Anda di halaman 1dari 10

Akomodasi Komunikasi Antarbudaya (Etnis Jawa Dengan Etnis Minang)

Nadila Opi Prathita Sari, Dr. Turnomo Rahardjo, M.Si

Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro

Email : nadilaprathitas@gmail.com

Abstrak

Nilai-nilai kebudayaan yang berbeda dapat menimbulkan beberapa masalah saat proses
interaksi berlangsung. Kasus yang diangkat adalah interaksi etnis Minang dan etnis Jawa.
Etnis Minang yang menempuh pendidikan di Semarang membuka pertemuan antarbudaya,
terutama dengan host culture. Nilai dan norma latar belakang budaya Minang dan Jawa
memiliki perbedaan yang saling bertolak belakang, dapat membuat persoalan bahakan
berujung konflik.

Penelitian ini betujuan untuk mengetahui apa saja kendala yang dialami saat
berinteraksi serta bentuk upaya yang dilakukan stranger dan host culture dalam
mengakomodasikan satu sama lain. Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi
yang digunakan unuk memahami suatu fenomena berdasarkan perspektif informan, hal ini
yang berkaitan dengan interaksi yang berlangsung antara etnis Minang dan etnis Jawa dengan
fokus utama akomodasi satu sama lain. Teori yang digunakan adalah Teori Akomodasi
Komunikasi dan Teori Adaptasi Interaksi yang berfungsi untuk menjelaskan bagaimana
dalam berinteraksi kita melakukan penyesuaian-penyesuain yang dilakukan secara tidak sadar
dengan tujuan dapat mengakomdasikan lawan bicara. Dalam penelitian ini menggunakan
teknik wawancara mendalam yang digunakan kepada empat informan berlatar belakang
budaya Minang dan empat informan berlatar belakang budaya Jawa.
Hasil dari penelitian yaitu kendala –kendala interaksi yang dialami informan etnis
Jawa dan informan etnis Minang adalah pada gaya bahasa gaya bicara, perbedaan nilai-nilai
budaya, dan kurangnya informasi seta pengetahuan tentang budaya lawan bicara. Upaya
akomodasi yang dilakukan oleh setiap individu etnis Minang beragam, ada yang melakukan
konvergensi dan divergensi. Selain itu individu etnis Jawa juga melakukan akomodasi dengan
meminta bantuan orang ketiga atau teman untuk membantunya berkomunikasi dengan
stranger.

Kata kunci : Akomodasi, Minang, Jawa, Interaksi


Abstract

Different cultural values can cause several problems during the interaction process. The case
raised was the interaction of the Minang and Javanese ethnic groups. Ethnic Minang who
studied in Semarang opened intercultural meetings, especially with host culture. The values
and norms of Minang and Javanese cultural backgrounds have conflicting differences, which
can even cause problems that lead to conflict.

This study aims to find out what are the obstacles experienced when interacting and
the forms of efforts made by strangers and host culture in accommodating each other. This
study uses a phenomenological approach that is used to understand a phenomenon based on
the perspective of the informant, this is related to the ongoing interaction between ethnic
Minang and Javanese with the main focus of accommodation with each other. The theory
used is the Theory of Communication Accommodation and Interaction Adaptation Theory
which serves to explain the constraints and forms of accommodation efforts undertaken by
ethnic Minang and Javanese. In this study used in-depth interview techniques that were used
to four informants with a Minang cultural background and four informants with a Javanese
cultural background.

The results of the study are the constraints of interaction experienced by Javanese
ethnic informants and Minang ethnic informants on speech style, differences in cultural
values, and lack of information and knowledge about the culture of the other person.
Accommodation efforts carried out by each ethnic Minang individual are diverse, some are
converging and divergent. In addition, ethnic Javanese individuals also make
accommodations by asking for help from a third person or friend to help him communicate
with strangers.

Key words : Accomodation, Minang, Jawa, Interaction

PENDAHULUAN

Komunikasi antarbudaya adalah hostculture yang belum memahami


komunikasi yang terjadi ketika anggota budaya pendatang atau stranger.
dari satu budaya tertentu memberikan Dalam berinteraksi,
pesan kepada anggota dari budaya lain ketidakpahaman budaya satu sama lain
(Samovar dkk, 2010:13). Komunikasi dan perbedaan budaya yang dimiliki
antarbudaya melibatkan interaksi dapat mempengaruhi seseorang
antara orang-orang yang memiliki berkomunikasi satu sama lain, norma
persepsi budaya dan sistem simbol berbahasa yang dimiliki individu dapat
yang berbeda dalam berkomunikasi. menimbulkan dan mengakibatkan
Terlebih lagi saat individu berpindah permasalahan saat komunikasi
dari suatu tempat ke tempat yang baru antarbudaya berlangsung,sehingga
dan harus menyesuaikan diri dengan tidak tercapai komunikasi yang efektif.
lingkungan yang baru. Individu Agar menghindari hal tersebut secara
pendatang yang belum memahami tidak langsung, maka dilakukan
budaya host culture dan begitu juga akomodasi komunikasi atau
penyesuaian komunikasi untuk
menyesuaikan gaya dan sikap mengenakan membuat proses adaptasi
berkomunikasi, namun akomodasi tidak mudah dilakukan.
yang tidak tepat saat berinteraksi Kasus-kasus yang telah
malah akan membuat kesalahpahaman- dipaparkan diatas juga memperlihatkan
kesalahpahaman yang baru dan bisa bahwa komunikasi antarbudaya tidak
juga memicu konflik. dapat sempurna. Perbedaan budaya
Salah satu contoh pengalaman yang dimiliki oleh seorang individu
komunikasi yang dikaji dalam studi berpotensi mengalami gangguan
penelitian yang dilakukan oleh Ilham kecemasan dan ketidakpastian,
Prasetyo tentang Perilaku Komunikasi sehingga potensi gegar budaya pada
Dan Adaptasi Budaya Pendatang individu muncul. Hal tersebut
Berbasis Etnisitas tahun 2015 yang disebabkan oleh tanda dan lambang-
mengemukakan pengalaman lambang yang digunakan dalam
mahasiswa pendatang beretnis Papua kegiatan sehari-hari (Mulyana dan
ke Jakarta yang mendapatkan Rakhmat, 2000: 174). Adanya
perlakuan tidak mengenakan saat perbedaan pada tanda dan lambang,
dalam proses adaptasi. Melalui seperti, bahasa, keteraturan bahasa,
pengalaman mahasiswa etnis Papua logat, intonasi bicara, dan kebiasaan-
dan host culture tersebut, stereotip kebiasaan budaya, membuat proses
yang tersemat pada etnis Papua interaksi berpeluang menimbulkan
membuat mahasiswa etnis Papua kesalahpahaman pada proses
merasa tidak percaya diri dan takut komunikasi.
untuk memulai berkomunikasi kepada Indonesia sendiri merupakan
host culture. Akomodasi yang negara yang memiliki keragaman
dilakukan mahasiswa etnis Papua budaya. Salah satunya adalah
adalah diam, host culture dan stranger keragaman etnis atau suku bangsa yang
juga saling menghindar untuk sangat banyak. Berdasarkan data dari
berkomunikasi yang intens satu sama Badan Pusat Statistik, Indonesia
lain, dimana hal tersebut membuat memiliki sebanyak 1.340 suku dan 300
salah paham satu sama lain terjadi. etnis. Lingkungan Universitas sendiri
Contoh lain pengalaman memiliki peluang yang besar untuk
komunikasi antarbudaya dalam studi terjadinya komunikasi antarbudaya.
penelitian oleh Agnes Sarung Allo Saat seseorang memilih universitas
tentang Memahami Adaptasi sebagai salah satu tujuan untuk
Mahasiswa Toraja pada tahun 2018 melanjutkan pendidikan, ada beberapa
yang mengungkapkan kehidupan hal yang dipertimbangkan seperti,
mahasiswa rantau yang bermasalah dan akreditas universitas, letak kota, biaya
gagal dalam beradaptasi di Semarang. hidup, dan keamanan
Menurut hasil studi penelitian (www.idntimes.com/life/education/).
yang dilakukan oleh Agnes Sarung Seperti universitas di kota Semarang
Allo (2018) kecepatan dan kemampuan yang diminati oleh mahasiswa luar
adaptasi setiap pendatang berbeda- Semarang, pada tahun 2017 mahasiswa
beda sebelum dapat beradaptasi dengan luar Semarang yang datang menempuh
host culture. Hal ini tergantung studi sebanyak 568.272 mahasiswa
individu karakter dan latar belakang dengan kenaikan setiap tahunnya.
budayanya masing-masing, seperti Dengan memiliki etnis atau suku
contoh kasus-kasus yang telah bangsa yang besar, peluang individu-
dipaparkan tadi,bahwa tidak hanya dari individu yang terlibat dalam interaksi
segi bahasa tetapi kebiasaan, stereotip, antarbudaya dan akomodasi juga
dan simbol-simbol tatapan yang tidak semakin besar.
Seperti pada individu yang beradaptasi dengan suku dan wilayah
beretnis Jawa dan Minang, kedua etnis lain. Akan tetapi, sebagai mahasiswa
ini memiliki latar belakang budaya pendatang yang memiliki etnis berbeda
yang berbeda. Etnis mayoritas di memungkinkan hambatan-hambatan
Semarang adalah etnis Jawa, dimana dalam berinteraksi, seperti paparan
etnis Jawa sering distreotipkan halus, salah satu penelitian terdahulu yang
sopan, lemah lembut dan tidak suka mengemukakan bahwa kehidupan
berterus terang. Etnis Minang sering multikultur pada mahasiswa rantau
distereotipkan pelit dan perhitungan, memberi dampak pada setiap individu
selain pelit dan perhitungan etnis selama beradaptasi. Munculnya
Minang juga memiliki karakteristik perasaan tidak nyaman, tidak ingin
tegas, terbuka dan sangat menjujung melakukan sosialisasi, dan kurangnya
tinggi norma dan adat yang dimiliki. percaya diri akan mengurangi
Berdasarkan prinsip komunikasi kesempatan untuk mengatualisasikan
Mulyana, salah satu dari 8 prinsip diri. Tekanan berupa perbedaan-
komunikasi adalah semakin mirip latar perbedaan yang tertuju pada
belakang budaya maka semakin mahasiswa pendatang membuat
efektiflah komunikasi (Mulyana, individu pendatang menyendiri dan
2010:117-118). Stereotip yang timbul perasaan tertekan dan stress.
tersemat oleh individu-individu yang Kehidupan mahasiswa tidak
berbeda budaya akan membuat proses terlepas dari berkomunikasi dan
komunikasi dan akomodasi yang berinteraksi satu sama lain, sebagai
berlangsung dapat terhambat dan tidak mahasiswa secara tidak langsung
efektif. terlibat interaksi dalam kegiatan-
Dalam jurnal Suci Marta kegiatan perkuliahan seperti mengikuti
berjudul Konstruksi Makna Budaya diskusi perkuliahan, berbincang pada
Merantau tahun 2014, bahwa etnis dosen, mengerjakan tugas kelompok,
Minang merupakan etnis yang terkenal organisasi kampus dan kegiatan
dengan kebiasaan merantau, dimana lainnya. Mahasiswa etnis minang
etos merantau orang Minang sangat terbiasa hidup homogen, dimana adat
tinggi dan merantau tidak hanya dan kebudayaan dipegang teguh
dilakukan dalam kepentingan sebagai panduan dalam kehidupan
berdagang, tetapi juga dalam sehari-sehari (Demina. Jurnal
kepentingan akademis. Etnis Minang Interaksi. Volume 16, No.1.2013).
merupakan salah satu etnis yang Dalam proses komunikasi dan interaksi
banyak menempuh studi di Universitas satu sama lain, individu etnis minang
Diponegoro. Berdasarkan data Ikatan secara tidak langsung selalu membawa
Mahasiswa Minang Semarang unsur-unsur adat dan kebudayaan
(IKAMMI) sebanyak 170 hingga 200 Minangkabau, seperti bahasa, logat,
mahasiswa setiap tahunnya berkuliah norma berbicara, intonasi, dan cara
di Universitas Diponegoro. Dengan pandang dalam kesehariannya. Sebagai
etos merantau yang tinggi, sesuai pendatang yang berada di lingkungan
dengan peribahasa etnis Minang dalam baru dan mayoritas host culture
jurnal Oktavianus yang berjudul memiliki etnis Jawa, maka di dalam
Semangat Profesionalisme Dalam kesehariannya tentu akan menerapkan
Peribahasa Minangkabau yaitu “Di ma adat dan kebudayaan Jawa. Adanya
bumi dipijak, di situ langik dijunjung” perbedaan-perbedaan yang dimiliki
atau dimana bumi dipijak di situ langit kedua etnis tersebut tentu memiliki
dijunjung, bahwa orang Minang hal-hal yang tidak sesuai dengan kultur
dianggap memiliki kecepatan dalam Jawa dan begitu sebaliknya, sehingga
ini mempengaruhi bagaimana pengalaman apa yang diketahui oleh
akomodasi yang dilakukan. seseorang tentang orang lain sebagai
Akomodasi komunikasi adalah pedoman yang kita gunakan ketika kita
kemampuan untuk menyesuaikan, berbicara dengan orang lain. Akan
memodifikasi, atau mengatur perilaku tetapi, karena memiliki kultur yang
seseorang dalam responnya terhadap berbeda dan kebudayaan yang dibawa
orang ketika saat berinteraksi, ketika individu juga tidak sepenuhnya dapat
pembicara berinteraksi, mereka mengakomodasi harapan dari lawan
menyesuaikan pembicaraan, pola bicara.
vokal, atau tindak-tanduk mereka Kultur Minang dan Jawa yang
untuk mengakomodasi orang lain berbeda memiliki karakteristik, nilai,
(West dan Turner.2009:217 ). dan norma yang bertolak belakang,
Akomodasi akan dilakukan oleh ditambah dengan stereotip-stereotip
individu untuk beradaptasi ketika yang tersematkan satu sama lain dapat
sedang melakukan proses komunikasi berpotensi menimbulkan dampak pada
antar budaya dengan individu lain. berupa ketidakpercayaan diri, mudah
Melalui perbedaan latar belakang stress, malas bersosialisasi,serta saling
budaya etnis Jawa dan etnis Minang, menghindar satu sama lain antara
maka akomodasi atau penyesuaian pendatang dan host culture, sehingga
yang akan muncul juga semakin besar. pesan-pesan dalam komunikasi yang
Setiap poses komunikasi terjadi antara pendatang dan host
memiliki tujuan termasuk saat culture tidak tersampaikan secara
melakukan komunikasi antarbudaya, efektif hingga dapat menimbulkan
akomodasi merupakan hal yang kesalahpahaman yang bahkan sangat
dilakukan oleh individu saat mungkin berujung pada suatu konflik.
berkomunikasi untuk memenuhi Untuk meminimalisir dampak tersebut
berbagai tujuan yang merujuk kepada diperlukan upaya penyesuaian perilaku
hal positif yang ingin diraih atau atau yang disebut dengan akomodasi
sesuatu yang ingin dipertahankan oleh yang tepat agar pendatang dan host
individu. Dalam proses akomodasi culture dapat saling berinteraksi serta
manusia cenderung memiliki asumsi- kebutuhan komunikasi satu sama lain
asumsi kognitif internal atau sesuai dapat terjadi secara efektif satu sama
dengan pemahamannya dan lain.

RUMUSAN MASALAH TUJUAN PENELITIAN


Bagaimana upaya akomodasi
yangdilakukan oleh stranger (etnis 1. Mengetahui kendala-kendala yang
dialami stranger dan host culture
Minang) kepada host culture (etnis
saat melakukan interaksi
Jawa) dan sebaliknya, serta kendala- komunikasi.
kendala yang dihadapi saat melakukan 2. Mengetahui bagaimana upaya-
proses akomodasi komunikasi oleh upaya penyesuaian perilaku atau
strangers (etnis Minang) kepada host akomodasi komunikasi yang
culture dan sebaliknya. dilakukan stranger dan host culture
saat melakukan interaksi
komunikasi.
KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS individu etnis Batak yang pindah menetap
di Yogyakarta.Di Yogyakarta notabenenya
Teori Akomodasi Komunikasi mayoritas adalah etnis Jawa, saat
berinteraksi dengan etnis Jawa, etnis Batak
Akomodasi adalah kemampuan
berusaha untuk mengikuti bahasa dan logat
untuk menyesuaikan, memodifikasi, atau
Jawa.Logat etnis Batak yang sangat khas,
mengatur perilaku seseorang dalam
terkadang dianggap bahan bercandaan,
responsnya terhadap orang lain (West dan
melecehkan dan merendahkan etnis Jawa.
Turner, 2009:217). Akomodasi
komunikasi dilakukan untuk Teori Interaksi Adpatasi
menyesuaikan sikap komunikasi, karena
terkadang dalam kegiatan sehari-hari saat Teori Interaksi Adaptasi digunakan
kita berinteraksi atau berkomunikasi untuk menjelaskan fenomena yang
terdapat perbedaan budaya yang muncul berkaitan dengan penelitian ini yaitu
pada seseorang yaitu seperti aksen proses yang dilakukan oleh pendatang
kecepatan berbicara, norma keteraturan maupun host culture dapat mengetahui
berbicara, intonasi suara dan lainnya. tahapan-tahapan penting yang dilalui untuk
Dalam Teori Akomodasi menghasilkan komunikasi antarbudaya
Komunikasi, saat proses komunikasi dan yang berkualitas, sehingga menghindari
interaksi berlangsung satu sama lain, setiap konflik-konflik yang akan timbul ketika
individu berhak memiliki pilihan pendatang dan host culturetidak
bagaimana mereka beradaptasi. Dimana mengetahui tentang interaksi adaptasi yang
strategi adapatasi atau akomodasi baik dalam menjalin komunikasi
komunikasi tersebut terdiri dari tiga antarbudaya.
pilihan yaitu konvergensi, divergensi, dan Dalam teori interaksi adaptasi
akomodasi berlebihan. terdapat Sembilan prinsip :Prinsip
Konvergensi merupakan strategi pertama adalah bahwa manusia cenderung
akomodasi komunikasi yang biasanya untuk beradaptasi satu sama lain. Sebagai
dilakukan oleh budaya yang tidak mahluk sosial, pola interaksi dengan orang
memiliki kekuasaan.seseorang yang lain dapat memenuhi kebutuhan untuk
melakukan komunikasi konvergensi bertahan hidup, berkomunikasi
mereka akan tergantung kepada persepsi mengkooordinasikan kegiatan dan
mereka mengenai tuturan atau perilaku sosialisasi. Prinsip kedua adalah ada
orang lain, maka dari itu orang yang tekanan yang kuat terhadap keterpaduan,
melakukan akomodasi konvergensi situasi dimana keselamatan fisik dan
cenderung untuk menutupi identitas kenyamanan terancam.Prinsip ketiga
kulturalnya. adalah bahwa fungsi pendekatan dan
Kedua, ada divergensi.Divergensi penghindaran membawa pada tekanan
merupakan strategi akomodasi komunikasi dialektikal antara kebutuhan bersaing
yang dilakukan dengan menonjolkan dan untuk kedekatan dan pemisahan.Prinsip
mepertahankan identitas sosial atau keempat dari teori interaksi adaptasi
identitas budaya. Seseorang yang adalah tekanan terhadap kesuaian dan
melakukan divergensi cenderung melihat hubungan timbale balik secara terus
lawan bicara adalah seseorang yang tidak menerus, percakapan yang sopan.Prinsip
memiliki kekuasaan dan lawan bicara yang kelimaadalah individu akan lebih sadar
tidak disukai atau tidak diinginkan. dan mindful dengan tingkah laku mereka.
Ketiga ada akomodasi berlebihan. Prinsip keenam adalah tingkat adaptasi
Akomodasi berlebihan adalah “label yang yang terjadi dapat dibatasi oleh tedensi ke
diberikan kepada pembicara yang arah konsistensi dan keajegan dalam
dianggap pendengar terlalu berlebihan” tingkah laku individu sendiri, faktor
(West dan Turner. 2009 : 227). Misalnya, internal untuk penyesuaian kinerja,
perbedaan budayan dalam saat kendala berupa bahasa dan gaya bicara,
berkomunikasi dan harapan.Prinsip para informan mengungkapkan bahwa
ketujuh adalah tekanan biologis, bahasa indonesia dari etnis Minang belum
psikologis dan sosial yang terpadu untuk fasih dan terkadang suka berbicara bahasa
menciptakan batas dimana pola-pola Minang secara tiba-tiba. Selain itu dua
seperti kesesuaian , sinkronisasi, dan informan merasa bahwa etnis Minang
timbale balik akan terjadi. Prinsip merupakan etnis yang terlalu dominan,
kedelapan adalah budaya seorang yang seperti suka berbahasa Minang saat
mungkin mengatur interaksi berkumpul dengan host culture. Tiga dari
adapatsi.Prinsip kesembilan adalah empat informan yang beretnis Minang
pengelompokan perilaku akan berfungsi mengaku memiliki kendala berupa
lebih akurat dengan analisa daripada perbedaan bahasa dan gaya bicara. Selain
tunggal (Gudykunst, 2005 : 161-162). pada perbedaan dan gaya bicara informan
merasa dengan sifat etnis Jawa yang suka
METODE PENELITIAN memendam perasaan jika memiliki
masalah dengan seseorang membuat etnis
Tipe penelitian yang digunakan Minang, tidak hanya itu salah satu
dalam penelitian ini adalah deskriptif informan etnis Minang merasa
kualitatif. Subjek penelitian ini adalah mendapatkan stereotip dari etnis Jawa
etnis Minangkabau asli tidak berasal dari bahwa orang Padang adalah orang yang
orang tua campuran dan host culture suka mencaci maki, menghina dan suka
dengan etnis Jawa asli serta etnis menipu dalam berdagang. Menurut
Minangkabau dan etnis Jawa yang pernah informan, Padang bukanlah suku
berinteraksi langsung satu sama lain di melainkan daerah dan orang belum tentu
Semarang. bersuku Minang.
Jenis data yang digunakan dalam
penelitian kualitatif adalah jenis data yang 2. Upaya
dinyatakan secara tertulis dan dapat
dituangkan dalam kata-kata atau kalimat. Dalam Teori Akomodasi Komunikasi
Data yang diambil dan diperoleh dari mengatasi masalah akomodasi komunikasi
informan secara langsung melalui proses terdapat beberapa pilihan, di mana pilihan-
wawancara mendalam (depth-interview) pilihan tersebut ada konvergensi,
dan bersifat open-ended atau berkembang divergensi, dan akomodasi berlebihan.
sesuai dengan jawaban informan. Analisis
data yang digunakan dalam penelitian ini 1. Konvergensi, merupakan
adalah analisis data fenomenologi strategi yang digunakan untuk
beradaptasi dengan perilaku
ANALISIS DAN PEMBAHASAN orang lain. Strategi di mana
individu beradaptasi terhadap
1. Kendala perilaku komunikatif satu sama
lain, seperti kecepatan
Perbedaan antarbudaya seringkali berbicara, jeda, senyuman,
membawa norma-norma yang tatapan mata, dan peilaku
berseberangan dan tidak cocok pada verbal maupun nonverbal.
budaya satu sama lain. Di mana dalam Beberapa informan etnis
komunikasi antarbudaya perbedaan- Minang melakukan akomodasi
perbedaan yang dimiliki dari setiap etnis berupa konvergensi. Seperti
dapat menimbulkan kendala komunikasi pada informan etnis Minang
tersendiri. yang melakukan pilihan
Kendala yang dihadapi Para kovergensi berupa menghindar
informan etnis Jawa mengaku memiliki dengan etnis Jawa, apabila etnis
Jawa melakukan pembicaraan Hal ini diungkpakan oleh
saat berkumpul dan informan etnis Jawa yang
pembicaraan yang tidak memiliki latar belakang budaya
berhubungan dengan Jawa. Host culture dalam
perkuliahan. Informan etnis penelitian ini tidak begitu
Minang melakukan akomodasi menonjolkan identitas etnisnya
konvergensi berupa mengikuti di depan stranger etnis Minang.
nada bicara host culture yang Hal ini sesuai dengan yang
lemah lembut dan berusaha diungkapkan oleh informan
untuk tidak berbicara secara to yang berlatar belakang budaya
the point karena dengan alasan Jawa, dimana mereka
takut tersinggung. Akomodasi berinisiatif untuk mengajak
konvergensi tidak hanya berinteraksi dengan
dilakukan oleh etnis yang menggunakan bahasa
minoritas tetapi host culture Indonesia. Informan etnis Jawa
yang beretnis Jawa. Seperti melakukan upaya-upaya berupa
informan etnis Jawa yang berkunjung ke kos stranger,
melakukan akomodasi memanfaatkan sosial media
konvergensi berupa tindakan dengan berkomentar positif
diam saat kumpulan etnis pada postingan stranger
Minang berkumpul dan maupun pada tayangan
berbicara. Informan etnis Jawa langsung pada instagram
tidak berani untuk menegur (instastory). Berdasarkan
atau memberi tahu dengan pengakuan informan etnis Jawa
alasan membuat etnis Minang hal ini dilakukan dengan
takut tersinggung. bertujuan menjaga hubungan
2. Divergensi, merupakan strategi baik dengan stranger.
yang digunakan untuk 3. Akomodasi Berlebihan,
menonjolkan perbedaan vebal merupakan strategi mencoba
dan nonverbal di antara melakukan secara berlebihan
komunikator. Strategi usaha-usaha dalam mengatur,
akomodasi divergensi tidak memodifikasi, atau merespons
hanya dilakukan oleh host orang lain.
culture yang memiliki posisi Informan etnis Minang
yang lebih dominan, namun yang memiliki latar belakang
pada penelitian ini strategi budaya Minang, pernah
akomodasi yang dilakukan melakukan upaya akomodasi
olehi individu yang tidak berlebihan yang berujung
memiliki kekuasaan seperti dengan kesalahpahaman.
minoritas, dalam penelitian ini Informan etnis Minang
adalah stranger yang beretnis melakukan strategi berupa
Minang. mengikuti gaya bicara etnis
Bentuk upaya divergensi Jawa yang dianggap “sok asik”
yang dilakukan adalah dan tidak cocok menggunakan
berbicara menggunakan bahasa gaya bicara budaya Jawa.
daerah Minang saat berada di Informan mengatakan bahwa
perkumpulan yang tidak hanya maksud informan adalah agar
sesama etnisnya saja melainkan dapat berhubungan baik dan
dari beberapa etnis, seperti akrab dengan host culture,
etnis Jawa dan etnis lainnya. selain itu hal yang dilakukan
informan etnis Minang adalah melakukan konvergensi dengan
suka bergabung dengan membaur, tidak terlalu dominan
perkumpulan teman-teman dan mengalah saat berinteraksi
yang berasal dari host culture, dengan host culture. Divergensi
namun tanggapan dari teman- juga dilakukan oleh individu etnis
teman tidak begitu baik, dan Minang dengan berbicara
informan merasa sering menggunakan bahasa Minang di
dibicarakan dari belakang. luar kelompok tanpa memerhatikan
Melalui pegalaman- sekitar bahwa etnis Minang ada di
pengalaman yang dialami oleh dalam lingkungan host culture.
informan etnis Minang Individu etnis Jawa juga
tersebut, membuat informan melakukan upaya akomodasi
etnis Minang memilih untuk dengan memanfaatakan media
berteman dekat dengan etnis sosial untuk tetap berhubungan
Jawa. Dalam hal ini strategi baik satu sama lain dan tidak
komunikasi yang dilakukan terlalu berkonflik. Selain itu
adala akomodasi komunikasi individu etnis Jawa juga
berlebihan intergrup atau melakukan akomodasi dengan
akomodasi yang tejadi ketika meminta bantuan orang ketiga atau
pembicara menempatkan teman untuk membantunya
pendengar di dalam kelompok berkomunikasi dengan stranger.
budaya tanpa mengakui
keunikan seseorang.
SIMPULAN
a. Respon antara individu etnis
Minang dan etnis Jawa dalam
berinteraksi berdasarkan dari
pengalaman interaksi yang
didapatkan pertama kali saat berada
di Semarang. Pengalaman yang
didapat terdapat pengalaman buruk
dan pengalaman baik. Kendala
yang muncul selama interaksi
adalah pada bahasa, gaya bicara,
perbedaan nilai-nilai budaya, dan
kurangnya informasi seta
pengetahuan tentang budaya lawan
bicara.
b. Dalam melakukan interaksi
individu etnis Minang dan etnis
Jawa memiliki motivasi tertentu
untuk memulai interaksi yaitu
berdasarkan kebutuhan, keinginan,
ketertarikan dan keingintahuan
mengenai latar belakang budaya
lawan bicara.
c. Upaya-upaya akomodasi yang
dilakukan oleh setiap individu etnis
Minang beragam, ada yang
DAFTAR PUSTAKA
Buku Gudykunst, William B.editor. 2003 Cross-
Cultural and Intercultural
Anugerah, Dadan. 2008. Komunikasi Communication. London:
Antar Budaya. Jakarta : Jala Permata. Sage Publication.
Creswell, John W. 2015. Penelitian
Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknik
Kualitatif dan Desain Riset. Yogyakarta:
Praktis Riset Komunikasi. Jakarta:
Pustaka Belajar
Kencana
Littlejohn, Stephen dan Karen A. Foss. Minangkabau. Vol. 12 No.1
2009. Theories Of Human
Communication. Jakarta:
Salemba Humanika Demina. 2013. Jurnal Ilmu Pendidikan
“Membumikan Budaya Lokal dalam
Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Membangun Karakter Bangsa”
Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.Remaja .Vol. 16. Sumatera Barat : 5.
Rosda Karya.

Mulyana, Deddy. 2010. Ilmu komunikasi : Firdaus, Dwi Rini Sovia dan Djuara P.
suatu pengantar. Bandung : Remaja Lubis dkk. 2018. Jurnal Sosiologi
Rosda Karya. Pedesaan “Potret Budaya
Masyarakat Minangkabau Berdasarkan
Rakhmat, Jalaludin dan Deddy Mulyana. Keenam Dimensi Budaya Hofstede”.
2003. Komunikasi Antarbudaya. Vol 6 No 2.
Bandung: Remaja Rosda
Karya. Sumardi, Aida dan Lativa Qurataaini.
2017. Jurnal Lingustik. Ragam Kata
Ruben, Brent D dan Lea P Stewart. 2003. Sapaan Kekerabatan Bahasa
Komunikasi dan Perilaku. Jakarta: Minangkabau di Era Globalisasi. PIBSI
Rajawali Pers. 39.
Samovar, Laryy, Richard E. Porter dan
Edwin R. McDaniel. 2010. Komunikasi Internet
Lintas Budaya. Jakarta : Salemba Dpr. 2015. Asal-Usul Sumatera Barat-
Humanika. Sejarah Minangkabau. Diakses dari
http://dpr.go.id/dokblog/dokumen/
West, Richard dan Turner, Lynn H. F_20150326_5101.pdf ( Jam 20:44 tanggal
2009.Pengantar Teori Komunikasi. 30 Agustus 2019)
Jakarta: Salemba Humanika.
Maksan, Marjuman dkk. 1984. Geografi
Wood, Julia T. 2013. Komunikasi Teori Dialek Bahasa Minangkabau. Diakses dari
dan Praktik. Jakarta Selatan: Salemba http://repositori.kemdikbud.go.id/2
Humanika 638/1/Geografi%20Dialek%20Bahasa%
Minangkabau%20%282%29.pdf
Jurnal (Jam 22.20 tanggal 28 Agustus 2019)
Almos Rona, Reniwati, dan Noviatri.
2013. Karakter Bahasa Indonesia

Anda mungkin juga menyukai