik, mental dan emosional siswa. Siswa yang memiliki
penyesuaian yang baik akan mampu menghadapi keadaan yang sulit dengan
penyelesaian yang positif (Fatimah, 2006 dalam Novalina, 2017). Persepsi
individu terhadap diri, orang lain dan lingkungan sekitar akan mempengaruhi
individu tersebut dalam menyesuaikan diri. Siswa ditingkat SMA berada pada
usia remaja dimana penyesuaian diri mereka masih belum stabil. Pada masa ini

4
remaja sedang mencari otonomi dari orangtua mereka dan orang lain. Mereka juga
sedang mencari penyesuaian diri untuk dapat diterima oleh kelompok mereka
(Djiwandono, 2002). Pada masa SMA masalah penyesuaian diri yang paling
banyak terjadi adalah masalah membolos dan pelanggaran dalam mengenakan
pakaian yang tidak sesuai dengan peraturan sekolah. Selain membolos dan
mengenakan pakaian yang tidak sesuai dengan peraturan sekolah, banyak juga
siswa yang datang terlambat, mengobrol dengan teman sebangku di kelas ketika
sedang pelajaran, tidak mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh pihak
sekolah, bahkan ada beberapa siswa yang melanggar peraturan sekolah dengan
merokok atau mengkonsumsi obat terlarang di lingkungan sekolah.
Selain pada saat SMA peralihan pendidikan dari Sekolah Menengah Atas
(SMA) menuju pendidikan tinggi juga mengalami perubahan, baik itu perubahan
sistem pendidikan maupun perubahan tingkatan kelas di sekolah. Dengan keadaan
seperti ini, siswa biasanya terdapat berbagai permasalahan salah satunya yaitu
permasalahan di dalam penyesuaian diri di lingkungan baru kondisi ini
mengakibatkan siswa akan mengalami kesulitan dalam menghadapi lingkungan
baru tersebut hal seperti ini akan menghambat pertumbuhan kognitif, dan
mentalnya dalam menjalani proses pendidikan. Permasalahan yang muncul
tersebut harus di atasi, karena setiap siswa di tuntut untuk memiliki penyesuaian
diri yang tepat agar bisa mencapai dan mengembangkan potensi akademiknya
secara optimal, dalam hal di sekolah ini sudah pasti menjadi tugas dan tanggung
jawab guru terutama guru BK/konselor dalam menyelesaikan permasalahan ini.
Dalam penanganan seperti ini guru BK bisa memberi beberapa treatment
pendekatan konseling yang cocok di terapkan kepada siswa yang bermasalah
dalam penyesuaian dirinya, pada hal ini penulis akan menggunakan teknik
pendekatan konseling realitas untuk menangani permasalahan tersebut. Konseling
realitas merupakan Konseling realitas menekankan bahwa setiap individu
memiliki kebebasan, dapat membuat pilihan, dan harus bertanggung jawab pada
setiap pilihan yang ia buat (Corey, 1996 dalam Novalina, 2017). Selain itu
kesulitan penyesuaian diri tersebut senada dengan dasar yang digunakan dalam
konseling realitas, dimana selalu menekankan pada kondisi fenomenologis setiap

5
individu dan menekankan pada pengalaman subjektif klien mengenai dunia dan
bagaimana reaksi mereka pada dunia.
Perilaku seseorang sebenarnya tidak dipengaruhi oleh bagaimana dunia,
namun bagaimana seseorang memandang dunianya sehingga untuk membentuk
suatu perilaku, seseorang harus mengontrol persepsinya terhadap dunia. Setiap
orang memiliki kontrol terhadap dirinya sehingga secara umum, konseling ini
akan menyediakan lingkungan yang dapat membantu klien untuk mengevaluasi
perilakunya saat ini, meliputi apa yang ia lakukan, pikirkan, rasakan, dan respon
fisiologis yang menyertai. Jika perilakunya saat ini tidak sesuai dengan apa yang
sebenarnya ia inginkan, maka klien akan dituntun untuk mencari cara agar dapat
mengubah perilakunya (Corey, 1996). Tujuan dasar konseling realitas yang
berorientasi kognitif ini adalah membantu para konseli mempelajari cara yang
lebih baik dalam memenuhi semua kebutuhan mereka, termasuk kekuasaan atau
prestasi, kebebasan atau kemerdekaan, dan kesenangan, tanpa harus mengabaikan
prinsip 3R yaitu Responsibility, Reality, Right. Dengan kata lain, tujuan konseling
realitas adalah membantu seseorang mencapai kematangan yang di perlukan bagi
kemampuan seseorang untuk mengganti dukungan lingkungan dengan dukungan
internal (corey, 2005). Hal ini berarti membantu konseli untuk mengubah perilaku
yang tidak bertanggung jawab menjadi bertanggung jawab karena secara teoritis,
perilaku bertanggung jawab akan mengarahkan pada identitas sukses.
Untuk itu, penulis menyajikan data hasil penelitian yang di lakukan oleh
Novalina terkait efektivitas konseling realitas untuk meningkatkan penyesuaian
diri. Penelitian ini Penelitian ini mengambil lokasi di Akademi Teknik dan
Keselamatan Penerbangan Medan, penelitian ini merupakan penelitian
eksperimen dengan design pretest-posttest control group yang melibatkan 10
orang subjek penelitian yang terbagi dalam kelompok kontrol (5 orang) dan
eksperimen (5 orang). Variabel dalam penelitian ini adalah konseling realitas
sebagai variabel bebas dan penyesuaian diri sebagai variabel terikat. Penelitian ini
mengambil lokasi di salah satu pendidikan tinggi yang memiliki sistem berasrama
di kota Medan. Waktu pemberian perlakuan adalah empat hari dengan jumlah
pertemuan sebanyak empat kali (satu hari untuk satu sesi pertemuan). Subjek yang
berpartisipasi dalam penelitian ini adalah taruna tingkat satu Akademi Teknik dan

6
Keselamatan Penerbangan (ATKP) Medan yang berasal dari jurusan Pemanduan
Lalu Lintas Udara (PLLU), Teknik Navigasi Udara (TNU) dan Teknik Listrik
Bandar Udara (TLB). Taruna yang dipilih adalah mereka yang memiliki skor
penyesuaian diri rendah yaitu X < 160 yang kemudian didapati berjumlah sepuluh
orang. Sepuluh orang taruna yang sudah menyatakan kesediaannya untuk
penelitian, dibagi kedalam dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol dengan menggunakan teknik random assignment. Masing-
masing sesi dilaksanakan selama ±180 menit. Setelah pelaksanaan intervensi
selesai dilaksanakan, diberikan jeda waktu dua minggu sebelum dilakukan follow
up. Data yang diperoleh kemudian dianalisa dengan menggunakan uji Mann
Whitney U test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konseling realitas efektif
meningkatkan penyesuaian diri taruna. Sebelum mendapat konseling realitas,
kelima subjek penelitian yang tergabung dalam kelompok eksperimen maupun
kelompok kontrol memiliki penyesuaian diri yang berada pada kategori rendah.
Kemudian setelah diberikan intervensi konseling realitas pada kelompok
eksperimen mengalami peningkatan penyesuaian diri menjadi kategori sedang.
Konseling realitas memiliki pengaruh yang besar untuk meningkatkan
penyesuaian diri yang terlihat dari nilai effect size sebesar 0,840. Dengan hasil
data tersebut maka dapat di buktikan dan kita ambil kesimpulkan bahwa konseling
realitas dapat di katakan efektiv di laksanankan pada seseorang yang mengalami
masalah di bidang penyesuaian diri.
Dalam konseling realitas ini, taruna memperoleh pemahaman bahwa
mereka sebagai individu harus mampu menentukan perilaku yang tepat untuk
mencapai kebutuhan mereka secara realistis. Pada dasarnya mereka ingin
mencapai kesuksesan dalam hal karir pekerjaan sehingga mereka harus menyadari
perilaku yang realistis selama masa pendidikan untuk mencapai harapan tersebut.
Dalam proses konseling ini juga taruna menjadi semakin paham bahwa apapun
pilihan perilakunya, mereka harus bisa bertanggung jawab dan selalu melakukan
evaluasi terhadap perilaku mereka saat ini untuk mencapai perubahan perilaku.
Penelitian tersebut juga sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh
Nurin Cholifatul Ma’rifa dan Titin Indah Pratiwi pada siswa SMA Negeri 1
Menganti Gresik yang mendapat hasil akhir bahwa terjadi peningkatan terhadap

7
penyesuaian diri siswa setelah di lakukan konseling realitas. Maka dari itu, dapat
di ambil kesimpulan bahwa konseling realitas cocok di lakukan untuk
meningkatkan penyesuaian diri siswa, karena terdapat hasil peningkatan dari
sebelum dan sesudah di lakukan konseling realitas pada setiap peserta didik.

SIMPULAN
Dari hasil penelitian yang di lakukan oleh Novalina, dapat diambil
kesimpulan bahwa terdapat peningkatan penyesuaian diri pada taruna karena data
hasil penelitian menunjukkan sebelum mendapat konseling realitas, kelima subjek
penelitian yang tergabung dalam kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol
memiliki penyesuaian diri yang berada pada kategori rendah. Kemudian, setelah
diberikan intervensi konseling realitas pada kelompok eksperimen mengalami
peningkatan penyesuaian diri menjadi kategori sedang. Konseling realitas
memiliki pengaruh yang besar untuk meningkatkan penyesuaian diri yang terlihat
dari nilai effect size sebesar 0,840.
Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Nurin
Cholifatul Ma’rifa dan Titin Indah Pratiwi yang mendapat hasil terjadi
peningkatan pada penyesuaian diri siswa setelah dilakukan konseling realitas.
Maka dari itu, Konseling realitas memiliki pengaruh yang besar untuk
meningkatkan penyesuaian diri Seseorang. Penyesuaian diri sangat penting
dilakukan oleh individu terutama pada remaja dalam kehidupan mereka, baik
penyesuaian diri terhadap keluarga, sekolah, serta lingkungan mereka. seseorang
yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan baik maka akan berakibat pada
konflik batin pada diri mereka, serta kondisi yang selalu gelisah. Terdapat faktor
yang mempengaruhi peningkatan penyesuaiam diri bisa berupa dukungan internal
dan dukungan ekternal yang ada. Ketika dukungan internal terhadap penyesuaian
diri seseorang rendah, maka sebagai guru BK kita bisa memberi dukungan
eksternal pada individu tersebut yaitu dengan cara memberi dukungan sosial
berupa dukungan emosional seperti melakukan bimbingan atau konseling,
perhatian dan empati terhadap individu tersebut sehingga merasa nyaman dan
diperhatikan.

8
Selain itu bisa memberikan penilaian positif dan pemberian reward bila
individu melakukan hal/tindakan positif, dan dukungan informasi berupa saran,
pengarahan dan umpan balik tentang bagaimana cara memecahkan persoalan.
Karena semakin tinggi tingkat penyesuaian diri dan dukungan sosial yang dimiliki
seseorang, maka semakin rendah stres lingkungannya. Begitu juga sebaliknya
semakin rendah tingkat penyesuaian diri dan dukungan sosial maka semakin
tinggi stres lingkungan.
REFERENSI
Bachtiar, Aulia Ilham. (2018). Efektivitas Konseling Kelompok Reality Sebagai
Upaya Mengatasi Rendah Diri Pada Peserta Didik Kelas VIII DI SMP N 2
Kalimanah Tahun Aajaran 2017/2018. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta.
Claudia S, Regina Chaeli Shinta. (2016). Penyesuaian Diri Siswa SMP Terhadap
Kehidupan Di Sekolah. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
Corey, G. (2005). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Terjemahan E.
Koswara. Bandung: PT Refika Aditama.
Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Fatimah, E. (2006). Psikologi Perkembangan: Perkembangan Peserta Didik.
Bandung: Pustaka Setia.
Hartinah, Sitti. (2008). Pengembangan Peserta Didik. Bandung: PT Refika
Aditama.
Handono, Oki T. Bashori, Khoiruddin. (2013). Hubungan Antara Penyesuaian
Diri Dan Dukungan Sosial Terhadap Stres Lingkungan Pada Santri
Baru. Jurnal Fakultas Psikologi. Vol. 1, No 2, ISSN : 2303-114X.
Latipun. (2003). Psikologi Konseling. Malang: UMM Press.
Mariah, Kiki. S, Neviyarni. Jamna, Jamaris. (2016). Efektifitas Pelaksanaan
Bimbingan Kelompok dengan Pendekatan Konseling Realitas dalam
Mengembangkam Penyesuaian Diri Siswa di Lingkungan Sekolah pada
Siswa Kelas X SMAN 1 Sungai Tarab. Jurnal Konselor Vol. 5 No. 2
ISSN: 1412 9760 http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor.
Ma'rifa, Nurin Cholifatu. Pratiwi, Titin Inda. (2017). Penerapan Konseling
Kelompok Realita untuk Meningkatkan Penyesuaian Diri di Sekolah.
Journal Bimbingan dan Konseling Ar-Rahman. Volume: 3. Nomor: 2.
Nadzir, Ahmad I. Wulandari, Nawang W. (2013). Hubungan Religiuitas Dengan
Penyesuaian Diri Siswa Pondok Pesantren. Jurnal Psikologi Tabularasa.
Volume:8, No.2, Agustus 2013: 698-707.
Novalina, Susi. (2017). Efektivitas Konseling Realitas Untuk Meningkatkan
Penyesuaian Diri. ISSN : 2085-6601E. ISSN :25024590.
http://ojs.uma.ac.id/index.php/analitika/article/view/824.
Sary, Devita. Harlina. Hakim, Imron A. (2014). Upaya Meningkatkan
Penyesuaian Diri Siswa “F” Terhadap Perubahan Kondisi Keluarga
Melalui Konseling Realitas Di Sekolah Menengah Atas Negeri 1

9
Indralaya Utara. Universitas Sriwijaya. Ejoutnal UNSRI
https://ejournal.unsri.ac.id.
Satriawam, Dimas. Gunawan, I Made. Nuraeni. (2015). Pengaruh Konseling
Realita Terhadap Penyesuaian Diri Siswa Kelas VIII Di SMPN 2 Buer Kab.
Sumbawa Besar Tahun Pelajaran 2013/2014. Mataram:
lppm.ikipmataram.ac.id.
Seriwati, Siti. (2017). Penerapan Konseling Kelompok Realita Untuk
Meningkatkan Penyesuaian Diri DI Sekolah. Jurnal Bimbingan dan
Konseling Ar-Rahman. Volume 3, Nomor 2, Tahun 2017.
Tersedia Online: http://ojs.uniska.ac.id/index.php/BKA e-ISSN 2477-
6300.
Sulistyowati, Wida. Warsito, Hadi. (2010). Penerapan Konseling Realita Untuk
Meningkatkan Harga Diri Siswa.
http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal_ppb/article/view/5407.
Suwandi, I. (1997). Reality Therapy Sebagai Pendekatan Rasional Dalam
Konseling Kelompok. Malang: IKIP Malang.
Wilis, Sofyan S. (2008). Remaja & Masalahnya. Bandung: Alfabeta.
Yusri, Fadhil. (2018). Penerapan Terapi Realitas Dalam Konseling Kelompok
Untuk Meningkatkan Perilaku Bertanggung Jawab Pada Anggota
Kelompok. https://ejournal.uinib.ac.id.
Yusuf, Syamsu. (2011). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.

10

Anda mungkin juga menyukai