Anda di halaman 1dari 7

REFLEKSI KASUS

GANGGUAN ANXIETAS CAMPURAN

IDENTITAS PASIEN
- Nama : Ny.R
- Umur : 39 tahun
- Jenis kelamin : Perempuan
- Agama : Islam
- Suku : Saluan
- Pendidikan terakihir : SMP
- Status Perkawinan : Menikah
- Warga Negara : Indonesia
- Pekerjaan : IRT
- Tanggal Pemeriksaan: 01 juli 2019
- Tempat Pemeriksaan: Poliklinik Jiwa RSU Anutapura Palu

Diagnosis Sementara : Gangguan Anxietas Menyeluruh

A. Deksripsi
Pasien datang ke poli klinik jiwa RSU anutapura palu, sendiri
dengan keluhan sulit tidur sejak 1 tahun yang lalu, saat sulit tidur tersebut
pasien juga meras berat di belakang kepala,biasanya pasien akan mencari
kesibukan agar bisa mengantuk.
Pasien juga terkadang merasa kehilangan minat untuk melakukan
aktivitas sehari-hari. Pasien juga merasa sulit untuk bahagia saat ini.
Pasien juga merasa sulit berkonsentrasi dan sering tiba-tiba lupa hal apa
yang ada di pikirannya.
Pasien sering merasa khawatir dengan hal-hal yang akan terjadi di
masa depan. Pasien juga merasa cemas dan banyak hal-hal yang dipikirkan
seperti takut mati,saat cemas pasien merasakan keringat
1
dingin,gelisah,jantung berdebar-debar,mual,sakit kepala,nyeri ulu
hati,pasien juga sering juga melamun. Pasien juga sering mengeluh
tentang penyakit ISK yang dideritanya.
Pasien juga membayangkan bagaimana kiamat akan terjadi dan
ketakutan dengan bayangannya. Perasaan-perasaan cemas,khawatir,dan
ketakutan pasien tersebut masanya akan sedikit meredah saat pasien
memiliki kesibukan, bisa tidur ,keluhan tersebut meredah saat terbangun.
Pasien tidak pernah memiliki keluhan seperti ini sebelumnya.
Pasien memiliki problem rumah tangga ,namun pasien tidak ingin
menceritakan problemnya itu.
Pasien mengeluh pernah mendengar bisikan-bisikan yang tidak
didengar orang lain, dan melihat sosok bayangan yang tidak terlihat oleh
orang lain.

B. Emosi Terlibat
Kasus ini menarik untuk dibahas karena pasien sudah berobat selama sekitar
±1 tahun namun keluhan pasien masih saja muncul sehingga perlu dicari
solusinya, sehingga hal ini menjadi hal yang menarik untuk dipelajari lebih
lanjut

C. Pembahasan
Definisi
Kriteria diagnosis DSM-IV-TR memasukkan kriteria yang membantu klinisi
membedakan gangguan ansietas menyeluruh dan ansietas normal. Perbedaan
antara gangguan ansietas menyeluruh dan ansietas normal adalah melalui
penekanan pada penggunaan kata ”berlebihan” dan “sulit dikendalikan” dalam
criteria dan melalui spesifikasi bahwa gejala dapat menyebab kan hendaya atau
distress yang signifikan.

Epidemiologi
2
Gangguan anxietas menyeluruh adalah suatu keadaan yang lazim.
Perkiraan yang masuk akal untuk prevalensi 1 tahun berkisar antara 3 dan 8
persen. Raio perempuan banding laki-laki pada gangguan ini sekitar 2 banding 1
tetapi rasio perempuan banding laki-laki sekitar 1 banding 1 prevalensi seumur
hidupnya adalah 45 persen.

Etiologi
Teori Biologi
Area otak yang diduga terlibat pada timbulnya GAD adalah lobus
oksipitalis yang mempunyai reseptor benzodiazepine tertinggi di otak.1
Teori Psikoanalitik
Teori psikoanalitik menghipotesiskan bahwa anxietas adalah gejala
dari konflik bawah sadar yang tidak terselesaikan.
Teori Kognitif Perilaku
Penderita GAD berespon secara salah terhadap ancaman, disebabkan oleh
perhatian yang selektif terhadap hal-hal negatif pada lingkungan, adanya distorsi
pada pemrosesan informasi dan pandangan yang sangat negatif terhadap
kemampuan diri untuk menghadapi ancaman

Kriteria Diagnostik
Kriteria diagnostik DSM-IV-TR untuk gangguan cemas
menyeluruh adalah sebagai berikut:
A. Ansietas dan kekhawatiran yang berlebihan (perkiraan yang
menakutkan), terjadi hampir setiap hari selama setidaknya 6 bulan,
mengenai sejumlah kejadian atau aktivitas (seperti bekerja atau
bersekolah).
B. Orang tersebut merasa sulit mengendalikan kekhawatirannya.
C. Ansietas dan kekhawatiran dikaitkan dengan tiga (atau lebih) dari
keenam gejala berikut (dengan beberapa gejala setidaknya muncul
hampir setiap hari selama 6 bulan).
3
Perhatikan: hanya satu gejala yang diperlukan pada anak-anak.
1. Gelisah atau merasa terperangkap atau terpojok.
2. Mudah merasa lelah
3. Sulit berkonsentrasi atau pikiran menjadi kosong
4. Mudah marah
5. Otot tegang
6. Gangguan tidur (sulit tertidur atau tetap tidur, atau tidur yang
gelisah dan tidak puas)
D. Fokus dari ansietas dan kekhawatiran tidak terbatas hanya pada
gambaran gangguan Aksis I, misalnya, ansietas atau cemas bukan
karena mengalami serangan panik (seperti pada gangguan panik),
merasa malu berada di keramaian (seperti pada fobia sosial), merasa
kotor (seperti pada gangguan obsesif kompulsif), jauh dari rumah atau
kerabat dekat (seperti pada gangguan ansietas perpisahan), bertambah
berat badan (seperti pada anoreksia nervosa), mengalami keluhan fisik
berganda (seperti pada gangguan somatisasi), atau mengalami
penyakit serius (seperti dalam hipokondriasis), juga ansietas dan
kekhawatiran tidak hanya terjadi selama gangguan stres pasca trauma.
E. Ansietas, kekhawatiran, atau gejala fisik menyebabkan distress yang
secara klinis bermakna atau hendaya sosial, pekerjaan, atau area
penting fungsi lain.
Gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya,
penyalahgunaan obat, pengobatan) atau kondisi medis umum (misalnya
hipertiroidisme) dan tidak terjadi hanya selama gangguan mood, gangguan
psikotik, atau gangguan perkembangan pervasif.

D. Evaluasi
a. Pengalaman Baik
Pasien saat dianamnesis pasien kooperatif sehingga masih bisa
menjawab pertanyaan yang diberikan.
4
b. Pengalaman Buruk
Pada saat dianamnesis pasien, masih kurang pertanyaan yang
ditanyakan karena pengalaman yang masih kurang sehingga butuh
kemampuan untuk menggali informasi sebanyak-banyaknya dari pasien.

E. Terapi
Psikofarmaka :
 Alprazolam 0,25 mg
 Fluoxetine 10 mg
 Omeprazole 20mg
Psikoterapi :
- Ventilasi : Memberikan kesempatan kepada pasien untuk
menceritakan keluhan dan isi hati serta perasaan sehingga pasien
merasa lega.

- Konseling : Memberikan penjelasan dan pengertian kepada pasien


agar memahami penyakitnya dan bagaimana cara menghadapinya.

- Sosioterapi : Memberikan penjelasan kepada pasien, keluarga pasien


dan orang-orang di sekitarnya. Sehingga dapat menerima dan
menciptakan suasana lingkungan yang membantu.

F. Diagnosis
1. Gangguan depresi
2. Gangguan tidur
3. Gangguan Campuran anxietas depresi

G. Prognosis
Dubia Ad Bonam : apabila pasien melakukan terapi dengan rutin maka
gangguan yang di alami dapat membaik.

5
H. KESIMPULAN
1. Berdasarkan kasus di atas dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami
gangguan anxietas campuran yang sesuai diagnosis dari DSM-IV-TR.
2. Penatalaksanaan gangguan ansietas campuran bisa menggunakan terapi
psikofarmaka,psikoterapi untuk mencapai terapi yang maksimal.

6
DAFTAR PUSTAKA

1. Sadock, B.J., Sadock, V.A. 2010. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri
Klinis. Ed. 2. ECG. Jakarta.
2. Elvira, S.D., Hadisukanto, G. 2013. Buku Ajar Psikiatri. Badan penerbit
FKUI, Jakarta.
3. Maslim. R. 2014. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Nuh
Jaya : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai