Anda di halaman 1dari 26

TUGAS

KEPERAWATAN GERONTIK

“APGAR LANSIA DAN PENGKAJIAN DEPRESI”

Di Susun Oleh :
Kelompok 1

1. Nurlaeli Setiowati 20200305004


2. Ayu Windasari 20200305006
3. Indah Sundari 20200305007
4. Reisna Mei Swares Sari 20203050009
5. Dwi Ramadhanti 20200305016
6. Asep irwandi 20200305026

JURUSAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
JAKARTA BARAT
2020
A. Latar Belakang

Depresi merupakan masalah psikologis yang banyak terjadi pada lanjut usia. Masalah
tersebut ditandai dengan perasaan sedih mendalam yang berdampak pada gangguan interaksi
sosial. Tidak jarang gejala depresi juga berupa gangguan fisik seperti insomnia dan
berkurangnya napsu makan. Depresi seringkali tidak terdeteksi pada lanjut usia karena
dianggap sebagai akibat dari proses penuaan dan penyakit kronis yang dialami oleh lanjut
usia. Padahal deteksi dini dan penanganan yang tepat terhadap depresi dapat memperbaiki
dan meningkatkan kualitas hidup bagi lanjut usia (Dewi, 2014). Depresi yang sering dialami
lansia tersebut juga menyebabkan gangguan mekanisme koping pada penderitanya,
kebanyakan pada klien lansia dengan depresi mengalami koping individu yang tidak efektif
(Irawan, 2013).
Menurut WHO (2013), depresi merupakan gangguan psikologis terbesar ketiga yang
diperkirakan terjadi pada 5% penduduk di dunia. Penelitian yang dilakukan oleh Pracheth
&Chowti (2013) di India, memberikan hasil dari 218 lanjut usia yang diteliti, terdapat 64
orang (29,36%) yang mengalami depresi. Di Indonesia, belum ada penelitian yang
menyebutkan secara pasti tentang jumlah prevalensi lanjut usia yang mengalami depresi.
Namun peningkatan jumlah penderita depresi dapat diamati bertambah dari waktu ke waktu
melalui peningkatan jumlah kunjungan pasien yang berobat ke pelayananan kesehatan
maupun peningkatan obat psikofarmaka yang diresepkan oleh dokter (Hawari, 2013).
Diperkirakan dari jumlah lanjut usia di Indonesia pada tahun 2013 yaitu 24 juta jiwa, 5%
mengalami depresi. Akan meningkat 13,5% pada lanjut usia yang memiliki penyakit kronis
dan dirawat inap.

B. Definisi Lansia
Seseorang dikatakan lanjut usia (lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas. (Effendi &
Makhfudli, 2010). Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu
proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampan tubuh untuk beradaptasi
dengan stress lingkungan. (Effendi & Makhfudli, 2010). Lansia adalah keadaan yang
ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap
kondisi stress fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan
untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual (Hawari, 2013) Usia lanjut
digolongkan menjadi tiga, yaitu :young old (65-74 tahun), middle old (75-84 tahun), dan
old-old (lebih dari 85 tahun) . (Taber & Noorkasiani, 2010). Setyonegoro menggolongkan
bahwa yang disebut usia lanjut (geriatric age) adalah orang yang berusia lebih dari 65
tahun. Selanjutnya terbagi dalam usia 70- 75 tahun (young old), 75-80 tahun (old) dan
lebih dari 80 tahun (very old). (Taber & Noorkasiani, 2010).

C. Perubahan yang Terjadi Pada Lansia


Perubahan sistem tubuh yang terjadi pada lansia.(Effendi & Makhfudli, 2010).
a. Perubahan Fisik
1) Sel
Pada lansia, jumlah selnya akan lebih sedikit dan ukurannya akan lebih besar. Cairan
tubuh dan cairan intraseluler akan berkurang, proporsi protein di otak, otot, ginjal,
darah dan hati juga ikut berkurang. Jumlah sel otak akan menurun, mekanisme
perbaikan sel akan terganggu, dan otak menjadi atrofi.
2) Sistem Persarafan
Rata-rata berkurangnya saraf neorotical sebesar 1 per detik hubungan persarafan
cepat menurut, lambat dalam merespon baik dari gerakan maupun jarak waktu,
khususnya dengan stress, mengecilnya saraf pancaindera, serta menjadi kurang
sensitif terhadap sentuhan.
3) Sistem Pendengaran
Gangguan pada pendengaran (presbiakusis), membrane tymphan mengalami atrofi,
terjadi pengumpulan dan pengerasan serumen karena peningkatan keratin,
pendengaran menrun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa dan stress.
4) Sistem Penglihatan
Timbul sklerosis pada sfringter pupil dan hilangnya respons terhadap sinar, kornea
lebih berbentuk seperti bola (sferis), lensa lebih suram (keruh) dapat menyebabkan
katarak, meningkatnya ambang, pengamatan sinar dan daya adaptasi terhadap
kegelapan menjadi lebih lambat dan sulit untuk melihat dalam keadaan gelap,
hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang pandang, dan menurunnya daya
unutk membedakan antara warna biru dengan hijau pada sklaa pemeriksaan.
5) Sistem Kardiovaskuler
Elastisitas didnding aorta menurun, katup jantung menebal dan menjadi kaku,
kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20
tahun, hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya. Kehilangan
eslastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi, sering terjadi postural hipotensi, tekanan darah meningkat diakibatkan
oleh meningkatnya resistensi dari pembluh darah perifer
6) Sistem Pengaturan Tubuh
Suhu tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologis ± 35°C, hal ini diakibatkan oleh
metabolisme yang menurun, keterbatasan reflek menggigil, dan tidak dapat
memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot.
7) Sistem Pernapasan
Otot-otot pernapasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, menurunnya kativitas
dari silia, paru-paru kehilangan elastisitas sehingga kapasitas residu meningkat,
menarik napas lebih berat, kapasitas pernapasan mkasimum menurun, dan kedalama
bernafas menurun. Ukuran alveoli melebar dari normal dn jumlahnya berkurang,
oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg, kemampuan untuk batuk berkurang
dan penurunan kekuatan otot pernapasan.
8) Sistem Gastrointestinal
Kehilangan gigi, indra pengecapan mengalami peurunan, esofagus melebar, sensivitas
akan rasa lapar menurun, produksi asam lambung dan waktu pengosongan lambung
menurun, peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi, fungsi absorbsi menurun,
hati (liver) semakin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, serta
berkurangnya suplai aliran darah.
9) Sistem Genitourinaria
Ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal menurun hingga
50%, fungsi tubulus berkurang (berakibat pada penurunan kemampuan ginjal
untukmengonsentrasikan urine, berat jenis urine menurun, proteinuria biasanya +1),
blood urine nitrogen (BUN) meningkathingga 21mg%, nilai ambang ginjal terhadap
glukosa meningkat, Otot-otot kandung kemih (vesica urinaria) melemah,
kapasitasnya menurun hingga 200ml dan menyebabkan frekuensi buang air kecil
meningkat, kandung kemihsulit dikosongkan sehingga meningkatkan retensi urine.
Pria dengan usia 65 tahun ke atas sebagian besar mengalami pembesaran prostat
hingga kurang lebih 75% dari besar normalnya.
10) Sistem Endokrin
Menurunnya produksi ACTH, TSH, FSH, dan LH, aktiivtas tirois, basal metabolic
rate (BMR), daya pertukaran gas, produksi aldosteron, serta sekresi hormon kelamin
seperti progesteon, esterogen, dan testoteron
11) Sistem Integumen
Kulit menjadi keriput akibat kehilangan jaringan lemak, permukaan kulit kasar dan
bersisik, menurunnya respons terhadap trauma, mekanisme proteksi kulit menurun,
kulit kepala dan rambut menipis serta berwarna kelabu, rambut dalam hidung dan
telinga menebal, berkurangnya elastisitas akibat menurunnya cairan dan vaskularisasi,
pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kuku kaki
tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk, kelenjar keringat berkurang jumlahnya
dan fungsinya, kuku menjadi pudar dan kurang bercahaya.
12) Sistem Muskuloskeletal
Tulang kehilangan kepadatannya (density) dan semakin rapuh, kifosis, persendian
membesar dan menjadi kaku, tendon mengerut dan mengalami sklerosis, atrofi
serabut otot sehingga gerak seseorang menjadi lambat, otot-otot kram dan menjadi
tremor.

b. Perubahan Mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah perubahan fisik, kesehatan
umum, tingkat pendidikan, keturunan (hereditas), lingkungan, tingkat kecerdasan
(intellegence quotient-I.Q), dan kenangan (memory), kenangan dibagi menjadi dua, yaitu
kenangan jangka panjang (berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu) mencakup
beberapa perubahan dan kenangan jangka pendek atau seketika (0- 10 menit) biasanya
dapat berupa kenangan buruk.

c. Perubahan psikologis
Perubahan psikologis terjadi terutama setelah seseorang mengalami pensiun. Berikut ini
adalah hal-hal yang akan terjadi pada masa pensiun.
1. Kehilangan sumber finansial atau pemasukan (income) berkurang
2. Kehilangan status karena dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup tinggi, lengkap
dengan segala fasilitasnya
3. Kehilangan teman atau relasi
4. Kehilangan pekerjaan atau kegiatan
5. Merasakan atau kesadaran akan kematian (sense of awareness mortality)

D. Masalah Yang Sering Dihadapi Lansia


Masalah kesehatan jiwa yang sering timbul pada lansia meliputi kecemasan, depresi,
insomnia, paranoid, dan demensia (Maryam, Ekasari, Rosidawati, Jubaedi, & Batubara,
2010)
a. Tanda dan gejala
1) Kecemasan
a) Perasaan khawatir atau takut yang tidak rasional akan kejadian yang akan
terjadi
b) Sulit tidur sepanjang malam
c) Rasa tegang cepat marah
d) Sering mengeluh akan gejala yang ringan atau takut/khawatir terhadap
penyakit yang berat, misalnya kanker dan penyakit jantung yang sebenarnya
tidak dideritanya
e) Sering membayangkan hal-hal yang menakutkan
f) Rasa panik terhadap masalah yang ringan

2) Depresi
a) Sering mengalami gangguan tidur atau sering terbangun sangat pagi yang
bukan merupakan kebiasaanya sehari-hariSering kelelahan, lemas, dan kurang
dapat menikmati kehidupan sehari-hari.
b) Kebersihan dan kerapihan diri sering diabaikan
c) Cepat sekali menjadi marah atau tersinggung
d) Daya konsentrasi berkurang
e) Pada pembicaraan sering disertai topic yang berhubngan dengan rasa pesimis
atau perasaan putus asa
f) Berkurang atau hilangnya nafsu makan sehingga berat badan menurun secara
cepat.
g) Kadang-kadang dalam pembicaraannya ada kecenderungan untuk bunuh diri

3) Insomnia
a) Kurangnya kegiatan fisik dan mental sepanjang hari sehingga mereka masih
semangat sepanjang malam
b) Tertidur sebentar sepanjang hari
c) Gangguan cemas dan depresi
d) Tempat tidur dan suasana kamar kurang nyaman
e) Sering berkemih pada waktu malam karena banyak minum pada malam hari
f) Infeksi saluran kemih

4) Paranoid
a) Perasaan curiga dan memusuhi anggota keluarga, teman-teman, atau orang-
orang disekelilingnya
b) Lupa akan barang-barang yang disimpannya kemudian menduuh orang-
orang disekelilingnya mencuri atau menyembnyikan barang miliknya
c) Paranoid dapat merupakan manifestasi dari masalah lain, seperti depresi dan
rasa marah yang ditahan.

5) Demensia
a) Meningkatnya keslitan dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari
b) Mengabaikan kebersihan diri
c) Sering lupa akan kejadian-kejadian yang dialam, dalam keadaan yang makin
berat, nama orang atau keluarga dapat dilupakan
d) Pertanyaan atau kata-kata sering diulang-ulang
e) Tidak mengenal demensia waktu, misalnya bangun dan berpakaian pada
malam hari
f) Tidak dapat mengenal demensia ruang atau tempat
g) Sifat dan perilaku berubah menjadi keras kepala dan cepat marah
h) Menjadi depresi dan menangis tanpa alasan yang jelas

Konsep Depresi

E. Pengertian Depresi
Depresi adalah suatu gangguan mental umum yang ditandai dengan mood tertekan,
kehilangan kesenangan atau minat, perasaan bersalah atau harga diri rendah, gangguan
makan atau tidur, kurang energim dan konsentrasi yang rendah. Masalah ini dapat akut atau
kronik dan menyebabkan gangguan kemampuan individu untuk beraktivitas sehari-hari
(WHO, 2012). Salah satu masalah psikologis yang di hadapi lansia saat ini adalah depresi.
Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan kemurungan dan
kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga kegairahan hidup berkurang, tidak
mengalami gangguan dalam menilai realitas (Reality Testing Ability/RTA, masih baik),
kepribadian tetap utuh (tidak mengalami keretakan kepribadian/splitting of personality)
perilaku dapat terganggu tetapi dalam batas-batas normal (Hawari, 2017).

F. Etiologi
Etiologi diajukan  para  ahli  mengenai depresipada  usia  lanjut  (Aspiani, 2014) adalah:
a. Polifarmasi
Terdapat  beberapa  golongan  obat yang  dapat menimbulkan depresi, antara lain:
analgetika, obat anti inflamasi  nonsteroid,  antihipertensi, antipsikotik, antikanker,
ansiolitika, dan lain-lain.
b. Kondisi medis umum
Beberapa kondisi medis umum yang berhubungan dengan depresi adalah gangguan
endokrin, neoplasma, gangguan neurologis, dan lain- lain.
c. Teori neurobiology
Para ahli sepakat bahwa faktor genetik berperanpada depresi lansia. Pada beberapa
penelitian juga ditemukan adanya perubahan neurotransmitter pada depresi lansia,
seperti menurunnya konsentrasi serotonin, norepinefrin, dopamin, asetilkolin, serta
meningkatnya konsentrasi  monoamin oksidase otak akibat proses  penuaan.  Atrofi
otak juga diperkirakan berperan pada depresi lansia,
d. Teori psikodinamik
Elaborasi Freud pada teori Karl Abraham tentang proses berkabung menghasilkan
pendapat bahwa hilangnya objek cinta diintrojeksikan ke dalam individu tersebut
sehingga menyatu atau merupakanbagian dari individu itu. Kemarahan terhadap objek
yang hilang tersebut ditujukan kepada diri sendiri. Akibatnya terjadi perasaan bersalah
atau menyalahkan diri sendiri, merasa diri tidak berguna, dan sebagainya.
e. Teori kognitif dan perilaku
Konsep Seligman tentang learned helplessness menyatakan bahwa terdapat hubungan
antara kehilangan yang tidak dapat dihindari akibat proses penuaan
seperti keadaan tubuh, fungsi seksual, dan sebagainya dengan sensasi passive
helplessness pada pasien usia lanjut. Salah satu teori psikologis tentang terjadinya
gangguan depresif adalah terjadinya distorsi kognitif. Dalam hal ini berkaitan dengan
bagaimana interpretasi seseorang terhadap peristiwa-peristiwa kehidupan yang
dialaminya.
f. Teori psikoedukatif
Hal-hal yang dipelajari atau diamati individu padaorang tua usia lanjut,misalnya
ketidakberdayaan mereka, pengisolasian oleh keluarga, tiadanya sanak saudara.
Ataupun perubahan perubahan fisik yang diakibatkan  oleh proses penuaan dapat
memicu terjadinya depresi pada usia lanjut.

G. Gambaran Klinik
Pada umumnya lansia mengalami depresi ditandai oleh mood depresi menetap yang tidak
naik, gangguan nyata fungsi atau aktivitas sehari-hari, dan dapat berpikiran atau
melakukan percobaan bunuh diri.Pada lansia gejala depresi lebih banyak terjadi pada
orang dengan penyakit kronik, gangguan kognitif, dan disabilitas. Kesulitan konsentrasi
dan fungsi eksekutif lansia depresi akan membaik setelah depresi teratasi. Gangguan
depresi lansia dapat menyerupai gangguan kognitif seperti demensia, sehingga dua hal
tersebut perlu dibedakan.Para lansia depresi sering menunjukkan keluhan nyeri fisik
tersamar yang bervariasi, kecemasan, dan perlambatan berpikir. Perubahan pada lansia
depresi dapat dikategorikan menjadi perubahan fisik, perubahan dalam pemikiran,
perubahan dalam perasaan, dan perubahan perilaku.
Perubahan pada lansia depresi (Irawan, 2013):
a. Perubahan fisik
1) Perubahan nafsu makan sehingga berat badan turun (lebih dari 5% dari berat
badan bulan terakhir).
2) Gangguan tidur berupa gangguan untuk memulai tidur, tetap tertidur, atau tidur
terlalu lama. Jika tidur, merasa tidak segar dan lebih buruk di pagi hari penurunan
energi dengan perasaaan lemah dan kelelahan fisik. Beberapa orang mengalami
agitasi dengan kegelisahan dan bergerak terus.
3) Nyeri, nyeri kepala, dan nyeri otot dengan penyebab fisik yang tidak diketahui
gangguan perut, konstipasi.
b. Perubahan pemikiran
1) Pikiran kacau, melambat dalam berpikir, berkonsentrasi, atau sulit mengingat
informasi
2) Sulit dan sering menghindari mengambil keputusan
3) Pemikiran obsesif akan terjadi bencana atau malapetaka
4) Preokupasi atas kegagalan atau kekurangan diri menyebabkan kehilangan
kepercayaan diri
5) Menjadi tidak adil dalam mengambil keputusan
6) Hilang kontak dengan realitas, dapat menjadi halusinasi (auditorik) atau delusi
7) Pikiran menetap tentang kematian, bunuh diri, atau mencoba melukai diri sendiri
c. Perubahan perasaan
1) Kehilangan minat dalam kegiatan yang dulu merupakan sumber kesenangan
2) Penurunan minat dan kesenangan seks
3) Perasaan tidak berguna, putus asa, dan perasaan bersalah yang besar
4) Tidak ada perasaan
5) Perasaan akan terjadi malapetaka
6) Kehilangan percaya diri
7) Perasaan sedih dan murung yang lebih buruk di pagi hari
8) Menangis tiba-tiba, tanpa alasan jelas
9) Iritabel, tidak sabar, marah, dan perasaan agresif
d. Perubahan perilaku
1) Menarik diri dari lingkungan sosial, kerja, atau kegiatan santai
2) Menghindari mengambil keputusan
3) Mengabaikan kewajiban seperti pekerjaan rumah, berkebun, atau membayar
tagihan
4) Penurunan aktivitas fisik dan olahraga
5) Pengurangan perawatan diri seperti perawatan diri dan makan
6) Peningkatan penggunaan alkohol atau obat-obatan

H. Tingkatan Depresi pada Lansia


Menurut Aspiani 2014 tingkatan depresi yaitu:
a. Depresi ringan
1) Kehilangan minat dan kegembiraan
2) Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan
menurunnya aktivitas
3) Konsentrasi dan perhatian yang kurang
4) Harga diri dan kepercayaan diri yang kurang

b. Depresi Sedang
1) Kehilangan minat dan kegembiraan
2) Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan
menurunnya aktivitas
3) Konsentrasi dan perhatian yang kurang
4) Harga diri dan kepercayaan diri yang kurang
5) Pandangan masa depan yang suram dan pesimis
c. Depresi Berat
1) Mood depresif
2) Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan
menurunnya aktivitas
3) Konsentrasi dan perhatian yang kurang
4) Harga diri dan kepercayaan diri yang kurang
5) Pandangan masa depan yang suram dan pesimis
6) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
7) Perbuatan yang membahayakan dirinya sendiri atau bunuh diri
8) Tidur terganggu
9) Disertai waham, halusinasi
10) Lamanya gejala tersebut berlangsung selama 2 minggu

I. Dampak Depresi Pada Lansia
Pada  usia lanjut depresi yang berdiri sendirimaupun yang bersamaan dengan
penyakit lainhendaknya ditangani dengan sungguh-sungguh karenabila tidak diobati
dapat memperburuk perjalanan penyakit dan memperburuk prognosis.
Pada depresi  dapat dijumpai hal-hal sepertidibawah ini (Mudjaddid, 2012):
a. Depresi   dapat   meningkatkan   angka   kematian  pada   pasien   dengan penyakit ka
rdiovaskuler.
b. Pada depresi timbul ketidakseimbangan hormonal yang dapat memperburuk
penyakit kardiovaskular (Misal: peningkatan hormone
adrenokortikotropin akan meningkatkan kadarkortisol).
c. Metabolisme serotonin yang terganggu padadepresi akan menimbulkan efek trombo
genesis.
d. Perubahan  suasana  hati (mood)  berhubungandengan gangguan respons
imunitas termasukperubahan fungsi limfosit dan penurunan jumlah limfosit.
e. Pada depresi berat terdapat penurunan aktivitas selnatural  killer.
f. Pasien depresi  menunjukkan  kepatuhan  yang burukpada  program
pengobatan maupun rehabilitasi.
Depresi pada lansia yang tidak ditangani dapat berlangsung bertahun-tahun
dan dihubungkan dengan kualitas hidup yang jelek, kesulitan dalam fungsi sosial
dan fisik, kepatuhan yang jelek terhadap terapi, danmeningkatnya morbiditas
dan mortalitas  akibat bunuhdiri  dan  penyebab lainnya  (Unützer,  2007).  Beberapapen
elitian menunjukkan bahwa  depresi  pada lansia menyebabkan 
peningkatan penggunaan rumah sakitdan outpatient  medical  services (Blazer, 2011).
J. Skala Pengukuran Depresi Pada Lanjut Usia
Depresi dapat mempengaruhi perilaku dan aktivitas seseorang terhadap lingkungannya.
Gejala depresi pada lansia diukur menurut tingkatan sesuai dengan gejala yang
termanifestasi. Jika dicurigai terjadi depresi, harus dilakukan pengkajian dengan alat
pengkajian yang terstandarisasi dan dapat dipercayai serta valid dan memang dirancang
untuk diujikan kepada lansia. Salah satu yang paling mudah digunakan untuk
diinterprestasikan diberbagai tempat, baik oleh peneliti maupun praktisi klinis
adalah Geriatric Depression Scale (GDS). Alat ini diperkenalkan oleh Yesavagepada
tahun 1983 dengan indikasi utama pada lanjut usia, dan memiliki keunggulan mudah
digunakan dan tidak memerlukan keterampilan khusus dari pengguna. Instrument GDS
ini memiliki sensitivitas 84 % danspecificity 95 %. Tes reliabilitas alat ini correlates
significantly of 0,85 (Burns, 1999). Alat ini terdiri dari 30 poin pertanyaan dibuat sebagai
alat penapisan depresi pada lansia. GDS menggunakan format laporan sederhana yang
diisi sendiri dengan menjawab “ya” atau “tidak” setiap pertanyaan, yang memrlukan
waktu sekitar 5-10 menit untuk menyelesaikannya. GDS merupakan alat psikomotorik
dan tidak mencakup hal-hal somatik yang tidak berhubungan dengan pengukuran mood
lainnya. Skor 0-10 menunjukkan tidak ada depresi, nilai 11-20 menunjukkan depresi
ringan dan skor 21-30 termasuk depresi sedang/berat yang membutuhkan rujukan guna
mendapatkan evaluasi psikiatrik terhadap depresi secara lebih rinci, karena GDS hanya
merupakan alat penapisan (Mudjaddid, 2012).

K. Penatalaksanaan Depresi Pada usia Lanjut


a. Terapi fisik
1) Obat
Secara umum, semua obat antidepresan sama efektivitasnya. Pemilihan jenis
antidepresan ditentukan oleh pengalaman klinikus dan pengenalan terhadap
berbagai jenis antidepresan. Biasanya pengobatan dimulai dengan dosis separuh
dosis dewasa, lalu dinaikkan perlahan-lahan sampai ada perbaikan gejala
(Mudjaddid, 2012):.
2) Terapi Elektrokonvulsif (ECT)
Untuk pasien depresi yang tidak bisa makan dan minum, berniat bunuh diri atau
retardasi hebat maka ECT merupakan pilihan terapi yang efektif dan aman. ECT
diberikan 1- 2 kali seminggu pada pasien rawat nginap, unilateral untuk
mengurangi confusion/memory problem.Terapi ECT diberikan sampai ada
perbaikan mood(sekitar 5 - 10 kali), dilanjutkan dengan anti depresan untuk
mencegah kekambuhan (Mudjaddid, 2012):.

b. Terapi Psikologik
1) Psikoterapi
Psikoterapi individual maupun kelompok paling efektif jika dilakukan bersama-
sama dengan pemberian antidepresan. Baik pendekatan psikodinamik maupun
kognitif behavior sama keberhasilannya. Meskipun mekanisme psikoterapi tidak
sepenuhnya dimengerti, namun kecocokan antara pasien dan terapis dalam proses
terapeutik akan meredakan gejala dan membuat pasien lebih nyaman, lebih
mampu mengatasi persoalannya serta lebih percaya diri (Mudjaddid, 2012):.
2) Terapi kognitif
Terapi kognitif - perilaku bertujuan mengubah pola pikir pasien yang selalu
negatif (persepsi diri, masa depan, dunia, diri tak berguna, tak mampu dan
sebagainya) ke arah pola pikir yang netral atau positif. Ternyata pasien usia lanjut
dengan depresi dapat menerima metode ini meskipun penjelasan harus diberikan
secara singkat dan terfokus. Melalui latihan-latihan, tugas-tugas dan aktivitas
tertentu terapi kognitif bertujuan merubah perilaku dan pola pikir.
3) Terapi keluarga
Problem keluarga dapat berperan dalam perkembangan penyakit depresi, sehingga
dukungan terhadap keluarga pasien sangat penting. Proses penuaan mengubah
dinamika keluarga, ada perubahan posisi dari dominan menjadi dependen pada
orang usia lanjut. Tujuan terapi terhadap keluarga pasien yang depresi adalah
untuk meredakan perasaan frustasi dan putus asa, mengubah dan memperbaiki
sikap/struktur dalam keluarga yang menghambat proses penyembuhan pasien.
4) Penanganan Ansietas (Relaksasi)
Teknik yang umum dipergunakan adalah program relaksasi progresif baik secara
langsung dengan instruktur (psikolog atau terapis okupasional) atau melalui tape
recorder. Teknik ini dapat dilakukan dalam praktek umum sehari-hari. Untuk
menguasai teknik ini diperlukan kursus singkat terapi relaksasi.
Penanganan depresi dapat dilakukan pada lansia itu sendiri, keluarga lansia dan
masyarakat (Mudjaddid, 2012):, yaitu:
a. Diri Sendiri (Lansia)
1) Berfikir positif
2) Terbuka bila ada masalah
3) Menerima kondiri apa adanya
4) Ikut Kegiatan pengajian
5) Tidur yang cukup
6) Olahraga teratur
7) Optimis
8) Rajin beribadah
9) Latihan relaksasi
10) Ikut beraktivitas dan bekerja sesuai kemampuan
b. Keluarga
1) Dukung lansia tetap berkomunikasi
2) Ajak lansia berdiskuasi setiap minggu sekali
3) Mendengarkan keluahan lansia
4) Berikan bantuan ekonomi
5) Dukung kegiatan lansia
6) Ikut serta anak dan cucu merawat lansia
7) Memberikan kesempatan lansia beraktivitas sesuai dengan kemampuan
c.  Masyarakat
1) Sediakan sarana posbindu untuk pelayanan kesehatan lansia
2) Siapkan tempat dan waktu latihan aktivitas lansia
3) Support group
L. Pathway

Faktor pencetus

Faktor biologis Penyakit fisik Faktor psikologis

Stres kronis Tipe kepribadian


Faktor genetik Penuaan
Peristiwa yang tidak

Kurangnya perhatian menyenangkan

Penyakit cerebrovaskuler Neurotransmitter tidak


seimbang

Faktor resiko vaskular Perubahan struktural


otak

Depresi

Gejala umum Trauma yang Gejala sosial


mendalam Kehilangan harga diri
Tidak merasakan
ketenangan dalam hidup Merasa kehilangan Mudah menyerah
orang yang disayangi

MK = Gangguan pola Perasaan berduka MK = Keputus asahan

tidur
MK = Duka cita
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

NAMA PANTI : Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Ibu


ALAMAT PANTI : Tangerang
TANGGAL MASUK : Klien masuk kira-kira 3 bulan yang lalu
NO. REGISTER : tidak diketahui
I. IDENTITAS
A. Nama : Ny.M
B. Jenis Kelamin : Perempuan
C. Umur : 65 tahun
D. Agama : Islam
E. Status Perkawinan : Kawin (janda)
F. Pendidikan Terakhir : SD
G. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
H. Alamat rumah : Tangerang

II. ALASAN KUNJUNGAN KE PANTI


Klien masuk panti sosial karena keinginan pribadi, dengan alasan klien ingin
melupakan trauma masa lalunya. Yaitu kira-kira 10 tahun yang lalu cucu Ny. M
meninggal karena tenggelam di kolam yang ada di belakang rumahnya. Saat itu cucu
Ny. M tinggal di rumah bersama Ny. M karena orang tua cucunya itu bekerja. Ny. M
merasa sangat bersalah atas peristiwa tersebut. Sejak itu Ny. M sering melamun,
menyendiri di dalam kamar dan menangis sendirian terutama di malam hari. Anak-
anak Ny.M dan cucunya sibuk beraktivitas diluar rumah sehingga Ny. M sering tinggal
sendirian diluar rumah. Untuk mengatasi rasa sepi yang beliau alami , maka beliau
memutuskan untuk tinggal di panti dengan alasan di panti ini banyak teman tempat
bercerita.

III. RIWAYAT KESEHATAN


1. Masalah kesehatan yang pernah dialami dan dirasakan saat ini
Klien mengatakan putus asa dan tidak berdaya, tidak berharga, tidak ada harapan
setelah ditinggal suami dan anak satu-satunya. Ny. M terlihat lesu, kontak mata
dengan pengkaji kurang, dan sering mengungkapkan kata yang menyalahkan diri
sendiri

2. Masalah kesehatan keluarga/keturunan


Tidak ada penyakit keturunan

IV. KEBIASAAN SEHARI-HARI


A. BIOLOGIS
- Pola Makan
Klien makan 2 x sehari, porsi hanya habis separuh, menu seimbang, diet buah
2 x seminggu. Klien kurang suka makan sayuran.
- Pola Minum
Klien minum hanya 1 mug (kira-kira 500 ml) sehari dan kadang-kadang tidak
habis. Selain itu klien juga rutin minum segelas air teh setiap pagi.Minum susu
1 x seminggu

- Pola Tidur
Klien tidur kira-kira 5 jam sehari yaitu dari jam 20.00 - 01.00. Ny. M
mengatakan susah tidur pada malam hari. Tidurnya tidak pulas dan sering
terbangun pada malam hari sekitar pukul 01.00. Saat terbangun, Ny. M
biasanya langsung teringat pada peristiwa kematian cucunya sehingga Ny. M
tidak dapat tidur kembali sampai pagi dan Ny. M juga menyatakan tidak
pernah dan sulit untuk tidur siang. Saat pengkajian, pengkaji melihat ada
lingkaran hitam di bawah mata Ny. M, wajah tampak lesu dan kelelahan. Saat
menjawab pertanyaan pengkaji, Ny. M tampak tidak konsentrasi dan sering
tidak ada kontak mata dengan pengkaji. Klien mengatakan bahwa ia sering
merasa malas karena kurang tidur.

- Pola Eliminasi ( B.A.B/B.A.K)


 BAB : Frekuensi BAB 1x seminggu, konsistensi keras, warna coklat tua.
Ny. M menyatakan ia belum BAB sejak hari Kamis dan perubahan pola
BAB ini terjadi lebih kurang satu tahun belakangan. Dan pada saat BAB
Ny. M selalu mengejan.
 BAK : Frekuensi BAK 3-4 x sehari, jumlah sedikit, warna kuning jernih

- Aktifitas sehari-hari
Waktu subuh klien shalat subuh berjamah di mesjid, kemudian mandi. Setelah
itu klien biasanya menyapu rumah sesuai jadwal piket. Kira-kira jam 08.00
klien makan. Setelah makan klien bercengkrama dengan teman-temannya.
Selain itu kadangkala klien juga menonton TV dikamar perawat pengawas.
mengaji dikamarnya. Ketika bangun itu, klien sering termenung kemudian
menagis sendirian. Pada siang hari, kalau klien sendirian di kamar

- Rekreasi
Klien rekreasi ke luar panti seperti ke pasar dan tempat lain 1 x 2 bulan.
Kadang-kadang anak klien datang ke panti untuk mengajak jalan-jalan.
B. PSIKOLOGIS
1. Keadaan Emosi
Ny. M selalu mengingat kejadian yang menyebabkan cucunya meninggal,
sehingga Ny. M sering melamun dan menangis hampir tiap malam. Ny. M
mengatakan kejadian kematian cucunya tersebut masih segar dalam ingatannya
dan hal tersebutlah membuat klien menjadi sering melamun dan menangis pada
malam hari.
Pada saaat pengkajian Ny. M mengatakan sangat bersalah atas kejadian
yang menimpa cucunya karena lambat menyelamtkan cucunya walaupun orang tua
si anak dan keluarga lainnya tidak pernah menyalahkan beliau. Ny. M bercerita
kenapa beliau tidak dapat mencegah kejadian tersebut dan berusaha mencari
cucunya tersebut ke kolam yang ada di belakang rumahnya sendiri malahan beliau
mencari ke rumah orang lain.
C. SOSIAL
- Dukungan Keluarga
Keluarga sering mengunjungi Ny. M kepanti , cucunya sering menelpon untuk
menanyakan keadaan Ny. M

- Hubungan Antar Keluarga


Masih terjalin hubungan komunikasi dengan keluarga lain

- Hubungan Dengan Orang Lain


Pasien mampu untuk menjalin hubungan dan berinteraksi dengan orang lain
D. SPIRITUAL/KULTURAL
- Pelaksanaan Ibadah
Klien adalah seorang muslim yang taat melakukan ibadah dengan cara
berjamaah di mushalla dalam lingkungan panti, kadang-kadang klien sering
juga shalat berjamaah di masjid luar panti.

- Keyakinan tentang kesehatan


Menurut klien sehat adalah mampu melaksanakan kegiatan sehari-hari. Sakit
adalah tidak mampu melaksanakan kegiatan sehari-hari.
E. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda Vital
 Keadaan umum : lemah, kurang bersemangat
 Kesadaran : compos mentis
 Suhu : 37,1 0 C
 Nadi : 72 x / menit
 Tekanan Darah : 110/80 mmHg
 Pernapasan : 18 x /menit
 Tinggi Badan : 145 cm
 Berat Badan : 40 cm

2. Pemeriksaan fisik head to toe


a. Kepala
- I : simetris
- P : tampak bersih

b. Rambut
- I : rambut sudah banyak uban
- P : tidak ada benjolan

c. Mata
- I : Simetris
o Ketajaman penglihatan : kurang baik sehingga menggunakan alat bantu
penglihatan
o Konjungtiva : tidak anemis
o Sclera : tidak ikterus
o Pupil : isokor (kanan dan kiri)
o Pemakaian alat bantu : memakai kaca mata baik membaca ataupun
tidak membaca.

- P : Tidak ada nyeri tekan pada bola mata.

d. Hidung
- I : simetris
o fungsi penciuman : baik,dapat membedakan bau
o pendarahan : tidak mengalami perdarahan

- P : tidak ada bengkak dan nyeri tekan

e. Mulut
- I : keadaan bibir : bibir klien kering
o keadaan gusi dan gigi : tidak ada perdarahan gusi dan gigi, gigi
terlihat bersih dan tidak lengkap.
o keadaan lidah : tidak ada tanda perdarahan.

f. Telinga
- I : bentuk telinga : simetris
o lubang telinga : terdapat serumen tapi masih dalam batas
normal
o ketajaman pendengaran : kurang mendengar karena sudah tua

- P : tidak ada nyeri tekan

g. Leher
- I : warna kulit sama dengan lain integritas kulit baik
bentuk simetris
- P : Tyroid : tidak terdapat pembesaran KGB
o denyut nadi karotis : teraba
o vena jugularis : teraba

h. Dada / thorax
- I : bentuk thorax : simetris (kiri dan kanan)
o Pernafasan : frequensi 24 kali/mnt
o Irama teratur dan tidak ada suara tambahan
o Tidak ada tanda kesulitan bernafas.

i. Paru – paru
- I bentuk thorax : simetris kiri dan kanan
o Tidak menggunakan otot bantu pernafasan
- P : terdengar dan teratur
- P : bunyi normal : sonor
- A : suara nafas teratur

j. Abdomen
- I : bentuk abdomen : simetris kiri dan kanan
o tidak ada benjolan
- P : tanda nyeri tekan : tidak ada
o Hepar : tidak ada pembengkakan
o Benjolan : tidak ada
- P asites : tidak ada
- A bising usus : 13/16 menit

k. Musculoskeletal
- I kesimetrisan otot : simetris kiri dan kanan
o edema : tidak ada edema
o Kekuatan otot : kekuatan otot telah berkurang

ANALISA DATA
No Data Masalah Keperawatan
1. Ds : Duka cita terganggu
Klien mengatakan :
 Selalu mengingat kejadian yang membuat cucunya meninggal
 Kejadian kematian cucunya tersebut masih segar dalam
ingatannya
 Sering melamun dan menangis pada malam hari mengingat
kematian cucunya 10 tahun yang lalu
 Sangat bersalah atas kejadian yang menimpa cucunya karena
lambat menyelamatkan cucunya walaupun orang tua si anak dan
keluarga lainnya tidak pernah menyalahkan beliau
 Saat terbangun pada malam hari, Ny. M biasanya langsung
teringat pada peristiwa kematian cucunya sehingga Ny. M tidak
dapat tidur kembali sampai pagi

Do :
 Klien terlihat lesu
 Klien sering menyalahkan dirinya sendiri pada saat
menceritakan kejadian kematian cucunya
2. Ds : Keputusasaan
 Klien mengatakan putus asa dan tidak berdaya, tidak berharga,
tidak ada harapan setelah ditinggal suami dan anak satu-
satunya.
Do :
 Klien tampak sedih
 Klien tampak menangis
 Klien sering melamun
 Klien sering menyendiri
 Kontak mata dengan pengkaji kurang
 Sering mengungkapkan kata yang menyalahkan diri sendiri.
3. Ds : Gangguan pola tidur
Klien mengatakan :
 Tidur kira-kira 5 jam sehari yaitu dari jam 20.00- 01.00
 Susah tidur pada malam hari
 Tidurnya tidak pulas dan sering terbangun pada malam hari
sekitar pukul 01.00
 Saat terbangun, Ny. M biasanya langsung teringat pada
peristiwa kematian cucunya sehingga Ny. M tidak dapat tidur
kembali sampai pagi
 Tidak pernah dan sulit untuk tidur siang
 Sering merasa malas karena kurang tidur

Do :
 Terdapat lingkaran hitam di bawah mata Ny. M
 Wajah tampak lesu dan kelelahan.
 Saat menjawab pertanyaan pengkaji, Ny. M tampak tidak
konsentrasi
 Sering tidak ada kontak mata dengan pengkaji

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Duka cita terganggu berhubungan dengan kehilangan
2. Keputusasaan berhubungan dengan stres jangka panjang
3. Gangguan pola tidu berhubungan dengan depresi
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. M DI PANTI SOSIAL TRESNA
WERDHA KASIH SAYANG IBU

No Diagnosa Noc Nic


Keperawatan
1. Duka cita Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu Domain : (01) Perilaku
terganggu 3 x 24 Jam diharapkan pasien mampu mengurangi Lanjutan
(00135) perasaan bersalah dengan kriteria hasil : Kelas : (R) Bantuan Koping
Berhubungan Kode : 5300
dengan Domain : (3) Kesehatan Psikososial Nic : Fasilitasi Perasaan
kehilangan Kelas : (N) Adaptasi Psikososial Bersalah
Kode : 1310 1. Pandu klien
Noc : Resolusi Rasa Bersalah mengidentifikasi perasaan
 Menyatakan penyebab rasa bersalah sakit karena merasa
 Mengidentifikasi perasaan terkait rasa bersalah bersalah
 Memantau intensitas perasaan yang muncul 2. Bantu klien
 Mengekspresikan perasaan bersalah secara mengidentifikasi dan
personal mengkaji situasi dimana
 Mengidentifikasi pikiran negatif yang berlebihan perasaan bersalah muncul
 Melaporkan perbaikan alam perasaan 3. Bantu klien untuk
mengidentifikasi perilaku
dalam menghadapi
perasaan bersalah
4. Bantu klien untuk
memahami bahwa
perasaan bersalah adalah
reaksi yang biasa terjadi
karena kasus berduka
5. Bantu klien
mengidentifikasi
pengalihan perasaan yang
bersifat destruktif kepada
orang lain yang berbagi
tanggung jawab yang
sama
6. Pandu klien melaluli
langkah demi langkah
untuk memaafkan diri
sendiri ketika perasaan
bersalah adalah valid
7. Fasilitasi konseling
genetik jika diperlukan
2. Keputusasaan Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu Domain : (1) Perilaku
(00124) 3 x 24 Jam diharapkan pasien mampu menangani Lanjutan
Berhubungan depresi yang dialami dengan kriteria hasil : Kelas : (R) Bantian Koping
dengan Domain : (3) Kesehatan Psikososial Kode : 5330
Stres jangka Kelas : (O) Kontrol Diri Noc : Manajemen alam
panjang Kode : 1409 perasaan
Noc : Kontrol Diri Terhadap Depresi 1. Evaluasi alam perasaan
 Memantau intensitas depresi klien misalnya tanda,
 Mengidentifikasi sesuatu yg muncul sebelum gejala, riwayat pribadi di
adanya depresi awal, dan teratur selama
 Monitor perilaku akibat depresi perkembangan
 Monitor keadaan fisik akibat depresi penanganan
2. Bantu klien untuk
mengidentifikasi pikiran
dan perasaan yang
mendasari alam perasaan
yang disfungsional
3. Bantu klien untuk
mrngidentifikasi pemicu
dari disfungsi alam
perasaan seperti
berduka/kehilangan
4. Batasi jumlah waktu
dimana pasien diijinkan
untuk mengekspresikan
perasaan
perasaan/kejadian
kegagalan
5. Tentukan apakah klien
menunjukan risiko
keamanan pada diri
sendiri atau orang lain
6. Dukung pasien untuk
terlibat dalam peningkatan
membuat keputusan pada
pasien yang memiliki
masalah kognitif
Gangguan pola Setelah diberikan asuhan keperawatan 3 x 24 jam Domain : (1) Fisiologis Dasar
3. tidur (00198) diharapkan pasien dapat tidur nyenyak dengan Kelas : (F) Fasilitasi
Berhubungan Kriteria Hasil : Perawatan Diri
dengan Domain : (1) Fungsi Kesehatan Kode : 1850
Depresi Kelas : (2) Pemeliharaan Energi Noc : Peningkatan Tidur
Kode : 0004 1. Tentukan pola
Noc : Tidur tidur/aktivitas klien
- Klien mengidentifikasi teknik-teknik untuk 2. Perkirakan tidur/siklus
mempermudah tidur bangun pasien disalam
- Klien menjelaskan faktor-faktor penghambat atau perawatan perencanaan
pencegah tidur 3. Monitor pola tidur klien dan
- Klien melaporkan keseimbangan yang optimal antara jumlah jam tidur
aktivitas dan istirahat 4. Monitor pola tidur klien dan
- Klien mengungkapkan rasa segar catat kondisi fisik misalnya
apnea tidur, sumbatan jalan
nafas,
nyeri/ketidaknyamanan atau
psikologis misalnya
ketakutan atau kecemasan
5. Anjurkan klien untuk
memantau pola tidur
6. Dorong pasien untuk
menetapkan rutinitas tidur
untuk memfasilitasi
perpindahan dari terjaga
menuju tidur
7. Bantu untuk
menghilangkan situasi
stres sebelum tidur
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Sofia Rhosma. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Yogyakarta : Deepublish
Effendi,F., & Makhfudli. (2010). KEPERAWATAN KESEHATAN
KOMUNITAS Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakrta: Salemba
Medika.
Hawari, Dadang. (2013). Stress, Cemas dan Depresi. Jakarta: FK UI
Irawan, H. (2013). Gangguan Depresi pada Lanjut Usia. 11
R. Siti Maryam, S., Ns. Mia Fatma Ekasari, S., Rosidawati, S., Ahmad
Jubaedi, S., & S.Pd, I. B. (2010). Mengenal Usia Lanjut dan
Perawatannya. Jakrta: Salemba Medika.
Taber, ,. P., & Dra. Noorkasiani, A. M (2010). Kesehatan Usia Lanjut
dengam Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
WHO, 2012. Depression a Global Public Health Concern. World Health Organization:
Department of Mental Health and Substance Abuse

Wilkinson, J. M. (2016). Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai