Anda di halaman 1dari 30

PERTANGGUNG-JAWABAN HUKUM OLEH KOPERASI CIPAGANTI KARYA

GUNA PERSADA (KCKGP) TERHADAP SEMUA MITRA DALAM HAL TERJADI


GAGAL BAYAR

Disusun untuk memenuhi nilai Ujian Akhir Semester mata kuliah Hukum Bisnis

Dosen Pengajar : DR. B. Hartono, SH., SE., SE.Ak., MH., CA.


Disusun oleh Kelompok 4 :
1. Fadil Permana 1191002041
2. Fakhrul Kafi 1181002051
3. Fathiyah Nur Adilah 1191002025
4. Febri Yanti 1181002084
5. Febryan Adinda Putri 1171002018

MNJ211/AKT 41
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS BAKRIE
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi Allah SWT atas limpahan rahmat-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah mengenai penggelapan dana para investor yang dilakukan Koperasi
Cipaganti, demikian kami mengangkat kasus yang berjudul “Pertanggung-jawaban Hukum
oleh Koperasi Cipaganti Karya Guna Persada (KCKGP) Terhadap Semua Mitra Dalam
Hal Terjadi Gagal Bayar”.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi Ujian Akhir Semester
mata kuliah Hukum Bisnis yaitu DR. B. Hartono, SH., SE., SE.Ak., MH., CA. Selain itu, juga
bertujuan untuk menambah wawasan mengenai Pertanggung-jawaban Hukum oleh Koperasi
Cipaganti Karya Guna Persada (KCKGP) Terhadap Semua Mitra Dalam Hal Terjadi Gagal Bayar
bagi para para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya ucapkan terima kasih kepada Bapak DR. B. Hartono, SH., SE., SE.Ak., MH., CA.
yang telah memberikan tugas ini sehingga bisa menambah pengetahuan kami mengenai investasi
pada badan hukum Koperasi. Kami menyadari, makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................1


DAFTAR ISI ...............................................................................................................................2

1. PENDAHULUAN.....................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................3
1.2. Rumusan Masalah .............................................................................................................6
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................................6
1.4 Manfaat Penulisan .............................................................................................................6

2. KAJIAN TEORI ......................................................................................................................8


2.1 Pengertian Koperasi............................................................................................................8
2.2 Koperasi Sebagai Badan Hukum .......................................................................................10
2.3 Sumber Modal Koperasi Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1967 ..................13
2.4 Profil Koperasi Cipaganti Karya Guna Persada (KCKGP) .................................................15

3. PEMBAHASAN .....................................................................................................................16
3.1 Awal Kasus Antara Koperasi Cipaganti dan Para Mitra Usahanya.....................................16
3.2 Penyelesaian Serta Pertanggung-jawaban Kasus Antara Koperasi Cipaganti Karya Guna
Persada (KCKGP) dan Para Mitra Koperasi ...........................................................................18

4. KESIMPULAN & SARAN .....................................................................................................25


4.1 Kesimpulan ......................................................................................................................25
4.2 Saran................................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................28

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia memiliki berbagai jenis badan usaha berbadan hukum, salah satu diantaranya
adalah koperasi.1 Koperasi adalah suatu perkumpulan atau organisasi yang beranggotakan orang-
orang atau badan-badan yang memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota yang
ada.2 Adanya koperasi membantu perkembangan di sektor perekonomian Indonesia sehingga lalu
lintas ekonomi Indonesia berdampak positif dengan adanya koperasi.
Jika diartikan secara terminologi, koperasi berasal dari kata “Co-operation” (co = bersama,
operation = usaha) artinya usaha bersama. Secara sederhana koperasi dapat diartikan “Usaha
bersama berdasarkan asas kekeluargaan untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya”. Dari
pengertian sederhana tersebut yang perlu diperhatikan adalah asas dan tujuan usaha bersama.
Koperasi berasaskan kekeluargaan, tujuannya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
anggotanya.3
Menurut pasal 1 ayat (1) Undang-undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian yang
selanjutnya disebut “Undang-Undang Perkoperasian”, bahwa koperasi adalah badan usaha yang
beranggotakan orang-orang dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi
sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat berdasar atas asas kekeluargaan. Walaupun hanya
didasari atas asas kekeluargaan, akan tetapi koperasi ini memiliki daya saing yang cukup tinggi
di bidang perekonomian.
Koperasi dalam menjalankan kegiatan usaha harus sesuai dengan jenis koperasi yang
didasarkan atas adanya kesamaan kegiatan dan kepentingan ekonomi anggotanya.4 Dalam
kegiatan-kegiatan usaha, tidak jarang koperasi harus berhadapan dan dapat bersaing dengan
badan-badan usaha lain berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum seperti perusahaan
perseorangan, firma, cv, dan berbadan hukum seperti yayasan, perseroan terbatas maupun sesama
koperasi.

1
Indonesia (a), Undang-undang Perkoperasian, UU No. 25 Tahun 1992, LN No. 116 Tahun 1992, No. 25 Tahun 1992 Tentang
Perkoperasian
2
R.T. Sutantya Rahardja Hadhikusuma. 2005. Hukum Koperasi Indonesia. Rajawali Pers. Jakarta. Hlm. 1
3
Ibid. Hlm. 3
4
Indonesia (a), Op.cit., Pasal 19

3
Koperasi dapat memperoleh status badan hukum setelah akta pendiriannya disahkan oleh
pemerintah.5 Dengan statusnya sebagai badan hukum maka status hukum antara koperasi sebagai
suatu organisasi dan status hukum beserta harta kekayaan para pendirinya sudah secara tegas
terpisah. Dengan demikian, pendiri dan anggotanya terdapat perbedaan dalam operasional sehari-
hari. Pemisahan status hukum ini termasuk juga pemisahan secara tegas harta kekayaan keduanya.
Dapat kita ketahui, suatu koperasi sudah merupakan badan hukum maka koperasi tersebut
juga seperti subjek hukum karena hukum telah mengaturnya demikian. Koperasi yang berbadan
hukum dapat bertindak dan berwenang untuk melakukan perikatan atau tindakan hukum lainnya
sebagaimana layaknya orang pribadi atau badan hukum pribadi dan dapat dituntut atau dikenakan
sanksi dan hukuman.6
Sanksi dan hukuman yang diberikan merupakan bentuk dari tanggung jawab yang harus
ditanggung pengurus. Segala bentuk pengelolaan dan kegiatan usaha yang dilakukan koperasi
apabila menimbulkan kesalahan yang mengakibatkan dampak negatif harus
dipertanggungjawabkan. Hal ini sesuai dengan Pasal 31 UU Perkoperasian yang menyebutkan
bahwa pengurus bertanggung jawab mengenai segala kegiatan pengelolaan koperasi dan
usahanya kepada rapat anggota atau rapat anggota luar biasa.
Dalam menunjang adanya kegiatan usaha koperasi, telah diatur tentang sumber dana
(modal) yang didapat oleh koperasi. Menurut pasal 41 dan 42 UU Perkoperasian menyebutkan
bahwa modal koperasi terdiri atas modal sendiri, modal pinjaman dan modal penyertaan.
Koperasi melaksanakan kegiatan usaha dan harus tersedia sejumlah modal baik untuk investasi
maupun modal kerja. Anggota koperasi adalah pemilik koperasi maka anggota oleh koperasi
berkewajiban menyediakan modal tersebut untuk digunakan koperasi. Maka dari itu, anggota
diwajibkan menyetor simpanan pokok dan simpanan wajib, ditambah dengan dana cadangan yang
disisihkan dari Sisa Hasil Usaha (“SHU”) dan hibah (jika ada) maka terbentuklah modal sendiri
yang dikuasai koperasi.7 Jumlah modal sendiri terasa cukup untuk membiayai semua kebutuhan
modal koperasi maka akan semakin sehat kondisi permodalan koperasi tersebut.

5
Indonesia (a), Op.cit., Pasal 3 dan Pasal 9 lihat juga Indonesia (b), Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Tentang Peraturan
Pemerintah Persyaratan dan Tata Cara Pengesahan Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi, PP No. 4 Tahun
1994, LN No. 8, TLN 3540, Pasal 4
6
Andjar Pachta W., et al., 2005. Hukum Koperasi Indonesia (Pemahaman, Regulasi, Pendirian, dan Modal Usaha). Kencana.
Jakarta. Hlm. 94
7
Soemarmo Atmosoedarmo., et al., 1996. Koperasi Sebagai Badan Usaha Kajian Aspek Hukum dan Ekonomi. Badan Penelitian
dan Pengembangan Koperasi dan Pengusaha Kecil. Jakarta. Hlm. 63

4
Kegiatan usaha investasi dapat dilakukan oleh koperasi sebagai badan hukum. Ini sesuai
dengan pasal 5 ayat (1) Undang-undang No 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal telah
ditentukan bentuk badan usaha yang dapat melakukan penanaman modal dalam negeri.
Salah satu dari koperasi yang melakukan investasi adalah Koperasi Cipaganti Karya Guna
Persada (KCKGP). KCKGP sejak 2002 telah dikenal sebagai Icon Bisnis Berbasis Ekonomi
Kerakyatan terbesar di Jawa Barat, bahkan mungkin hampir di seluruh Indonesia. Posisi strategis
menjadikan KCKGP mampu menarik sekitar 8000 mitra usaha yang berasal dari berbagai wilayah
di Indonesia dan diperkirakan lebih dari 50 % merupakan pensiunan BUMN & PNS. Mereka
secara sadar dan bermodalkan trust yang sangat tinggi telah sepakat untuk bermitra dengan
KCKGP melalui mekanisme penyertaan modal usaha dengan nilai modal minimum Rp.
1.000.000.000,-. Sebagai bentuk timbal balik, KCKGP menjanjikan profit/bagi hasil di kisaran
1,5 – 2% setiap bulannya. Kegiatan usaha yang dilakukan KCKGP salah satunya adalah investasi
saham kepada PT Cipaganti Citra Graha Tbk (“CCG”).8
Namun pada akhirnya kegiatan investasi yang dilakukan oleh para mitra KCKGP berakhir
di ruang pengadilan karena Koperasi Cipaganti gagal membayar senilai lebih dari Rp 3,2 triliun
yang melibatkan lebih dari 8.700 investor. Pada awal kasus gagal bayar bagi hasil koperasi, pihak
koperasi mengatakan bahwa ini terjadi karena penurunan harga batubara & karena ada kebijakan
pemerintah yang melarang impor sumber daya alam mentah (raw material) dan harus
memberikan nilai tambah berupa pengolahan.
Berdasarkan hasil pemeriksaan, dana mitra itu kemudian disuntikkan kepada perusahaan
milik Andianto selaku pengurus dari KCKGP, yakni PT Cipaganti Citra Graha (CCG) sebesar Rp
200 miliar, PT Cipaganti Global Transporindo (CGT) sebesar Rp 500 miliar dan PT Cipaganti
Guna Persada (CGP) sebesar Rp 885 juta.9 Kesepakatan bagi hasilnya adalah 1,5% dan 1,75%.
Namun sejak Maret 2014 koperasi mengalami gagal bayar dan tidak berjalan. Sedangkan sisa
uang yang disetorkan oleh mitra tidak jelas penggunaannya, dan cenderung tidak dapat
dipertanggung jawabkan, akibatnya, enam orang mitra usaha pun melapor ke polisi. Mereka
merasa dananya digelapkan oleh Andianto dan petinggi Cipaganti lainnya. Menurut polisi, uang

8
Relawan, “Kronologis Kasus Koperasi Cipaganti,” http://kimu.koperasicipaganti.co.id/kronologi.html , diakses tanggal 21 Juni
2021
9
Okan Firdaus,” Penipuan Cipaganti Group, Polisi: Bisa Ada Tersangka Baru,”
http://news.liputan6.com/read/2071761/penipuan-cipaganti-group-polisi-bisa-adatersangka-baru, diakses tanggal 21 Juni 2021.

5
yang digunakan untuk membayar imbal hasil kepada mitra diambil dari uang yang disetorkan
oleh mitra itu sendiri.
Dari uraian dalam latar belakang di atas, maka kami tertarik untuk membahas kasus dari
Koperasi Cipaganti dan menyusun makalah ini dengan judul, “Pertanggung-jawaban Hukum
Oleh Koperasi Cipaganti Karya Guna Persada (KCKGP) Terhadap Semua Mitra Dalam Hal
Terjadi Gagal Bayar.”

1.2. Rumusan Masalah


Permasalahan Dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam makalah adalah,
1. Bagaimana Pertanggungjawaban Hukum Koperasi Cipaganti Karya Guna Persada
(KCKGP) Atas Pelanggaran Hukum yang Dilakukannya ?
2. Bagaimana keputusan pengadilan atas kasus Pelanggaran Hukum yang dilakukan oleh
Koperasi Cipaganti?
3. Upaya apa yang dilakukan untuk mengganti dana para mitra/investor?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan maka penulisan makalah ini mempunyai tujuan
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apakah peraturan yang berlaku di Indonesia saat ini melegalkan sistem
investasi dalam koperasi seperti yang diterapkan oleh KCKGP.
2. Untuk mengetahui dasar hubungan antara KCKGP dengan para mitra dan untuk
mengetahui mekanisme investasi yang dilakukan oleh KCKGP.
3. Untuk mengetahui bentuk pertanggungjawaban hukum dan perlindungan hukum terhadap
konsumen dari KCKGP kepada semua mitra dan untuk mengetahui apakah hasil keputusan
PKPU memberikan perlindungan dan kepastian hukum bagi para mitra.

1.4 Manfaat Penulisan


Selain ada tujuan yang hendak dicapai diharapkan juga dapat memberikan manfaat atau
kegunaan penelitian, antara lain sebagai berikut:
a. Penulisan ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang tepat mengenai tujuan,
prinsip dan sistem yang benar dari sebuah koperasi kepada masyarakat, agar masyarakat

6
lebih berhati – hati dalam berinvestasi maupun dalam melakukan kegiatan ekonomi lainnya
khususnya kegiatan ekonomi yang dilakukan melalui koperasi dalam rangka membangun
perkembangan ekonomi nasional.
b. Secara teoritis penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu hukum,
terutama hukum perlindungan konsumen lebih khususnya terkait dengan penerapan teori –
teori hukum terkait kepastian hukum yang dapat diberikan kepada konsumen dalam hal
koperasi tidak dapat memenuhi seluruh kewajibannya.

7
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian Koperasi


Bagi Masyarakat Indonesia, Koperasi sudah tidak asing lagi, karena kita sudah merasakan
jasa Koperasi dalam rangka keluar dari kesulitan hutang lintah darat. Secara harfiah Koperasi
yang berasal dari bahasa Inggris Coperation terdiri dari dua suku kata Co yang berarti bersama,
Operation = bekerja. Jadi koperasi berarti bekerja sama, sehingga setiap bentuk kerja sama dapat
disebut koperasi.10
Koperasi merupakan perkumpulan orang-orang termasuk badan hukum yang mempunyai
kepentingan dan tujuan yang sama. Menggabungkan diri secara sukarela menjadi anggota dan
mempunyai hak dan kewajiban yang sama sebagai pencerminan demokrasi dalam ekonomi.
Kerugian dan keuntungan ditanggung dan dinikmati bersama secara adil, pengawasan dilakukan
oleh anggota, mempunyai sifat saling tolong menolong, membayar sejumlah uang sebagai
simpanan pokok dan simpanan wajib sebagai syarat menjadi anggota. 11Sebetulnya suatu definisi
itu meskipun banyak persamaannya, tetapi orang banyak yang memberi tekanan pada salah satu
unsurnya. Hal ini tergantung pada perbedaan segi pandangan palsafah hidup orang yang
mengemukakan tentang Koperasi, sebagai pelengkap dari pengertian koperasi menurut UU No.
12/1967 (undang undang pertama mengenai Koperasi Indonesia), diantaranya :
➢ Dr.C.C. Taylor
Beliau adalah seorang ahli ilmu Sosiologi, dapat diperkirakan tinjauan beliau adalah
tinjauan yang menganggap bahwa Koperasi adalah konsep sosiologi. Menurutnya koperasi adalah
dua ide dasar yang bersifat sosiologi yang penting dalam pengertian kerja sama. Pada dasarnya
orang lebih menyukai hubungan dengan orang lain secara langsung. Hubungan paguyuban lebih
disukai daripada hubungan yang bersifat pribadi. Manusia (orang) lebih menyukai hidup bersama
yang salig menguntungkan dan damai daripada persaingan. Sesuai dengan pandangan Taylor
tersebut Koperasi dianggap lebih bersifat perkumpulan orang daripada perkumpulan modal,
selain dari sudut pandang etis/religius dan sudut pandang ekonomis.

10
Arifin Sitio dan Halomon Tamba, Koperasi Teori dan Praktek, (Jakarta : Erlangga, 2001), hal.16.
11
Ninik Widiyanti.YW.Sunidia, Koperasi dan Perekonomian Indonesia, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2002), hal.3.

8
➢ International Labour Office (ILO)
Menurut ILO definisi koperasi adalah sebagai berikut :
“Cooperation is an association of person, usually of limited means, who have voluntarily
joined together to achieve a common economic and through the formation of a
democratically controlled business organization, making equitable contribution of the
capital required and accepting a fair share of the risk and benefits of the undertaking.”

Definisi di atas terdiri dari unsur unsur berikut :


1. Kumpulan orang orang
2. Bersifat sukarela
3. Mempunyai tujuan ekonomi bersama
4. Organisasi usaha yang dikendalikan secara demokratis
5. Kontribusi modal yang adil
6. Menanggung kerugian bersama dan menerima keuntungan secara adil.

➢ Margaret Digby
Menulis tentang “ The World Cooperative Movement “ mengatakan bahwa koperasi adalah
kerjasama dan siap untuk menolong, adalah suatu usaha swasta tetapi ada perbedaan dengan
badan usaha swasta lain dalam hal cara untuk mencapai tujuannya dan penggunaan alatnya.
➢ Dr. C.R Fay
Suatu perserikatan dengan tujuan berusaha bersama yang terdiri atas mereka yang lemah
dan diusahakan selalu dengan semangan tidak memikirkan diri sendiri sedemikian rupa. Sehingga
masing masing sanggup menjalankan kewajibannya sebagai anggota dan mendapat imbalan
sebanding dengan tingkat hubungan mereka dengan perserikatan itu.
➢ Dr. G. Mladenata
Didalam bukunya “ Histoire des Doctrines Cooperative “ mengemukakan bahwa koperasi
terdiri atas produsen produsen kecil yang tergabung secara sukarela untuk mencapai tujuan
bersama ,dengan saling bertukar jasa secara kolektif dan menanggung resiko bersama dengan
mengerjakan sumber sumber yang disumbangkan oleh anggota.
➢ H.E. Erdman
Bukunya “Passing Monopoly as an aim of Cooperative” mengemukakan definisi sebagai
berikut; koperasi melayani anggota, yang macam pelayanannya sesuai dengan macam koperasi

9
rapat anggota memutuskan kebijakan dasar juga mengangkat dan memberhentikan pengurus,
pengurus bertanggung jawab dalam menjalankan usaha dan dapat mengangkat karyawan untuk
melaksanakan kebijaksanaan yang diterima dari rapat anggota. Tiap anggota mempunyai hak satu
suara dalam rapat anggota tahunan. Partisipasi anggota lebih diutamakan daripada modal yang
dimasukan. Anggota membayar simpanan pokok, wajib dan sukarela. Koperasi juga
dimungkinkan meminjam modal dari luar. Koperasi membayar bunga pinjaman sesuai dengan
batas yang berlaku yaitu sesuai dengan tingginya yang berlaku di masyarakat. SHU ( Sisa Hasil
Usaha ) dibayar pada anggota yang besarnya sesuai dengan jasa anggota. Dalam hal mengalami
kegagalan, anggota hanya bertanggung jawab sebesar simpanan di koperasi
➢ Dr. Muhammad Hatta
Dalam bukunya “ The Movement in Indonesia” beliau mengemukakan bahwa koperasi
adalah usaha bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan ekonomi berdasarkan tolong
menolong. Mereka didorong oleh keinginan memberi jasa pada kawan “satu untuk semua dan
semua untuk satu” inilah yang dinamakan Auto Aktivitas Golongan, terdiri dari : Solidaritas,
individualitas, menolong diri sendiri, jujur.
➢ UU No. 25 Tahun 1992 (Perkoperasian Indonesia)
Koperasi adalah Badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum
koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai
gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas dasar asas kekeluargaan. Itulah beberapa
pengertian mengenai Koperasi, yang sudah menjelaskan pengertian pengertian koperasi dari
berbagai sisi. Namun jika hanya sebatas pengertian tidak akan cukup untuk lebih mengenal
koperasi, maka akan dicoba menjelaskan selanjutnya mengenai hal hal apa saja yang ada di dalam
manajemen koperasi.12

2.2 Koperasi Sebagai Badan Hukum


Badan hukum adalah Segala sesuatu yang berdasarkan tuntutan kebutuhan masyarakat
yang demikian itu oleh hukum diakui sebagai pendukung hak dan kewajiban. Badan hukum tidak
dapat melakukan perbuatan-perbuatan hukum sendiri, melainkan harus dengan perantaraan
organnya yang bertindak atas nama badan hukum. Otto Von Gierke mengemukakan suatu teori

12
Mustopa Marli Batubara, marli (2012) Koperasi Pertanian. Cetakan Pertama . Universitas Muhammadiyah Palembang.

10
yang dinamakan teori organ, bahwa badan hukum itu adalah suatu realitas sesungguhnya sama
seperti sifat kepribadian alam manusia dalam pergaulan hukum.
Koperasi merupakan salah satu bentuk badan usaha berbadan hukum sebab akta
pendiriannya disahkan oleh Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, serta pengesahan
tersebut diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia sesuai dengan Pasal 9 UU
Perkoperasian. Berdasarkan bentuk koperasi yang merupakan badan hukum, maka koperasi
merupakan subjek dalam hubungan hukum yang dapat menjadi pembawa hak dan kewajiban
hukum. Badan hukum tidak dapat melakukan perbuatan-perbuatan hukum sendiri, melainkan
harus dengan perantaraan manusia atas nama badan hukum, sehingga koperasi memerlukan organ
dalam kegiatannya.
Pasal 15 UU Koperasi menentukan bahwa Koperasi dapat berbentuk Koperasi Primer atau
Koperasi Sekunder. Koperasi Primer adalah Koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan
orang-seorang. Koperasi Sekunder adalah Koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan
Koperasi.
Badan hukum koperasi telah diatur dalam peraturan perundang-undangan yakni undang-
undang koperasi no 25 tahun 1992 khususnya pada pasal 9-14:
1. Pasal 9 :
Koperasi memperoleh status badan hukum setelah akta pendiriannya disahkan oleh
Pemerintah.
2. Pasal 10
(1) Untuk mendapatkan pengesahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9,
para pendiri mengajukan permintaan tertulis disertai akta pendirian
Koperasi.
(2) Pengesahan akta pendirian diberikan dalam jangka waktu paling lama 3
(tiga) bulan setelah diterimanya permintaan pengesahan.
(3) Pengesahan akta pendirian diumumkan dalam Berita Negara Republik
Indonesia.
3. Pasal 11
(1) Dalam hal permintaan pengesahan akta pendirian ditolak, alasan penolakan
diberitahukan kepada para pendiri secara tertulis dalam. waktu paling
lambat 3 (tiga) bulan setelah diterimanya permintaan.
(2) Terhadap penolakan pengesahan akta pendirian para pendiri dapat
mengajukan permintaan ulang dalam waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak
diterimanya penolakan.

11
(3) Keputusan terhadap pengajuan permintaan ulang diberikan dalam jangka
waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak diterimanya pengajuan permintaan
ulang.

4. Pasal 12
(1) Perubahan Anggaran Dasar dilakukan oleh Rapat Anggota.
(2) Terhadap perubahan Anggaran Dasar yang menyangkut penggabungan,
pembagian, dan perubahan bidang usaha Koperasi dimintakan pengesahan
kepada Pemerintah.

5. Pasal 13
Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara pengesahan atau penolakan
pengesahan akta pendirian, dan perubahan Anggaran Dasar sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11, dan Pasal 12 diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintah.

6. Pasal 14
(1) Untuk keperluan pengembangan dan/atau efisiensi usaha, satu Koperasi
atau lebih dapat:
a. menggabungkan diri menjadi satu dengan Koperasi lain, atau
b. bersama Koperasi lain meleburkan diri dengan membentuk
Koperasi baru.
(2) Penggabungan atau peleburan dilakukan dengan persetujuan Rapat
Anggota masing-masing Koperasi.

Undang-undang mengenai Perkoperasian yang menjadi acuan Pendirian Badan Hukum


Koperasi adalah Undang-undang nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian, kini dihapuskan
dengan munculnya Undang-Undang Nomor 17 tahun 2012 yang baru. UU Nomor 17 tahun 2012
tentang Perkoperasian yang memuat pembaharuan hukum, sehingga mampu mewujudkan
Koperasi sebagai organisasi ekonomi yang sehat, kuat, mandiri, dan tangguh, serta terpercaya
sebagai entitas bisnis, yang mendasarkan kegiatannya pada nilai dan prinsip Koperasi.

Undang-Undang Nomor 17 tahun 2012 tentang Perkoperasian menegaskan bahwa


pemberian status dan pengesahan perubahan Anggaran Dasar dan mengenai hal tertentu
merupakan wewenang dan tanggung jawab Menteri. Pemerintah memiliki peran dalam
menetapkan kebijakan serta menempuh langkah yang mendorong Koperasi sehingga dapat tumbuh
dan berkembang dengan baik. Untuk mendorong langkah tersebut, Pemerintah wajib menghormati

12
jati diri, keswadayaan, otonomi, dan independensi Koperasi tanpa melakukan campur tangan
terhadap urusan internal Koperasi.

2.3 Sumber Modal Koperasi Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1967


Modal adalah sejumlah uang atau barang yang digunakan untuk menjalankan kegiatan
usaha. Modal bisa berbentuk uang tunai atau barang dagang, bangunan, kendaraan dan lainnya.
Modal mutlak diperlukan jika ingin memulai suatu usaha. Ada dua sumber modal yang dapat
dijadiakn modal usaha koperasi:
a. Modal Sendiri
Modal yang dihimpun dari simpanan anggota yaitu berasal dari simpanan pokok
dan simpanan wajib, dan apabila kegiatan usaha koperasi sudah berjalan dan memperoleh
sisa hasil usaha (SHU) maka sebagian dari sisa usaha tersebut bisa disisihkan dengan tujuan
menambah dana cadangan untuk memperkuat modal sendiri. Adapun modal sendiri
Koperasi adalah berasal dari:
1. Simpanan pokok
Simpanan pokok adalah sejumlah pengorbanan (uang) yang wajib
dibayarkan saat masuk menjadi anggota koperasi untuk kas koperasi
(jumlahnya sama besar dari semua anggota koperasi). Selama masih
menjadi anggota, simpanan pokok tidak bisa diambil kembali. Besaran
jumlah simpanan pokok ditentukan melalui rapat anggota.
2. Simpanan wajib
Simpanan wajib adalah sejumlah uang yang wajib dibayarkan dengan
tujuan untuk mencukupi kebutuhan dana yang hendak dikumpulkan.
Jumlahnya tidak sama oleh setiap anggota. Akumulasi simpanan wajib para
anggota harus bisa mencapai jumlah tertentu agar bisa menunjang
kebutuhan dana dalam rangka mengembangkan/menjalankan usaha
koperasi.
3. Dana Cadangan
Dana cadangan adalah dana yang digunakan untuk memupuk modal sendiri
dan bisa untuk menutup kerugian Koperasi apabila diperlukan. Dana
cadangan berasal dari uang yang disisihkan dari sisa hasil usaha (shu).

13
Jumlah dana penyisihan dana yang dicadangkan diatur/ditentukan dalam
anggaran dasar.
4. Hibah/Donasi (kalau ada)
Hibah atau donasi adalah sejumlah pemberian untuk koperasi yang dapat
digunakan untuk mengembangkan/memperlancar usaha koperasi. Bentuk
donasi bisa berupa uang/barang.
b. Modal Pinjaman
Modal pinjaman Koperasi berasal dari :
1. Modal Pinjaman Anggota
Selain daripada simpanan pokok dan simpanan wajib, koperasi juga bisa
mengumpulkan modal pinjaman dari anggota yaitu dalam bentuk simpanan
sukarela dan simpanan khusus.
● Simpanan sukarela adalah uang titipan dari anggota koperasi yang
sewaktu-waktu dapat diambil sesuai dengan waktu perjanjian yang
sudah diatur dalam anggaran rumah tangga.
● Simpanan khusus adalah pinajaman dari anggota yang digunakan
untuk membiayai kebutuhan tertentu. Tujuannya imbalan jasa dan
tata cara pengembaliannya diatur dalam peraturan khusus.

2. Modal Pinjaman Koperasi atau Badan Usaha Lain

Koperasi bisa mendapatkan modal tambahan dari pinjaman dari Koperasi


atau badan usaha lain yang bisa diperloeh dengan kerjasama yang saling
menguntungkan.
3. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya
suatu koperasi bisa mendapat pinjaman modal dari lembaga keuangan
seperti bank dan lainnya dengan mengajukan persyaratan yang diantaranya
adalah:

● Rencana penggunaan modal atau rencana usaha.


● Rencana pengembalian kredit
● Jaminan barang yang sesuai dengan jumlah besarnya pinjaman

14
2.4 Profil Koperasi Cipaganti Karya Guna Persada (KCKGP)
PT. Cipaganti Cipta Graha Tbk adalah perusahaan yang berfokus pada bidang jasa
transportasi terpadu dan persewaan alat berat. Perusahaan yang berdiri sejak tahun 1985
ini baru saja mendaftarkan diri sebagai perusahaan publik pada 5 Juni 2013 lalu.
Perusahaan ini memiliki unit-unit usaha seperti Cipaganti Transportasi, Cipaganti Heavy
Equipment, Cipaganti Resources yang tersebar di beberapa provinsi di Indonesia.13
Kegiatan usaha Koperasi Cipaganti Karya Guna Persada, untuk kemudian disebut KCKGP,
dimulai pada tahun 1984 dengan menjalankan kegiatan jual beli mobil bekas melalui CV
Cipaganti Motor. Seiring dengan perkembangan usaha dengan semakin banyaknya
perusahaan-perusahaan yang melakukan alih daya untuk kebutuhan sarana transportasi
operasionalnya, maka dikembangkanlah Cipaganti Rental yang menyewakan segala jenis
kendaraan. Pada tahun 2006, terbukalah peluang usaha baru dengan adanya akses jalan tol
Cipularang sehingga Cipaganti Otojasa dapat menekuni jasa Shuttle Service Point to Point
Bandung - Jabodetabek.14
Perusahaan juga membuka bisnis properti sejak tanggal 30 September 1994.
Perusahaan membangun lokasi perumahan pertama di Jalan Ciwastra, Bandung dengan
nama perumahan Cipaganti Graha I yang disusul dengan pembangunan lokasi perumahan
kedua di Ujung Berung dikenal dengan Cipaganti Graha II pada tahun 1999.15 Koperasi
Cipaganti Karya Guna Persada (KCKGP) adalah koperasi yang telah mempunyai badan
hukum yang diterbitkan oleh Dinas Koperasi Kota Bandung dengan Nomor: 518/BH.10-
Diskop/2002 dan terakhir dengan pengesahan Berita Rapat Anggota Tahunan Koperasi
Cipaganti Karya Guna Persada pada tanggal 28 Mei 2013 oleh Dinas Koperasi dan KUKM
dan Perindag Kota Bandung pada tanggal 13 Juni 2013 Nomor: 007/442.2/96-
KUKM&Perindag/VI/2013.16

13
Merdeka.com. (2021). Profil Perusahaan Cipaganti. Diakses melalui https://m.merdeka.com/cipaganti-citra-graha/profil/
14
Mitra Cipaganti Member. (Tahun Artikel). Judul Artikel. Diakses melalui https://mitracipagantimember.wordpress.com/
15
Reza, D., et al. (2016). PT. Cipaganti. Diakses melalui https://mansarkelompok5.blogspot.com/2016/01/jadwal-travel-
cipaganti.html
16
Mitra Cipaganti Member. (Tahun Artikel). Judul Artikel. Diakses melalui https://mitracipagantimember.wordpress.com/

15
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Awal Kasus Antara Koperasi Cipaganti dan Para Mitra Usahanya
Koperasi Cipaganti Karya Guna Persada (yang selanjutnya akan disebut KCKGP) dimana
pendiri koperasi ini adalah petinggi dari Cipaganti Group yang pada tanggal 9 Juli 2013 lalu
listing di bursa sehingga menjadi perusahaan go public.
CEO (chief executive officer) PT Cipaganti Citra Graha Tbk (CPGT) Andianto Setiabudi
ditahan polisi karena diduga menipu dan menggelapkan dana mitra koperasi hingga triliunan
rupiah. Sejak Maret 2014, para mitra tidak mendapatkan kejelasan mengenai dana yang
disetorkan pada KCKGP. Kepala Sub-direktorat III Kejahatan dan Kekerasan Direktorat Reserse
dan Kriminal Umum (Kasubdit III Jatanras Ditreskrimum) Polda Jabar AKBP Murjoko
Budoyono mengatakan, Andianto sudah menghimpun dana lewat koperasi sejak tahun 2008
hingga Mei 2014. Totalnya telah terkumpul Rp 3,2 triliun dari 8.700 mitra. Mereka dijanjikan
sistem bagi hasil 1,6% sampai dengan 1,95% per bulan tergantung tenor. Dengan kesepakatan
bahwa dana itu akan dikelola oleh koperasi untuk kegiatan perumahan, Stasiun Pengisian Bahan
Bakar Umum (SPBU), transportasi, perhotelan, alat berat dan tambang.
Berdasarkan hasil pemeriksaan, dana mitra itu kemudian disuntikkan kepada perusahaan
milik Andianto, yakni PT Cipaganti Citra Graha (CCG) sebesar Rp 200 miliar, PT Cipaganti
Global Transporindo (CGT) sebesar Rp 500 miliar dan PT Cipaganti Guna Persada (CGP) sebesar
Rp 885 juta. Kesepakatan bagi hasilnya adalah 1,5% dan 1,75%. Namun sejak Maret 2014
koperasi mengalami gagal bayar dan tidak berjalan. Sedangkan sisa uang yang disetorkan oleh
mitra tidak jelas penggunaannya, dan cenderung tidak dapat dipertanggung jawabkan, menurut
Murjoko, seperti yang dikutip dalam detiknews.com. Akibatnya, enam orang mitra usaha pun
melapor ke polisi. Mereka merasa dananya digelapkan oleh Andianto dan petinggi Cipaganti
lainnya. Menurut polisi, uang yang digunakan untuk membayar imbal hasil kepada mitra diambil
dari uang yang disetorkan oleh mitra itu sendiri.
Selama ini dana yang digunakan untuk memberikan bagi hasil bulanan kepada mitra yang
lebih dulu menjadi pesertanya dipastikan berasal dari dana mitra lainnya yang ikut bergabung
belakangan. Pada saat awal bermitra dana kerjasama langsung diberikan sebesar 1,5 % s/d 2 %
kepada freelance marketing yang bisa berhasil menarik pemodal, sebagai fee. Sehingga dana para

16
mitra tidak semuanya digunakan untuk kegiatan usaha.17 Dengan kata lain koperasi memberikan
bonus kepada mitra yang berhasil mengajak anggota baru untuk bermitra dengan KCKGP.
Untuk dapat bertahan dalam persaingan pasar bebas, koperasi harus membangun dan
mengembangkan kerja sama, baik antara koperasi maupun dengan lembaga bisnis lain yang non
koperasi. Dalam hal ini, Koperasi Cipaganti Karya Guna Persada menjalin kerja sama dengan PT
Cipaganti Global Transporindo dimana perusahaan ini memiliki beberapa entitas anak perusahaan
yang bergerak diberbagai bidang diantaranya bergerak di bidang transportasi, perhotelan, SPBU
(Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum), property dan tambang. PT Cipaganti Global
Transporindo ini masih berada di bawah “payung” Cipaganti Group dimana beberapa petingginya
juga menempati salah satu struktur kepengurusan dalam koperasi.
Selain melaporkan kepada pihak kepolisian, para mitra juga mengajukan permohonan
pailit pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat atas KCKGP, hasilnya Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat memberikan status Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (yang selanjutnya disebut
PKPU) pada KCKGP dimana status PKPU ini masih bersifat sementara yang dijatuhkan pada
tanggal 19 Mei 2014 pada KCKGP.18
Berdasarkan Pasal 225 Ayat (4) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang
Kepailitan dan PKPU (yang selanjutnya disebut UU Kepailitan) menyebutkan bahwa, “segera
setelah putusan PKPU sementara diucapkan, Pengadilan melalui pengurus wajib memanggil
debitor dan kreditor yang dikenal dengan surat tercatat atau melalui kurir, untuk menghadap
dalam sidang yang diselenggarakan paling lama pada hari ke-45 (empat puluh lima) terhitung
sejak putusan PKPU sementara diucapkan”.
Berarti PKPU sementara ini dilaksanakan selama 45 (empat puluh lima) hari kerja, apabila
pada sidang di hari ke–45 (empat puluh lima) debitor tidak hadir maka Pengadilan wajib
menyatakan bahwa debitur tersebut pailit. Berdasarkan Pasal 222 ayat (1) UU Kepailitan yang
berhak untuk mengajukan PKPU adalah debitor yang mempunyai lebih dari satu kreditor atau
kreditor itu sendiri yang mengajukan permohonan PKPU.
KCKGP mulai mengalami berbagai kendala usaha yang telah mengganggu stabilitas dan
perkembangan jalannya usaha. Kondisi ini pada akhirnya menyebabkan KCKGP mengalami

17
Gandapurnama, B. (2014). Modus Gali Lubang Tutup Lubang Bos Cipaganti di Kasus Penipuan Koperasi. Diakses melalui
https://news.detik.com/berita/d-2617587/modus-gali-lubang-tutup-lubang-bos-cipaganti-di-kasus-penipuan-koperasi
18
Koperasi Cipaganti Karya Guna Persada. (2013). Penunjukan Tim Pengurus PKPU. Diakses melalui
http://koperasicipaganti.co.id/index.php/2013-03-12-09-11-44/informasi-terbaruitem/33-penunjukkan-tim-pengurus-pkpu

17
kesulitan likuiditas dan berdampak pada pembayaran imbal hasil atau profit bulanan kepada mitra
menjadi terlambat bahkan tertunda. Hingga pada akhirnya mitra usaha sudah tidak menerima bagi
hasil dari modal penyertaan yang ditanamkan pada KCKGP. Pembagian bagi hasil tersebut
berhenti tanpa adanya pemberitahuan apapun. Merespon keterlambatan dan penundaan
pembayaran bagi hasil, para mitra usaha mulai melakukan aksi protes dan komplain tentang
berlarutnya penundaan bagi hasil yang seharusnya sudah diterima.19
Untuk mengatasi hal tersebut, para mitra usaha dengan spontan membentuk Komite-18
yang kemudian berkembang menjadi Komite-53. Komite ini terbentuk tanpa ada intimidasi pihak
manapun, dibentuk dari, oleh dan untuk mitra usaha dengan tujuan bersama-sama memahami
permasalahan usaha yang dihadapi KCKGP dan secara terbuka serta itikad baik untuk bersama-
sama mencari solusi terbaik bagi KCKGP. Lebih jauh lagi, keberadaan komite pun bertujuan
untuk menggali dan menyamakan aspirasi untuk memperjuangkan nasib dan hak-hak seluruh
mitra usaha tanpa terkecuali. Sejalan dengan upaya penyelesaian masalah gagal bayar ini,
serangkaian aktivitas terus dilakukan oleh komite dan tim relawan diantaranya mengembangkan
jaringan komunikasi informal melalui komunikasi virtual WhatsApp Peraturan Pemerintah dan
Blackberry Messenger sebagai media berbagi informasi serta media untuk saling menguatkan di
antara sesama mitra. Dari komunikasi virtual tersebut para kemudian mengadakan pertemuan di
kantor perwakilan KCKGP untuk membahas pokok permasalahan. Sedangkan dari pihak
pengurus KCKGP sendiri belum ada pembahasan resmi apapun. 20

3.2 Penyelesaian Serta Pertanggung-jawaban Kasus Antara Koperasi Cipaganti Karya


Guna Persada (KCKGP) dan Para Mitra Koperasi
Untuk mencari solusi dari permasalahan gagal bayar tersebut, beberapa cara diupayakan
para mitra KCKGP yaitu salah satunya melaporkan kepada pihak DPRD Provinsi Jawa Barat.
Atas dasar laporan tersebut, pihak DPRD Provinsi Jawa Barat melayangkan undangan rapat jajak
pendapat. Pada tanggal 17 Juni 2014 dilangsungkan musyawarah jajak pendapat antara pihak
KCKGP dengan perwakilan mitra sejumlah 60 orang yang difasilitasi oleh DPRD Provinsi Jawa
Barat Komisi A (Bidang Pemerintahan) Drs. H. Yusuf Puadz dan Wakil Ketua DPRD Provinsi
Jawa Barat, Azhar Aung, SH.SPI.M.Si,. Namun musyawarah dan jajak pendapat tersebut tidak

19
Asikin, Zainal, Hukum Kepailitan Dan Penundaan Pembayaran Di Indonesia, Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2002.
20
Vincenthree. (2014). Kasus Koperasi Cipaganti. Diakses melalui https://digitalthree.wordpress.com/2014/08/19/kasus-
koperasi-cipaganti/

18
menemukan solusi dari permasalahan gagal bayar KCKGP terhadap para mitra. Seiring
berjalannya waktu, para mitra mulai menaruh curiga adanya penyalahgunaan dana mitra. Hal
tersebut terindikasi karena pihak KCKGP masih menerima anggota baru sebagai mitra modal
penyertaan sampai dengan bulan April 2014, padahal pihak KCKGP sudah bermasalah dalam
pembayaran bagi hasil sejak bulan Februari 2014. Muncul dugaan bahwa dana mitra usaha yang
terkumpul sejak tahun 2013 digunakan untuk membayar tunggakan KCKGP terhadap mitra
lainnya yang sudah jatuh tempo. Upaya selanjutnya yang dilakukan para mitra KCKGP yaitu
dengan mengajukan gugatan permohonan PKPU di Pengadilan Niaga Jakarta Pusat.
Berdasarkan SK Pengadilan Negeri No. 21/Pdt.Sus/PKPU/2014 PN Jakarta Pusat
tertanggal 19 Mei 2014, Koperasi Cipaganti) berada dalam status hukum Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang Sementara (PKPU-S). Selama status PKPU-S, KCKGP diberikan waktu
selama 270 hari sejak penetapan PKPU-S untuk merundingkan perjanjian perdamaian. Dalam
periode tersebut, semua tindakan kepengurusan KCKGP harus disetujui oleh Tim PKPU, dan
seluruh mitra usaha maupun KCKGP diharuskan mengikuti sejumlah rangkaian persidangan di
PN Niaga, yakni Rapat Kreditor, Rapat Pencocokan Piutang, Rapat Pembahasan Proposal
Perdamaian, Rapat Pemungutan Suara/Voting, dan Rapat Permusyawaratan Majelis Hakim.

Rapat voting dilaksanakan pada tanggal 15 Juli 2014, di Mahaka Square, 1st Floor (Sportsmall
Kelapa Gading) Jl. Kelapa Nias Raya Blok HF3, Jakarta. Rapat ini diselenggarakan untuk
menjaring suara mitra usaha atas proposal perdamaian KCKGP. Hasilnya satu kreditor separatis
yaitu Bank Bukopin dan 97 % mitra usaha yang hadir sendiri atau diwakilkan menyetujui proposal
perdamaian. Sejak saat itu KCKGP akan berada di dalam status PKPU, dalam arti:

1. Pihak KCKGP masih memiliki kewenangan menjalankan kegiatan perusahaan dibawah


pengawasan pengurus PKPU dan seluruh transaksi tagihan utang terhenti sementara hingga
tercapai perjanjian damai (PKPU Tetap).
2. Pihak KCKGP masih diberikan kesempatan untuk melakukan restrukturisasi utang kepada
para mitra.
3. Setelah dilakukan perjanjian perdamaian antara KCKGP dan mitra, maka pembayaran
utang bisa dibayarkan sesuai dgn isi perjanjian perdamaian yang telah disahkan oleh
pengadilan.

19
Menegaskan voting damai dari mitra usaha dan keputusan majelis hakim atas status PKPU
KCKGP, maka pada tanggal 23 Juli 2014 PN Niaga Jakarta Pusat mengesahkan dokumen
Perjanjian Perdamaian (Homologasi) No. 21/Pdt.Sus/PKPU/PN.Niaga.Jkt.Pst. Dengan
pengesahan dokumen homologasi ini pada prinsipnya KCKGP dinyatakan tidak pailit dan
permasalahan KCKGP dan para mitra diselesaikan diluar pengadilan dengan hasil voting damai
antara KCKGP degan para mitra. Dokumen perjanjian ini ditandatangani oleh perwakilan para
mitra yang hadir pada sidang majelis hakim pada persidangan tanggal 23 Juli 2014 dan di
tandatangani pula oleh para pengurus PKPU dan Hakim Pengawas pengadilan niaga Jakarta.
Dokumen perjanjian ini dilampiri materi perjanjian yang telah disepakati oleh koperasi cipaganti
dengan para mitra, dimana didalamnya tertulis daftar aset yang diserahkan dan akan dikelola
bersama atau dijual untuk kepentingan para mitra.

Untuk menindak lanjuti homologasi Koperasi dengan mitra usaha, PN Niaga Jakarta Pusat
mensyaratkan adanya suatu badan hukum berbentuk komite yang mewakili seluruh mitra, yakni
Komite Investasi Mitra Usaha (KIMU) yang bertugas untuk mengawasi jalannya semua unit-unit
usaha koperasi dan memberikan langkah serta keputusan strategis dalam pengelolaan dan
penjualan aset-aset yang ada di dalam perjanjian damai. Selain pembentukan KIMU, PN Niaga
juga mensyaratkan pembentukan PT. Pooling Aset sebagai Holding dari beberapa PT yang telah
diserahkan kepada mitra. PT Pooling Aset yang memiliki identitas resmi sebagai PT. Mitra
Manunggal Persada ini yang akan menjadi ujung tombak dalam menjalankan bisnis dari unit-unit
usaha koperasi yang telah diserahkan dengan pengawasan dan arahan dari KIMU.21

Untuk menindak lanjuti homologasi Koperasi dengan mitra usaha, PN Niaga mensyaratkan
adanya suatu badan hukum berbentuk komite yang mewakili seluruh mitra, yakni Komite
Investasi Mitra Usaha (KIMU) yang bertugas untuk mengawasi jalannya semua unit-unit usaha
Koperasi dan memberikan langkah serta keputusan strategis dalam pengelolaan/penjualan aset-
aset yang ada di dalam Perjanjian Damai (Perdam). Untuk itu, diperlukan para relawan yang
bersedia menyediakan waktu, tenaga dan keilmuan (management, akuntansi, finance, perbankan,

21
Vincenthree. (2014). Kasus Koperasi Cipaganti. Diakses melalui https://digitalthree.wordpress.com/2014/08/19/kasus-
koperasi-cipaganti/

20
hukum, pertambangan, transportasi dll) tanpa mendapat remunerasi/gaji untuk menggerakkan
hasil dari putusan pengadilan niaga tersebut.

Mengingat pada saat awal terbentuknya KIMU ini belum memiliki modal dasar yang
memadai, maka dalam putusan pengadilan, telah dijelaskan bahwa KIMU pada saat awal adalah
KIMU TRANSISI/SEMENTARA yang bertugas selama 12 bulan untuk mengisi kekosongan
pengurusan KIMU TETAP. Pada tanggal 30 Juli 2014, KIMU sementara telah terbentuk dengan
komposisi personil diisi dari eks anggota Panitia Kreditur, Komite dan beberapa relawan yang
mengawal kasus ini sejak awal. Selanjutnya, KIMU TRANSISI/SEMENTARA ini harus
mengadakan pemilihan umum yang melibatkan mitra untuk memilih wakil-wakilnya yang akan
duduk di KIMU TETAP.
Untuk menindaklanjuti homologasi Koperasi dengan mitra usaha, selain pembentukan
KIMU, PN Niaga juga mensyaratkan pembentukan PT. Pooling Aset sebagai Holding dari PT-
PT yang telah diserahkan kepada mitra. PT Pooling Aset yang memiliki identitas resmi sebagai
PT. Mitra Manunggal Persada ini yang akan menjadi ujung tombak dalam menjalankan bisnis
dari unit-unit usaha koperasi yang telah diserahkan dengan pengawasan dan arahan dari KIMU.
KIMU menghadiri Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa atau disingkat RUPSLB
PT. Cipaganti Citra Graha Tbk., yang diselenggarakan pada tanggal 25 Agustus 2014 dengan misi
bersuara untuk menempatkan wakil para mitra untuk dapat duduk dalam kepengurusan PT.
Cipaganti Citra Graha Tbk., agar dapat memantau kepentingan para mitra semua. Namun,
sungguh disayangkan, hasil voting RUPSLB tersebut, saham para mitra yg berasal dari Koperasi
Cipaganti dan dari PT. Cipaganti Global Corporindo (CGC), dikalahkan oleh mayoritas
pemegang saham yang saat ini menguasai PT.CCG tbk tersebut. Dengan kata lain, saat ini,
Andianto Setiabudi bukan merupakan pihak pengendali saham pada PT.CCG Tbk tersebut.
Adapun pada RUPSLB tersebut, saham AS yg diserahkan kepada para mitra ± 12,18%. PT.CCG
tbk ini adalah perusahaan yang mengelola bisnis travel dan persewaan mobil

Atas dasar hasil RUPSLB tersebut, KIMU sudah melayangkan surat kepada jajaran
pengurus CCG Tbk yang baru yang menyatakan MITRA Keberatan Dengan Jajaran Pengurus
PT. CCG yang baru, karena tidak dapat mengakomodir keterwakilan mitra didalam jajaran
pengurus. Karenanya, melalui surat itu pula, KIMU mengusulkan 2 anggota KIMU untuk
mewakili mitra dalam kepengurusan PT. CCG karena memiliki kepentingan besar terhadap PT.

21
CCG Tbk berdasarkan perjanjian Damai PKPU yang dilegalisasi oleh PN Niaga Jakpus pada
tanggal 23 Juli 2014. Namun tetap saja, PT. CCG Tbk menolak permintaan tersebut.

Merespon keinginan mitra usaha yang haus akan informasi mengenai sejauh mana proses
yang sudah dijalankan KIMU terkait perjanjian damai dan road map KIMU dalam proses
pengembalian modal mitra ini, maka KIMU melakukan beberapa dialog & sosialisasi dengan
mitra, baik di Bandung maupun di Jakarta. Kegiatan ini dilakukan dalam beberapa waktu & sesi.
Selain melakukan dialog dan konsolidasi dengan mitra usaha, KIMU juga melakukan audiensi
kepada Pimpinan Kepolisian Daerah jawa Barat untuk menyampaikan hasil perdamaian secara
langsung kepada pihak Polda. Audiensi ini dilakukan KIMU guna memperoleh:
➢ Komitmen penuh jajaran POLDA sebagai lembaga pelayanan publik yang
mengedepankan prinsip keadilan & transparansi dalam penegakan hukum untuk membantu
setiap langkah strategi KIMU untuk merealisasikan perjanjian damai.
➢ Izin permanen bagi KIMU untuk melaksanakan rapat koordinasi secara berkala dengan
Andianto Setiabudi selaku Pengawas Koperasi sekaligus Direktur Cipaganti Global
Corporindo yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian perdamaian.

Selain melakukan audiensi dengan jajaran POLDA Jabar, KIMU juga beberapa kali
melakukan audiensi dengan Andianto Setiabudi yang berada di dalam tahanan Polda Jabar.
Tujuan dari audiensi ini untuk :
➢ Kejelasan komitmen Andianto Setiabudi atas penyelesaian kewajiban kepada para mitra
➢ Konsolidasi aspek-aspek strategis (teknis, legalitas, pendanaan, dll) dengan Andianto
Setiabudi terkait keputusan-keputusan pengelolaan/penjualan atas aset-aset yang
tercantum dalam Prodam.

Kemudian tepatnya pada tanggal 6 Oktober 2014, Direktorat Reserse Kriminal Umum
Polda Jabar menerbitkan status Andianto Setiabudi sebagai tersangka baru atas beberapa tuntutan
pidana tindakan penipuan dan penggelapan uang dalam jabatan. pelaporan dari beberapa mitra
usaha koperasi Cipaganti. Dengan status ini, dapat dipastikan bahwa status Andianto Setiabudi:
➢ Sampai saat ini masih dalam tahanan kepolisian Polda Jawa Barat
➢ Keberadaanya dapat dipastikan masih di tanah air.

22
Dengan status Andianto tetap sebagai tersangka dan posisi Andianto yang berada di
tahanan ini menjadi tantangan sendiri bagi KIMU dimana:
1. Mitra membutuhkan Andianto Setiabudi untuk menjalankan usahanya, menghasilkan
uang, dan untuk mengembalikan uang kepada para mitra.
2. KIMU sebagai pengawas dan penentu arah kebijakan usaha atas pengelolaan aset-aset yang
diserahkan,
3. Keberadaan Andianto Setiabudi sangat diperlukan dalam mempertanggung-jawabkan
pengembalian uang

Posisi KIMU yang seolah-olah menjadi pihak yang bertanggung-jawab dalam


mengembalikan dana mitra. Padahal posisi KIMU juga adalah korban & relawan sesama mitra.
Yang bertanggung-jawab penuh untuk mengembalikan dana mitra adalah Andianto Setiabudi.
Penyelenggaraan Rapat kerja KIMU dengan jajaran Cipaganti di Cipaku Bandung dimaksudkan
sebagai upaya klarifikasi atas asal muasal & karakter bisnis yang melekat dalam PT. Cipaganti
Citra Graha Tbk. Hal ini sangat diperlukan mengingat para anggota KIMU adalah mitra (orang-
orang diluar Manajemen Cipaganti) yang awalnya tidak memahami asal muasal asset dan karakter
bisnis yang ada. Karenanya, penyelenggaraan Raker Cipaku ini harus diakui & didukung sebagai
bentuk kerjasama dari management PT. CCG Tbk dengan KIMU demi kelancaran pelaksanaan
perjanjian damai yang sudah diputuskan oleh PN Niaga Jakarta Pusat.

Pada tanggal 30 Oktober 2014, PT Cipaganti Citra Graha, Tbk lakukan Rapat Umum
Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) kali ini dihadiri oleh sekitar 2.191.779,252 saham
dengan total persentase 60,695 %. Adapun hasil RUPSLB yaitu para pemegang saham
menyetujui adanya penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu dengan
penerbitan saham baru. Sekaligus pemberian kewenangan kepada Dewan Komisaris Persero
untuk melaksanakan penambahan sehubungan dengan penambahan modal tanpa memesan efek
terlebih dahulu, untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun sejak rapat ini dilaksanakan. Hasil
lainnya yaitu persetujuan perubahan Dewan Komisaris yang baru.

Kemudian untuk kedepannya, pengembangan Perseroan akan melakukan sejumlah


Corporate Action diantaranya berupa rencana penyertaan dalam bisnis teknologi pembangunan

23
infrastruktur khususnya jalan toll, serta bisnis teknologi informasi dalam pengelolaan jalan toll.
Kedua bisnis tersebut diharapkan dapat bersinergi dengan bisnis yang sudah dijalankan perseroan
selama ini. Untuk keperluan penyertaan, perseroan berencana untuk melakukan right issue sesuai
dengan jumlah dan timing kebutuhan dana dimaksud.

Hal lain yang menjadi perhatian perseroan adalah mengganti Corporate Identity nya secara
bertahap. Meskipun kegiatan ini terlihat tidak memberi dampak positif kepada perjuangan KIMU
dalam merealisasikan perjanjian damai, Kehadiran KIMU disini tetap memperjuangkan hak-hak
mitra dengan misi sebagai berikut :

1. Mengetahui perkembangan CCG untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan &
menjadi kendala KIMU/PT. Pooling Aset dalam merealisasikan perjanjian damai.
2. Approaching pemegang saham lainnya dan sounding tentang kondisi Tbk & perjuangan
KIMU dilengkapi dengan bukti-bukti yang ada. (misal brosur kop, bukti aliran dana, dll).
Berjuang di sini bukan berarti harus tunduk dengan hasil akhir dan akan
mempertimbangkan penggunaan hak permohonan RUPS lagi sesuai UU no. 70/2009
tentang PT (Perseroan Terbatas), dimana pemegang saham dengan persentase saham diatas
10 % (mitra 12,1 %) punya potensi untuk penyelenggaraan RUPS Lagi.
3. Saat ini, KIMU & PT. Pooling aset masih disibukkan dengan kegiatan-kegiatan investigasi
atas aset-aset sesuai putusan pengadilan niaga Jakarta yang harus ditindaklanjuti dengan
cara survei & pengumpulan dokumen-dokumen terkait aset. Studi analisis aspek hukum,
finansial, bisnis & prospeknya, termasuk didalamnya dilihat keterkaitan aset dengan pihak
Bank dan permasalahan hukum yang melekat pada aset-aset yang ada. Penetapan strategi
eksekusi/penanganan atas aset-aset tersebut (diolah/dijual).

Kegiatan-kegiatan ini tentu saja ini semua membutuhkan waktu dan usaha, sementara para
relawan yang ada didalam KIMU & PT. Pooling masih bekerja dengan segala keterbatasannya.22

22
Mitra Cipaganti Member. (2016). Kronologis Kasus Cipaganti. Diakses melalui
https://mitracipagantimember.wordpress.com/2016/11/08/kronologis-kasus-cipaganti/

24
BAB IV
KESIMPULAN & SARAN

4.1 Kesimpulan
Dalam rangka memberikan jaminan bagi pemodal yang telah menyertakan modalnya,
pihak Koperasi Cipaganti Karya Guna Persada hanya menuangkan dalam satu pasal saja dari
Perjanjian Penyertaan Modal. Pasal 8 Akta Perjanjian menyebutkan bahwa Koperasi Cipaganti
Karya Guna Persada memberikan jaminan berupa tanggung jawab apabila ada tuntutan dan atau
gugatan dari pihak manapun berkaitan dengan modal penyertaan tersebut dan jaminan bahwa
modal yang disertakan oleh pemodal tidak akan digunakan untuk usaha lain terutama yang
bersifat spekulasi (untung-untungan) atau usaha - usaha yang dapat mengakibatkan kerugian.
Selain itu, Koperasi Cipaganti Karya Guna Persada juga menjamin dan bertanggung jawab
penuh atas kerugian yang timbul akibat dari pengelolaan modal penyertaan. Adapun wujud
konkret dari pertanggung-jawaban Koperasi Cipaganti Karya Guna Persada ini tertuang dalam
putusan No. 21/Pdt.Sus/PKPU/2014/PN.Niaga.Jkt.Pst Putusan tersebut memuat perjanjian
perdamaian berupa restrukturisasi usaha dan rencana pembayaran kepada mitra usahanya.
Koperasi Cipaganti Karya Guna Persada akan mengakomodir kepentingan Mitra Usaha dalam
perjanjian perdamaian tersebut dengan melakukan pengamanan atas dana-dana milik Mitra
Usaha. Pengamanan dana milik mitra itu akan dilakukan oleh Tim Pemberesan dan
Restrukturisasi Koperasi Cipaganti Karya Guna Persada yang berasal dari orang-orang
profesional dan kompeten dalam bidangnya masing-masing.
Perlindungan hukum yang diberikan Koperasi Cipaganti Karya Guna Persada terhadap
Mitra Usaha didalam Akta Perjanjian Penyertaan Modal pada Koperasi Cipaganti Karya Guna
Persada belum sepenuhnya dilaksanakan sebagaimana ketentuan yang tercantum dalam
Keputusan Menteri Koperasi dan PKM No. 145/KEP/M/VII/1998, yaitu dalam hal pengelolaan
dan pengawasan namun Koperasi Cipaganti Karya Guna Persada sudah mengatur mengenai
kewajiban membayar modal kepada Mitra Usaha yang dituangkan dalam perjanjian perdamaian.
Dengan adanya putusan perdamaian itu, maka hubungan hukum antara Koperasi Cipaganti Karya
Guna Persada dan para Mitra Usaha adalah berdasarkan perdamaian dalam PKPU. Sehingga tidak
ada lagi masalah hukum antara kedua belah pihak.

25
4.2 Saran
Adapun saran yang penulis sampaikan untuk kasus Koperasi Cipaganti Karya Guna
Persada (KCKGP) sebagai berikut:
1. Bagi pemerintah, karena dalam koperasi diberikan izin untuk melakukan sistem investasi
maka sebaiknya pihak pemerintah memberikan pengawasan khusus mengenai hal ini,
karena hingga saat ini OJK (Otoritas Jasa Keuangan) selalu memberikan pernyataan bahwa
bukan kewenangan OJK dalam mengawasi jalannya sebuah koperasi, sehingga sebaiknya
pemerintah membentuk badan khusus yang mengawasi jalannya koperasi terutama
koperasi simpan pinjam yang bergerak di bidang keuangan atau dapat ditempuh dengan
pembentukan aturan baru yang mengatur salah satu badan atau lembaga pengawasan atas
kegiatan lembaga keuangan di Indonesia untuk juga mengawasi kegiatan koperasi. Selain
adanya badan pengawas dalam menjalankan sistem investasi dalam sebuah koperasi perlu
juga adanya aturan mengenai sistem yang harus dijalankan, misalnya seperti pengaturan
pemberian keuntungan atau bunga karena koperasi adalah jenis badan usaha yang berbeda
dengan badan usaha lainnya, tujuan dari sebuah koperasi adalah mensejahterakan
anggotanya dan masyarakat sehingga jangan sampai perhatian dari koperasi beralih kepada
keuntungan yang harus diberikan kepada pemberi modal penyertaan karena menjanjikan
bunga atau keuntungan tetap setiap bulannya sehingga tujuan mensejahterakan anggota
menjadi dikesampingkan.
2. Bagi masyarakat harus lebih berhati – hati dalam melakukan investasi dalam bentuk
apapun dan jangan mudah tergiur dengan keuntungan besar yang ditawarkan karena
apapun jenis usahanya termasuk berinvestasi tentu selalu ada yang dinamakan dengan
risiko hanya saja tinggal bagaimana sikap masyarakat sebagai investor dapat
meminimalisir tingkat risiko yang mungkin terjadi. Maka sebelum melakukan investasi
harus lebih banyak dipertimbangkan terlebih dahulu mengenai sistem yang ditawarkan,
selain itu juga ada baiknya bagi masyarakat untuk mengetahui tentang perizinan dari
lembaga yang menawarkan sistem investasi yang dimaksud, hal ini juga setidaknya dapat
memberikan rasa aman kepada masyarakat sebagai investor dalam melakukan praktik
investasi.
3. Bagi koperasi sebagai pelaku usaha, dalam menawarkan jasa layanan investasi kepada
masyarakat harus lebih berhati-hati, dalam hal ini pihak pelaku usaha harus mempelajari

26
atau berkonsultasi terlebih dahulu kepada badan maupun orang-perorangan yang dianggap
paham dengan sistem investasi beserta aturan yang mengaturnya, selain itu juga salah satu
bentuk kehati-hatian dari koperasi sebagai pelaku usaha dapat diwujudkan dalam bentuk
pelaporan kepada mitra sebagai pemodal terkait dengan aliran dana yang merupakan modal
penyertaan dari mitra, sehingga apabila dikemudian hari terjadi gali lubang tutup lubang,
maka koperasi sebagai pelaku usaha dapat diminta pertanggungjawabannya atas dana yang
menjadi modal penyertaan dari para mitra.
4. Bagi peneliti selanjutnya, penulis menyarankan agar peneliti selanjutnya dapat
menganalisis lebih mendalam mengenai sistem investasi dalam sebuah koperasi sesuai
dengan perkembangan hukum yang terus berubah, mengingat bahwa prinsip dasar koperasi
yang 21 mengutamakan kesejahteraan anggota dan masyarakat jangan sampai berubah
menjadi alat yang dapat digunakan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab untuk
mendapatkan keuntungan pribadi.

27
DAFTAR PUSTAKA

R.T. Sutantya Rahardja Hadhikusuma. 2005. Hukum Koperasi Indonesia. Rajawali Pers. Jakarta.

Undang-undang Perkoperasian, UU No. 25 Tahun 1992, LN No. 116 Tahun 1992, No. 25 Tahun
1992 Tentang Perkoperasian.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Tentang Peraturan Pemerintah Persyaratan dan Tata
Cara Pengesahan Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi.

Andjar Pachta W., et al., 2005. Hukum Koperasi Indonesia (Pemahaman, Regulasi, Pendirian, dan
Modal Usaha). Kencana. Jakarta.

Soemarmo Atmosoedarmo., et al., 1996. Koperasi Sebagai Badan Usaha Kajian Aspek Hukum
dan Ekonomi. Badan Penelitian dan Pengembangan Koperasi dan Pengusaha Kecil. Jakarta.

Saokani, Kukuh. (2014, Juli 12). Penipuan Cipaganti Group, Polisi: Bisa Ada Tersangka Baru.
https://www.liputan6.com/news/read/2071761/penipuan-cipaganti-group-polisi-bisa-ada-
tersangka-baru.

Arifin Sitio, Halomon Tamba. 2001. Koperasi Teori dan Praktek. Erlangga. Jakarta. Hal.16.

Ninik Widiyanti. YW.Sunidia. 2002. Koperasi dan Perekonomian Indonesia. PT. Rineka Cipta.
Jakarta. Hal.3.

Kompas. (2020, Maret 23). Koperasi: Pengertian, Fungsi, Prinsip, dan Asasnya.
https://www.kompas.com/skola/read/2020/03/23/140000169/koperasi-pengertian-fungsi-
prinsip-dan-asasnya?page=all.

Fatoni. (2015, November 1). Makalah Koperasi dan Study Kasus Sejarah Koperasi Cipaganti.
https://fatonipendekar1903.blogspot.com/2015/11/makalah-koperasi-dan-study-kasus.html.

Mustopa Marli Batubara. 2012. Koperasi Pertanian. Universitas Muhammadiyah Palembang.


Palembang.

Kementrian Keuangan. (1992). Undang Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992.
https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/1992/25TAHUN~1992UU.htm.

Aryani, Hikmah. (2017). Koperasi Sebagai Badan Hukum.


https://hikmaharyani.wordpress.com/2017/07/06/koperasi-sebagai-badan-hukum/amp/.

Ma’ruf. (2021, Maret 22). 11 Sumber Permodalan Koperasi.


https://www.akuntansilengkap.com/ekonomi/11-sumber-modal-koperasi-uu-25-tahun-1992/.

28
Reza, Dimas., Firmansyah Ilham., dkk. (2021). PT. Cipaganti.
https://mansarkelompok5.blogspot.com/2016/01/jadwal-travel-cipaganti.html.

Mitracipagantimember. (2020, November 10). Mitra Koperasi Cipaganti.


https://mitracipagantimember.wordpress.com/.

Detik News. (2014, Juni 24). Modus Gali Lobang Tutup Lobang Bos Cipaganti di Kasus Penipuan
Koperasi. https://news.detik.com/berita/d-2617587/modus-gali-lubang-tutup-lubang-bos-
cipaganti-di-kasus-penipuan-koperasi.

Asikin, Zainal, Hukum Kepailitan Dan Penundaan Pembayaran Di Indonesia, Jakarta:Raja


Grafindo Persada, 2002.

Vincenthree. (2014, Agustus 19). Kasus Koperasi Cipaganti.


https://digitalthree.wordpress.com/2014/08/19/kasus-koperasi-cipaganti/.

Mitracipagantimember. (2016, November 8). Kronologi Kasus Cipaganti.


https://mitracipagantimember.wordpress.com/2016/11/08/kronologis-kasus-cipaganti/.

29

Anda mungkin juga menyukai