Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

MENGOLAH HASIL EVALUASI

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 7:
PUTRI R MOBILINGO
YULIN KASIM
MAYA FIRANTI MACHMUD

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
IAIN SULTAN AMAI GORONTALO
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Evaluasi pembelajaran siswa adalah salah satu kegiatan yang merupakan kewajiban bagi
setiap pendidik (guru). Evaluasi pembelajaran siwa merupakan bentuk umpan balik yang
ditunjukkan kepada siswa dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam
suatu pembelajaran tersebut. Dengan kata lain mengevaluasi berarti melakukan
pembelajaran, mengukur, menskor, mengolah dan menafsirkan kemampuan siswa dengan
cara menilai.

Dengan adanya tugas dan kewajiban dalam evaluasi tersebut seorang pendidik (guru)
berbasis pendidikan harus memahami dan mengaplikasikan ilmu tersebut untuk
diterapkan dalam pendidikan. Jika seorang guru atau seorang calon guru tidak memahami
ilmu evaluasi tersebut maka akan berakibat pada mutu pendidikan, karena salah satu
kompetensi yang harus dimiliki seorang guru adalah dapat memahami dan
mengaplikasikan evaluasi pembelajaran di sekolah.

Dari pelaksaan penilaian (melalui pengkuran atau tidak) dapat dikumpulkan sejumlah
data atau informasi yang dibutuhkan dalam evaluasi hasil belajar. Data yang terkumpul
dari penilaian dengan teknik es akan berupa data kuantitatif, sedangkan teknik non tes
akan menjaring data kualitatif maupun kuantitatif sekaligus. Data yang terkumpul baik
melalui teknik tes maupun teknik non tes merupakan data mentah yang memerlukan
pengelolaan lebih lanjut. Kegiatan mengolah data yang berhasil dikumpulkan melalui
kegiatan penilaian inilah yang disebut kegiatan pengolahan hasil nilai.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan menskor dan menilai?


2. Bagaimana teknik pemberian skor hasil tes hasil belajar?
3. Bagaimana cara pengolahan dan pengubahan skor mentah hasil tes hasil belajar menjadi
nilai standar?
4. Apa saja jenis-jenis penilaian?

A. Tujuan Pembahasan

1. Untuk mengetahui arti dari menskor dan menilai.


2. Untuk mengetahui teknik pemberian skor hasil tes hasil belajar.
3. Untuk mengetahui cara pengolahan dan pengubahan skor mentah hasil tes hasil belajar
menjadi nilai standar.
4. Untuk mengetahui jenis-jenis penilaian.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Menskor dan menilai

1. Pengertian Skor
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), penskoran adalah proses, cara,
pembuatan skor. Pada hakikatnya penskoran (skoring) adalah proses pengubahan
instrumen menjadi angka-angka yang merupakan nilai kuantitatif dari suatu jawaban
terhadap item dalam instrumen. Menurut Suharsimi (2013:271) bahwa skor adalah
pekerjaan menskor yang diperoleh dengan menjumlahkan angka-angka bagi setiap soal
tes yang dijawab benar. Dengan demikian menskor dapat disimpulkan sebagai pekerjaan
memberikan angka yang diperoleh dari setiap butir soal yang telah dijawab benar oleh
peserta didik dengan mempertimbangkan bobot jawaban betulnya. Dalam pekerjaan
menskor atau menentukan angka dapat menggunakan alat bantu kunci jawaban
(pembantu menentukan jawaban yang benar), kunci skoring (pembantu menyeleksi
jawaban yang benar dan yang salah), dan pedoman penilaian (pembantu menentukan
angka).
Skor adalah hasil pekerjaan menyekor (= memberikan angka) yang diperoleh dengan
jalan menjumlahkan angka-angka bagi setiap butir item yang oleh testee telah dijawab
dengan betul, dengan memperhitungkan bobot jawaban betulnya
Contohnya:
Misalnya tes hasil belajar dalam bidang studi Bahasa Inggris menyajikan lima butir soal
tes uraian, dimana untuk setiap butir soal yang dijawab dengan betul diberikan bobot 10.
Siswa bernama Fatimah, untuk kelima butir soal tes uraian tersebut memberikan jawaban
sebagai berikut:

 Untuk butir soal nomor 1 dapat dijawab dengan sempurna, sehingga ia diberikan skor 10.
 Untuk butir soal nomor 2 hanya dijawab betul separuhnya, sehingga skor yang diberikan
kepada Fatimah adalah 5.
 Untuk butir soal nomer 3, hanya sekitar seperempat bagian saja yang dapat dijawab
dengan betul, sehingga diberikan skor 2,5.
 Untuk butir soal nomor 4 dijawab betul sekitar tiga perempatnya, sehingga diberikan skor
7,5.

Dengan demikian untuk kelima butir soal tes uraian tersebut, siswa bernama Fatimah tersebut
mendapatkan skor sebesar = 10+5+2,5 +5+7,5= 30. Angka 30 disini belum dapat disebut nilai,
sebab angka 30 itu masih merupakan skor mentah (raw score), yang untuk dapat disebut nilai,
masih memerlukan pengolahan atau pengubahan (= konversi). Karena itu untuk disebut nilai,
skor-skor mentah hasil tes itu masih memerlukan pengolahan dan perubahan.

1. Pengertian Menilai
Adapun yang dimaksud dengan nilai adalah angka (bisa juga huruf), yang merupakan
hasil ubahan dari skor yang sudah dijakan satu dengan skor-skor lainnya, serta
disesuaikan pengaturannya dengan standar tertentu. Itulah sebabnya mengapa nilai sering
disebut skor standar (standard score).
Nilai pada dasarnya adalah angak atau huruf yang melambangkan seberapa jauh atau
seberapa besar kemampuan yang telah ditunjukkan oleh testee terhadap materi atau bahan
yang telah diteskan, sesuai dengan tujuan instruksional khusus yang telah ditentukan.
Nilai, pada dasarnya juga melambangkan penghargaan yang diberikan oleh tester kepada
testee atas jawaban betul yang diberikan oleh testee dalam tes hasil belajar. Artinya,
makin banyak jumlah butir soal dapat dijawab dengan betul, maka penghargaan yang
diberikan oleh tester kepada testee akan semakin tinggi. Sebaliknya, jika jumlah butir
item yang dapat dijawab dengan betul itu hanya sedikit, maka penghargaan yang
diberikan kepada testee juga kecil atau rendah.1[4]

B. Teknik Pemberian Skor Hasil Tes Hasil Belajar

Pemberian skor (=scoring) merupakan langkah pertama dalam proses pengelolaan hasil
tes, yaitu proses pengubahan jawaban-jawaban soal tes menjadi angka-angka. Dengan
kata lain, pemberian skor itu merupakan tindakan kuantifikasi terhadap jawaban-jawaban
yang diberikan oleh testee dalam suatu tes hasil belajar.

Angka-angka hasil penilaian itu selanjutnya diubah menjadi nilai-nilai (=grade) melalui
proses tertentu. Penggunaan simbol untuk menyatakan nilai-nilai hasil tes itu ada yang
tertuang dalam bentuk angka dengan rentangan 0 sampai dengan 10, antara 0 sampai
dengan 100, dan ada pula yang menggunakan simbol huruf A, B, C, D dan F (F=
Fail=Gagal).

Cara pemberian skor terhadap hasil tes hasil belajar pada umumnya disesuaikan dengan
bentuk soal-soal yang dikeluarkan dalam tes tersebut; apakah tes uraian (essay test)
ataukah tes obyektif (objective test).

1. Pemberian Skor pada Tes Uraian


Pada tes uraian, pemberian skor umumnya mendasarkan diri kepada bobot (=weight)
yang diberikan untuk setiap butir soal, atas dasar tingkat kesukarannya, atau atas dasar

1
banyak sedikitnya unsur yang harus terdapat dalam jawaban yang dianggap paling
banyak (paling betul).
Sebelum menyusun sebuah tes uraian sebaiknya kita tentukan terlebih dahulu pokok-
pokok jawaban yang kita hendaki. Dengan demikian, maka akan mempermudah kita
dalam mengoreksi tes itu.
Tidak ada jawaban yang pasti terhadap tes bentuk uraian ini. Jawaban yang kita peroleh
akan sangat beraneka ragam, berada dari siswa satu ke siswa lain. Untuk menentukan
standar lebih dahulu, tentulah sukar. Ada sebuah saran, langkah-langkah apa yang harus
kita lakukan pada waktu kita mengoreksi dan memberi angka tes bentuk uraian. Saran
tersebut adalah sebagai berikut:

a. Membaca soal pertama dari seluruh siswa untuk mengetahui situasi jawaban. Dengan
membaca seluruh jawaban, kita dapat memperoleh gambaran lengkap tidaknya jawaban
yang diberikan siswa secara keseluruhan.
b. Menentukan angka untuk soal pertama tersebut. Misalnya jika jawabannya lengkap diberi
angka 5, kurang sedikit diberi angka 4, begitu seterusnya sampai kepada jawaban yang
paling minim jika jawabannya meleset sama sekali. Dalam menentukan angka pada hal
yang terakhir ini umumnya kita perlu berpikir bahwa tidak ada unsur tebakan. Dengan
demikian maka ada dua pendapat, satu pendapat menentukan angka 1 atau 2 bagi
jawaban yang salah, tetapi pendapat lain menentukan angka 0 untuk jawaban itu. Tentu
saja bagi jawaban yang kosong (tidak ada jawaban sama sekali), jelas kita berikan angka
0.
c. Memberikan angka bagi soal pertama.
d. Membaca soal kedua dari seluruh siswa untuk mengetahui situasi jawaban, dilanjutkan
dengan pemberian angka untuk soal kedua.
e. Mengulangi langkah-langkah tersebut bagi soal-soal tes ketiga, keempat, dan sterusnya
hingga seluruh soal diberi angka.
f. Menjumlahkan angka-angka yang diperoleh oleh masing-masing siswa untuk tes bentuk
uraian.
Dalam keadaan dimana butir-butir soal yang diajukan dalam bentuk tes uraian itu untuk tiap
butir soal tidak memiliki derajat kesukaran yang sama, atau jumlah unsur yang terdapat pada
setiap butir soal adalah tidak sama, maka pemberian skornya juga harus berpegang kepada
derajat kesukaran dan jumlah unsur yang terdapat pada masing-masing butir soal tersebut.

Sebagai contoh, misalkan dari lima butir soal tes uraian, butir soal nomor 1 diberi skor
maksimum 8, butir soal nomor 2 diberi skor maksimum 10, butir soal nomor 3 diberi skor
maksimum 6, butir soal nomor 4 diberi skor maksimum 10 dan butir soal nomor 5 diberi skor
maksimum 8, maka seorang testee yang untuk butir soal nomor 1 jawabannya hanya betul
separuh, diberikan skor 4 (yaitu 8:2=4); untuk butir soal nomor 2 dari 10 unsur jawaban yang ada
hanya dijawab betul sebanyak 6 unsur saja, maka kepada testee tersebut diberikan skor 6.
Demikianlah seterusnya.

1. Pemberian Skor pada Tes Obyektif


Pada tes obyektif, untuk memberikan skor umumnya digunakan rumus correction for
guessing atau sering dikenal dengan istilah sistem denda.
Untuk tes obyektif bentuk true-false misalnya, setiap item diberi skor maksimum 1 (satu).
Apabila seorang testee menjawab betul satu item sesuai dengan kunci jawaban, maka
kepadanya diberikan skor 1. Apabila dijawab salah maka skornya 0 (nihil).
Adapun cara menghitung skor terakhir dari seluruh item untuk bentuk true false, dapat
digunakan dua macam rumus yaitu:

a. Rumus skor akhir dengan memperhitungkan denda adalah sebagai berikut:


Rumus:
Dimana:

S = Skor yang sedang dicari

R = Jumlah jawaban betul, yaitu jawaban yang sesuai dengan

kunci jawaban yang sesuai dengan kunci jawaban (R adalah singkatan dari Right=Betul)

W = Jumlah jawaban salah, yaitu jawaban yang tidak sesuai

dengan kunci jawaban (W adalah singkatan dari Wrong=

Salah)

O = Option atau alternatif (=kemungkinan jawaban), dimana

pada tes obyektif bentuk true false ini kemungkinan

jawabannya hanya dua, yaitu B (betul) S (salah)

1. = Bilangan konstan.

Contoh:

Jumlah soal tes = 20 buah

A menjawab betul 16 buah dan salah 4 buah. Maka skor untuk A adalah:

16 – 4 = 12

Dengan menggunakan rumus seperti ini maka ada kemungkinan seorang siswa memperoleh skor
negatif.
a. Rumus skor akhir yang tidak memperhitungkan denda adalah sebagai berikut:
Rumus:
S=R
Dimana:
S = Skor yang sedang dicari
R = Jumlah jawaban betul

Dihitung hanya yang betul.

(untuk soal yang tidak dikerjakan dinilai 0).

1. Kunci Jawaban dan Kunci Pemberian Skor untuk Tes Bentuk Betul-Salah
Untuk tes bentuk betul-salah yang dimaksud dengan kunci jawaban adalah deretan
jawaban yang kita persiapkan untuk pertanyaan atu soal-soal yang kita susun, sedangkan
kunci skoring adalah alat yang kita gunakan untuk mempercepat pekerjaan skoring.
Oleh karena dalam hal ini testee (tercoba) hanya diminta melingkari huruf B atau S maka
kunci jawaban yang disediakan hanya berbentuk urutan nomor serta huruf dimana kita
menghendaki untuk melingkari (atau dapat juga diberi tanda X).
Contoh:

1. B 6. S
2. S 7. B
3. S 8. S
4. B 9. S
5. B 10. B
Dan seterusnya.
Ada baiknya kunci jawaban ini ditentukan terlebih dahulu sebelum menyusun soal agar.
Pertama,dapat diketahui imbangan antara jawaban B dan S.Kedua,dapat diketahui letak
atau pola jawaban B dan S.Bentuk betul salah sebaiknya disusun sedemikian rupa
sehingga jumlah jawaban B hampir sama banyaknya dengan jawaban S, dan tidak dapat
ditebak karena tidak diketahui pola jawabannya.
Kunci jawaban untuk tes berbentuk ini dapat diganti kunci skoring yang
pembuatannya melalui langkah-langkah sebagai berikut:
Langkah 1: Menentukan letak jawaban yang betul.
Misalnya:

1. B – S 6. B – S
2. B – S 7. B – S
3. B – S 8. B – S
4. B – S 9. B – S
5. B – S 10. B – S
Langkah 2: Melubangi tempat-tempat lingkaran sedemikian rupa sehingga lingkaran
yang dibuat oleh testee dapat dilihat.

1. B – S 6. B – S
2. B – S 7. B – S
3. B – S 8. B – S
4. B – S 9. B – S
5. B – S 10. B – S

Catatan:
Dengan pengalaman ini dapat kita ketahui bahwa lubang yang terlalu kecil berakibat tertutupnya
jawaban testee, sedangkan lubang yang terlalu besar akan saling memotong.

Oleh karena itu, cara menjawab dengan membuat tanda silang akan lebih baik daripada
melingkari. Dengan demikian maka tanda yang dibuat oleh testeeakan tampak jelas seperti
terlihat pada contoh berikut:

1. B – S
2. B – S Dalaman keadaan jawaban seperti ini maka
3. B – S testee menjawab tepat pada 3 soal.
4. B – S
5. B – S
Dalam menentukan angka (skor) untuk tes bentuk B – S ini kita dapat menggunakan 2
cara seperti telah disinggung di atas:

a. Tanpa hukuman atau tanpa denda


b. Dengan hukuman atau dengan denda
Tanpa hukuman adalah apabila banyaknya angka yang diperoleh siswa sebanyak jawaban
yang cocok dengan kunci. Sedangkan dengan hukuman (karena diragukan adanya unsur
tebakan), digunakan 2 macam rumus, tetapi hasilnya sama.
Pertama, dengan rumus:
S=R–W
Skor yang diperoleh siswa sebanyak jumlah soal yang benar dikurangi dengan jumlah
soal yang salah.
Contoh:

 Banyaknya soal = 10 buah


 Yang betul = 8 buah
 Yang salah = 2 buah
Angkanya adalah: 8 – 2 = 6
Kedua, dengan rumus:
S = T – 2W
T singkatan dari total, artinya jumlah soal dalam tes.
Contoh diatas dihitung.
 Banyaknya soal = 10 buah
 Yang salah = 2 buah
Angkanya adalah 10 – (2x2) = 10 – 4 = 6

1. Kunci Jawaban dan Kunci Pemberian Skor untuk Tes Bentuk Pilihan Ganda (Multiple
Choice)
Dengan tes bentuk pilihan ganda, testee diminta melingkari salah satu huruf di depan
pilihan jawaban yang disediakan atau membubuhkan tanda lingkaran atau tanda silang
(X) pada tempat yang sesuai di lembar jawaban.
Untuk cara menjawab yang pertama, kita gunakan kunci jawaban misalnya sebagai
berikut:

1. c 6. c
2. a 7. a
3. b 8. a
4. b 9. b
5. a 10. c
Dalam hal menentukan kunci jawaban untuk bentuk ini langkahnya sama dengan soal
bentuk betul salah. Hanya untuk soal yang jumlah lebih dari 30 buah, sebaiknya
menggunakan lembar jawaban dan nomor-nomor urutannya dibuat sedemikian rupa
sehingga tidak memakan tempat.
Kunci pemberian skor untuk lembar jawaban misalnya sebagai berikut:

1. a b c d 11. a b c d
2. a b c d 12. a b c d
3. a b c d 13. a b c d
4. a b c d 14. a b c d
5. a b c d 15. a b c d
6. a b c d 16. a b c d
7. a b c d 17. a b c d
8. a b c d 18. a b c d
9. a b c d 19. a b c d
10. a b c d 20. a b c d
Dalam menentukan angka tes bentuk pilihan ganda, dikenal 2 macam cara pula yakni
tanpa hukuman dan dengan hukuman. Tanpa hukuman apabila banyaknya angka dihitung
dari banyaknya jawaban yang cocok dengan kunci jawaban.
Dengan hukuman menggunakan rumus:

Dimana :

S = score

W = Wrong

N = Banyaknya pilihan jawaban

( yanag pada umumnya di Indonesia 3, 4, atau 5)

Contoh:
 Banyaknya soal : 10 buah
 Banyaknya yang betul: 8 buah
 Banyaknya yang salah: 2 buah
 Banyaknya pilihan : 3 buah

Maka skornya adalah :

=8–1=7

1. Kunci Jawaban dan Kunci Pemberian Skor untuk Tugas


Kunci jawaban untuk memeriksa tugas merupakan pokok-pokok yang harus termuat di
dalam pekerjaan siswa. Hal ini menyangkut kriteria tentang isi tugas. Namun sebagai
kelengkapan dalam pemberian skor, digunakan suatu tolak ukur tertentu.
Tolak ukur yang disarankan dalam buku ini sebagai ukuran keberhasilan tugas adalah:

1. Ketepatan waktu penyerahan tugas


2. Bentuk fisik pengerjaan tugas yang menandakan keseriusan mahasiswa dalam
mengenakan tugas.
3. Sistematika yang menunjukkan alur keruntutan pikiran
4. Kelengkapan isi menyangkut ketuntasan penyesuaian dan kepadatan isi
5. Mutu hasil tugas, yaitu kesesuaian hasil dengan garis-garis yang sudah ditentukan oleh
dosen

Dalam mempertimbangkan nilai akhir perlu di pikirkan peranan masing-masing aspek kriteria
tersebut, misalnya demikian:

A1 – Ketepatan waktu, diberi bobot 2


A2 – Bentuk fisik, diberi bobot 1

A3 – Sistematika, diberi bobot 3

A4 – Kelengkapan isi, diberi bobot 3

A5 – Mutu hasil, diberi bobot 3

Maka nilai akhir untuk tugas tersebut diberikan dengan rumus:

NAT adalah Nilai Akhir Tugas

C. Pengolahan dan Pengubahan Skor Mentah Hasil Tes Hasil Belajar Menjadi Nilai
Standar

Ada dua hal penting yang perlu dipahami terlebih dahulu dalam pengolahan dan
pengubahan skor mentah menjadi skor standar atau nilai, yaitu:

1. Bahwa dalam pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai itu ada dua cara
yang dapat ditempuh, yaitu:

a. Mengacu atau mendasarkan diri pada kriterium atau criterion (=patokan). Yang dalam
dunia pendidikan di tanah air kita sering dikenal dengan isitilah penilaian ber-Acuan
Patokan (disingkat PAP).
Sebelum membahas pengelolaan skor kita buat perumpamaan terlebih dahulu. Terdapat
60 item soal pilihan ganda pelajaran bahasa Arab, tiap item yang benar berbobot 1. Skor
mentah yang diperoleh siswa 20 siswa adalah 32, 36, 27, 50, 22, 34, 35, 37, 43, 17, 21,
42, 46, 32, 31, 28, 57, 57, 54, 51.
Prosedur yang dapat ditempuh adalah sebagai berikut:
Mencari skor ideal, yaitu skor yang mungkin dicapai jika semua item dapat dijawab
dengan benar. Skor ideal diperoleh serta bobot dar tiap-tiap item. Dari contoh diatas
diketahui skor idealnya adalah 60 mencari rata-rata ideal (id) dengan rumus:
= ½ x skor ideal = ½ x 60 = 30
Mencari deviasi (SD) ideal dengan cara:
SD= ⅓ x SD= ⅓ x 30 = 10
Menyusun kebutuhan konversi sesuai dengan yang dibutuhkan. Adapun pedoman
konversi dengan kebutuhan adalah:
+1,5 (SD) = 30+1,5 x 10= 45 = A
+0,5 (SD) = 30+0,5 x 10= 35 = B
- 0,5 (SD) = 30-0,5 x 10= 25 = C
-1,5 (SD) = 30-1,5 x 10 = 15 = D
Dari data tersebut dapat kita simpulkan bahwa siswa yang mendapat skor 45 – 60
mendapat nilai A, 35 – 44 = B, 25 – 34 = C, 15 – 24 = D, 0 – 14 = E
Pemberian nilai dengan menggunakan huruf disesuaikan dengan huruf yang terdapat
dalam urutan abjad. Huruf tidak hanya menunjukkan kuantitas, tetapi dapat juga
digunakan sebagai simbol untuk menggambar kualitas.

Skor Angka Nilai Huruf Predikat


50 A Sangat Baik
37 B Baik
33 C Cukup
22 D Kurang
5 E Sangat Kurang

a. Mengacu atau mendasarkan diri pada pada norma atau kelompok yang didalam dunia
pendidikan ditanah air kita dikenal dengan istilah Penilaian ber-Acuan Norma (disingkat
PAN), atau Penilaian ber-Acuan Kelompok (disingkat PAK)
Penilaian acuan norma menskor peserta didik dengan membandingkan hasil belajar satu
peserta dengan hasil peserta lainnya dalam satu kelompok kelas. Cara membandingkan
paling sederhana dan sering digunakan dalam penilaian adalah mengurutkan skor dari
yang tertinggi sampai terenda. Contoh, diketahui 20 siswa mengikuti ujian akhir semester
mata pelajaran bahasa Arab memperoleh skor mentah sebagai berikut:

32, 36, 27, 50, 22,


34, 35, 37, 43, 17,
21, 42, 46, 32, 31,
28, 57, 57, 54, 51,
Penyelesaian nilai peserta didik dengan pendekatan PAN:
Menyusun skor terkecil hingga terbesar
17, 21, 22, 27, 28,
31, 32, 32, 34, 35,
36, 37, 42, 43, 46,
50, 51, 54, 57, 57,

 Mencari rentangan (range) yaitu skor terbesar dikurangi skor terkecil 57 – 17 = 40

D. Jenis-Jenis Penilaian

Mengacu pada model penilaian kelas yang dikeluarkan oleh Pusat Kurikulum Badan
Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Pendidikan Nasional, terdapat beberapa jenis
penilaian, yaitu sebagai berikut.

a. Kuis, isian atau jabatan singkat yang menanyakan hal-hal prinsip.


b. Pertanyaan lisan, untuk mengukur pemahaman terhadap konsep, prinsip dan teorema.
c. Ulangan harian, dilakukan oleh guru secara periodik pada akhir pembelajaran
Kompetensi Dasar (KD) tertentu.
d. Ulangan tengah semester dan akhir semester, dilakukan dengan materi yang dinilai dari
penggabungan beberapa KD dalam suatu kurun waktu tertentu.
e. Tugas individu, diberikan dalam waktu-waktu dan kebutuhan tertentu dalam berbagai
bentuk, misalnya laporan kegiatan, kliping, makalah dan sebagainya.
f. Tugas kelompok, digunakan untuk menilai kompetensi peserta didik dalam bekerja
kelompok.
g. Respon atau ujian praktik, digunakan pada mata pelajaran tertentu yang membutuhkan
praktikum, meliputi pra kegiatan untuk mengetahui kesiapan peserta didik, dan pasca
kegiatan, untuk mengetahui pencapaian KD tertentu.
h. Laporan kegiatan praktik, dilakukan oleh guru pada mata pelajaran tertentu yang memang
membutuhkan praktikum dengan mengamati suatu gejala dan perlu dilaporkan.
i. Penilaian portofolio, yaitu kumpulan hasil belajar/karya peserta didik (hasil-hasil tes,
tugas perseorangan, alporan praktikum dan hasil berujud bena lainnya). Yang dinilai
adalah proses kemajuannya, baik secara analitik, holistik, atau kombinasi dari keduanya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa menskor adalah pekerjaan memberikan
angka yang diperoleh dari setiap butir soal yang telah dijawab benar oleh peserta didik
dengan mempertimbangkan bobot jawaban betulnya. Untuk mengetahui suatu skor
menjadi nilai atau mengola skor menjadi nilai diperlukan suatu acauan atau pedoman.
Kedua pendekatan ini memiliki tujuan, proses, standar dan juga menghasilkan nilai yang
berbeda. Kedua pendekatan tersebut adalah Pendekatan/Penilaian ber-Acuan Patokan
(PAP) dan Pendekatan/Penilaian ber-Acuan Norma (PAN).
B. Saran
Pemberian skor dilakukan untuk mengetahui skor yang diperoleh siswa setelah dilakukan
tes hasil belajar. Pendidik maupun calon pendidik sebaiknya mengetahui berbagai macam
teknik dalam pemeriksaan hasil tes, pemberian skor, dan mengubah skor menjadi nilai
sehingga akan mempermudah pekerjaan apabila memilih teknik yang sesuai dengan
situasi dan kondisi. Sehingga dapat dijadikan sebagai evaluasi bagi pendidik dan peserta
didik dalam proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. Evaluasi Instruksional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1991.

Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011.

Sudijono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2013.

Suprananto, Kusaeri. Pengukuran dan Penilaian Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012.

Anda mungkin juga menyukai