Anda di halaman 1dari 26

Anatomi dan Fisiologi paru-paru

1. Anatomi paru-paru
Paru-paru manusia terletak pada rongga dada, bentuk dari paruparu adalah berbentuk kerucut
yang ujungnya berada di atas tulang iga pertama dan dasarnya berada pada diafragma. Paru
terbagi menjadi dua yaitu bagian yaitu, paru kanan dan paru kiri. Paru-paru kanan mempunyai
tiga lobus sedangkan paru-paru kiri mempunyai dua lobus. Setiap paruparu terbagi lagi menjadi
beberapa sub-bagian, terdapat sekitar sepuluh unit terkecil yang disebut bronchopulmonary
segments. Paru-paru bagian kanan dan bagian kiri dipisahkan oleh sebuah ruang yang disebut
mediastinum (Evelyn, 2009).

Paru-paru manusia dibungkus oleh selaput tipis yang bernama pleura. Pleura terbagi menjadi
pleura viseralis dan pleura pariental. Pleura viseralis yaitu selaput tipis yang langsung
membungkus paru, sedangkan pleura parietal yaitu selaput yang menempel pada rongga dada.
Diantara kedua pleura terdapat rongga yang disebut cavum pleura (Guyton, 2007).
Gambar 2.2 Paru-paru manusia Sumber : Hedu (2016)

Menurut Juarfianti (2015) sistem pernafasan manusia dapat dibagi ke dalam sistem pernafasan
bagian atas dan pernafasan bagian bawah.

a. Pernafasan bagian atas meliputi hidung, rongga hidung, sinus paranasal, dan faring.

b. Pernafasan bagian bawah meliputi laring, trakea, bronkus, bronkiolus dan alveolus paru.

Menurut Alsagaff (2015) sistem pernapasan terbagi menjadi dari dua proses, yaitu inspirasi dan
ekspirasi. Inspirasi adalah pergerakan dari atmosfer ke dalam paru, sedangkan ekspirasi adalah
pergerakan dari 10 dalam paru ke atmosfer. Agar proses ventilasi dapat berjalan lancar
dibutuhkan fungsi yang baik pada otot pernafasan dan elastisitas jaringan paru.

Otot-otot pernafasan dibagi menjadi dua yaitu :

a. Otot inspirasi yang terdiri atas, otot interkostalis eksterna, sternokleidomastoideus, skalenus
dan diafragma.

b. Otot-otot ekspirasi adalah rektus abdominis dan interkostalis internus.

2. Fisiologi Paru

Paru-paru dan dinding dada mempunyai struktur yang elastis. Dalam keadaan normal terdapat
lapisan cairan tipis antara paru-paru dan dinding dada sehingga paru-paru dengan mudah
bergeser pada dinding dada karena memiliki struktur yang elastis. Tekanan yang masuk pada
ruangan antara paru-paru dan dinding dada berada di bawah tekanan atmosfer (Guyton, 2007).
Fungsi utama dari paru-paru adalah untuk pertukaran gas antara darah dan atmosfer. Pertukaran
gas tersebut bertujuan untuk menyediakan oksigen bagi jaringan dan mengeluarkan karbon
dioksida. Kebutuhan oksigen dan karbon dioksida terus berubah sesuai dengan tingkat aktivitas
dan metabolisme seseorang, akan tetapi pernafasan harus tetap dapat berjalan agar pasokan
kandungan oksigen dan karbon dioksida bisa normal (Jayanti, 2013). Udara yang dihirup dan
masuk ke paru-paru melalui sistem berupa pipa yang menyempit (bronchi dan bronkiolus) yang
bercabang di kedua belah paru-paru utama (trachea). Pipa tersebut berakhir di
gelembunggelembung paru-paru (alveoli) yang merupakan kantong udara terakhir dimana
oksigen dan karbondioksida dipindahkan dari tempat dimana 11 darah mengalir. Ada lebih dari
300 juta alveoli di dalam paru-paru manusia dan bersifat elastis. Ruang udara tersebut dipelihara
dalam keadaan terbuka oleh bahan kimia surfaktan yang dapat menetralkan kecenderungan
alveoli untuk mengempis (Yunus, 2007).

Menurut Guyton (2007) untuk melaksanakan fungsi tersebut, pernafasan dapat dibagi menjadi
empat mekanisme dasar, yaitu :

a. Ventilasi paru yang berfungsi untuk proses masuk dan keluarnya udara antara alveoli dan
atmosfer.

b. Difusi dari oksigen dan karbon dioksida antara alveoli dan darah.

c. Transport dari pasokan oksigen dan karbon dioksida dalam darah dan cairan tubuh ke dan dari
sel.

d. Pengaturan ventilais pada sistem pernapasan.

Pada waktu menarik nafas atau inspirasi maka otot-otot pernapasan berkontraksi, tetapi
pengeluaran udara pernafasan dalam proses yang pasif. Ketika diafragma menutup, penarikan
nafas melalui isi rongga dada kembali memperbesar paru-paru dan dinding badan bergerak
hingga diafragma dan tulang dada menutup dan berada pada posisi semula (Evelyn, 2009).
Inspirasi merupakan proses aktif kontraksi otot-otot. Selama bernafas tenang, tekanan intrapleura
kira-kira 2,5 mmHg relatif lebih tinggi terhadap atmosfer. Pada permulaan, inspirasi menurun
sampai - 6mmHg dan paru-paru ditarik ke posisi yang lebih mengembang dan tertanam dalam
jalan udara sehingga menjadi sedikit negatif dan udara mengalir ke dalam paru-paru. Pada akhir
inspirasi, recoil menarik dada kembali ke posisi ekspirasi dimana tekanan recoil paru-paru dan
dinding 12 dada seimbang. Tekanan dalam jalan pernafasan seimbang menjadi sedikit positif
sehingga udara mengalir ke luar dari paru-paru (Algasaff, 2015).

Selama pernafasan tenang, ekspirasi merupakan gerakan pasif akibat elastisitas dinding dada dan
paru-paru. Pada waktu otot interkostalis eksternus relaksasi, dinding dada turun dan lengkung
diafragma naik ke atas ke dalam rongga toraks, menyebabkan volume toraks berkurang.
Pengurangan volume toraks ini meningkatkan tekanan intrapleura maupun tekanan
intrapulmonal. Selisih tekanan antara saluran udara dan atmosfir menjadi terbalik, sehingga
udara mengalir keluar dari paru-paru sampai udara dan tekanan atmosfir menjadi sama kembali
pada akhir ekspirasi (Miller et al, 2011). Proses setelah ventilasi adalah difusi yaitu, perpindahan
oksigen dari alveoli ke dalam pembuluh darah dan berlaku sebaliknya untuk karbondioksida.
Difusi dapat terjadi dari daerah yang bertekanan tinggi ke tekanan rendah.

Ada beberapa faktor yang berpengaruh pada difusi gas dalam paru yaitu, faktor membran, faktor
darah dan faktor sirkulasi. Selanjutnya adalah proses transportasi, yaitu perpindahan gas dari

paru ke jaringan dan dari jaringan ke paru dengan bantuan aliran darah (Guyton, 2007).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi fungsi paru-paru manusia adalah sebagai berikut :

a. Usia Kekuatan otot maksimal paru-paru pada usia 20-40 tahun dan dapat berkurang sebanyak
20% setelah usia 40 tahun. Selama proses penuan terjadi penurunan elastisitas alveoli, penebalan
kelenjar bronkial, penurunan kapasitas paru.

b. Jenis kelamin Fungsi ventilasi pada laki-laki lebih tinggi sebesar 20-25% dari pada funsgi
ventilasi wanita, karena ukuran anatomi paru pada laki-laki lebih besar dibandingkan wanita.
Selain itu, aktivitas lakilaki lebih tinggi sehingga recoil dan compliance paru sudah terlatih.

c. Tinggi badan Seorang yang memiliki tubuh tinggi memiliki fungsi ventilasi lebih tinggi
daripada orang yang bertubuh kecil pendek (Juarfianti, 2015).

Volume dan kapasitas paru

Menurut Evelyn (2009) volume paru terbagi menjadi 4 bagian, yaitu:

a. Volume Tidal adalah volume udara yang diinspirasi atau diekspirasi pada setiap kali
pernafasan normal. Nilai dari volume tidal sebesar ± 500 ml pada rata-rata orang dewasa.

b. Volume Cadangan Inspirasi adalah volume udara ekstra yang diinspirasi setelah volume tidal,
dan biasanya mencapai maksimal ± 3000 ml.

c. Volume Cadangan Ekspirasi adalah jumlah udara yang masih dapat dikeluarkan dengan
ekspirasi maksimum pada akhir ekspirasi normal, pada keadaan normal besarnya adalah ± 1100
ml.

d. Volume Residu, yaitu volume udara yang masih tetap berada dalam paru-paru setelah
ekspirasi kuat. Nilainya sebesar ± 1200 ml.

Menurut Yunus (2007) kapasitas paru merupakan gabungan dari beberapa volume paru-paru dan
dibagi menjadi empat bagian, yaitu:
a. Kapasitas Inspirasi, sama dengan volume tidal + volume cadangan inspirasi. Besarnya ± 3500
ml, dan merupakan jumlah udara yang dapat dihirup seseorang mulai pada tingkat ekspirasi
normal dan mengembangkan paru sampai jumlah maksimum.

b. Kapasitas Residu Fungsional, sama dengan volume cadangan inspirasi + volume residu.
Besarnya ± 2300 ml, dan merupakan besarnya udara yang tersisa dalam paru pada akhir ekspirasi
normal.

c. Kapasitas Vital, sama dengan volume cadangan inspirasi + volume tidal + volume cadangan
ekspirasi. Besarnya ± 4600 ml, dan merupakan jumlah udara maksimal yang dapat dikeluarkan
dari paru, setelah terlebih dahulu mengisi paru secara maksimal dan kemudian mengeluarkannya
sebanyak-banyaknya.

d. Kapasitas Vital paksa (KVP) atau Forced Vital Capacity (FVC) adalah volume total dari udara
yg dihembuskan dari paru-paru setelah inspirasi maksimum yang diikuti oleh ekspirasi paksa
minimum. Hasil ini didapat setelah seseorang menginspirasi dengan usaha maksimal dan
mengekspirasi secara kuat dan cepat.

e. Volume ekspirasi paksa satu detik (VEP1) atau Forced Expiratory Volume in One Second
(FEV1) adalah volume udara yang dapat dikeluarkan dengan ekspirasi maksimum per satuan
detik. Hasil ini didapat setelah seseorang terlebih dahulu melakukakan pernafasan dalam dan
inspirasi maksimal yang kemudian diekspirasikan secara paksa sekuat-kuatnya dan semaksimal
mungkin, dengan cara ini kapasitas vital seseorang tersebut dapat dihembuskan dalam satu detik.
f. Kapasitas Paru Total, sama dengan kapasitas vital + volume residu. Besarnya ±5800ml, adalah
volume maksimal dimana paru dikembangkan sebesar mungkin dengan inspirasi paksa.Volume
dan kapasitas seluruh paru pada wanita ± 20 – 25% lebih kecil daripada pria, dan lebih besar
pada atlet dan orang yang bertubuh besar daripada orang yang bertubuh kecil dan astenis.
Berdasarkan klasifikasi
Doenges dkk. (2000) riwayat
keperawatan yang
perlu dikaji adalah:
a. Aktivitas/istirahat:
Gejala:
- Kelelelahan umum dan
kelemahan
- Dispnea saat kerja maupun
istirahat
- Kesulitan tidur pada malam
hari atau demam pada malam
hari,
menggigil dan atau berkeringat
- Mimpi buruk
Tanda:
- Takikardia, takipnea/dispnea
pada saat kerja
- Kelelahan otot, nyeri, sesak
(tahap lanjut
1. Pengertian
Tuberkolusis paru adalah suatu
penyakit menular yang
disebabkan
oleh basil Mikrobacterium
tuberkolusis yang merupakan
salah satu penyakit
saluran pernafasan bagian
bawah yang sebagian besar
basil tuberkolusis
masuk ke dalam jaringan paru
melalui airbone infection.
2. Pengertian Tuberkulosis Paru

Menurut Tabrani (2010) Tuberkulosis Paru adalah penyakit yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis, yakni kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru atau
diberbagai organ tubuh yang lainnya yang mempunyai tekanan parsial oksigen yang tinggi.
Kuman ini juga mempunyai kandungan lemak yang tinggi pada membran selnya sehingga
menyebabkan bakteri ini menjadi tahan terhadap asam dan pertumbuhan dari kumannya
berlangsung dengan lambat. Bakteri ini tidak tahan terhadap ultraviolet, karena itu
penularannya terutama terjadi pada malam hari. Tuberkulosis Paru atau TB adalah penyakit
radang parenkim paru karena infeksi kuman Mycobacterium

Tuberculosis. Tuberkulosis Paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil
mikrobacterium tuberculosis masuk ke dalam jaringan paru melalui airbone infection dan
selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai focus primer dari ghon. (Andra S.F &
Yessie M.P, 2013).

Penularan tuberkulosis yaitu pasien TB BTA (bakteri tahan asam) positif melalui percik
renik dahak yang dikeluarkan nya. TB dengan BTA negatif juga masih memiliki
kemungkinan menularkan penyakit TB meskipun dengan tingkat penularan yang kecil
(kemenkes RI,2015).
Etiologi

Menurut Wim de Jong et al 2005 (Nurarif & Hardhi Kusuma, 2015), Penyebab
Tuberculosis adalah Mycobacterium Tuberculosis. Basil ini tidak berspora sehingga mudah
dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari, dan sinar ultraviolet. Ada dua macam
mikobakteria tuberculosis yaitu tipe human dan tipe bovin. Basil tipe bovin berada dalam
susu sapi yang menderita mastitis tuberculosis usus. Basil tipe human bisa berada di bercak
ludah (droplet) di udara yang berasal dari penderita TBC terbuka dan orang yang rentan
terinfeksi TBC ini bila menghirup bercak ini. Perjalanan TBC setelah infeksi melalui udara.

Manifestasi
Menurut Zulkifli Amin & Asril Bahar (2009), keluhan yang dirasakan pasien tuberkulosis
dapat bermacam-macam atau malah banyak ditemukan pasien TB Paru tanpa keluhan sama
sekali dalam pemeriksaan kesehatan. Keluhan yang terbanyak adalah :
1) Demam
Biasanya subfebris menyerupai demam influenza, tetapi kadangkadang panas badan dapat
mencapai 40-41oC. serangan demam pertama dapat sembuh sebentar tetapi kemudian dapat
timbul kembali. Begitulah seterusnya hilang timbulnya demam influenza ini, sehingga
pasien merasa tidak pernah terbebas dari serangan demam influenza. keadaan ini sangat
dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi tuberkulosis yang
masuk.

2) Batuk/batuk berdahak
Batuk ini terjadi karena ada iritasi pada bronkus. batuk ini diperlukan untuk membuang
produk-produk radang keluar, karena terlibatnya bronkus pada setiap penyakit tidak sama.
Mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni
setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan peradangan bermula. Sifat batuk ini dimulai
dari batuk kering (non-produktif) kemudian setelah timbulnya peradangan menjadi
produktif (menghasilkan sputum). keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah karena
terdapat pembuluh darah yang pecah. kebanyakan batuk darah tuberkulosis pada kavitas,
tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.

3) Sesak Napas
Pada penyakit ringan (baru kambuh) belum dirasaka sesak napas. Sesak napas akan
ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut yang infiltrasinya sudah meliputi sebagian
paru-paru

4) Nyeri Dada
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke
pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien
menarik melepaskan napasnya.

5) Malaise
Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering ditemukan
berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, badan makin kurus (berat badan turun), sakit
kepala, meriang, nyeri otot, keluar keringat malam, dll. Gejala malaise ini makin lama
makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.

3. Patofisiologi

Port de entry kuman Mycobacterium tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran


pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi terjadi melalui udara, (air
bone), yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang
terinfeksi. Basil tuberkel yang mencapai alveolus dan diinhalasi biasanya terdiri atas satu
sampai tiga gumpalan. Basil yang lebih besar cenderung bertahan di saluran hidung dan
cabang besar bronkus, sehingga tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang
alveolus, kuman akan mulai mengakibatkan peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak
memfagosit bakteri di tempat ini, namun tidak membunuh organisme tersebut.

Sesudah hari pertama, maka leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan
mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia selular ini dapat
sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang tertinggal atau proses dapat
berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel. Basil juga
menyebar melalui getah bening menuju getah bening regional. Makrofag yang mengadakan
infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu, sehingga membentuk sel tuberkel
epitoloit yang dikelilingi oleh foist. Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu 10-20 jam
(Ardiansyah, 2012).

Penatalaksanaan Medis
Tujuan pengobatan Tuberculosis ialah memusnahkan basil tuberkulosis dengan cepat dan
mencegah kambuh. Obat yang digunakan untuk Tuberculosis digolongkan atas dua
kelompok yaitu :

a. Obat primer : INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin, Pirazinamid.


Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang masih dapat ditolerir,
sebagian besar penderita dapat disembuhkan dengan obat-obat ini.
b. Obat sekunder : Exionamid, Paraminosalisilat, Sikloserin, Amikasin, Kapreomisin dan
Kanamisin (Depkes RI, 2011).

Komplikasi

Pada anak dengan tuberculosis biasanya sering terjadi komplikasi. Menurut Wallgren, ada
3 komplikasi dasar Tuberculosis paru pada anak, yaitu penyebaran limfohematogen,
Tuberculosis endobronkial, dan Tuberculosis paru kronik. Sebanyak 0,5-3% penyebaran
limfohematogen akan menjadi Tuberculosis milier atau meningitis Tuberculosis, hal ini
biasanya terjadi 3-6 bulan setelah infeksi primer.

Tuberkulosis endobronkial (lesi segmental yang timbul akibat pembesaran kelenjar regional)
dapat terjadi dalam waktu yang lebih lama (3-9 bulan).

Terjadinya Tuberculosis paru kronik sangat bervariasi, Tuberculosis paru kronik biasanya terjadi
akibat reaktivasi kuman di dalam lesi yang tidak mengalami resolusi sempurna. Reaktivasi ini
jarang terjadi pada anak, tetapi sering pada remaja dan dewasa muda. Tuberkulosis
ekstrapulmonal dapat terjadi pada 25-30% anak yang terinfeksi Tuberculosis. Tuberculosis
tulang dan sendi terjadi pada 510% anak yang terinfeksi, dan paling banyak terjadi dalam 1 tahun
tetapi dapat juga 2-3 tahun kemudian. Tuberculosis ginjal biasanya terjadi 5-25 tahun setelah
infeksi primer (Ardiansyah, 2012).

Pathway
Pathway TB Paru
Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
a. IDENTITAS

Nama : Tn. P Jenis Kelamin : L


Alamat : Jl. Jati
Umur : 26 tahun Padang Pancol, Jakarta
Selatan
Agama : Islam
Tgl MRS : 01 Mei 2017

Jam : 23.00 WIB

Tgl Pengkajian : 01 Mei


Suku : Betawi 2017
Jam pengkajian : 08.00 WIB
Pendidikan : SD No. Reg : 067049
Diagnosa Medis : TB
Pekerjaan : Karyawan Swasta Paru

b. KELUHAN UTAMA

Saat MRS : Pasien datang ke poli dalam RSUD gambiran dengan keluhan nyeri dada, sesak
nafas
Saat Pengkajian : batuk berdahak disertai sputum.

c. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Sesak, batuk, saat batuk klien merasakan nyeri, timbulnya keluhan bertahap, lamanya kurang
lebih 3 minggu, upaya mengatasinya pergi ke puskesmas. Klien tidak pernah dirawat dirumah
sakit sebelumnya.
d. RIWAYAT TERDAHULU

Riwayat merokok ± sebungkus /hari, dan minum-minuman keras.

e. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Istri dan adik istri klien pernah menderita penyakit Tuberkulosis paru 1 tahun yang lalu.

f. PEMERIKSAAN FISIK

1. Dalam melakukan pemeriksaan fisik keadaan umum sedang, kesadaran pasien

composmentis, GCS 4,5,6

TTV : TD : 100/60 mmHg Suhu : 38°C


Nadi : 82x/menit RR : 28x/menit
BB : 58 kg

2. Sistem Pernafasan

Saat melakukan pemeriksaan sistem pernafasan pada pasien di dapatkan


hasil
irama nafas teratur, RR : 28x/menit tidak ada cyanosis.
Palpasi : Tidak ada retraksi dada, pergerakan dada simetris
Perrkusi : bunyi paru resonan.
Auskultasi : terdapat suara nafas ronchi +/+
Masalah keperawatan :
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
g. Prioritas Masalah Keperawatan

a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas


h. Data Penunjang

Lab : DR, KD, AGD


i. Pemeriksaan Fisik Head To Toe
(a) Kepala
Kulit kepala bersih, ridak ada benjolan, simetris

(b) Rambut
Tidak ada kerontokan, dan selama di Rs tidak mencuci rambut.

(c) wajah
Struktur wajah simetris

(d) Sistem Penglihatan


Konjungtiva anemis, kornea normal, sclera anikterik, pupil isokor.

(e) Wicara dan THT


1. Wicara
Tidak ada gangguan sistem wicara.
2. THT
Pendengaran normal dan tidak ada pemakaian alat bantu.
j. Abdomen

1. Inspeksi : Simetris, tidak ada benjolan

2. Auskultasi : Bising usus 10x/ menit

3. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

4. Perkusi : Timpani

K. Ekstremitas :
1. Atas: Tidak ada luka, tangan kiri dan kanan lengkap, kuku tampak bersih, kekuatan otot

normal(5555/5555), terpasang

2. Bawah: tidak ada udema, kaki kiri dan kanan lengkap, terasa panas saat diraba pada lutut,

nyeri tekan pada lutut (+), kekuatan otot normal (5555/5555)

b Kulit : warna kulit sawo matang


c Genetalia : Tidak terpasang kateter

L.Terapi Medik

1. Ketorolak inj. : 1x1 (amp)


2. Injeksi Ceftriaxone : 1x 2gr

3. (Rifampicin 450mg, Isoniazid 300mg, Pyrazinamide 1250mg, PCT 500mg ) :

4. OBH sirup via oral.

Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik

Hemoglobin : 14.4 g/dl (13,0 – 16,0 g/dL)

Hematokrit : 42 % (40 – 48 %)

Leukosit 11,4 rb/ ul (3.8-10.6)


Trombosit 303 rb/uL (150-440)
Eritrosit 5.40 rb/uL (440-590)
MCV 78 FI(80-100)
MCH 27 PG (26-34)
MCHC 34 g/dl (32-36)
Basofil 0 % (0-1.0)
Eusinofil 3% (2.0-4.0)
Neutrophil batang 5% (3-5)
Sagmen 64% (50-70)
Limfosit 20% (25-40)
Monosit 8% (2-8)
SGOT 27 u/l (<50)
SGPT 17 u/l (<50)
Glukosa sewaktu 110 (70 – 200 mg/dL)
Natrium 137 mEq/L (135-153mEq)
Kalium 5 mEq/L (3,5-5,1 mEq)
Chlorida 106 mEq/L (95-105)
Ureum 21 mg/dl (<40)
Kreatinin 1.09 mg/dl (0.70-1.30)
PH 7.49 (7.35-7.45)
PCO2 10.5 (33-44)
PO2 194.5 (71-104)
HCO3 8.0 (22-29)
Sat O2 99
Base excess -10.9

Data Fokus

Data subjektif (DS)

Tn. P mengatakan :
- Batuk Berdahak sejak 3 minggu

- Dahak susah untuk dikeluarkan

- Tn. P Mengatakan nafas sesak

- Tn. P Mengatakan Susah untuk bernafas jika batuk, karena dahak tidak bisa dikeluarkan

- Tn. P mengatakan nyeri dada seperti ditusuk tusuk

- Tn. P dan keluarga mengatakan tidak tahu dengan penyakit yang diderita oleh Tn. P

Data Objektif (DO)

- Tn. P tampak batuk dan susah mengeluarkan dahaknya

- Tn. P tampak sesak dan demam

- Porsi makanan yang diberikan tampak tidak dimakan

- Tn. P tampak cemas dan kepikiran akan penyakitnya


- TD: 100/60 mmHg

- N: 82 x/menit

- RR: 28x/menit

- S: 38o C

- BB Sekarang : 58Kg

Analisa Data

Tabel Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1 DS:- Tn. P Mengatakan: Microbacterium Bersihan jalan
1) Batuk Berdahak sejak tuberculosa nafas tidak
3 minggu terakhir, efektif
badan hangat Masuk dalam lapang

2) Dahak susah untuk paru


dikeluarkan
Do: - Tn. P Tampak : Sampai ke Alveoli
1) Tn. P Tampak Batuk
susah Pembentukan
mengeluarkan dahaknya Tuberkel peradangan
dan demam
2) TTV Infeksi primer pada
- TD: 100/60 mmhg alveoli
- N: 82x/menit
- RR: 28x/menit Produksisekret
- S: 38o C berlebihan
- BB Sekarang:58Kg
Sekret kental

2 DS: Tn. P Mengatakan : TBC Paru Kurang


1) Tn. P dan keluarga Pengetahuan
mengatakan tidak Batuk
tahu dengan penyakit
yang diderita oleh Tn. Kuman Keluar
P Resti penyebaran
2) Tn. P cemas akan
penyakit yang infeksi
dideritanya.
Kurang Informasi
DO: - Tn. P Tampak :
1) Tn. P dan keluarga
tampak bertanya
kepada perawat
tentang penyakit yang
diderita Tn. P , apakah
bisa disembuhkan.
2) Tn. P tampak
Cemas saat
ditanyakan tentang
penyakit dan cara
perawatan penyakitnya
3) TTV
- TD: 100/60 mmhg
- N: 82x/menit
- RR: 28x/menit
- S: 38 o C
- BB Sekara ng:58Kg
-

Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya penumpukan sekret
2. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses peradangan
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi dan kecemasan.
Tabel 2.1 Perencanaan Keperawatan

Diagnosa (NOC) Tujuan (NIC) Rencana Rasional


dan Kriteria
Hasil
1. Bersihan jalan Setelah dilakukan a. Kaji fungsi a. Ronkhi, mengi
nafas tidak efektif tindakan pernapasan menunjukkan
keperawatan, (bunyi napas, akumulasi
berhubungan diharapkan kecepatan, irama, sekret/
dengan adanya bersihan kedalaman, dan ketidakmampun
penumpukan jalan penggunaan otot untuk
sekret napas dengan bantu aksesori) membersihkan
kriteria hasil : jalan napas
Pasien dapat b. Catat kemampuan
mengeluarkan pasien b. Pengeluaran sulit
sekret tanpa mengeluarkan bila sekret sangat
bantuan, Pasien dahak, catat tebal, sputum
berpartisipasi karakter, jumlah berdarah kental/
dalam program dahak, adanya darah cerah
pengobatan hemoptisis (misal infeksi, atau
tidak
c. Ajarkan pasien kuatnya hidrasi)
posisi semi fowler
tinggi dan latihan c. Posisi membantu
napas dalam memaksimalkan
ekspansi paru dan
menurunkan
upaya
pernapasan

d. Anjurkan pasien d. Pemasukan tinggi


untuk banyak cairan untuk
minum air mengencerkan
hangat sekret,
sedikitnya membantu agar
2500ml perhari. dahak mudah
dikeluarkan

Antibiotik
e. Kolaborasi : e. spectrum luas,
Pemberian terapi
membunuh
injeksi ceftriaxone 2
gr kuman TBC

2.Peningkatan Setelah a. Pantau suhu a Sebagai indikator


suhu tubuh dilakukan tubuh . untuk
berhubungan tindakan b mengetahui
dengan proses keperawatan . status hipetermi
diharapkan suhu
peradangan tubuh kembali b. Anjurkan untuk Dalam kondisi
normal dengan banyak minum demam terjadi
kriteria hasil : air putih untuk peningkatan
suhu tubuh mencegah evaporasi yang
dalam rentang dehidrasi c. memicu
(36oC – 37oC) timbulnya
dehidrasi

c. Anjurkan istri Mengurangi suhu


pasien agar tubuh dan
memberikan memberikan
kompres hangat kenyamanan
pada pada pasien
d dengan faktor
lipatan ketiak
. konduksi
dan
femur

d. Anjurkan pasien
untuk memakai Untuk
pakaian yang meningkatkan
menyerap pengeluaran
keringat e panas melalui
. radiasi
e. Kolaborasi :
Pemberian
paracetamol Mengurangi
500mg pana dengan
farmakologis

3.Kurang Setelah a. Kaji a. Belajar


dilakukan kemampuan tergantung
pengetahuan pasien untuk kepada emosi
tindakan
berhubungan belajar kesiapan
keperawatan mengetahui fisik, dan
dengan kurang diharapkan masalah, ketenangan diri
pasien kelemahan,
informasi dan
mengetahui lingkungan,
kecemasan. informasi media yang
terbaik bagi
tentang
pasien
penyakitnya dan
tidak cemas lagi,
dengan kriteria
hasil : Pesien
memperlihatkan b. Identifikasi b. Dapat
peningkatan gejala yang menunjukkan
pengetahuan harus dilaporkan kemajuan atau
keperawatan, pengaktifan ulang
mengenai
contoh penyakit atau efek
perawatan diri hemoptisis, obat yang
dan tidak cemas nyeri dada, memerlukan
demam, evaluasi
kesulitan berlanjut
bernapas
c. Jelaskan dosis c. Meningkatkan
obat, frekuensi kerja sama dalam
pemberian, kerja program
obat yang pengobatan dan
diharapkan dan mencegah
alasan penghentian
pengobatan obat sesuai
lama, kaji perbaikan
potensial kondisi pasien
interaksi
dengan obat
lain

d. Kaji potensial d. Mencegah dan


efek kecemasan menurunkan
dan pemecahan ketidaknyamanan
masalah sehubungan
dengan
kecemasan dan
meningkatkan
kerjasama antara
pasien dan tenaga
e. Dorong pasien medis
atau orang
terdekat untuk e. Memberikan
menyatakan kesempatan untuk
takut atau memperbaiki
masalah, jawab kesalahan
pertanyaan
secara nyata

f. Berikan instruksi
dan
f. Informasi
tertulis
informasi menurunkan hambatan
tertulis khusus pada pasien untuk
pasien untuk rujukan. mengingat sejumlah
Contohnya jadwal besar informasi.
obat

E. Evaluasi

Tindakan keperawatan pada diagnosa pertama yaitu ketidakefektifan bersihan jalan nafas
berhubungan dengan adanya penumpukan sekret adalah setelah dilakukan tindakan 3 hari
pasien mengatakan pasien mengatakan batuk sudah mulai berkurang Keadaan umum sedang,
suara nafas ronchi (-/-), retaksi intercosta (-), pernafasan cuping hidung

(-), irama nafas reguler, TD : 120/80 mmHg, N : 86x/menit, S : 36,8°C, RR : 23x/menit. Hasil
analis menunjukkan bahwa masalah ktidakefektifan bersihan jalan nafas dapat teratasi
sebagian.

Anda mungkin juga menyukai