Anda di halaman 1dari 3

TUGAS PENGGANTI ABSENSI

TAHUN AKADEMIK 2020/2021

Nama : Abdul Charis


NIM : 180551100004
MATA KULIAH : Import Practice
PROGRAM : ABI01-2018
DOSEN : Dede Sunaryo, SE., M.Ak

Tugas ini diajukan untuk pengganti absensi pada pertemuan ke 2 Selasa, 23 Maret 2021

Jelaskan tentang Lartas dan berikan contohnya

JAWABAN
Pengertian Lartas adalah barang yang dilarang dan/atau dibatasi impor atau ekspornya
berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Dimana Instansi Teknis
Terkait, yakni departemen atau lembaga pemerintah non departemen tingkat pusat, yang menetapkan
peraturan LARTAS atas impor atau ekspor dan menyampaikan peraturan tersebut kepada Menteri
Keuangan. Jadi barang lartas tersebut harus di awasi untuk arus keluar maupun masuk ke Negara ini.
Tidak sembarangan. Harus ada izin dan/atau rekomendasi dari instansi yang berwenang.
Instansi Terkait yang menetapkan peraturan LARTAS atas impor atau ekspor dan telah
menyampaikan peraturan tersebut kepada Menteri Keuangan, sampai periode Agustus 2013 adalah
sebagai berikut :
1. Kementerian Perdagangan
2. Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan
3. Badan Karantina Pertanian (Karantina Hewan dan Tumbuhan)
4. BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan)
5. Kementerian Kesehatan
6. DJBC (Direktorat Jenderal Bea dan Cukai)
7. BAPETEN (Badan Pengawas Tenaga Nuklir)
8. Bank Indonesia
9. Kementerian Kehutanan
10. Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi
11. Kementerian Pertanian
12. Kementerian Perindustrian
13. POLRI
14. Kementerian Lingkungan Hidup
15. Kementerian ESDM
16. Kementerian Pertahanan
17. Kementerian Budaya dan Pariwisata
18. Kementerian Kelautan dan Perikanan
19. Mabes TNI
20. Direktorat Jenderal Perhubungan Udara – Kementerian Perhubungan
Catatan : 5 Instansi Teknis terakhir hanya bertindak sebagai penerbit rekomendasi perijinan, bukan
sebagai Penerbit Perijinan
Pihak berwenang mengawasi pemasukan atau pengeluaran barang yang termasuk kategori
LARTAS adalah DJBC, sesuai kewenangan yang diberikan Kementerian Keuangan.
▪ DJBC berwenang melakukan penegahan terhadap barang yang termasuk kategori LARTAS
yang tidak dilengkapi perijinan dari Instansi Teknis Terkait
▪ DJBC berwenang melakukan penegahan terhadap barang yang menimbulkan perbedaan
penafsiran apakah termasuk kategori LARTAS atau tidak.
▪ DJBC berwenang melakukan penegahan terhadap barang yang termasuk kategori LARTAS
yang tidak dilengkapi perijinan dari Instansi Teknis Terkait.

Ketentuan tentang LARTAS berlaku untuk semua jenis importasi, apakah itu impor umum, impor
barang kiriman melalui PJT atau Pos dan juga melalui terminal kedatangan penumpang. Ketentuan
tentang pengecualian perijinan diatur masing-masing di dalam peraturan dari Instansi Teknis terkait,
jika peraturan tersebut tidak secara tegas mengatur adanya pengecualian, maka DJBC tidak
berwenang memberikan persetujuan pengeluaran barang.

Apabila Importir tidak bisa mendapatkan perijinan dari Instansi Terkait :


▪ Importir dapat mengajukan permohonan reekspor atas barang yang diimpor (RTO-Return To
Origin) atau mengajukan permohonan pengeluaran barang sebagian (tidak berlaku untuk kiriman
EMS) dengan mengajukan permohonan ke Kepala.
▪ Dalam hal importir tidak melakukan pengurusan barang impor dalam waktu lebih dari 30 hari,
maka status barang tersebut akan menjadi Barang Tidak Dikuasai (BCF 1.5).

Tujuan LARTAS diantaranya adalah :


- Menjaga ketersediaan pangan di dalam negri
- Menstabilkan harga komoditi
- Menjaga generasi bangsa dari barang terlarang
- Menjaga stabilisasi produksi dalam negri

Contohnya :
KOMODITAS LARTAS IMPOR
Alat dan Perangkat Gombal Obat
Telekomunikasi
Alat Kesehatan Gula Obat hewan
Bahan Berbahaya (B2) Hewan Obat Ikan
Bahan Berbahaya dan Hortikultura Obat Tradisional
Beracun (B3)
Bahan Obat Ikan Pangan
Bahan Obat Tradisional Intan Kasar PCMX
Bahan Pangan Jagung Pelumas
Bahan Peledak Kaca Lembaran Perkakas tangan
Bahan Radioaktif Kedelai Pestisida
Bahan Suplemen Keramik PKRT (Perbekalan Kesehatan
Kesehatan Rumah Tangga)
Bahan Tambahan Pangan Komoditi CITES Plastik
Ban Bertekanan Komoditi wajib label berbahasa Prekursor
Indonesia
Barang Modal Bukan Baru Komoditi wajib SNI Preparat bau-bauan mengandung
alkohol
Bahan Baku Kosmetik Kosmetik Produk Babi
Bahan Baku Obat Limbah B3 Psikotropika
BBM Limbah Non-B3 Sakarin
Beras Limbah Plastik Senjata api
Besi Baja Mainan Anak-anak Sepatu dan alas kaki
Bhn Baku OT Mesin Multifungsi Berwarna Suplemen Makanan
BPO (Bahan Perusak Mesin yang menggunakan BPO Tekstil dan Produk Tekstil
Ozon)
Cakram Optik MMEA (Minuman Mengandung Tumbuhan
Etil Alkohol)
Cengkeh Narkotika Uang Tunai
Elektronik Nitro Cellulose Udang
Etilena NPIK Vaksin
Garam

Pada saat ini pemberitaan di media membahas terkait rencana pemerintah untuk mengimpor beras 1
Juta ton dan 3 juta ton garam, kedua barang tersebut pemerintah harus melihat bagaimana kondisi
ketersediaan di dalam negri dan kondisi barang tersebut saat panen raya apakah sudah mencukupi
atau tidak. Karena barang tersebut termasuk dalam Lartas jadi harus dipertimbangkan untuk semua
pihak. Menurut saya pribadi mengimpor 1 juta ton beras dan 3 juta ton garam sangatlah disayangkan
karena kestabilan harga kedua komoditi tersebut masih normal dan para petani masih turut andil dalam
surplus kebutuhan kedua komoditi tersebut. Alangkah baiknya jika impor cabai karena kondisi harga
komoditi tersebut melambung tinggi tentunya mengimpor sesuai dengan ketentuan berlaku agar harga
kembali normal.

Anda mungkin juga menyukai