Anda di halaman 1dari 5

2.2.

Faktor- faktor yang Berhubungan terhadap Terjadinya HIV

2.2.1 Hubungan Jenis Kelamin dengan Infeksi HIV

Pada tahun 2018, angka infeksi HIV pada laki-laki menyumbang 30.691

(81%) dari 37.968 diagnosis HIV baru di Amerika Serikat dan daerah yang bergantung.

Sebagian besar (86%) baru terdiagnosis HIV di antara pria dikaitkan dengan gay,

biseksual, dan pria lain yang berhubungan seks dengan pria(CDC, 2020). Hampir 1 juta

orang mengidentifikasi dirinya sebagai transgender di Amerika Serikat (AS); dan

peresentase orang transgender dewasa dan remaja sekitar 2% (601) dari diagnosis HIV

baru di AS dan daerah-daerah yang bergantung pada tahun 2018 (CDC, 2021).

Meskipun diagnosis HIV di antara perempuan telah menurun dalam beberapa tahun

terakhir, lebih dari 7.000 perempuan menerima diagnosis HIV di Amerika Serikat dan

daerah selain Amerika pada tahun 2018 (CDC 2021).

Perkembangan penyakit HIV dan manifestasi klinis penyakit mungkin berbeda

antara perempuan dan laki-laki karena faktor biologis. Perkembangan AIDS

mencerminkan sifat kronis penyakit, yang ciri khasnya adalah penurunan bertahap dari

sistem kekebalan inang. Investigasi sebelumnya menemukan tingkat perkembangan

penyakit HIV yang berbeda dan tanggapan virologi dan imunologi terhadap terapi

antiretroviral (ART) di antara perempuan yang terinfeksi HIV dibandingkan dengan

laki-laki. Tingkat peningkatan viral load dari waktu ke waktu mungkin lebih besar

untuk perempuan daripada laki-laki mengingat bahwa perempuan dan laki-laki

berkembang menjadi AIDS dan kematian pada tingkat yang sama. Status klinis dan

imunologi dasar ditemukan sebagai prediktor mortalitas dan morbiditas terkait HIV

dalam penelitian hasil HIV yang dilakukan di negara berpenghasilan tinggi dan

berpenghasilan rendah. Dalam penelitian yang sama, Pria ditemukan memiliki tingkat

mangkir dan ketidakpatuhan ART yang lebih tinggi secara signifikanLebih banyak
bukti menunjukkan bahwa laki-laki HIV-positif memiliki hasil pengobatan yang lebih

buruk daripada rekan perempuan mereka di Afrika [ CITATION Fau20 \l 1033 ].

Satu studi menemukan bahwa manusia menunjukkan perbedaan jenis kelamin

yang kuat dalam kekebalan terhadap infeksi dan autoimunitas, menunjukkan bahwa

hormon seks memodulasi respon imun. Demikian pula, evaluasi perbedaan gender

dalam hasil penyakit virus lain seperti COVID-19, mengungkapkan tingkat kematian

pasien pria yang lebih tinggi dibandingkan dengan pasien wanita, menunjukkan peran

protektif dari estrogen. Beberapa penelitian telah mendokumentasikan perbedaan dalam

perkembangan klinis HIV antara perempuan dan laki-laki karena hormon dan usia pada

saat infeksi HIV, beberapa penelitian menunjukkan bahwa perbedaan tanggapan

imunologi terhadap ART dan risiko kematian disebabkan oleh perbedaan biologis

antara pria dan wanita. Fluktuasi hormonal pada wanita yang berovulasi, dapat

mempengaruhi fungsi kekebalan, dan dengan demikian dapat menyebabkan variasi

viral load pada wanita, di mana tingkat RNA HIV dapat menurun hingga rata-rata 0,16

log10 dari waktu folikular awal hingga fase pertengahan luteal [ CITATION Fau20 \l

1033 ].

2.2.2 Hubungan Usia dengan Infeksi HIV

Hubungan usia dengan Infeksi HIV menjelaskan bahwa infeksi HIV ternyata

lebih banyak terjadi pada umur muda ketimbang umur tua. Hal ini disebabkan karena

umur muda lebih mungkin banyak melakukan perilaku seks tidak aman yang berisiko

terhadap penularan HIV. Dapat disimpulkan bahwa ODHA umur muda lebih berisiko

berperilaku seksual tidak aman sehingga kurang dalam melakukan tindakan pencegahan

penularan HIV dibandingkan dengan umur tua. Namun, dalam beberapa kasus umur tua

dapat juga berperilaku seks berisiko [ CITATION Kam16 \l 1033 ]. Sedangkan pada remaja
dengan HIV adalah yang paling kecil kemungkinannya dari semua kelompok usia

untuk menyadari infeksi HIV [ CITATION CDC21 \l 1033 ].

Tingkat kejadian HIV/AIDS berada di puncak pada kelompok usia 25-29

tahun di keempat Negara. Penduduk berusia antara 15–49 tahun berada pada risiko

yang lebih tinggi terhadap kejadian HIV/AIDS. Tingkat prevalensi HIV/AIDS di

kalangan orang dewasa berusia antara 15–49 tahun adalah yang tertinggi di Afrika

dibandingkan dengan benua lain pada tahun 2019. Konsumsi alkohol, penggunaan

narkoba, dan melakukan hubungan seksual tanpa kondom umumnya dikaitkan dengan

orang dewasa muda di usia ini. Selain itu, perilaku homoseksualitas telah banyak

mempengaruhi individu di dunia, dan "pernikahan sesama jenis" telah disetujui di

beberapa negara menyebabkan tingginya angka HIV, terutama di negara-negara

berpenghasilan rendah dan menengah [ CITATION Mar21 \l 1033 ].

2.2.3 Hubungan Pendidikan dengan Infeksi HIV

Pendidikan merupakan bimbingan yang diberikan terhadap perkembangan

orang lain menuju impian dan cita-cita. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang

maka akan mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang

dimiliki. Muzdalifah (2019) yang mengatakan bahwa pendidikan lulusan SMA/SMK

tertinggi dalam klasifikasi gambaran pengetahuan dalam sikap pencegahan HIV/AIDS.

Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap, ingkah laku dan pengetahuan

seseorang [ CITATION Kus20 \l 1033 ].

Pendidikan akan mempengaruhi daya serap seseorang terhadap informasi yang

diterimanya. Dengan pendidikan yang cukup baik terjadi proses pertumbuhan,

perkembangan dan perubahan kearah yang lebih dewasa, lebih baik dan matang pada

diri individu, kelompok atau masyarakat. Jika seseorang dengan pendidikan yang

rendah, memungkinkan seseorang belum mampu memahami informasi yang diberikan


mengenai penyakit HIV/AIDS pada saat diadakannya penyuluhan-penyuluhan atau

informasi mengenai penyakit HIV/AIDS. Karena kurangnya pengetahuan masyarakat

tentang HIV/AIDS, maka kemungkinan penularan dan pencegahan penyakit tersebut

tidak dapat diketahui. Seperti diketahui bahwa penularan HIV/AIDS dapat melalui

darah, sekret vagina, serta transmisi dari ibu ke anak, selain itu penularan HIV/AIDS

juga dapat disebabkan melalui hubungan seks, penggunaan narkoba secara suntikan dan

transfusi darah [ CITATION Akh16 \l 1033 ].

Akhiat. (2016). HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PENGETAHUAN

PEKERJA SEKS KOMERSIAL TENTANG PENYAKIT HIV / AIDS DI

LOKALISASI TELUK BAYUR . Jurnal Kesehatan, VII (1), PP. 156-160.

CDC. (2020). Retrieved from HIV and Men:

https://www.cdc.gov/hiv/group/gender/men/index.html

CDC. (2021). HIV and Transgender People. Retrieved from

https://www.cdc.gov/hiv/group/gender/transgender/index.html

CDC. (2021). HIV and Women. Retrieved from

https://www.cdc.gov/hiv/group/gender/women/index.html

CDC. (2021). HIV and Youth. Retrieved from

https://www.cdc.gov/hiv/group/age/youth/index.html

Kambu, Y., Waluyo, A., & Kuntarti. (2016). UMUR ORANG DENGAN HIV AIDS (ODHA)

BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN PENULARAN HIV.

Jurnal Keperawatan Indonesia, 19 (3), pp. 200-207.

Kusumaningsih, I., Arisdiani, T., & Prasetya, H. (2020). HUBUNGAN TINGKAT

PENGETAHUAN TENTANG HIV/AIDS DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA

KARYAWAN. Jurnal Keperawatan, 12 (2), pp. 269-276.


Martial, N., Mubarik, S., & Yu, C. (2021). The Trend of HIV/AIDS Incidence and Risks

Associated with Age, Period, and Birth Cohort in Four Central African Countries.

International Journal Environment Research Public Health, 18(5): 2564.

Muzdalifah, L., & Arisdiani, T. (2019). GAMBARAN SIKAP PENCEGAHAN HIV / AIDS

PADA KARYAWAN DESCRIPTION OF HIV / AIDS PREVENTION ATTITUDE

IN EMPLOYEES ABSTRACT Adapun hasil penelitian dapat dilihat pada tabel berikut

. 2(1), 1–6. http://journal.ppnijateng.org/index.ph p/jikj/article/view/334/193

Mosha, F. (2020). Gender Differences in Human Immunodeficiency Virus (HIV) Disease

Progression and Treatment Outcomes. IntechOpen, DOI: 10.5772/intechopen.92898.

Available from: https://www.intechopen.com/online-first/gender-differences-in-human-

immunodeficiency-virus-hiv-disease-progression-and-treatment-outcomes.

Anda mungkin juga menyukai