KEPERAWATAN GERONTIK
Di Susun Oleh :
Kelompok 1
Depresi merupakan masalah psikologis yang banyak terjadi pada lanjut usia. Masalah
tersebut ditandai dengan perasaan sedih mendalam yang berdampak pada gangguan interaksi
sosial. Tidak jarang gejala depresi juga berupa gangguan fisik seperti insomnia dan
berkurangnya napsu makan. Depresi seringkali tidak terdeteksi pada lanjut usia karena
dianggap sebagai akibat dari proses penuaan dan penyakit kronis yang dialami oleh lanjut
usia. Padahal deteksi dini dan penanganan yang tepat terhadap depresi dapat memperbaiki
dan meningkatkan kualitas hidup bagi lanjut usia (Dewi, 2014). Depresi yang sering dialami
lansia tersebut juga menyebabkan gangguan mekanisme koping pada penderitanya,
kebanyakan pada klien lansia dengan depresi mengalami koping individu yang tidak efektif
(Irawan, 2013).
Menurut WHO (2013), depresi merupakan gangguan psikologis terbesar ketiga yang
diperkirakan terjadi pada 5% penduduk di dunia. Penelitian yang dilakukan oleh Pracheth
&Chowti (2013) di India, memberikan hasil dari 218 lanjut usia yang diteliti, terdapat 64
orang (29,36%) yang mengalami depresi. Di Indonesia, belum ada penelitian yang
menyebutkan secara pasti tentang jumlah prevalensi lanjut usia yang mengalami depresi.
Namun peningkatan jumlah penderita depresi dapat diamati bertambah dari waktu ke waktu
melalui peningkatan jumlah kunjungan pasien yang berobat ke pelayananan kesehatan
maupun peningkatan obat psikofarmaka yang diresepkan oleh dokter (Hawari, 2013).
Diperkirakan dari jumlah lanjut usia di Indonesia pada tahun 2013 yaitu 24 juta jiwa, 5%
mengalami depresi. Akan meningkat 13,5% pada lanjut usia yang memiliki penyakit kronis
dan dirawat inap.
B. Definisi Lansia
Seseorang dikatakan lanjut usia (lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas. (Effendi &
Makhfudli, 2010). Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu
proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampan tubuh untuk beradaptasi
dengan stress lingkungan. (Effendi & Makhfudli, 2010). Lansia adalah keadaan yang
ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap
kondisi stress fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan
untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual (Hawari, 2013) Usia lanjut
digolongkan menjadi tiga, yaitu :young old (65-74 tahun), middle old (75-84 tahun), dan
old-old (lebih dari 85 tahun) . (Taber & Noorkasiani, 2010). Setyonegoro menggolongkan
bahwa yang disebut usia lanjut (geriatric age) adalah orang yang berusia lebih dari 65
tahun. Selanjutnya terbagi dalam usia 70- 75 tahun (young old), 75-80 tahun (old) dan
lebih dari 80 tahun (very old). (Taber & Noorkasiani, 2010).
b. Perubahan Mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah perubahan fisik, kesehatan
umum, tingkat pendidikan, keturunan (hereditas), lingkungan, tingkat kecerdasan
(intellegence quotient-I.Q), dan kenangan (memory), kenangan dibagi menjadi dua, yaitu
kenangan jangka panjang (berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu) mencakup
beberapa perubahan dan kenangan jangka pendek atau seketika (0- 10 menit) biasanya
dapat berupa kenangan buruk.
c. Perubahan psikologis
Perubahan psikologis terjadi terutama setelah seseorang mengalami pensiun. Berikut ini
adalah hal-hal yang akan terjadi pada masa pensiun.
1. Kehilangan sumber finansial atau pemasukan (income) berkurang
2. Kehilangan status karena dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup tinggi, lengkap
dengan segala fasilitasnya
3. Kehilangan teman atau relasi
4. Kehilangan pekerjaan atau kegiatan
5. Merasakan atau kesadaran akan kematian (sense of awareness mortality)
2) Depresi
a) Sering mengalami gangguan tidur atau sering terbangun sangat pagi yang
bukan merupakan kebiasaanya sehari-hariSering kelelahan, lemas, dan kurang
dapat menikmati kehidupan sehari-hari.
b) Kebersihan dan kerapihan diri sering diabaikan
c) Cepat sekali menjadi marah atau tersinggung
d) Daya konsentrasi berkurang
e) Pada pembicaraan sering disertai topic yang berhubngan dengan rasa pesimis
atau perasaan putus asa
f) Berkurang atau hilangnya nafsu makan sehingga berat badan menurun secara
cepat.
g) Kadang-kadang dalam pembicaraannya ada kecenderungan untuk bunuh diri
3) Insomnia
a) Kurangnya kegiatan fisik dan mental sepanjang hari sehingga mereka masih
semangat sepanjang malam
b) Tertidur sebentar sepanjang hari
c) Gangguan cemas dan depresi
d) Tempat tidur dan suasana kamar kurang nyaman
e) Sering berkemih pada waktu malam karena banyak minum pada malam hari
f) Infeksi saluran kemih
4) Paranoid
a) Perasaan curiga dan memusuhi anggota keluarga, teman-teman, atau orang-
orang disekelilingnya
b) Lupa akan barang-barang yang disimpannya kemudian menduuh orang-
orang disekelilingnya mencuri atau menyembnyikan barang miliknya
c) Paranoid dapat merupakan manifestasi dari masalah lain, seperti depresi dan
rasa marah yang ditahan.
5) Demensia
a) Meningkatnya keslitan dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari
b) Mengabaikan kebersihan diri
c) Sering lupa akan kejadian-kejadian yang dialam, dalam keadaan yang makin
berat, nama orang atau keluarga dapat dilupakan
d) Pertanyaan atau kata-kata sering diulang-ulang
e) Tidak mengenal demensia waktu, misalnya bangun dan berpakaian pada
malam hari
f) Tidak dapat mengenal demensia ruang atau tempat
g) Sifat dan perilaku berubah menjadi keras kepala dan cepat marah
h) Menjadi depresi dan menangis tanpa alasan yang jelas
Konsep Depresi
E. Pengertian Depresi
Depresi adalah suatu gangguan mental umum yang ditandai dengan mood tertekan,
kehilangan kesenangan atau minat, perasaan bersalah atau harga diri rendah, gangguan
makan atau tidur, kurang energim dan konsentrasi yang rendah. Masalah ini dapat akut atau
kronik dan menyebabkan gangguan kemampuan individu untuk beraktivitas sehari-hari
(WHO, 2012). Salah satu masalah psikologis yang di hadapi lansia saat ini adalah depresi.
Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan kemurungan dan
kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga kegairahan hidup berkurang, tidak
mengalami gangguan dalam menilai realitas (Reality Testing Ability/RTA, masih baik),
kepribadian tetap utuh (tidak mengalami keretakan kepribadian/splitting of personality)
perilaku dapat terganggu tetapi dalam batas-batas normal (Hawari, 2017).
F. Etiologi
Etiologi diajukan para ahli mengenai depresipada usia lanjut (Aspiani, 2014) adalah:
a. Polifarmasi
Terdapat beberapa golongan obat yang dapat menimbulkan depresi, antara lain:
analgetika, obat anti inflamasi nonsteroid, antihipertensi, antipsikotik, antikanker,
ansiolitika, dan lain-lain.
b. Kondisi medis umum
Beberapa kondisi medis umum yang berhubungan dengan depresi adalah gangguan
endokrin, neoplasma, gangguan neurologis, dan lain- lain.
c. Teori neurobiology
Para ahli sepakat bahwa faktor genetik berperanpada depresi lansia. Pada beberapa
penelitian juga ditemukan adanya perubahan neurotransmitter pada depresi lansia,
seperti menurunnya konsentrasi serotonin, norepinefrin, dopamin, asetilkolin, serta
meningkatnya konsentrasi monoamin oksidase otak akibat proses penuaan. Atrofi
otak juga diperkirakan berperan pada depresi lansia,
d. Teori psikodinamik
Elaborasi Freud pada teori Karl Abraham tentang proses berkabung menghasilkan
pendapat bahwa hilangnya objek cinta diintrojeksikan ke dalam individu tersebut
sehingga menyatu atau merupakanbagian dari individu itu. Kemarahan terhadap objek
yang hilang tersebut ditujukan kepada diri sendiri. Akibatnya terjadi perasaan bersalah
atau menyalahkan diri sendiri, merasa diri tidak berguna, dan sebagainya.
e. Teori kognitif dan perilaku
Konsep Seligman tentang learned helplessness menyatakan bahwa terdapat hubungan
antara kehilangan yang tidak dapat dihindari akibat proses penuaan
seperti keadaan tubuh, fungsi seksual, dan sebagainya dengan sensasi passive
helplessness pada pasien usia lanjut. Salah satu teori psikologis tentang terjadinya
gangguan depresif adalah terjadinya distorsi kognitif. Dalam hal ini berkaitan dengan
bagaimana interpretasi seseorang terhadap peristiwa-peristiwa kehidupan yang
dialaminya.
f. Teori psikoedukatif
Hal-hal yang dipelajari atau diamati individu padaorang tua usia lanjut,misalnya
ketidakberdayaan mereka, pengisolasian oleh keluarga, tiadanya sanak saudara.
Ataupun perubahan perubahan fisik yang diakibatkan oleh proses penuaan dapat
memicu terjadinya depresi pada usia lanjut.
G. Gambaran Klinik
Pada umumnya lansia mengalami depresi ditandai oleh mood depresi menetap yang tidak
naik, gangguan nyata fungsi atau aktivitas sehari-hari, dan dapat berpikiran atau
melakukan percobaan bunuh diri.Pada lansia gejala depresi lebih banyak terjadi pada
orang dengan penyakit kronik, gangguan kognitif, dan disabilitas. Kesulitan konsentrasi
dan fungsi eksekutif lansia depresi akan membaik setelah depresi teratasi. Gangguan
depresi lansia dapat menyerupai gangguan kognitif seperti demensia, sehingga dua hal
tersebut perlu dibedakan.Para lansia depresi sering menunjukkan keluhan nyeri fisik
tersamar yang bervariasi, kecemasan, dan perlambatan berpikir. Perubahan pada lansia
depresi dapat dikategorikan menjadi perubahan fisik, perubahan dalam pemikiran,
perubahan dalam perasaan, dan perubahan perilaku.
Perubahan pada lansia depresi (Irawan, 2013):
a. Perubahan fisik
1) Perubahan nafsu makan sehingga berat badan turun (lebih dari 5% dari berat
badan bulan terakhir).
2) Gangguan tidur berupa gangguan untuk memulai tidur, tetap tertidur, atau tidur
terlalu lama. Jika tidur, merasa tidak segar dan lebih buruk di pagi hari penurunan
energi dengan perasaaan lemah dan kelelahan fisik. Beberapa orang mengalami
agitasi dengan kegelisahan dan bergerak terus.
3) Nyeri, nyeri kepala, dan nyeri otot dengan penyebab fisik yang tidak diketahui
gangguan perut, konstipasi.
b. Perubahan pemikiran
1) Pikiran kacau, melambat dalam berpikir, berkonsentrasi, atau sulit mengingat
informasi
2) Sulit dan sering menghindari mengambil keputusan
3) Pemikiran obsesif akan terjadi bencana atau malapetaka
4) Preokupasi atas kegagalan atau kekurangan diri menyebabkan kehilangan
kepercayaan diri
5) Menjadi tidak adil dalam mengambil keputusan
6) Hilang kontak dengan realitas, dapat menjadi halusinasi (auditorik) atau delusi
7) Pikiran menetap tentang kematian, bunuh diri, atau mencoba melukai diri sendiri
c. Perubahan perasaan
1) Kehilangan minat dalam kegiatan yang dulu merupakan sumber kesenangan
2) Penurunan minat dan kesenangan seks
3) Perasaan tidak berguna, putus asa, dan perasaan bersalah yang besar
4) Tidak ada perasaan
5) Perasaan akan terjadi malapetaka
6) Kehilangan percaya diri
7) Perasaan sedih dan murung yang lebih buruk di pagi hari
8) Menangis tiba-tiba, tanpa alasan jelas
9) Iritabel, tidak sabar, marah, dan perasaan agresif
d. Perubahan perilaku
1) Menarik diri dari lingkungan sosial, kerja, atau kegiatan santai
2) Menghindari mengambil keputusan
3) Mengabaikan kewajiban seperti pekerjaan rumah, berkebun, atau membayar
tagihan
4) Penurunan aktivitas fisik dan olahraga
5) Pengurangan perawatan diri seperti perawatan diri dan makan
6) Peningkatan penggunaan alkohol atau obat-obatan
b. Depresi Sedang
1) Kehilangan minat dan kegembiraan
2) Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan
menurunnya aktivitas
3) Konsentrasi dan perhatian yang kurang
4) Harga diri dan kepercayaan diri yang kurang
5) Pandangan masa depan yang suram dan pesimis
c. Depresi Berat
1) Mood depresif
2) Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan
menurunnya aktivitas
3) Konsentrasi dan perhatian yang kurang
4) Harga diri dan kepercayaan diri yang kurang
5) Pandangan masa depan yang suram dan pesimis
6) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
7) Perbuatan yang membahayakan dirinya sendiri atau bunuh diri
8) Tidur terganggu
9) Disertai waham, halusinasi
10) Lamanya gejala tersebut berlangsung selama 2 minggu
I. Dampak Depresi Pada Lansia
Pada usia lanjut depresi yang berdiri sendirimaupun yang bersamaan dengan
penyakit lainhendaknya ditangani dengan sungguh-sungguh karenabila tidak diobati
dapat memperburuk perjalanan penyakit dan memperburuk prognosis.
Pada depresi dapat dijumpai hal-hal sepertidibawah ini (Mudjaddid, 2012):
a. Depresi dapat meningkatkan angka kematian pada pasien dengan penyakit ka
rdiovaskuler.
b. Pada depresi timbul ketidakseimbangan hormonal yang dapat memperburuk
penyakit kardiovaskular (Misal: peningkatan hormone
adrenokortikotropin akan meningkatkan kadarkortisol).
c. Metabolisme serotonin yang terganggu padadepresi akan menimbulkan efek trombo
genesis.
d. Perubahan suasana hati (mood) berhubungandengan gangguan respons
imunitas termasukperubahan fungsi limfosit dan penurunan jumlah limfosit.
e. Pada depresi berat terdapat penurunan aktivitas selnatural killer.
f. Pasien depresi menunjukkan kepatuhan yang burukpada program
pengobatan maupun rehabilitasi.
Depresi pada lansia yang tidak ditangani dapat berlangsung bertahun-tahun
dan dihubungkan dengan kualitas hidup yang jelek, kesulitan dalam fungsi sosial
dan fisik, kepatuhan yang jelek terhadap terapi, danmeningkatnya morbiditas
dan mortalitas akibat bunuhdiri dan penyebab lainnya (Unützer, 2007). Beberapapen
elitian menunjukkan bahwa depresi pada lansia menyebabkan
peningkatan penggunaan rumah sakitdan outpatient medical services (Blazer, 2011).
J. Skala Pengukuran Depresi Pada Lanjut Usia
Depresi dapat mempengaruhi perilaku dan aktivitas seseorang terhadap lingkungannya.
Gejala depresi pada lansia diukur menurut tingkatan sesuai dengan gejala yang
termanifestasi. Jika dicurigai terjadi depresi, harus dilakukan pengkajian dengan alat
pengkajian yang terstandarisasi dan dapat dipercayai serta valid dan memang dirancang
untuk diujikan kepada lansia. Salah satu yang paling mudah digunakan untuk
diinterprestasikan diberbagai tempat, baik oleh peneliti maupun praktisi klinis
adalah Geriatric Depression Scale (GDS). Alat ini diperkenalkan oleh Yesavagepada
tahun 1983 dengan indikasi utama pada lanjut usia, dan memiliki keunggulan mudah
digunakan dan tidak memerlukan keterampilan khusus dari pengguna. Instrument GDS
ini memiliki sensitivitas 84 % danspecificity 95 %. Tes reliabilitas alat ini correlates
significantly of 0,85 (Burns, 1999). Alat ini terdiri dari 30 poin pertanyaan dibuat sebagai
alat penapisan depresi pada lansia. GDS menggunakan format laporan sederhana yang
diisi sendiri dengan menjawab “ya” atau “tidak” setiap pertanyaan, yang memrlukan
waktu sekitar 5-10 menit untuk menyelesaikannya. GDS merupakan alat psikomotorik
dan tidak mencakup hal-hal somatik yang tidak berhubungan dengan pengukuran mood
lainnya. Skor 0-10 menunjukkan tidak ada depresi, nilai 11-20 menunjukkan depresi
ringan dan skor 21-30 termasuk depresi sedang/berat yang membutuhkan rujukan guna
mendapatkan evaluasi psikiatrik terhadap depresi secara lebih rinci, karena GDS hanya
merupakan alat penapisan (Mudjaddid, 2012).
b. Terapi Psikologik
1) Psikoterapi
Psikoterapi individual maupun kelompok paling efektif jika dilakukan bersama-
sama dengan pemberian antidepresan. Baik pendekatan psikodinamik maupun
kognitif behavior sama keberhasilannya. Meskipun mekanisme psikoterapi tidak
sepenuhnya dimengerti, namun kecocokan antara pasien dan terapis dalam proses
terapeutik akan meredakan gejala dan membuat pasien lebih nyaman, lebih
mampu mengatasi persoalannya serta lebih percaya diri (Mudjaddid, 2012):.
2) Terapi kognitif
Terapi kognitif - perilaku bertujuan mengubah pola pikir pasien yang selalu
negatif (persepsi diri, masa depan, dunia, diri tak berguna, tak mampu dan
sebagainya) ke arah pola pikir yang netral atau positif. Ternyata pasien usia lanjut
dengan depresi dapat menerima metode ini meskipun penjelasan harus diberikan
secara singkat dan terfokus. Melalui latihan-latihan, tugas-tugas dan aktivitas
tertentu terapi kognitif bertujuan merubah perilaku dan pola pikir.
3) Terapi keluarga
Problem keluarga dapat berperan dalam perkembangan penyakit depresi, sehingga
dukungan terhadap keluarga pasien sangat penting. Proses penuaan mengubah
dinamika keluarga, ada perubahan posisi dari dominan menjadi dependen pada
orang usia lanjut. Tujuan terapi terhadap keluarga pasien yang depresi adalah
untuk meredakan perasaan frustasi dan putus asa, mengubah dan memperbaiki
sikap/struktur dalam keluarga yang menghambat proses penyembuhan pasien.
4) Penanganan Ansietas (Relaksasi)
Teknik yang umum dipergunakan adalah program relaksasi progresif baik secara
langsung dengan instruktur (psikolog atau terapis okupasional) atau melalui tape
recorder. Teknik ini dapat dilakukan dalam praktek umum sehari-hari. Untuk
menguasai teknik ini diperlukan kursus singkat terapi relaksasi.
Penanganan depresi dapat dilakukan pada lansia itu sendiri, keluarga lansia dan
masyarakat (Mudjaddid, 2012):, yaitu:
a. Diri Sendiri (Lansia)
1) Berfikir positif
2) Terbuka bila ada masalah
3) Menerima kondiri apa adanya
4) Ikut Kegiatan pengajian
5) Tidur yang cukup
6) Olahraga teratur
7) Optimis
8) Rajin beribadah
9) Latihan relaksasi
10) Ikut beraktivitas dan bekerja sesuai kemampuan
b. Keluarga
1) Dukung lansia tetap berkomunikasi
2) Ajak lansia berdiskuasi setiap minggu sekali
3) Mendengarkan keluahan lansia
4) Berikan bantuan ekonomi
5) Dukung kegiatan lansia
6) Ikut serta anak dan cucu merawat lansia
7) Memberikan kesempatan lansia beraktivitas sesuai dengan kemampuan
c. Masyarakat
1) Sediakan sarana posbindu untuk pelayanan kesehatan lansia
2) Siapkan tempat dan waktu latihan aktivitas lansia
3) Support group
L. Pathway
Faktor pencetus
Depresi
tidur
MK = Duka cita
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
- Pola Tidur
Klien tidur kira-kira 5 jam sehari yaitu dari jam 20.00 - 01.00. Ny. M
mengatakan susah tidur pada malam hari. Tidurnya tidak pulas dan sering
terbangun pada malam hari sekitar pukul 01.00. Saat terbangun, Ny. M
biasanya langsung teringat pada peristiwa kematian cucunya sehingga Ny. M
tidak dapat tidur kembali sampai pagi dan Ny. M juga menyatakan tidak
pernah dan sulit untuk tidur siang. Saat pengkajian, pengkaji melihat ada
lingkaran hitam di bawah mata Ny. M, wajah tampak lesu dan kelelahan. Saat
menjawab pertanyaan pengkaji, Ny. M tampak tidak konsentrasi dan sering
tidak ada kontak mata dengan pengkaji. Klien mengatakan bahwa ia sering
merasa malas karena kurang tidur.
- Aktifitas sehari-hari
Waktu subuh klien shalat subuh berjamah di mesjid, kemudian mandi. Setelah
itu klien biasanya menyapu rumah sesuai jadwal piket. Kira-kira jam 08.00
klien makan. Setelah makan klien bercengkrama dengan teman-temannya.
Selain itu kadangkala klien juga menonton TV dikamar perawat pengawas.
mengaji dikamarnya. Ketika bangun itu, klien sering termenung kemudian
menagis sendirian. Pada siang hari, kalau klien sendirian di kamar
- Rekreasi
Klien rekreasi ke luar panti seperti ke pasar dan tempat lain 1 x 2 bulan.
Kadang-kadang anak klien datang ke panti untuk mengajak jalan-jalan.
B. PSIKOLOGIS
1. Keadaan Emosi
Ny. M selalu mengingat kejadian yang menyebabkan cucunya meninggal,
sehingga Ny. M sering melamun dan menangis hampir tiap malam. Ny. M
mengatakan kejadian kematian cucunya tersebut masih segar dalam ingatannya
dan hal tersebutlah membuat klien menjadi sering melamun dan menangis pada
malam hari.
Pada saaat pengkajian Ny. M mengatakan sangat bersalah atas kejadian
yang menimpa cucunya karena lambat menyelamtkan cucunya walaupun orang tua
si anak dan keluarga lainnya tidak pernah menyalahkan beliau. Ny. M bercerita
kenapa beliau tidak dapat mencegah kejadian tersebut dan berusaha mencari
cucunya tersebut ke kolam yang ada di belakang rumahnya sendiri malahan beliau
mencari ke rumah orang lain.
C. SOSIAL
- Dukungan Keluarga
Keluarga sering mengunjungi Ny. M kepanti , cucunya sering menelpon untuk
menanyakan keadaan Ny. M
b. Rambut
- I : rambut sudah banyak uban
- P : tidak ada benjolan
c. Mata
- I : Simetris
o Ketajaman penglihatan : kurang baik sehingga menggunakan alat bantu
penglihatan
o Konjungtiva : tidak anemis
o Sclera : tidak ikterus
o Pupil : isokor (kanan dan kiri)
o Pemakaian alat bantu : memakai kaca mata baik membaca ataupun
tidak membaca.
d. Hidung
- I : simetris
o fungsi penciuman : baik,dapat membedakan bau
o pendarahan : tidak mengalami perdarahan
e. Mulut
- I : keadaan bibir : bibir klien kering
o keadaan gusi dan gigi : tidak ada perdarahan gusi dan gigi, gigi
terlihat bersih dan tidak lengkap.
o keadaan lidah : tidak ada tanda perdarahan.
f. Telinga
- I : bentuk telinga : simetris
o lubang telinga : terdapat serumen tapi masih dalam batas
normal
o ketajaman pendengaran : kurang mendengar karena sudah tua
g. Leher
- I : warna kulit sama dengan lain integritas kulit baik
bentuk simetris
- P : Tyroid : tidak terdapat pembesaran KGB
o denyut nadi karotis : teraba
o vena jugularis : teraba
h. Dada / thorax
- I : bentuk thorax : simetris (kiri dan kanan)
o Pernafasan : frequensi 24 kali/mnt
o Irama teratur dan tidak ada suara tambahan
o Tidak ada tanda kesulitan bernafas.
i. Paru – paru
- I bentuk thorax : simetris kiri dan kanan
o Tidak menggunakan otot bantu pernafasan
- P : terdengar dan teratur
- P : bunyi normal : sonor
- A : suara nafas teratur
j. Abdomen
- I : bentuk abdomen : simetris kiri dan kanan
o tidak ada benjolan
- P : tanda nyeri tekan : tidak ada
o Hepar : tidak ada pembengkakan
o Benjolan : tidak ada
- P asites : tidak ada
- A bising usus : 13/16 menit
k. Musculoskeletal
- I kesimetrisan otot : simetris kiri dan kanan
o edema : tidak ada edema
o Kekuatan otot : kekuatan otot telah berkurang
ANALISA DATA
No Data Masalah Keperawatan
1. Ds : Duka cita terganggu
Klien mengatakan :
Selalu mengingat kejadian yang membuat cucunya meninggal
Kejadian kematian cucunya tersebut masih segar dalam
ingatannya
Sering melamun dan menangis pada malam hari mengingat
kematian cucunya 10 tahun yang lalu
Sangat bersalah atas kejadian yang menimpa cucunya karena
lambat menyelamatkan cucunya walaupun orang tua si anak dan
keluarga lainnya tidak pernah menyalahkan beliau
Saat terbangun pada malam hari, Ny. M biasanya langsung
teringat pada peristiwa kematian cucunya sehingga Ny. M tidak
dapat tidur kembali sampai pagi
Do :
Klien terlihat lesu
Klien sering menyalahkan dirinya sendiri pada saat
menceritakan kejadian kematian cucunya
2. Ds : Keputusasaan
Klien mengatakan putus asa dan tidak berdaya, tidak berharga,
tidak ada harapan setelah ditinggal suami dan anak satu-
satunya.
Do :
Klien tampak sedih
Klien tampak menangis
Klien sering melamun
Klien sering menyendiri
Kontak mata dengan pengkaji kurang
Sering mengungkapkan kata yang menyalahkan diri sendiri.
3. Ds : Gangguan pola tidur
Klien mengatakan :
Tidur kira-kira 5 jam sehari yaitu dari jam 20.00- 01.00
Susah tidur pada malam hari
Tidurnya tidak pulas dan sering terbangun pada malam hari
sekitar pukul 01.00
Saat terbangun, Ny. M biasanya langsung teringat pada
peristiwa kematian cucunya sehingga Ny. M tidak dapat tidur
kembali sampai pagi
Tidak pernah dan sulit untuk tidur siang
Sering merasa malas karena kurang tidur
Do :
Terdapat lingkaran hitam di bawah mata Ny. M
Wajah tampak lesu dan kelelahan.
Saat menjawab pertanyaan pengkaji, Ny. M tampak tidak
konsentrasi
Sering tidak ada kontak mata dengan pengkaji
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Duka cita terganggu berhubungan dengan kehilangan
2. Keputusasaan berhubungan dengan stres jangka panjang
3. Gangguan pola tidu berhubungan dengan depresi
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. M DI PANTI SOSIAL TRESNA
WERDHA KASIH SAYANG IBU