TINJAUAN PUSTAKA
setiap orang pada umumnya dan dengan tidak memenuhi kewajibannya tersebut
B.W. Pasal ini menetapkan bahwa perbuatan yang melawan hukum mewajibkan
orang yang melakukan perbuatan itu, jika karena kesalahannya telah timbul
6
Rachmat Setiawan, Tinjauan Elementer Perbuatan Melanggar Hukum, Alumni,
Bandung, 1982, h. 7.
11
12
diakibatkan oleh adanya perbuatan melanggar hukum baik karena berbuat atau
karena tidak berbuat. Sedangkan pasal 1366 KUHPerdata lebih mengarah pada
dalam masyarakat;
masyarakat..
adalah dalam arti luas karena tidak hanya melanggar Undang-Undang, tetapi juga
7
Salim H.S., Pengantar Hukum Perdata Tertulis, Sinar Grafika, Jakarta, 2006, h. 170.
13
suatu perbuatan. Suatu perbuatan melawan hukum diawali oleh suatu perbuatan
maupun pasif (tidak berbuat sesuatu), padahal secara hukum orang tersebut
umum dan atau kesusilaan, maka perbuatan pelaku dalam hal ini
tersendiri yang dapat dituntut oleh pihak lain yang merasa dirugikan.
secara luas.
kausal merupakan salah satu ciri pokok dari adanya suatu perbuatan
melanggar hukum dalam hal ini haru dilihat sebagai suatu kesatuan
Untuk hubungan sebab akibat ada 2 (dua) macam teori, yaitu teori
yang ditimbulkan.8
Melawan Hukum
Akibat perbuatan melawan hukum diatur pada Pasal 1365 sampai dengan
8
Sakkirang Sriwaty, Hukum Perdata, Teras, Yogyakarta, 2011, h. 135.
15
gambaran mengenai batasan ruang lingkup akibat dari suatu perbuatan melawan
Jadi, akibat yang timbul dari suatu perbuatan melanggar hukum akan diwujudkan
limitatif menganut asas hukum bahwa penggantian kerugian dalam hal terjadinya
dalam dua bagian, yaitu : kerugian yang bersifat actual (actual loss) dan kerugian
Dikatakan kerugian yang bersifat actual adalah kerugian yang mudah dilihat
secara nyata atau fisik, baik yang bersifat materiil dan immateriil. Kerugian ini
didasarkan pada hal-hal kongkrit yang timbul sebagai akibat adanya perbuatan
dimasa mendatang akibat adanya perbuatan melanggar hukum dari pihak pelaku.
pengumuman di media cetak dan atau elektronik terhadap pelaku. Ganti kerugian
dimasa mendatang ini haruslah didasarkan pula pada kerugian yang sejatinya
tentang:
9
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
17
10
pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum. Perusakan
langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia, dan/atau hayati
lingkungan hidup.11
hidup yang diakibatkan oleh suatu usaha dan/atau kegiatan.12 Dalam hal
Tahun 2009 juga mengatur tentang asas dalam lingkungan hidup, yaitu:
10
Pasal 1 angka 2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
11
Pasal 1 angka 16 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
12
Pasal 1 angka 26 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
18
2) Negara menjamin hak warga negara atas lingkungan hidup yang baik
dan sehat.
hidup.
b. Pencemar membayar
keadilan.
bernegara yang berdasarkan hukum, hal ini berarti bahwa hukum merupakan
19
supermasi atau tiada kekuasaan lain yang lebih tinggi selain hukum. Upaya
masyarakat hukum untuk mencapai keadilan. Berkaitan dengan hal tersebut perlu
berlaku.
hukum yang mengatur hubungan masyarakat dengan Negara dalam hal adanya
Hukum perizinan berkaitan dengan Hukum Publik Prinsip izin terkait dalam
atau perbuatan tertentu yang secara umum dilarang”. Izin khusus, yaitu
persetujuan dimana disini terlihat adanya kombinasi antara hukum publik dengan
hukum prifat, dengan kata lain izin khusus adalah penyimpangan dari sesuatu
b. Linsesi adalah izin untuk melukakn suatu yang bersifat komersial serta
Menurut W.F Prins yang diterjemaahkan oleh Kosim Adi Saputra “bahwa
istilah izin dapat diartikan tampaknya dalam arti memberikan dispensasi dari
sebuah larangan dan pemakaiannya dalam arti itu pula.” Uthrecht “bilamana
pembuatan peraturan tidak umunya melarang suatu perbuatan tetapi masih juga
Menurut Sjachran Basah “Perbuatan hukum Negara yang bersegi satu yang
jika Hukum Publik bersifat umum, ordonatif (sepihak), diatur oleh perundang-
undangan, sanksi sangat tegas, mengatur masyarakat. Maka, jika Hukum Privat,
Fungsi lain dari izin, yaitu untuk memberikan kepastian hukum bagi
terhadap hutan sebelum mendapatkan izin dari pejabat yang berwenang yaitu
Hal ini ditegaskan pula dalam Pasal 2 Peraturan Menteri Kehutanan Nomor:
sebagai polisi khusus (lihat Pasal 51 UU 41/1999). Polisi khusus ini antara lain
tugasnya adalah:
hukumnya;
hukumnya;
Adapun, ijin dalam kawasan hutan yaitu terkait luas maksimum untuk
100.000 hektar (kecuali Papua yang memiliki maksimum 200.000 hektar), dan
Pemberian dan perluasasan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK)
di hutan produksi, maka terdapat tiga macam izin yang dapat dikeluarkan,
PP 61/2012, yang dimaksud dengan kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang
memanfaatkan hasil hutan kayu dan bukan kayu serta memungut hasil hutan kayu
dan bukan kayu secara optimal dan adil untuk kesejahteraan masyarakat dengan
manfaat sosial dan manfaat ekonomi secara optimal dengan tidak mengurangi
fungsi utamanya.
Menurut Pasal 1 ayat (7) PP 6/2007, Pemanfaatan hasil hutan kayu adalah
kegiatan untuk memanfaatkan dan mengusahakan hasil hutan berupa kayu dengan
Menurut Pasal 1 ayat (8) PP 6/2007, Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu
bukan kayu dengan tidak merusak lingkungan dan tidak mengurangi fungsi
pokoknya.
menjaga hak-hak negara, masyarakat dan perorangan atas hutan, kawasan hutan
dan hasil hutan serta investasi dan perangkat yang berhubungan dengan
demikian bagi Pemerintah maka izin suatu alat dengannya pemerintah dapat
mengawasi segala tindakan penerima izin sesuai dengan kesepakatan atas izin
yang diperolehnya.
sendiri.13
pengelolaan dan atau pemanfaatan hutan yang dilakukan oleh pihak ketiga.14
Oleh karena itu, mekanisme Perizinan dan izin yang diterbitkan adalah
13
Suriansyah Murhaini, Penegakan Hukum terhadap Kejahatan di Bidang Kehutanan,
Cetakan II, Laksbang Grafika, Yogyakarta, 2012, h. 52.
14
Bintoro Tjokroamidjojo, Good Governance (Paradigma Baru Manajemen
Pembangunan), UI Press, Jakarta, 2000, h. 12.
26
mempengaruhi para warga agar mau mengikuti cara yang dianjurkannya guna
masyarakat adil dan makmur itu dijelmakan. Hal ini berarti lewat izin dapat
diketahui bagaimana gambaran masyarakat adil dan makmur dapat terwujud. Ini
dengan tegas mencantumkan bahwa salah satu tugas utama para the founding
secara implisit mengisyaratkan, adanya political wiil yang jelas oleh para
menjalankan fungsinya secara efektif dan terpadu. Untuk itu dalam usaha
dan kesempatan yang sama kepada semua warga negara sesuai dengan
karena itu dalam pemberian izin pemanfaatan hutan harus di cegah terjadinya
Pada masa Orde Baru sistem perizinan usaha pemanfaatan hasil hutan kayu
sangat berbasis pada kekuasaan birokrasi dan kekuatan bisnis. Bahkan pemohon
bidang perizinan sehingga muncul istilah ”adul (ada duit urusan lancar)”, persepsi
ganda dari Pemerintah pada masa Orde Baru tersebut yang menjadikan instrumen
pembangunan di Indonesia.
Pemerintah sepenuhnya begitu pula halnya dengan prinsip Equity atau kesetaraan,
Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa dalam bidang kehutanan telah
yang lebih besar lagi yakni mensejahterakan rakyat Indonesia pada umumnya.
dengan perizinan di bidang kehutanan maka prinsip ini terkandung dalam pasal 49
dan 50 UU Kehutanan yang dengan jelas mengatur tanggung jawab izin konsesi
hutan Indonesia mencapai 1,6 juta hektar hingga 2 juta hektar pertahun dan Walhi
mencatat 96,5 juta hektar atau 72 persen dari 134 juta hektar hutan tropis
Indonesia telah hilang, sehingga hutan yang tersisa tinggal 37,5 juta hektar.16
Kerugian yang diderita akibat kerusakan hutan 1,6 juta hektar pertahun
menurut Menteri Kehutanan yang pada waktu itu dijabat oleh Muhammad
Terkait pula dengan prinsip rule of law maka data dan informasi yang juga
dikoleksi oleh Walhi melalui media massa terkait penegakkan hukum lingkungan
untuk kasus kebakaran hutan/lahan yang pelakunya oleh pemegang HPH selama
16
M. Hamdan, Tindak Pidana Pencemaran Lingkungan Hidup, Mandar Maju,
Bandung, 2000, h. 31.
17
Media Indonesia, “Indonesia Alami Kerusakan Hutan Tercepat,” 18 Maret 2006.
30
Artinya hanya 0,1 persen saja penegakkan hukum terhadap 178 nama
Sehingga terlihat masih rendahnya keseriusan penegakkan hukum. Hal ini terjadi
pula pada kasus pencurian kayu dimana pemerintah belum berhasil menangani
Angka 10 menyatakan ;
Angka 11 menyatakan :
Angka 12 menyatakan :
Angka 13 menyatakan :
C. Ganti Kerugian
Kerugian adalah situasi berkurangnya harta kekayaan salah satu pihak yang
ditimbulkan dari suatu perikatan (baik melalui perjanjian maupun melalui undang-
kerugian adalah berkurangnya harta kekayaan pihak yang satu, yang disebabkan
oleh perbuatan (melakukan atau membiarkan) yang melanggar norma oleh pihak
yang lain.18 Yang dimaksud dengan pelanggaran norma oleh Nieuwenhuis di sini
adalah berupa wanprestasi dan perbuatan melanggar hukum. Bila kita tinjau
secara mendalam, kerugian adalah suatu pengertian yang relatif, yang bertumpu
pada suatu perbandingan antara dua keadaan. Kerugian adalah selisih (yang
rugi;
Dari pengertian kerugian pada sub bab sebelumnya dapat kita lihat bahwa
Syarat untuk menggeserkan kerugian itu kepada pihak lain oleh pihak yang
Kemudian salah satu unsur yang harus terpenuhi agar perbuatan dapat
dikatakan perbuatan melawan hukum harus ada hubungan kasual antara perbuatan
a. Condition sine qua non, dimana menurut teori ini orang yang melakukan
sebab dari pada suatu perubahan adalah semua syarat-syarat yang harus
bunga” harus dituangkan dalam sejumlah uang tertentu. Sering pula muncul pada
tuntutan ganti rugi atas dasar onrechtmatige daad. Namun adanya ganti rugi atas
kepentingan yang tidak dapat dinilai dengna uang, secara tegas-tegas diakui,
Jika salah satu pihak dengan sengaja atau karena salahnya telah
berbuat melanggar dengan salah satu kewajibannya dan
kerugian yang karenanya diderita oleh pihak lawan tidak dapat
dinilaikan dengan uang, maka Hakim akan menetapkan suatu
jumlah uang menurut keadilan, sebagai ganti rugi
Kemudian dalam kasus ini terdapat bukti bahwa Negara telah dirugikan oleh
D. Gambaran Kasus
Merbau Pelalawan Lestari, dimana dalam kasus ini PT. Merbabu Pelalawan
Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman, digugat oleh Kementerian Lingkungan
Penggugat ada 2 (dua), yaitu melakukan penebangan hutan di luar lokasi Izin
hutan di luar lokasi IUPHHK-HT, bahwa tergugat telah melanggar hukum dengan
melebihi luas lokasi penebangan yang telah ditentukan, hal ini di buktikan oleh
peggugat dengan:
Hutan Kayu pada Hutan Tanaman PT. Merbau Pelalawan Lestari seluas
Hutan Kayu pada Hutan Tanaman PT. Merbau Pelalawan Lestari seluas
Hutan Kayu pada Hutan Tanaman PT. Merbau Pelalawan Lestari seluas
Sehingga berdasarkan RKT Tahun 2003, 2004, dan 2005, maka jumlah luas
seluruhnya 7.446 ha, oleh karenanya selisih dari IUPHHK-HT adalah seluas 1.873
Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman kepada PT. Merbau Pelalawan
berupa penebangan pohon dengan diameter lebih dari 10 cm dan lebih dari 5 m3
pada awal kegiatan usaha pemanfaatan hasil hutan kayu dan pembuatan kanal, hal
sementara kegiatan operasional serta melakukan sita jaminan atas harta kekayaan
Tergugat baik berupa benda tetap ataupun benda tidak tetap sampai adanya
telah keliru menilai perkara a quo, yang mana terdapat pertentangan antara satu
dengan yang lainnya dalam pertimbangan putusan Hakim, keliru dalam menilai
37
tentang alat bukti yang sah dan valid, serta keliru dalam menilai dalam putusan
pada halaman 99 alinea keenam s/d halaman 100 alinea kedua dan ketiga,
halaman 100 alinea keempat s/d halaman 101 alinea kesatu dan kedua, halaman
101 alinea ketiga, halaman 102 alinea pertama dan alinea kedua, halaman 103
79/PDT/2014/PTR
dalam tenggang waktu dan menurut tata cara, serta memenuhi persyaratan yang
quo, yang mana terdapat pertentangan antara satu dengan lainnya dalam
tentang alat bukti yang sah dan valid, yang mana hakim berdasarkan
pada putusan MARI dalam perkara pidana No. 1479 K/Pid/1989 yang
acara yang telah ditetapkan dalam KUHAP. Alat bukti dianggap valid
Perkara a quo bukanlah perkara pidana, akan tetapi perkara perdata, oleh
sah dan valid-nya alat bukti dengan berpedoman pada putusan perkara
luar areal izin tebang yang dimiliki, hanya berdasarkan bukti, saksi, dan
ketiga.
Pembanding/Penggugat;
suatu kekeliruan yang nyata, karena quad non ada perbedaan antara
kedua.
diuraikan secara jelas dalam gugatan a quo angka 12 sampai dengan 18,
41
serta diperkuat dengan keterangan saksi dan ahli yang diajukan oleh
Pembanding/Penggugat;
membuktikan dalil gugatannya, baik bukti surat maupun bukti saksi, termasuk
dalil bantahannya, baik bukti surat maupun bukti saksi, termasuk keterangan ahli
penilaian atas keterangan ahli, baik yang diajukan oleh Pembanding semula
wajib bagi Majelis Hakim untuk melakukan pemeriksaan setempat, karena hal
diajukan oleh para pihak belum cukup jelas bagi Majelis Hakim untuk
memberikan pertimbangan dan penilaian yang benar tentang perkara a quo dan
tingkat pertama.
Oleh karena Pembanding, semula Penggugat tetap dipihak yang kalah, baik
dalam peradilan tingkat pertama maupun dalam peradilan tingkat banding, maka
43
semua biaya yang timbul dalam kedua tingkat peradilan tersebut dibebankan
kepadanya.
perkara ini sehingga terjadi dissenting opinion yang diuraikan sebagai berikut:
Anggota Majelis yang memeriksa dan mengadili perkara a quo, sementara Hakim
perkara;
telah mengajukan alat bukti baik bukti surat maupun bukti saksi, bahkan
semula Tergugat;
bantahannya telah pula mengajukan alat bukti berupa bukti, bukti surat
Hidup;
5. Dari semua dalil dan alat bukti yang diajukan, baik oleh Pembanding,
tidaknya kerusakan”;
perkara a quo.
maka sesuai dengan Pasal 30 ayat (3) Undang-Undang No.14 Tahun 1985
terbanyak, dalam hal ini putusan yang diucapkan adalah pendapat dari 2 (dua)
telah diubah pertama dengan Undang-Undang No. 8 Tahun 2004 dan terakhir
Buitengewesten Stb : 1927 No.27) Reglemen untuk Daerah Luar Jawa dan
Madura, Pasal 155 sampai dengan Pasal 205, dan Peraturan Perundang-undangan
Penggugat;
tersebut;
46
biaya perkara yang timbul dalam kedua tingkat peradilan, yang ditingkat
rupiah).
Nomor 79/PDT/2014/PTR
di dalam putusan a quo, terdapat 2 (dua) point tentang kaidah “melawan hukum”.
penebangan hutan di luar lokasi Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan
adalah Badan Usaha yang bergerak di bidang usaha pemanfaatan hasil hutan kayu
dan memperoleh IUPHHK-HT seluas 5.590 (lima ribu lima ratus sembilan puluh)
Pemberian Hak Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman
Dalam Rencana Kerja Tahunan Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada
Hutan Tanaman (RKT UPHHK-HT) yang diajukan oleh Tergugat kepada Dinas
Kehutanan Propinsi Riau ditemukan luas areal yang melebihi luas IUPHHK-HT
yang diberikan seluas 5.590 (lima ribu lima ratus sembilan puluh) hektar, hal ini
dibuktikan dengan:
47
Kayu pada Hutan Tanaman PT. Merbau Pelalawan Lestari seluas 2.208
Kayu pada Hutan Tanaman PT. Merbau Pelalawan Lestari seluas 2.624
Sehingga berdasarkan RKT Tahun 2004, 2005, dan 2006, maka jumlah luas
seluruhnya menjadi 7.466 ha, oleh karenanya selisih dari IUPHHK-HT adalah
IUPHHK HT.
5.590 (lima ribu lima ratus sembilan puluh) hektar di Kabupaten Pelalawan,
berasal dari hutan bekas tebangan seluas 400 ha dan hutan primer seluas 5.190 ha,
48
yang merupakan kawasan Hutan Produksi Terbatas dan hutan produksi yang
dapat dikonversi.20
dengan faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan, setelah
antara 125 s/d 174 (seratus dua puluh lima sampai dengan seratus tujuh puluh
empat), diluar kawasan lindung, hutan suaka alam, hutan pelestarian alam dan
taman buru.21
Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman kepada PT. Merbau Pelalawan
Lestari di lahan seluas 5.590 (lima ribu lima ratus sembilan puluh) ha telah
diameter lebih dari 10 cm dan lebih dari 5 m3 per hektar, penebangan pohon yang
pemanfaatan hasil hutan kayu dan pembuatan kanal. Hal ini merupakan
Pelalawan Lestari seluas ± 5.590 (lima ribu lima ratus sembilan puluh)
20
Vide Keputusan Bupati Pelalawan Nomor 522.21/IUPHHKHT/XII/2002/004
bertanggal 17 Desember 2002 tentang Pemberian Hak Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu
Hutan Tanaman kepada PT. Merbau Pelalawan Lestari (Tergugat).
21
Vide Pasal 24 ayat (3) huruf c Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang
Perencanaan Kehutanan.
49
3. Pasal 3 ayat (4), (6) dan Pasal 9 ayat (2) huruf i Keputusan Menteri
sebagai berikut:
4. Pasal 1 ayat (1) dan Pasal 2 KepMenHut No. 127 Tahun 2001 tentang
Pasal 2:
Kayu arang
Ayat (1):
Ayat (3):
Maka berdasarkan Pasal 1 angka 15, angka 17, Pasal 21 ayat (3) UUPLH jo.
Pasal 1 angka 3, angka 8, Pasal 5 ayat (1) PP No. 150 Tahun 2000, maka
perusakan tanah untuk produksi biomassa (lahan basah), yang dilakukan dengan
cara:
kerugian pada orang lain atau lingkungan hidup, wajib membayar ganti rugi
meliputi:
Kerja Tahunan (RKT) tahun 2004, 2005, dan 2006. Selisih dengan
dari 5.590 hektare, 400 hektare berupa bekas tebangan dan sisanya
Kawasan Hutan.
terpenuhi.
a. Unsur kesalahan
23
Berdasarkan pendapat Prof. DR. Rosa Agustina, S.H., M.H, Guru Besar Hukum
Perdata pada Universitas Indonesia, dalam buku Perbuatan Melawan Hukum, halaman 64.
55
b. Unsur Kerugian
tetap.
Lingkungan Hidup.
Akibat kegiatan konversi hutan alam menjadi hutan, tanaman dan tanah
rusak, maka sebagai pengganti fungsi tanah pada hutan alam menjadi
penyimpan air yang rusak, maka perlu dibangun tempat penyimpan air
milyar tujuh ratus sembilan puluh lima juta tujuh ratus ribu rupiah).
226.395.000.000,-;
(empat ratus delapan puluh delapan milyar sembilan ratus dua puluh
Rp.11678.795.700.000,-
488.929.350.000,-
belas triliyun seratus enam puluh tujuh milyar tujuh ratus dua puluh lima
Akibat kegiatan konversi hutan alam menjadi hutan tanaman dan tanah
rusak, maka sebagai pengganti fungsi tanah pada hutan alam menjadi
penyimpan air yang rusak maka perlu dibangun tempat penyimpan air
Tergugat terpenuhi.
c. Unsur Kausalitas
dengan menebang pohon lebih dari izin yang telah diberikan, menebang
10m2 dan lebih dari 5m3. Sehingga kerugian yang ditimbulkan dan biaya
dan di luar areal Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan
terpenuhi.
triliyun seratus enam puluh tujuh milyar tujuh ratus dua puluh lima juta