Anda di halaman 1dari 10

Belajar dalam Perspektif Islam

Oleh: Dra. Hj. Sakilah, M.Pd.


Sakilah.rahman@yahoo.co.id

Abstract
Learning is the key to the most urgent in any educational endeavor. Without learning education will
never be realized as a process, in which the process is an emerging behavior and always improved through
a series of reactions to situations and stimuli that exist. It is therefore very important in the study of human
development, by studying humans become more mature and more perfect. Besides learning can be understood
as a phase change in the whole of human behavior are relatively sedentary as experience and interaction with
the environment that involve physical maturation process. The concept of learning in Islam is not only to meet
the needs and development of rational only, but should include the entire physical and spiritual needs in a
balanced way, do not see the psychological elements are dichotomous. This concept actually gave birth fikir
and remembrance into one direction, and put a man in accordance with human dignity, both as individuals,
social or spiritual beings in the learning process while Islam has occurred since the creation of Adam and
lowered it to the face of the earth. In the perspective of learning Islam is an obligation for every individual
believer to acquire knowledge in an effort to improve the lives of human being life. Methods of learning in the
Islamic concept of the imitation, practical experience (trial and error) and thinking.
Keywords: Learning. Concept. Learning methods. and the Islamic Perspective

Pendahuluan ini telah termaktub dalam kedua landasan, yaitu al-


Manusia diciptakan oleh Allah SWT, sebagai Quran dan al-Hadis.
khalifah di bumi, bertujuan untuk memakmurkan Pembelajaran yang bermakna membawa
dunia. Oleh karena itu Allah memberi bekal kepada- sesorang pada pengalaman belajar yang mengesan-
nya, segala bentuk pancaindra dan kemampuan kan. Pengalaman yang diperoleh seseorang semakin
untuk berpikir. Bekal yang diberikan oleh Allah berkesan apabila proses pembelajaran yang
SWT tersebut seluruhnya senantiasa dipupuk diperolehnya merupakan hasil dari pemahaman dan
dan ditingkatkan untuk mencapai kesempurnaan penemuannya sendiri. Dalam konteks ini peserta
insani. Untuk mencapai suatu kesempurnaan insani didik mengalami dan melakukannya sendiri. Proses
diperlukan belajar. pembelajaran yang berlangsung melibatkan peserta
Pada hakikatnya belajar diartikan sebagai proses didik sepenuhnya untuk merumuskan sendiri
suatu konsep. Keterlibatan pendidik hanya sebagai
membangun makna/pemahaman terhadap informasi
fasilitator dan moderator dalam proses pembelajaran
dan/pengalaman. Proses membangun makna tersebut
tersebut.
dapat dilakukan sendiri atau bersama orang lain. Proses
itu disaring dengan persepsi, pikiran (pengetahuan Proses belajar dan mengajar sebenarnya telah
awal), dan perasaan.1 Belajar merupakan suatu proses terjadi sejak diciptakannya Adam, sebagai manusia
perubahan yaitu perubahan dalam tingkah laku pertama di bumi.2 Dalam kehidupan manusiapun
sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya selalu penuh dengan kegiatan yang dilakukan dengan
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya”. Artinya secara sengaja ataupun tidak, terencana ataupun tidak,
selama dalam proses pembelajaran itu adanya semuah itu menimbulkan suatu pengalaman hidup
perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang yang pada dasarnya adalah hasil belajar.3
dan perubahan-perubahan yang sangat penting dalam Untuk lebih mempermudah membahas kajian
diri seseorang. Selain itu belajar merupakan salah selanjutnya maka dalam tulisan ini penulis mengulas
satu langkah positif yang harus ditempuh manusia tentang belajar dalam perspektif Islam seperti yang
untuk mengembangkan potensi dan kemampuannya. tertera dalam al-Qur’an dan al-Hadits, yang berkaitan
Islam telah membuat konsepsi-konsepsi tentang dengan psikologi belajar.
peningkatan kemampuan dan potensi manusia. Hal

156
Dra. Hj. Sakilah, M.Pd.: Belajar dalam Perspektif Islam

Pembahasan Artinya:”…. Niscaya Allah akan meninggikan


beberapa derajat kepada orang-orang yang beriman
Arti Belajar bagi Perkembangan Manusia dan berilmu.5
Belajar merupakan kunci yang paling urgen dalam Ilmu dalam ayat di atas tidak hanya sekedar ilmu
setiap usaha pendidikan. Tanpa belajar pendidikan agama, tetapi juga ilmu-ilmu lain yang sekiranya
tidak akan pernah terwujud. Sebagai suatu proses, relevan dengan tuntutan kemajuan zaman dan
belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas bermanfaat, tentunya ilmu-ilmu yang positif. Dengan
dalam berbagai disiplin ilmu. demikian, maka proses belajar dapat dilihat dari sudut
Perubahan dan kemampuan untuk berubah kinerja psikologisnya yang utuh dan menyeluruh,
maka dalam proses belajar idealnya ditandai dengan
merupakan batasan dan makna yang ada dalam
belajar. Manusia adalah makhluk yang sangat jauh adanya pengalaman psikologi baru yang positif,
sehingga diharapkan dapat mengembangkan aneka
berbeda dengan makhluk manapun di dunia ini.
ragam sifat, sikap dan kecakapan yang konstruktif.
Oleh karena itu ia dapat lebih jauh berbeda jika ia
selalu mengupayakan belajar, sehingga terbebas Defenisi Belajar
dari stagnasi fungsinya sebagai khalifah Allah di
bumi. Dengan belajar, manusia secara bebas dapat Berbicara tentang belajar, di sini mempunyai
mengeksplorasi, memilih dan menetapkan keputusan- banyak definisi dan intepretasi, tergantung dari sudut
keputusan penting. mana seseorang itu memandang. Dalam uraian point
terdahulu telah dipaparkan tentang manusia dan
Perkembangan dalam diri manusia tergantung belajar sebagai media pengembangan diri.
pada proses belajar yang dilakukannya. Sejak
manusia lahir, sudah mempunyai kecakapan, misal- Selain itu belajar juga merupakan suatu proses
nya melihat sekeliling. Ini merupakan satu contoh yang akan mengakibatkan perubahan dalam diri
bahwa manusia itu mempunyai potensi untuk individu yang belajar. Perubahan tersebut bisa berupa
melihat sesuatu, inilah yang disebut dengan belajar. tingkah laku yang ditimbulkan melalui latihan atau
Kecakapan manusia, sejak lahir, tidak akan terwujud pengalaman. Pengertian belajar ini senada dengan
dengan baik tanpa adanya upaya belajar maka tidak pendapat Winkel
akan ada perkembangan dan peningkatan. Kemampuan untuk melakukan itu semua di-
Perkembangan manusia akan semakin baik peroleh, mengingat mula mula kemampuan itu belum
dan berkualitas hal ini terpulang pada hasil proses ada. Maka terjadilah proses perubahan dari belum
perkembangan manusia, bagaimana ia belajar dan apa mampu kearah sudah mampu dan proses perubahan
yang ia pelajari. Hal inilah yang akan menentukan itu terjadi selama jangka waktu tertentu. Inilah yang
masa depan peradaban manusia. E. L Thorndike, menandakan telah terjadi proses belajar.6
meramalkan jika kemampuannya belajar manusia Belajar memerlukan keaktifan dari peserta didik
dikurangi setengahnya saja maka peradaban yang ada maupun pendidik, oleh karena itu baik pendidik
sekarang ini tidak berguna untuk generasi mendatang.4 maupun subyek didik harus berinteraksi aktif agar
Belajar memiliki arti penting dalam mem- potensi siswa dapat berkembang seoptimal mungkin.
pertahankan kehidupan manusia. Kinerja akademik Untuk dapat disebut sebagai kegiatan belajar maka
(academic performan) merupakan hasil belajar, perubahan itu harus bersifat konstan atau berlaku
di samping membawa manfaat juga membawa relativ tetap. Perubahan itu sebagai kemampuan
mudharat. Paling tidak belajar itu berfungsi untuk baru baik berupa aktual maupun potensial. Hal ini
mempertahankan manusia. ditegaskan Winkel, sebagai berikut:
Belajar terjadi dalam interaksi dengan lingkungan,
Dalam perspektif agama (Islam) belajar
dalam bergaul dengan orang, dalam memegang benda
merupakan kewajiban bagi setiap individu yang dan dalam menghadapi peristiwa manusia belajar.
beriman untuk memperoleh ilmu pengetahuan Namun tidak sembarang berada di tengah tengah
sebagai upaya untuk meningkatkan derajat kehidupan lingkungan yang menjamin proses belajat. Orangnya
mereka. harus aktif sendiri melibatkan diri dalam pemikiran,
kemauan dan perasaannya. Maka supaya terjadi
‫ﻋﻔ ـ ــﺮي ﷲ ﻧﯿــ ا اوﳕـﺎ ﳈﲌ‬ belajar harus ada interaksi aktif.7

157
Menara, Vol. 12 No. 2 Juli – Desember 2013

Sedangkan Bower. menyatakan: keadaan lain, menghasilkan satu kapasitas atau lebih.
while it is difficult to frame a definition of learning Konsep-konsep yang dikemukakan oleh Skinner
adequate to cover all diverse forms ana execlude mampu mengungguli konsep-konsep lain yang
other causes of behavior change, the definition of dikemukakan oleh para tokoh sebelumnya. Ia mampu
learning itself is not major source of differences menjelaskan teorinya secara sederhana, namun dapat
between learning theories. Their differences are over menunjukkan konsepnya lebih komprehensif.
issues of interprelation, not over definition.8
Hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi
Yang artinya sukar untuk membingkai suatu melalui interaksi dalam konsekuensi mungkin akibat
defenisi pembelajaran yang cukup untuk mencakup respon tersebut, lingkungannya, yang kemudian akan
semua bentuk perbedaan dan menyebabkan menimbulkan perubahan tingkah laku. Stimulus-
perubahan perilaku, defenisi pembelajaran itu sendiri stimulus yang diberikan kepada seseorang akan saling
bukanlah sumber perbedaan yang utama dalam teori berinteraksi dan interaksi antara stimulus-stimulus
pembelajaran. Perbedaan mereka pada masalah tersebut akan mempengaruhi bentuk respon yang
penafsiran, dan bukan pada rumusan yang berlebihan. akan dimunculkan. Demikian juga dengan respon
Thorndike (Winkel). Mengemukaka bahwa inti yang dimunculkan ini akan mempunyai konsekuensi-
belajar adalah membentuk asosiasi-asosiasi antara konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang
perangsang (stimulus) yang mengenai organisme pada gilirannya akan mempengaruhi atau menjadi
melalui sistem susunan saraf dan reaksi (respon) yang pertimbangan munculnya perilaku. Oleh karena
diberikan oleh organisme itu terhadap perangsang itu untuk memahami tingkah laku seseorang secara
tersebut.9 Thorndike yakni bahwa ikatan antar suatu benar, perlu terlebih dahulu memahami hubungan
perangsang dan suatu reaksi juga merupakan suatu antara stimulus satu dengan lainnya, serta memahami
pola dasar dalam belajar yang berlangsung pada respon yang mungkin dimunculkan.
seseorang, meskipun tidak seluruh gejala belajar Selain itu belajar di anggap sebagai proses
didasarkan pada belajar asosiatif. Dalam proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari
belajar Thorndike menggunakann prinsip dilakukan pengalaman dan latihan Hilgard (Wina Sanjaya),
hal yang mendatangkan rasa senang dan dihindari Mengungkapkan; Learning is in the process by which
kegiatan serta keadaan yang tidak menyenangkan. an activity origiontes or changed through training
Menurut Watson (Saidihardjo) “belajar adalah procedurs (wether in the laboratory or in the naural
proses interaksi antara stimulus dan respon, namun environment) as distinguished from changes by
stimulus dan respon yang dimaksud harus berbentuk factors not artibutable to training.12 Bagi Hilgard,
tingkah laku yang dapat diamati dan dapat diukur.10 belajar itu adalah proses perubahan melalui kegiatan
Walaupun ia mengakui adanya perubahan-perubahan atau prosedur latihan baik latihan dalam laboratorium
mental dalam diri seseorang selama proses belajar, maupun dalam lingkungan alami. Belajar bukanlah
namun ia menganggap hal-hal tersebut sebagai faktor sekedar mengumpulkan pengetahuan, tetapi
yang tidak perlu diperhitungkan. Ia tetap mengakui merupakan proses mental yang terjadi dalam diri
bahwa perubahan-perubahan mental dalam benak seseorang, sehingga menyebabkan perubahan tingkah
peserta didik itu penting, namun semua itu tidak dapat laku, aktivitas mental itu terjadi karena adanya
menjelaskan apakah seseorang telah belajar atau interaksi individu dengan lingkungan yang disadari.
belum karena tidak dapat diamati” Tulving dan Donaldson (Winkel) mengemukakan
Skinner menyatakan bahwa belajar ialah tingkah teori belajar yang lebih baru. Dalam teori-teori ini
laku. Ketika subyek terlibat dalam belajar, responnya menyajikan suatu rangkaian proses-proses internal
meningkat dan bila terjadi hal kebalikannya yang rumit sebagai usaha untuk menjelaskan gejala-
(unlearning), angka responnya menurun. Oleh gejala belajar dan mengingat.13 Teori-teori yang
karena itu belajar resminya didefinisikan sebagai dikembangkan dewasa ini, yang menyangkut belajar
suatu perubahan dalam kemungkinan atau peluang dan mengingat pada manusia, berpandangan bahwa
terjadinya respon.11 rangsangan-rangsangan yang diterima oleh orang
yang belajar itu diubah. Maksudnya rangsangan
Belajar (learning), seperangkat proses kognitif diolah dengan berbagai cara melalui proses yang
yang mengubah memori orang dari satu keadaan ke berlangsung di dalam pelajar sendiri.

158
Dra. Hj. Sakilah, M.Pd.: Belajar dalam Perspektif Islam

Rangsangan-rangsangan semula melalui alat Oleh karena itu belajar dapat dipahami sebagai
indera diubah ke dalam bentuk pencatatan apa yang tahapan perubahan seluruh tingkah laku manusia
telah dapat dilihat, didengar atau di amati. Perubahan yang relative menetap sebagai pengalaman dan
berikutnya terjadi pada waktu ada informasi untuk interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses
sementara waktu disimpan yang disebut working kematangan fisik. Ada satu contoh, pada tahap
memory atau short term memory. Perubahan permulaan, respon anak terhadap suatu (stimulus)
selanjutnya pada waktu hal dipelajari itu dimasukkan yang ada pada mainan, biasanya tidak tepat bahkan
dalam long term memory. Perubahan lagi pada waktu dapat dikatakan tidak teratur, tapi karena adanya
apa yang sudah dipelajari didapatkan kembali dari latihan dan pengalaman yang dilakukan secara terus
ingatan dan pelajar memberikan prestasi tertentu menerus, akhirnya si anak dapat menguasai dengan
yang menunjukan dengan jelas bahwa hasil final sempurna.
dari proses belajar telah tercapai. Pandangan ini Berdasarkan kasus di atas dapat disimpulkan
dikenal dengan model for information-processing, bahwa belajar dapat dipahami sebagai sebuah proses,
memiliki arti penting bagi pengaturan pengajaran. di mana dengan proses itu sebuah tingkah laku
Pengajar terhadap peserta didik tidak dipandang muncul dan selalu diperbaiki melalui serangkaian
sebagai perangsang-perangsang yang menimbulkan reaksi terhadap situasi dan rangsangan yang ada.
reaksi-reaksi tertentu. Pengaruh tersebut dipandang Ada beberapa syarat pokok yang harus ada supaya
sebagai usaha mendorong peserta didik untuk belajar, diterapkan dalam proses belajar, yaitu harus ada
mendampinginya dalam belajarnya. rangsangan, harus ada respon pada rangsangan
Banyak pendidikan menganjurkan learning tersebut dan respon itu diteguhkan seperti dengan
center dapat digunakan sebagai pengalaman dari ganjaran.17 Ketiga syarat-syarat di atas dilakukan
perkembangan kognitif. Sasaran dari program ini secara intensif sehingga tujuan dari proses belajar
dapat memperkaya pembentukan keterampilan mengajar tercapai.
atau pengembangan. Kawasan kognitif berorientasi Pada hakekatnya belajar adalah merupakan proses
pada kemampuan berfikir, mencakup kemampuan kogitif yang mendapat dukungan dan fungsi ranah
intelektual dari yang sederhana yaitu mengingat
psikomorik (mendengar, melihat, mengucapkan)
sampai pada kemampuan pemecahan masalah. Hal apapun jenis dan manifestasi belajar dapat dipastikan
ini dapat dikemukakan sebagai berikut: tingkat selalu melibatkan fungsi ranah akal yang intensitas
pengetahuan (knowledge), tingkat pemahaman penggunaannya berbeda antara satu peristiwa belajar
(comprehension), tingkat penerapan (application), dengan peristiwa belajar lainnya.
tingkat analisis (analysis), tingkat sentesis
(synthesis), tingkat evaluasi (evaluation). Di samping Konsep Belajar dalam Perspektif Islam
itu juga memperhatikan kawasan afektif (sikap dan
Konsep belajar dalam Islam bukan hanya untuk
perilaku) maupun kawasan psikomotor (psychomotor
memenuhi kebutuhan dan perkembangan rasional
domain).14
saja, tetapi harus meliputi seluruh kebutuhan jasmani
Berdasarkan pendapat di atas dapat ditarik dan rohani secara seimbang, tidak melihat unsur-
benang merah bahwa definisi belajar, tidak hanya unsur psikologinya secara dikotomis. Konsep inilah
semata-mata mengumpulkan, menghafalkan fakta- yang sebenarnya melahirkan fikir dan dzikir menjadi
fakta yang tersaji dalam bentuk informasi dan materi satu arah, dan menempatkan manusia sesuai dengan
pelajaran dan dalam bentuk latihan-latihan secara harkat dan martabat manusia, baik sebagai individu,
terus menerus, seperti membaca dan menulis saja.15 sosial ataupun makhluk spiritual. Sehingga tujuan
Belajar bisa berarti memperoleh kepandaian atau belajar untuk menempatkan manusia pada posisinya
ilmu dan bisa merubah tingkah laku atau tanggapan yang paling mulia dapat tercapai. Manusia sejak
yang disebabkan karena pengalaman.16 lahir memiliki fitrah (potensi-potensi) yang harus
Banyak pakar psikologi-belajar yang membuat senantiasa dikembangkan. Belajar merupakan media
definisi tentang istilah belajar. Namun pada intinya utama untuk mengembangkannya.
mereka sepakat bahwa belajar merupakan sebuah Islam telah menjelaskan secara rinci dan
proses untuk merespon segala sesuatu, karena adanya operasional mengenai proses belajar, (pemahaman dan
latihan khusus dan karena adanya pengalaman yang pengetahuan) Proses kerja sistem memori (akal) dan
dapat mempengaruhi tingkah laku manusia. proses penguasaan pengetahuan dan keterampilan.
159
Menara, Vol. 12 No. 2 Juli – Desember 2013

Al-qur’an hanya memberikan indikasi-indikasi yang melakukan kegiatan belajar yang berupa, indera
sekiranya bisa menjelaskan tentang ketiga proses penglihatan fungsinya untuk menerima informasi
tersebut. visual, indera pendengaran, fungsinya untuk menerima
Islam memberikan penekanan pada signifikansi informasi verbal, akal potensi kejiwaan manusia,
fungsi kognitif (aspek akliah) dan sensori (indera- yang merupakan sistem psikis yang komplek untuk
indera) sebagai alat penting untuk belajar dengan menyerap, mengelola, menyimpan, dan memproduksi
kembali item-item informasi dan pengetahuan (ranah
sangat jelas. Ada beberapa kata kunci yang termaktub
kognitif).22
dalam al-Qur’an yaitu: ya’qiluun, Yatafakkaruun,
yubsiruun, dan yasma’uun.18 Ketiga alat-alat yang bersifat fisio-psikis tersebut
Dalam beberapa ayat al-Qur’an yang secara di atas dalam segala bentuk aktivitas “belajar”
eksplisit ataupu implisit mewajibkan orang untuk saling berhubungan dan saling mendukung secara
fungsional. Dalam hal ini Allah telah berfirman:
belajar agar memperoleh ilmu pengetahuan sebagai-
mana firman Allah Swt: ◌َ ◌ْ ‫لمون َ◌شیاـ ُ ۙ◌ وُ◌جعلّ◌ َ◌ل َ◌ﰼ‬
‫ﻻسمع‬ ◌َ ◌◌‫ع‬َ ‫ام◌ﻩت ّﰼ◌ َل◌ َ◌ت‬ ◌َ ‫ﻞاخرج ْﰼ◌من َ◌ُ◌ب‬
ٰ ◌ْ ‫طون‬ ◌ُ ◌ْ ‫ا‬
‫ﻘﻞ ﻫﻞ ﻴﺴﺘﻮﻯ ﺃﻠﺫﻱ ﻴﻋﻠﻣﻮﻥ ﻮ ﺃﻠﺫﻱ ﻻ ﻴﻋﻠﻣﻮﻥ ﺃﻧﻣﺎ‬ ‫۝‬۸۷ ‫ش◌ ك ُ◌ر و ن‬ ْ ◌َ ‫ك ُ◌ ْ◌ ت‬
‫ﻳﺗﺫﻛﺮ ﺃﻮﻠﻮﺃ ﺃﻻﻠﺒﺎﺐ‬ ‫ُ◌ ْ◌◌ٕ ّ ِ◌◌ ِ◌ ُ ْ◌◌ ۢ◌ ْ◌ ُ◌َ◌ ِ◌ ُ◌ ّ◌ َ◌ ِ◌ ُ◌ ْ◌ َ◌ و‬
Artinya:”...Katakanlah apakah sama orang-orang
‫ة◌ ۙ◌ َ◌لع َ◌ل ّ◌ َ◌م‬ َ ◌‫ﻒد‬َ ْ ◌َ ◌ْ ‫ار َ◌ و َ◌ ﻻ‬
yang mengetahui dan orang-orang yang tidak Artinya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut
mengetahui, sesungguhnya orang-orang yang ber- ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun,
akalah yang mampu menerima pelajaran”.19 dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan
◌َ ‫ص◌ َ◌ و َ◌ ْ◌ﻻف ُ◌ؤ َاد َ◌ ك ُ◌ ّ◌ ُ◌ ا ُ◌ول ٰ◌ ٓىك‬ َ ◌َ ‫و َ◌ ْ◌ﻻب‬ dan hati, agar kamu bersyukur.23
◌ِ ٕ◌ Daya nalar yang tercantum dalam ayat tersebut
◌َ ‫ه◌ ع ِ◌ل ْ◌ ٌ◌ ؕ◌ ا ِ◌ن ّ◌ َ◌ ﻻس ّ◌ َ◌ م ْ◌ ع‬ٖ ◌ِ ‫ ٔس◌ َُ◌ـو ْ◌لل َ◌ ً◌ َ◌ ب‬di◌ْ atas sangat penting, karena dengan daya nalar
‫۝‬۶۳
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak
mempunyai pengetahuan tentangnya.
ُ ◌ْ ‫ َ◌ ع َ◌ن‬yang tinggi manusia mampu mengelola segala
◌َ ‫ه◌ م‬
◌ْ ‫س‬Sesungguhnya potensi yang ada dalam dirinya untuk mewujudkan
pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan insan kamil. Begitu juga dengan proses belajar yang
diminta pertanggungan jawabnya.20 merupakan proses untuk meningkatkan kemampuan
Proses belajar tentunya dilaksanakan melalui dan memfungsikan aspek-aspek fisio-psikis dalam
proses kognitif (tahapan-tahapan yang bersifat ajaran Islam yang telah ada sejak diciptakannya
akliyah). Dalam hal ini sistem memori sensori Adam sebagai manusia di bumi. Adapun hal pertama
(indera-indera), baik jangka panjang maupun jangka yang diajarkan Allah adalah diperkenalkannya Adam
pendek sangat berperan aktif dalam menentukan asma’ (nama-nama).24 Hal ini sesuai firman Allah
keberhasilan maupun kegagalan sesorang dalam yang
ْ ◌‫ت‬ ْ ‫ا ِ◌ن ْ◌ ك ُ◌ن‬dalam
ُ ◌tercantum
◌berbunyi: ◌ِ ‫ َ◌ ٓ◌ء‬QS.
‫ؤ ُ◌ ل‬Al-
◌ٰ ◌‫ه‬ ◌ِ ‫◌ َ◌ا ٓ◌ء‬31-33,
ۤ Baqarah. ِ yang
ْ ‫ب◌ َ◌س‬ ◌ْ ◌ِ ‫ن‬ ◌ْ
meraih pengetahuan. Sebagaimana seperti ungkapan ِ ِ
◌ ِ ◌ ◌َ َ
dibawah ini: ‫۝‬۲۳ ◌ِ ◌ُ ‫ﻻح َ◌ َ◌ك َ◌ی ْ◌ ْ ۢ◌◌ن‬ ◌َ ◌ْ ‫نت◌ﻻ ْ◌ﻻعٰ◌ َ◌ل َ◌ی ِْ◌ ُ ۙ◌◌ َ◌ف‬ َ ْ ◌َ ◌ْ ‫ت َ◌ َان ؕ◌ َا ُّن◌ َ◌ك◌ ا‬
◌ ‫◌ ◌ﻩ‬
Akal budi dan pengetahuan laksana jiwa dan raga, ْ◌َ ‫ع◌ ّل◌ َ َ◌◌ ُ◌م َ◌ اغﻟَﻊی ّْ◌◌ َ◌بم‬
◌ ْ ِ ٕ◌‫ُ◌ َﻻ◌وم ْ ْ◌◌ا ا س َ◌ ُق◌ب ُ◌ْ◌لح ْ ٰ◌◌ ل َ◌ ّ◌ن َ◌ك َﰼ◌ ُ◌ل ْ َ◌ اع ِ ِ◌◌ل‬
‫ن◌◌ ِ◌ ّ◌َ◌ َۤ ﻧ◌◌ َْﻞا◌ ۤا◌ َا◌ ِ◌ ْل‬
tanpa raga jiwa menjadi kosong belaka kecuali hanya
berupa angin hampa, tanpa jiwa, raga hanyalah ‫۝ ۙ◌ َاقل َ◌ ا َ◌ل‬۳۳ ‫ى◌م‬ ِ ◌ٓ ‫ت◌ َ◌ ْ◌ه َ◌ ُت◌ك ْ ْ◌◌تب ُ◌ ِم◌ ُ◌ َ◌و ْس◌ ْ◌ن َ◌ا‬ ‫َ◌نﻟَ َ◌ﻒم و َ◌ا ۤم◌ َ◌ا ا َ◌ك ْ ُ◌◌ ۢن◌ ْن◌ب ُا‬
kerangka tulang tanpa perasaan. Akal budi tanpa ◌ْ ‫د◌ و‬ ُ ◌ْ ‫ﻻ ْ◌ َ◌ر ْ◌ ض ِ◌ ۙ◌ و َ◌ ا َ◌ع ْ◌◌ٕل َِ◌◌ ُ◌ٕ◌ ِم◌ َ◌ ا ُ◌تب‬
pengetahuan adalah laksana tanah yang tidak diolah
atau laksana raga manusia yang kekurangan makan”.21 Artinya: “Dan Dia mengajarkan kepada Adam
Agar manusia tidak kosong akalnya maupun Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian
jiwa raganya, maka perlu adanya pengisian melalui mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu
berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-
belajar. Manusia lahir dalam keadaan kosong, maka
benda itu jika kamu mamang benar orang-orang
Allah Swt memberikan bekal potensi yang bersifat yang benar!” 32. Mereka menjawab: “Maha suci
jasmaniah untuk belajar dengan mengembangkan Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari
ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kemaslahatan apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami;
manusia. Potensi-potensi tersebut dalam organ fisio- Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui
psikis manusia berfungsi sebagai alat penting untuk lagi Maha Bijaksana. Allah berfirman: “Hai Adam,
beritahukanlah kepada mereka Nama-nama benda
160 ini.” Maka setelah diberitahukannya kepada mereka
Dra. Hj. Sakilah, M.Pd.: Belajar dalam Perspektif Islam

Nama-nama benda itu, Allah berfirman: “Bukankah pembentukan berbagai konsepsi dalam rangka
sudah Ku katakan kepadamu, bahwa Sesungguhnya membantu proses berfikir dan dalam mempelajari
aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan serta menelaah berbagai informasi baru. Dengan
mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kemampuan berfikir manusia pada akhirnya mampu
kamu sembunyika”25
menganalisa, mengkomposisikan, membandingkan,
Konsep Allah dalam mengajarkan dan mem- menemukan, dan merumuskan. Maka dengan
perkenalkan-nama-nama mengandung arti bahwa, demikian sangatlah wajar jika ayat pertama yang
segala benda yang ada di muka bumi termasuk diturunkan Allah kata “Iqra”...29 Yang artinya
lingkungan sebagai salah satu sumber pengetahuan. membaca. Ayat tersebut mengisyaratkan pula akan
Adapun mengenai konsep dan pengertian dapat karunia yang diberikan Allah kepada manusia dengan
diungkapkan melalui bahasa.26 Dalam ayat di diciptakannya kemampuan untuk mempelajari
atas Adam diperkenalkan oleh Allah nama-nama bahasa, bacaan, tulisan, dan pengetauhan.
tersebut dengan bahasa sehingga Adam mampu Ada hal-hal lain yang menekankan perbedaan
mengungkapkan konsep dan pengertian, ia manusia dengan mahluk lainnya dengan kemampuan-
mempelajari apa yang ada di sekitarnya sebagai salah nyauntukmempelajaribahasadanmempergunakannya
satu sumber pengetahuan. Pada taraf pengenalan untuk mengungkapkan pikirannya.30 Sebagaimana
tersebut, sebenarnya Adam telah mampu menguasai firman Allah di bawah ini:
simbol, sehingga Adam mampu memiliki sarana
untuk berfikir dan berkomunikasi untuk menerima ‫ﻻبیان۝‬ ◌ُ ◌َ ◌َ ◌‫خ◌لق ّﻻ‬
۴ ◌َ ◌َ ◌ْ ◌َ ‫نسان۝ ﻟَﻊمه‬ َ
transfer ilmu dan memperoleh transformasi nilai Dia menciptakan manusia, mengajarnya ۙ ◌َ ◌ْ ◌ِ
۳ ◌َ ◌pandai
sekaligus melakukan telaah ilmiah. berbicara. (Q.S. al-Rahman: 3-4)
Salah satu hal yang paling urgen dalam Belajar merupakan suatu kewajiban yang harus
proses belajar adalah kemampuan individu untuk dilakukan oleh setiap muslim, sebagaimana perintah
memproduksi hasil belajarnya.27 Sebenarnya proses Rasul “‫” ﺐﻟط ﺁﻟﻌﻟﻢ ﻓﺮﻀﺔ ﻋﻟﻲ ﻛﻞ ﻣﺴﻟﻤﻴﻦ ﻮﺍﻠﻤﺴﻠﻤﺍﺖ‬. Bahkan
belajar yang dilakukan Adam pada mulanya telah yang termuat pada ayat pertama dalam al-Qur’an
sampai pada sebuah tahap pra eksplorasi fenomena yang diturunkan Allah yaitu perintah membaca adalah
alam, yaitu dengan pengetahuan mengenal sifat, salah satu bentuk belajar. Perintah membaca dalam
karakteristik, dan pengetahuan alam. Adam telah surat al-‘Alaq adalah melibatkan proses mental yang
membuktikan dengan kemampuannya, yaitu dengan tinggi, yaitu proses pengenalan, pengingatan,
menerangkan, dan menyebutkan nama-nama yang pengamatan, dan daya kreasi.
diajarkan Allah melalui malaikat. Ada beberapa perubahan yang terjadi sebagai hasil
Mempelajari nama-nama benda mempunyai arti belajar yang meliputi domain-domain sebagai berikut:
mempelajari kata-kata yang merumuskan konsepsi 1) kognitif yang meliputi perubahan-perubahan dalam
atau pengertian. Sebuah nama melambangkan segi penguasaan, pengetahuan, dan pengembangan
konsepsi tertentu yang meliputi pengetahuan akan keterampilan. 2) Afektif yang meliputi perubahan-
sifat dan karakteristik seluruh individu yang tercakup perubahan dari segi sikap mental dan kesadaran., 3)
dalam konsepsi tersebut.28 Psikomotorik yang meliputi perubahan-perubahan
Proses belajar yang telah dilakukan oleh Adam, dalam segi-segi tindakan motorik.31
sebenarnya juga terjadi dalam generasi-genari Metode Belajar dalam Islam
manusia setelah Adam. Sejak kecil manusia dengan
indera penglihatannya mampu mengamati benda, Dalam proses belajar, manusia menggunakan
yaitu bahwa setiap benda mempunyai kesamaan metode yang berbeda-beda. Terkadang mereka
dan perbedaan dengan beberapa karakteristik, tetapi meniru dari apa yang diamatinya atau dari apa yang
pemahaman ini tidaklah menjadi sempurna, tanpa telah diajarkan oleh orang lain, dalam hal ini, mungkin
adanya latihan yang terus menerus. Maka disinilah orang tua, ataupun gurunya. Kalau diamati, pada
proses belajar menempati fungsi urgennya untuk anak-anak sering mereka belajar dari pengalaman dan
menyempurnakan pemahaman manusia. coba-coba atau yang sering disebut dengan metode
trial and eror. Tetapi ada pula belajar yang dilakukan
Kemampuan bahasa yang dimiliki manusia
dengan pemahaman intelektual.32
rupanya sangat membantu untuk mempercepat

161
Menara, Vol. 12 No. 2 Juli – Desember 2013 162

Lebih lanjut Utsman Najati menjelaskan bahwa,


dalam belajar menurut Islam ada beberapa metode
yang bisa dilakukan, antara lain, peniruan, pengalaman
praktis (trial and error) dan berfikir.33 Dalam uraian
lebih lanjut bahwa pada tataran peniruan, secara tidak
langsung manusia selalu mengalaminya. Bahkan
sejak kecil manusia selalu berusaha belajar tetapi
dalam prosesnya, dilakukan dengan usaha meniru,
Peniruan ini dilakukan dalam tahap bicara, berjalan,
maupun kebiasaan-kebiasaan lainnya.
Al-Qur’an telah menjelaskan contoh bagaimana
manusia belajar lewat metode peniruan, dalam hal
ini dicontohkan ketika Habil dan Qabil berseteru,
ketika Habil terbunuh Qabil merasa perlu untuk
menguburkannya, tetapi ia tidak tahu cara untuk
menguburkan. Akhirnya Allah mengutus burung
gagak untuk menggali kuburan bagi gagak lain.
◌َ ‫اخیه◌ ؕ◌ َا‬ ِ ◌ْ ◌ِ ◌َ ◌َ ◌َ ◌ْ ◌َ ◌ْ ◌ِ ◌َ ◌َ ◌ْ ◌َ ◌ٗ ◌َ َ
‫قل‬ ‫◌فبعث ا ﻞ غرب یبحث ف الرض لیه كیف ُ◌یواری وةء‬
ِ ◌َ◌ِ ‫وةء‬ ِ ◌ْ ◌َ ◌ِ ◌َ ‫ﻻغرب‬
◌ْ ◌ْ ◌َ ◌‫فاواری‬
◌َ ِ ◌◌َ ُ ◌َ ◌◌ۚ ْ ‫اخ‬
‫فاصبح‬ ◌◌َ ُ ◌ْ ◌َ ْ ◌‫ثلهذا‬ َ ◌َ ◌ُ ◌ُ ◌ِ ُ ‫ا‬
◌ِ ◌ً ◌‫اعزتان◌ا‬
َ ◌ْ ◌َ◌َ ◌◌ّ ْ ‫اكونم‬
‫ِ◌ َ◌ ٰ◌ َ◌ ٰ◌ی ُ◌و َ◌ ْﱃت‬ ◌ُ ◌ْ ◌َ ◌ُ ۳۱ ◌◌ْ ۚ ◌ۛ َ ◌ۙ◌َ ◌َ ◌ْ
‫۝‬ ◌ِ ‫دمی‬
◌ِ ◌ٰ ‫ِ◌من َ◌ﻻ ّ◌ن‬
“Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak
menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepada-
nya (Qabil) bagaimana seharusnya menguburkan
mayat saudaranya, berkata Qabil: “Aduhai celaka
Aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti
burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan
mayat saudaraku ini” karena itu jadilah Dia seorang
diantara orang-orang yang menyesal. (Q-S; al-
Maidah: 31).
Dalam hadits, Rasulullah bersabda: “ Ajarkanlah
anakmu shalat ketika berumur tujuh tahun dan
pukulah ia karena meninggalkan shalat ketika
berumur sepuluh tahun. (HR. Tirmidzi).34
Al-Qur’an memuat ajaran, ibadah yang sekiranya
masih perlu penganalisaan lebih lanjut sehingga
umat islam mampu memahami ajaran tersebut. Allah
mengutus Rasul-Nya untuk menjelaskan isi al-Qur’an
tersebut sehingga umat islam dapat memahaminya.
Rasul sebagai suri tauladan member contoh-contoh
ibadah yang tidak diterangkan oleh al-Qur’an secara
rinci.
“Sesungguhnya telah ada pada diri rasulullah itu
suri tauladan yang baik bagi kamu yaitu bagi orang-
orang yang mengharap (rahmat) Allah (kedatangan)
hari kiamat dan banyak mengingat Allah” (Q-S; al-
Ahzab).
Pada metode kedua, adalah dengan menggunakan
pengalaman praktis, Trial and error.35 Segala kegiatan
yang dilakukan manusia tentunya telah menghasilkan
sesuatu pengalaman hidup baginya. Secara tidak sadar
hasil pengalaman itu merupakan hasil belajar yang
telah dilakukan. Dalam kehidupan manusia selalu
menghadapi berbagai situasi dan peristiwa-peristiwa.
Tentunya tidak semua manusia mau menghadapi
peristiwa tersebut. Maka manusia mencoba untuk
menyelesaikan dengan memberi respon terhadap
peristiwa tersebut untuk mengatasi jalan keluarnya.
Pada metode kedua ini adalah mencoba dan gagal,
sebagai usaha untuk mencari jalan keluar. Hal ini
dilakukan secara berulang-ulang sehingga dapat
selesai dengan sempurna. Hal ini sesuai dengan
Hadits Nabi SAW “kamu lebih tau tentang urusan
duniamu”.36 Dari Hadits tersebut mengisyaratkan
bahwa manusia berhak untuk membuat dan mencoba
sesuai dengan respon yang ada, atau bahkan membuat
respon baru. Al-Qur’an sendiri mengisyaratkan hal
tentang itu.
“Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari
kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan)
akhirat adalah lalai. (Q-S; Ar-Rum; 7)
Ibnu Katsir dalam menafsirkan ayat-ayat itu,
bahwa kebanyakan orang-orang tidak mempunyai
pengetahuan kecuali tentang dunia, penghidupan dan
masalah-masalahnya, dan apa yang ada di dalamnya
mereka sungguh-sungguh cerdik dan pandai dalam
mengeksploitasi dan mengelola sumber alam.37
Adapun metode ketiga yang ditawarkan Islam
dalam belajar adalah berfikir. Sebenarnya dengan
jalan berfikir manusi dapat belajar dengan cara untuk
mencari jalan keluar dari problem-problemnya, selain
itu dapat mengungkapkan dan menganalisa berbagai
peristiwa, serta dapat menyimpulkan sehingga
menemukan teori baru.
Sistem belajar dengan metode berfikir bisa dalam
bentuk berdiskusi, dan meminta pendapat dari para
ahli adalah salah satu faktor yang dapat memperjelas
pemikiran.38 Al-Qur’an sendiri telah mendorong
dan memperjelas konsep tersebut dengan ayat yang
menjelaskan tentang musyawarah:
Dan musyawarahlah dengan mereka dalam urusan
bersama”. (Q-S; Ali Imran [3]: 159)
Pada dasarnya metode musyawarah atau ber-
diskusi adalah upaya untuk mempertajam daya
fikir agar kemampuan intelek manusia semakin
berkembang dan berkualitas. Jadi ketiga metode yang
diterapkan oleh Islam (al-Qur’an) adalah berupa
fase-fase yang harus ditempuh dalam proses belajar.
Dra. Hj. Sakilah, M.Pd.: Belajar dalam Perspektif Islam

Segala aspek; (kognitif, afektif dan psikomotorik) 12. Wina Sanjaya (2008) “Kurikulum dan Pembelajaran
adalah kesatuan yang integral, maka ketiganya Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat
semakin terlibat dalam proses belajar melalui ketiga Satuan Pendidikan (KTSP)”. Kencana. Jakarta. h. 112
metode tersebut. 13. W.S. Wingkel. Loc. Cit. hal. 9.
14. Woolfolk. A,E. (1984) “Educational Psycology for
Kesimpulan Teachers”. Lorraine Mc. Cune-Nicolich. Rutgers
University. h. 390.
Belajar adalah kunci penting dalam usaha 15. Muhibbin syah, Loc. Cit., h. 59.
pendidikan, pada hakekatnya belajar adalah 16. Purwodarminto (2007) “ Kamus Besar Bahasa
proses jiwa bukan proses pisik. Oleh karena itu Indonesia”, Balai Pustaka, Jakarta. h. 346
hakekat belajar itu sendiri sulit di ketahui. Belajar 17. Prof. Dr.Hasan Langgulung (1988) “Asas-Asas
bisa diketahui dari hasilnya saja. Karena belajar Pendidikan Islam”.Pustaka al-Husna, Jakarta, h. 125
merupakan proses panjang sehingga menghasilkan 18. Muhibbin Syah…. H, 76
perubahan-perubahan, tingkah laku manusia melalui
19. QS, Az-Zumar: 9
fase-fase tertentu.
20. QS Al- Isra’: 36
Belajar sangat penting dalam perkembangan 21. Khilal Gibran (1999) “Hikmah-hikmah Kehidupan” Alih
manusia, karena dengan belajar manusia menjadi bahasa Heppy El-Rais dkk. Bentang. Yogyakarta. h. 13
lebih dewasa dan lebih sempurna dalam memahami 22. Muhibbin …, Op. Cit., h. 78
sesuatu. Proses belajar mengajar dalam islam telah 23. QS An- Nahl …. 78
terjadi sejak diciptakannya Adam dan diturunkannya 24. Usman Najati. (1997) “Al-Qur’an dan Ilmu Jiwa” Alih
ia ke muka bumi. Dengan proses pengenalan nama- Bahasa. Ahmad Rofi Usman. Pustaka, Bandung., h. 170
nama benda dan komunikasi bahasa. Maka tidaklah 25. QS. Surat Al-Baqarah,. 31-33
mengherankan jika ayat pertama turun adalah tentang
26. Bahasa adalah jendela dunia sebagai pengantar untuk
membaca (al-‘Alaq; 1-5). Belajar dalam perspektif mengungkap cakrawala, segala sesuatu, dan sebagai alat
Islam meliputi tiga metode; peniruan., Trial and komunikasi
error, dan berfikir. Ketiga metode tersebut memang 27. Ramayulis. (2003) “Ilmu Pendidikan Islam” Kalam
harus dilalui oleh manusia dalam tingkatannya. Mulia. Jakarta., h. 118
28. Utsman Najati….., h. 172
Catatan: (Foodnotes) 29. Q.S. al-‘Alaq ayat 1-5
1. Indra Jati Sidi, (2004). Pelayanan Profesional, Kegiatan
30. Utsman Najati …., h. 173
Belajar-Mengajar yang Efektif. Puskur Balitbang
Depdiknas., Jakarta. hal. 4 31. Ramayulis …., h. 124
2. Lihat Q. S al-Baqarah: 31-33 32. Ibid., h. 174
3. Arif Sukardi Sadiman dkk (1989),. Beberapa 33. Ibid
Pengembangan Sumber Belajar. PT. Mediatama Perkasa,, 34. Abu Isa Muhammad. B. Isa bin Suras. Al-Jami’al-Shalih.
Jakarta. h. 139 Sunan al-Turmudzi. Jild II, Daar Fikr,tt., h. 258
4. Muhibbin Syah (2006) “Psikologi Belajar”, Logos, 35. Teori Thorndike(2007) Koneksinisme, menjelaskan
Jakarta, h. 56 tentang konsep ini., selanjutnya lihat Sumadi Suryabrata.
5. Q.S al-Mujadalah: 11 Psikologi Pendidikan. Rajawali., Jakarta. h. 265-266.
6. Winkel, W.S (2007) “Psikologi Pengajaran”. Media 36. Al-Nawawi. Syarakh Shahih Muslim. Vol.15., h. 118
Abadi. Yogyakarta., h. 50 37. Tafsir Ibnu Katsir. Vol. III., h. 427
7. Ibid. h. 52 38. Utsman Najati …., h. 180
8. Bower, G. H et al (1981) “Theories of Learning”
Englewood Cliffs; Prentice- Hall. Inc Englewood Cliffs. Daftar Pustaka
N.J. 07632., h. 14
Al-Nawawi. Syarah Shahih Muslim. Vol.15
9. Winkel. W.S. Op. Cit. h. 2
10. Saidi Harjo (2004) “Kurikulum Pembelajaran IPS”. Bower, G. H et al. Theories of Learning. Englewood
Universitas Negeri Yogyakarta. h. 12 Cliffs; Prentice- Hall. Inc Englewood Cliffs. N.J.
11. Gredler, M.E. (2007) “Learning and intruction Theory in 07632. 1981.
to Practice”. Ohio: Mirril Prentico. Hall., h. 90 Departemen Agama RI. (1998) Al-Qur’an dan
Terjemah.

163
Menara, Vol. 12 No. 2 Juli – Desember 2013

Gibran, Khalil (1999) Hikmah-Hikmah Kehidupan., Sadiman, Arif Sukardi et al (2003) Beberapa
alih bahasa Heppy El-Rais dkk. Bentang. Pengembangan Sumber Belajar. PT. Mediautama
Yogyakarta Perkasa. Jakarta
Gredler, M.E (2007) Learning and Intruction Theory Suryabrata, Sumadi (2008). Psikologi Pendidikan.
in to Practice. Ohio: Mirril Prentico. Hall. Rajawali. Jakarta
Purwodarminto (2007) Kamus Besar Bahasa Syah, Muhibbin (2004). Psikologi Belajar, Rajawali.
Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta Jakarta
Langgulung Hasan (2003). Asas-Asas Pendidikan Tafsir Ibnu Katsir. Vol. III
Islam. Pustaka al-Husna. Jakarta Wina Sanjaya (2008). Kurikulum dan Pembelajaran
Muhammad B. Isa bin Surais, Abu Isa Al-Jami’ al Teori dan Praktek Pengembangan Kurikulum
Shahih Sunan Turmidzi. Jild II. Daar fik, tt Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kencana.
Najati Utsman (1997). Al-Qur’an dan Ilmu Jiwa., Jakarta
alih bahasa, Ahmad Rofi Utsmanani. Pustaka. Winkel, W.S. (2007) Psikologi Pengajaran. Media
Bandung Abadi. Yogyakarta
Purwodarminto (2007). Kamus Besar Bahas Woolfolk. (1984) Educational Psycology for
Indonesia. Balai Pustaka, Jakarta Teachers. Lorraine Mc. Cune-Nicolich. Rutgers
Ramayulis (2006). Ilmu Pendidikan Islam. Kalam University.
Mulia. jakarta

164

Anda mungkin juga menyukai