Anda di halaman 1dari 42

BLOK III.

3 SISTEM PERKEMIHAN
PENUGASAN III
MAKALAH KONSEP PENYAKIT DAN ASUHAN KEPERAWATAN
INFEKSI SALURAN KEMIH

Kelas III B
Kelompok 3

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN PANTI RAPIH
YOGYAKARTA
2015/2016
KATA PENGANTAR

Puji dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan pembuatan
makalah ini dengan waktu yang telah ditentukan.Makalah ini membahas tentang
Infeksi Saluan kemih.Dalam penulisan makalah ini,dalam menyelesaikan makalah
ini kami menemukan beberapa kendala, tetapidapat teratasi berkat bantuan
berbagai pihak. Kami mengucapkan terima kasih kepada Ns.Th. Titin
Marlina,M.Kep dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya
membangun demi penyempurnaan makalah ini di waktu yang akan datang.
Akhirnya, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat,khususnya bagi
penulis dan umumnya bagi pembaca. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu
melimpahkan rahmat-Nya kepada kita. Amin.

Yogyakarta, 03 September 2015

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi bakteri yang mengenai
bagian dari saluran kemih. Ketika mengenai saluran kemih bawah
dinamai sistitis (infeksi kandung kemih) sederhana, dan ketika mengenai
saluran kemih atas dinamai pielonefritis (infeksi ginjal). Gejala dari
saluran kemih bawah meliputi buang air kecil terasa sakit dan sering buang
air kecil atau desakan untuk buang air kecil (atau keduanya), sementara
gejala pielonefritis meliputi demam dan nyeri panggul di samping gejala
ISK bawah. Pada orang lanjut usia dan anak kecil, gejalanya bisa jadi
samar atau tidak spesifik. Kuman tersering penyebab kedua tipe tersebut
adalahEscherichia coli, tetapi bakteri lain, virus, maupun jamur dapat
menjadi penyebab meskipun jarang.
Infeksi saluran kemih lebih sering terjadi pada perempuan
dibandingkan laki-laki, sebagian perempuan mengalami setidaknya satu
kali infeksi selama hidupnya. Kekambuhan juga sering terjadi. Faktor
risikonya antara anatomi perempuan, hubungan seksual, dan riwayat
keluarga. Pielonefritis, bila terjadi, biasanya ditemukan setelah infeksi
kandung kemih namun juga dapat diakibatkan oleh infeksi yang ditularkan
melalui darah. Diagnosis pada perempuan muda yang sehat dapat
didasarkan pada gejalanya saja. Pada orang dengan gejala yang samar,
diagnosis mungkin sulit karena bakteri mungkin ditemukan tanpa
menyebabkan infeksi. Pada kasus yang kompleks atau apabila pengobatan
gagal, kultur urin mungkin dapat bermanfaat. Pada orang yang sering
mengalami infeksi, antibiotik dosis rendah dapat dikonsumsi sebagai
langkah pencegahan. Infeksi saluran kemih dapat dibagi menjadi empat
yang meliputi Nepris, uetritis, csctitis, ueteitis.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud ISK?
2. Apa saja klasifikasi ISK?
3. Apa Etiologi dari ISK setiap klasifikasi?
4. Bagaimana Patofisiologi dari ISK setiap klasifikasi ?
5. Apa saja tanda dan gejala ISK pada setiap klasifikasi?
6. Bagaimana cara Diagnostic ISK setiap klasifikasi?
7. Bagaimana komplikasi penyakit ISK setiap klasifikasi?
8. Bagaimana cara mencegah dan menanggulangi ISK setiap klasifikasi?
9. Bagaimana Askep untuk ISK setiap klasifikasi?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian ISK
2. Mengetahui klasifikasi ISK
3. Mengetahui Etiologi dari ISK pada setiap klasifikasi
4. Mengetahui Patofisiologi dari ISK pada setiap klasifikasi
5. Mengetahui tanda dan gejala ISK pada setiap klasifikasi
6. Mengetahui cara Diagnostic ISK pada setiap klasifikasi
7. Mengetahui komplikasi penyakit pada ISK pada setiap klasifikasi
8. Mengetahui cara mencegah dan menanggulangi ISK pada setiap
klasifikasi
9. Mengetahui Askep untuk ISK pada setiap klasifikasi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi bakteri yang terjadi
pada saluran kemih (mencakup organ-organ saluran kemih, yaitu ginjal
ureter, kandung kemih, dan uretra).ISK adalah istilah umum yang
menunjukkan keberadaan mikroorganisme dalam urin.Walaupun terdiri
dari berbagai cairan, garam, dan produk buangan, biasanya urin tidak
mengandung bakteri. Jika bakteri menuju kandung kemih atau ginjal dan
berkembang biak dalam urin, terjadilah ISK. Jenis ISK yang paling umum
adalah infeksi kandung kemih yang sering juga disebut sebagai sistitis.
Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi di sepanjang
saluran kemih, termasuk ginjal itu sendiri, akibat proliferasi suatu
mikroorganisme. Sebagian besar infeksi saluran kemih disebabkan oleh
bakteri, tetapi jamur dan jamiur juga dapat menjadi penyebabnya. Infeksi
bakteri tersering disebabkan oleh Escherichia coli ditemukan di daerah
anus. (Elizabeth,20-- )
Infeksi saluran kemih sering terjadi pada anak perempuan dan
wanita. Salah satu penyebabnya adalah uretra wanita yang lebih pendek
sehingga bakteri kontaminan lebih mudah memperoleh akses ke kandung
kemih. Uretra yang pendek meningkatkan kemungkinan mikroorganisme
yang menempel di lubang uretra selama berhubungan kelamin memiliki
akses ke kandung kemih.
Infeksi kandung kemih dapat terjadi pada pria, meskipun jarang
terjadi. Pada pria yang sudah lanjut,penyebab paling sering adalah
hyperplasia prostat jinak (BPH) atau prostatitis.
Penderita infeksi saluran kemih tidak mengalami gejala, namun
umumnya mempunyai gejala yang terkait dengan tempat dan keparahan
infeksi. Gejalagejala dapat meliputi berikut ini, sendirian atau bersama-
sama: (1) menggigil, demam, nyeri pinggang, sering mual dan muntah
(biasanya terkait dengan pielonefritis akut); dan (2) disuria, sering atau
terburu-buru buang air kecil, nyeri suprapubik dan hematuria yang
biasanya terkait dengan sistitis (Schaeffer, 1994).

B. Klasifikasi
Infeksi saluran kemih terdiri atas dua:
1. Infeksi Saluran Kemih (ISK) Bawah pada perempuan dapat berupa
sistitis dan Sindrom Uretra Akut (SUA). Sistitis adalah presentasi
klinis infeksi kandung kemih disertai bakteriuria bermakna. Sindrom
uretra akut adalah presentasi klinis sistitis tanpa ditemukan
mikroorganisme (steril), sering dinamakan sistitis abakterialis.
Sedangkan ISK bawah pada lakilaki dapat berupa sistitis, prostatitis,
epididimitis, dan uretritis.
2. Infeksi Saluran Kemih (ISK) Atas meliputi Pielonefritis Akut dan
Pielonefritis Kronis. Pielonefritis akut adalah proses inflamasi
parenkim ginjal yang disebabkan infeksi bakteri. Pielonefritis kronis
mungkin akibat lanjut dari infeksi bakteri berkepanjangan atau
infeksi sejak masa kecil. Obstruksi saluran kemih dan refluks
vesikoureter dengan atau tanpa bakteriuria kronis sering diikuti
pembentukkan jaringan ikat parenkim ginjal yang ditandai
pielonefritis kronis yang spesifik.

A. Pyelonephritis
1. Pengertian
Adalah infeksi saluran kemih bagian atas yang meliputi
parenchim dan pelvis renalis. Pyelonephritis hampir selalu berasal
dari infeksi saluran kemih pada penderita uropati obstrutif atau
refluk vesiko ureteral yang berat. Perlu diingat bahwa penderita
yang hanya menunjukan infeksi saluran kemih pada bagian bawah,
proses infeksi dapat juga mengenai jaringan parenchim ginjal.
Pada pyelonephritis akut akan terjadi destruksi parenkim ginjal
yang luas disertai inflamasi ginjal. Bila disertai dengan kerusakan
struktur ginjal akan menjadi pyelonephritis kronik. Kerusakan
struktur ginjal jauh lebih besar yang akan berakhir dengan gagal
ginjal. Pyelonephritis dapat terjadi secara unilateral maupun
bilateral.
Pyelonephritis dibagi menurut perjalanan kliniknya yaitu :
a. Pyelonephritis akut
Pasien pyelonephritis mengalami demam menggigil, nyeri
panggul, nyeri tekan pada sudut cstovertebral atau CVA,
lekositosis, dan adanya bakteri dan sel darah putih pada urin.
Gejala saluran urinrius bawah dan sering berkemih biasanya
juga terjadi. Infeki saluran urinarius atas dikaitkan dengan
selimut antibodi bakteri dalam urin. Ginjal pasien
Pyelonephritis akut biasanya membesar disertai dengan
infiltrasi interstisial sel-sel inflamasi.
b. Pyelonephritis kronik
Kambuhnya Pyelonephritis akut mengarah pada Pyelonephritis
kronik namun ada bukti yang menunjukkan bahwa
Pyelonephritis kronik jarang sebagai akibat dari gagal ginjal
kroik. Pasien Pyelonephritis kronik biasanya tanpa gejala
infeksi kecuali terjadi eksaserbasi. Tanda-tanda utama
mencakup keletihan,sakit kepala,nafsu makan
rendah,poliuria,haus yang berlebihan dan kehilangan berat
badan. Infeksi yang menetap dan kambuh mengakibatkan
gagal ginjal.

2. Etimologi
Apabila terjadi infeksi pada VU bakteri dengan mudah akan
mencapai saluran kemih bagian atas. Umumnya bakteri penyebab
Pyelonephritis adalah bakteri gram negatif: E.coli,aerobakter
aerogenosa,pseudomonas sedangkan bakteri gram positif yang
sering dijumpai antara lain sthapylococus aereus dan sthapylococus
faecalis.
3. Patofisiologi
Pielonefritis kronis juga berasal dari adanya bakteri, tetapi dapat
juga karena faktor lain seperti obstruksi saluran kemih dan refluk
urin. Pyelonefritis kronis dapat merusak jaringan ginjal secara
permanen akibat inflamasi yang berulangkali dan timbulnya parut
dan dapat menyebabkan terjadinya renal failure (gagal ginjal) yang
kronis. Ginjal pun membentuk jaringan parut progresif,
berkontraksi dan tidak berfungsi. Proses perkembangan kegagalan
ginjal kronis dari infeksi ginjal yang berulang-ulang berlangsung
beberapa tahun atau setelah infeksi yang gawat.
4. Komplikasi
•    Penyakit ginjal stadium akhir (mulai dari hilangnya
progresifitas nefron akibat inflamasi kronik dan jaringan parut)
•   Hipertensi
•    Pembentukan batu ginjal (akibat infeksi kronik disertai
organisme pengurai urea, yang mangakibatkan terbentuknya batu).
5. Diagnostik
Pyelonephritis akut
Melakukan urogram intravena dan ultrasound untuk
mengetahui lokasi obstruksi di trakus urinarius. Melakukan tes
sensitifitas dan kultur urin untuk menentuan organisme penyebab
sehingga agens antimikrobial yang tepat dapat diresapkan.
Pyelonephritis kronik
Melakukan pengkajian urogram intravena dan melakukan
pengukuran BUN , kadar kreatinin dan klirens kreatinin.
Cara mencegah dan menanggulangi
Cara mencegah
o Minum air putih yang cukup
o Buang air kecil secara teratur
o Kosongkan kandung kemih setelah melakukan hubungan
o Bagi wanita seka bagian kewanitaan dari depan ke belakang secara
hati-hati setelah buang air kecil ataupun buang air besar untuk
mencegah bakteri dari dubur menyebar ke uretra
o Cuci dengan benar bagian vagina dan dubur setiap hari
o Hindari menggunakan produk kewanitaan pada area kelamin
karena dapat membuat uretra iritasi
o Hindari makan yang mentah atau setengah matang

Cara menanggulangi:
1. Kalau ada dugaan terhadap radang pyelitis, maka pelayanan
seorang ahli penyakit saluran perkencingan diperlukan
dengan segera.'
2. Selama pasien mengalamai demam, dia perlu istirahat
ditempat tidur.''
3. Kalau suhu tubuh pasien mencapai 38,3 Celcius, maka
perlulah diadakan pendemahan diatas tulang panggul.''
4. Berikan air minum sebanyak-banyaknya kepada pasien
untuk mempertahankan jumlah pengeluaran air seni.''
5. Dengan memberikan obat-obat jenis sulfa dan obat anti
biotika terus menerus, pasien akan tertolong. Dokter akan
memberikan resepnya.''
6. Pemerikasaan dan pemeliharaan air seni selamanya
diperlukan, hal ini harus diteruskan sesudah hilang
gejalanya, paling sedikit setelah air seni itu tidak
mengandung kuman.''
7. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
 Identitas

Anak wanita dan wanita dewasamempunyaiinsidens infeksi


saluran kemih yang lebih tinggi dibandingkan dengan pria. Hal ini
dikaenakan posisi anatomis dari uretra wanita serta secara anatomis
uretra wanita lebih pendek.

 Riwayat penyakt
o Keluhan utama:Biasanya pasien dateng dengan keluhan punggung
dibawah dan disuria.
o Riwayat penyakit sekarang: masuknya bakteri kekantung kemih
sehingga menyebabkan infeksi.
o Riwayat penyakit dahulu: pada pielonefritis konispielonefritis
kronis, kemungkinan merupakan keberlanjutan dari pielonefritis
akut.
o Riwayat penyakit keluarga:ISK bukanlan penyakit yang bisa
diturunkan melalui genetic

Pola fungsi kesehatan

 Pola pesepsi dan pemeliharaan kesehatan: pada wanita terutama


dikarenakan kurangnya pemeliharaan kesehatan.
 Pola istiahat dan tidur: istirahat dan tidur pasien mengalami
gangguan kaena gelisah dan nyeri.
 Pola eliminasi : pasien cendeung mengalami disuia dan seing
kencing.
 Pola aktivitas : aktifitas pasien mengalami gangguan karena
rasa nyeri yang kadang datang.

Pemeiksaan fisik : tanda tanda fital

 TD: meningkata yang meupakan dampak dai edema


 Nadi : nomal / meningkat
 Respirasi : normal/meningkat
 Temperatur meningkat damak dari proses implamasi
 Inspeksi: reduksi miksi bertambah, lemah dan lesu, urin keruh
 Palapasi : suhu tubuh meningkat dan teraba pembesaran pada
ginjal
 Perkusi : adanya nyeri ketuk pada area costoveteba
b. Diagnosa keperawat
 Gangguan rasa nyaman nyeri adalah pengalaman sensori dan
emonsional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan
jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal
kerusakan sedemikian rupa(international for the study of pain) awitan
yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan
akhir yang dapat diantipasi atau diprediksi dan berlangsung kurang dai
6 bulan.
Batasan Karakteistik :
 Perubahan (selera makan, tekanan darah, fekuensi jantung,
frekuensi pernafasan, posisi untuk menghindai nyeri)
 Laporan isyarat
 Diaphoresis
 Perilaku distraksi
 Mengekspresikan perilaku
 Masker wajah misal mata kurang bercahaya, tampak kacau
 Sikap melindungi area nyeri
 Fokus menyempit
 Indikasi nyeri yang dapat diamati
 Sikap tubuh melindungi
 Dilatasi pupil
 Melaporkan nyeri secara verbal
 Fokus pada diri sendiri
 Gangguan tidur
 Faktor yang berhubungan agen cidera
 Hipertemia
Suatu kondisi peningkatan suhu tubuh diatas normal
 Gangguan Eliminasi urin
Merupakan disfungsi pada eliminasi urin
Batasan karakteristik:
- disuria
- sering berkemih
- anyang-anyangan
- inkontinensia
- nokturia
- retensi
- dorongan
Faktor yang berhungan
o Obstruksi anatomic
o Penyebab multipel
o Gangguan sensori motorik
o Infeksi saluran kemih

Kelebiha volume cairan b/d perubahan mekanisme regulasi,


peningkatan permeabilitas dimding glomeolus . yaitu retensi caian
isotomik menngkat.

Batasan kaakteristik

o Beat badan meningkat pada waktu yang tepat


o Asupan berlebihan dibanding output
o Tekanan darah beubah, tekan ateri pulmonalis beubah,
peningkatan CVP
o Distensi vena jugularis
o Perubahan padapola napas
o Hb dan hematokit menurun, perubahab elektolit, khususnya
peubahan berat jenis
o Suaa jantung SIII
o Refleks hepatojugular positif
o Oliguia, azotemia
o Perubahan status mental, kegelisahan, kecemasan
Faktor yang berhubungan
o Mekanisme pengatuan melemah
o Asupan cairan belebihan
o Asupan natrium belebihan

Rencana keperawatan

 Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera (misalnya biologis ,


zat kimia , fisik , psokologi)
Nursing outcome classification

Setelah dilakukan tindakan selama........... x24 jam klien akan :

- 2102. Pain level

- 1605. Pain control

- 2101.pain:discruptive effects , yang dibuktikan dengan indikator


sebagai berikut : (1-5 = tidak pernah, jarang, kadang-kadang,
sering, atau selalu)

Kriteria Hasil :

- mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan


tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
- melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan menejemen
nyeri
- mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanpa nyeri)
- menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
- tanda vital dalam rentang normal

Nursing Intervension Classification (NIC)

1400. Pain management


Aktivitas Keperawatan :

- lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,


durasi frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi

- observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

- gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri


pasien

- kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri

- evaluasi pengalaman nyeri masa lampau

- evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefisienan control
nyeri masa lampau

- bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan

- kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,


pencahayaan dan kebisingan

-kurangi faktor presipitasi nyeri

- pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter
personal)

- kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi

- ajarkan tentang teknik non farmakologi

- berikan analgetik untuk mengurangi nyeri


- evaluasi keefektifan kontrol nyeri

- tingkatkan istirahat

- kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil

- monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri

Aktivitas Keperawatan :

- tentukan lokasi, karakteristi, kualitas,dan derajat nyeri sebelum pemberian obat

- cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi

- cek riwayat alergi

- pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian
lebih dari satu

- tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri

- pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur

- monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali

- berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat

- evaluasiefektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping)

2. Hipertermia berhubungan dengan penyakit (reaksi inflamasi sistemik


pielonefritis)
Nursing Outcome Classification

Setelah dilakukan tindakan keperawatan .....x 24 jam, suhu tubuh klien kembali
normal dengan criteria hasil :
Vital sign :

- suhu tubuh dalambatas normal (36,5-37,5˚C)

- tekanan darah 100/70-120/200

- nadi 60-100x/menit

Nursing Intervention Classification (NIC)

Vital sign monitoring

Aktifitas Keperawatan :

- monitori vital sign pasien

- monitor dan laporkan tanda dan gejala hipertermi

- kaji wajib kulit, suhu ,dan kelembaban

- identifikasi kemungkinan penyebab perubahan tanda vital

Temperatur regulation

Aktivitas Keperawatan :

- anjurkan untuk menggunakan selimut hangat untuk menyesuiakan perubahan


suhu tubuh

- anjurkan asupan nutrisi dan cairan adekuat

- fever treatment

- anjurkan pemberian kompres hangat

3. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi anatomic, penyebab


multiple, gangguan sensori motorik, infeksi saluran kemih
Nursing Outcome Classification (NOC)

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ........x 24 jam klien akan :

- 0502. Urinary Continence

- 0410. Urinary Elimination, yang dibuktikan dengan indikator sebagai berikut :


(1-5 = tidak pernah, jarang, atau selau)

Kriteria hasil :

- klien tidak mengalami disuria

- klien tidak mengalami nokturia

- klien tidak mengalami inkontinensia

- klien tidak mengalami urgensi dsn frekuensi

- klien tidak mengalami retensi

- klien tidak dapat berkemih setiap 3 jam

-klien tidak kesulitan pada saat berkemih

- klien dapat bak dengan berkemih

Aktifitas keperawatan :

 Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,


karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan factor presipitasi.
 Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
 Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman
nyeri pasien
 Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
 Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
 Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang keefektifan
kontrol nyeri masa lampau
 Bantu klien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
 Kontrol factor lingkungan yang mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
 Kurangi factor presipitasi nyeri
 Pilih dan lakukan penangan nyeri (farmakologi, nonfarmakologi dan
interpersonal)
 Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
 Ajarkan tentang teknik non farmakologi (bio feedback, TENS, hipnotis,
relaksasi,distrasi dan lain-lain)
 Berikan analgetik umtuk mengurangi nyeri
 Rencanakan penggunaan PCA
 Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
 Tingkatkan istirahat
 Kolaborasikan dengan dokter jika ada komplain dan tindakan nyeri tidak
berhasil
 Monitor menerimaan pasiean management nyeri.
40120.Fluid Managemen
Aktivitas Keperawatan :
 Timbal popok atau pembalut jika diperlukan
 Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
 Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi adekuat,
tekanan darah ortostatik),jika diperlukan
 Monitor vital sign
 Monitor masukan makanan atau cairan dan hitung intake kalori harian
 Kolaborasikan pemberian cairan IV
 Monitor status nutrisi
 Berikan cairan IV pada suhu ruangan
 Dorong masukan oral
 Berikan penggantian nesogatrik sesuai output
 Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
 Tawarkan snack (jus buah , buah segar )
 Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul memburuk
 Atur kemungkinan transfusi
 Persiapkan untuk transfusi

4. Kelebihan volume cairan b.d perubahan mekanisme regulasi , peningkatan


permeabilitas dinding glomerolus.

Nursing Outcome Classfication (NOC):

- electrolit and acid base balance

- fluid balance

- hydration

Kriteria hasil:

 Terbatas dari edema , efusi , anaskara


 Bunyi nafas bersih , tidak ada dyspneu atau ortoneu
 Terbebas dari distensi vena jugulasir , adanya reflek hepatojugular.
 Memelihara tekn vena sental, tekanan kapiler paru, output jantung dan
vital sign dalam batas normal
 Tebebas dari kelelahan,kecemasan atau kebingunagan
 Menjelaskn indikator kelebihan cairan

Lanjutan

Nursing Intervetion Classification(NIC)

Fluid management

Aktifitas kepeawatan:

 Timbang popok atau pembalut jika diperlukan


 Pertahankan catatan intake output yang akurat
 Pasang urin kateter jika diperluka
 Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan
 Monitor status hemodinamik
 Monitor vital sign
 Monitor indikasi resentasi atau kelebihan cairan
 Monitor status nutrisi
 Kaji lokasi dan luas edema
 Monitor masukkan mkanan dan cairan dan hitungan intake kalori
harian
 Kaloborasikan pemberian deuretik sesuai indikasi
 Batasi masukan cairan pada keadaan hipotermi dilusi
 Kolabarasi dengan dokter jika tanda cairan berlebih muncul
memburuk

Fluid monitoring

Aktivitas keperawatan :

 Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan eliminasi


 Tentukan kemungkinan faktor resiko dari tidak keseimbangan
cairan
 Monitor ( BB,serum dan elektrolit urin, serum dan osmilaritas urin,
BP, HR, dan RR, Tekanan darah ortostatik dan perubahan irama
jantung, parameter hemodinamik infasif, tanda dan gejala dari
edema, adanya distensi leher dan penamabhan berat badan)
 Beri obat yang dapat meningkakan output urin
 Catat secara akurat intake dan output

B. CYSTISIS
1. Pengertian
Cystisis adalah inflamasi kandung kemih yang paling sering
disebabkan oleh menyebarnya infeksi dari uretra.
2. Gejala dan Tanda Cystisis
Pasien sistisis mengalami urgensi, sering berkemih, rasa
panas pada saat berkemih, nokturia dan nyeri atau spasme pada
area kandung kemih dan suprapubis. Ada beberapa yang
mengalami piuria (adanya sel darah putih), bakteri, dan dalam
sel darah merah (hematuria). Ditemukan pada pemeriksaan
urine.

3. Etiologi Cystisis
Secara umum hal ini dapat disebabkan oleh aliran balik
urine dari uretra ke dalam kandung kemih (refluks uretrovesikal)
kontaminasi fekal, pemakaian kateter atau sistoskop.Pada wanita
bagian distal uretra biasanya dikolonisasi oleh bakteri setelah
kolonisasi di vagina. Defek mukosa uretra, vagina atau genetalia
eksternal menyebabkan oganisme melekat dan berkolonisasi di
suatu tempatpada di periuretral dan masuk kedalam kandung
kemih. Sistitis akut pada wanita biasanya disebabkan oleh
Eschericia Coli. Sedangkan pada pria adalah akibat dari
beberapa faktor (misalnya infeksi prostat, epididimitis, atau batu
kandung kemih) konsekuensi pria akan menjalani pemeriksaan
diagnostik setelah episode sisititis yang pertama untuk
mengidentifikasi dan menangani penyebabnya.

4. Patofisiologis
Sistitis merupakan asending infection dari saluran
perkemihan. Pada wanita biasanya berupa sistitis akut karena
jarak uretra ke vagina pendek (anatomi), kelainan periuretral,
rektum (kontaminasi) feses, efek mekanik coitus, serta infeksi
kambuhan organisme gram negatif dari saluran vagina, defek
terhadap mukosa uretra, vagina, dan genital eksterna
memungkinkan organisme masuk ke vesika perkemihan. Infeksi
terjadi mendadak akibat flora (E. coli) pada tubuh pasien.
Pada laki-laki abnormal, sumbatan menyebabkan striktur uretra
dan hiperplasi prostatik (penyebab yang palin sering terjadi).
Infeksi saluran kemih atas penyebab penyakit infeksi kandung
kemih kambuhan (Nursalam & Fransisca, 2009
5. Diagnostik
a. Pemeriksaan urine “midstream”, pemeriksaan sedimen
urine untuk leukosit
b. Pewarnaan gram dan biakan dari “unspun midsteram” urin
yang ditampung dalam wadah yang bersih.
c. fungsi suprapubik untuk biakan urine mungkin perlu pada
anak-anak dan penderita lain yang tidak dapat diusahakan
untuk memperoleh spesimen yang bersih.

6. Komplikasi Penyakit
1) Pyelonefritis
2) Infeksi darah melalui penyebaran hematogen (sepsis)

7. Cara Mencegah dan Menanggulangi


1. Cara Mencegah
a. perbanyak minum air setiap hari
b. Seseringkali mengosongkan kandung kemih
c. Setelah buang air besar usahakan membasuh dari bagian
depan ke belakang untuk mencegah bakteri masuk lewat
uretra.
d. Menghindari pakaian ketat
e. Tidak mandi dengan berendam
2. Cara menanggulangi
Cara menanggulangi setelah mengalami gejala-gejala yang
tejadi sebaiknya segera pegi kedokter untuk memperoleh
pengobatan yang tepat.

8. Askep
1. Pengkajian
 Data Subyektif
a. Identitas
 Pada wanita, kebanyakan infeksi kandung kemih
diakibatkan oleh infeksi ascenden yang berasal dari
uretra dan seringkali berkaitan dengan aktivitas seksual.
 Pada pria, dapat diakibatkan infeksi ascenden dari
uretra atau prostat tetapi agaknya lebih sering bersifat
sekunder terhadap kelainan anatomik dari traktus
urinarius.
b. Keluhan Utama
 Biasanya pasien mengeluh nyeri dan rasa panas pada
saat berkemih.
1. Riwayat penyakit sekarang :
 Adanya disuria, polakisuria, nokturia, rasa tidak enak di
daerah suprapubis, nyeri tekan pada palpasi di daerah
suprapubis.
 Adanya gejala sistemik berupa pireksia, kadang-kadang
menggigil; sering lebih nyata pada anak-anak, kadang-
kadang tanpa gejala atau tanda-tanda infeksi lokal dari
traktus urinarius.
1. Riwayat penyakit dahulu :
 Kaji riwayat ISK sebelumnya
 Kaji apakah pasien menderita diabetes, karena biasanya
lebih sering terjadi pada penderita diabetes
 wanita, kaji apakah pernah menggunakan kontrasepsi
atau diafragma, karena penyakit ini dapat meningkat
pada wanita yang menggunakan kontrasepsi atau
diafragma yang tidak terpasang dengan tepat.
1. Riwayat Psikososial
 Nyeri dan kelelahan yang berkenaan
dengan infeksi dapat berpengaruh
terhadap penampilan kerja dan aktivitas
kehidupan sehari – hari
 Pemeriksaan fisik
 B1 ( Breath)
o RR meningkat karena nyeri.
o B2 ( Blood )
 Peningkatan tekanan darah,nadi
meningkat,suhu meningkat
 B3 ( Brain )
 Biasanya tidak mengalami masalah
 B4 ( Bladder )
 Nyeri tekan pada palpasi di daerah
suprapubis, Urin keruh dan mungkin berbau
tidak enak dengan leukosit, eritrosit, dan
organisme.
 B5 ( Bowel )
 Biasanya tidak mengalami masalah
 B6 ( Bone )
 Biasanya tidak mengalami masalah
 Pemeriksaan penunjang
o Pemeriksaan urine “midstream”, pemeriksaan
sedimen urine untuk leukosit
o Pewarnaan gram dan biakan dari “unspun midsteram”
urin yang ditampung dalam wadah yang bersih.
o Pungsi suprapubik untuk biakan urine mungkin perlu
pada anak-anak dan penderita lain yang tidak dapat
diusahakan untuk memperoleh spesimen yang bersih.
2. Diagnosis Keperawatan
1. Nyeri akut b.d inflamasi, infeksi uretra, kandung kemih,
dan striktur saluran kemih lainnya
2. Kurang pengetahuan terhadap pencegahan  infeksi  saluran
kemih.
1.Intervensi Keperawatan
3. Dx. Kep 1: Nyeri akut b.d inflamasi, infeksi uretra,
kandung kemih, dan striktur saluran kemih lainnya
Tujuan: Menghilangkan nyeri
Kriteria hasil:
 Klien mengungkapkan nyerinya berkurang atau hilang
 Skala nyeri berkurang
 Wajah tidak tampak menyeringaIntervensi:
1. Berikan antibiotik
R/ untuk mengatasi infeksi
1. Kompres hangat di daerah abdomen
R/ untuk mengontrol spasme kandung kemih
1. Anjurkan klien untuk istirahat
R/ untuk merilekskan tubuh sehingga nyeri dapat berkurang
1. Minum air yang cukup
R/ untuk meningkatkan output urine sehingga membantu pengeluaran bakteri
1. Kolaborasi pemberian analgetik
R/ untuk mengurangi nyeri
1. Dx. Kep 2: Kurang pengetahuan terhadap pencegahan  infeksi  saluran
kemih.
Tujuan: mencegah infeksi dan meningkatkan pemahaman
Kriteri hasil:
 Klien mengatakan paham tentang cara pencegahan dan perawatan
penyakitnya
 Klien mampu menjelaskan cara-cara untuk mencegah kekambuhan
penyakitnya
Intervensi:
A.  Perempuan
1. Kurangi infeksi patogen vagina dengan memerhatikan kebersihan
pribadi atau perawatan diri.
2. Cusi genitalia dengan air mengalir.
3. Bersihkan daerah sekitar perineal dan saluran kemih.
4. Turunkan peluang masuknya mikroorganisme ke kandung kemih
selama hubungan intim dengan segera membersihkan genitalia
seusai berhubungan.
5. Hindari iritasi eksternal seperti membersihkan vagina dengan cairan
pembersih.
6. Berikan antibiotik jangka panjang pada pasien dengan infeksi bakteri
untuk mencegah kolonisasi periuretra agar tidak terjadi kekambuhan
infeksi saluran kemih (ISK) dan lakukan monitoring test (sesudah
berkemih) di rumah untuk mengetahui ISK.
B.  Laki-laki
1. Kurangi infeksi patogen glans penis dengan memerhatikan kebersihan
pribadi
2. Cusi genitalia dengan air mengalir.
3. Bersihkan daerah sekitar genitalia dan saluran kemih.
4. Cegah peluang masuknya mikroorganisme ke kandung kemih
selama hubungan intim dengan segera membersihkan genitalia
pada saat selesai berhubungan.
5. Cegah iritasi eksternal seperti membersihkan penis dengan cairan
pembersih.
6. Berikan antibiotik jangka panjang pada pasien dengan infeksi
bakteri untuk mencegah kolonisasi periuretra agar tidak terjadi
kekambuhan infeksi saluran kemih (ISK) dan lakukan monitoring
test (sesudah berkemih) di rumah untuk mengetahui ISK.
7. Evaluasi
1. Laporan mengenai berkurang atau hilangnya gejala penyakit.
2. Dapat melakukan perawatan diri.
C. Uretritis
1. Pengertian
Peradangan uretra sebagai manifestasi dari infeksi pada uretra.
Uretritis biasanya dikategorikan menjadi salah satu dari dua bentuk,
berdasarkan etiologi : Uretrtitis gonokokal (GU) dan urethritis nongonococcal
(NGU).
2. Etiologi
 Gonokokal Uretritis
Gonokokal uretritis (80% kasus) disebabkan oleh Gonorrhoeae N, yang
merupakan gram negative intraseluler.
 Nongonokokal Uretritis
NGU disebabkan oleh Trachomatis C : Urealiticum U, Hominis M., dan
Vaginalis T. Pada beberapa kasus berhubungan dengan venereum
lymphogranuloma, herpes simpleks, sifilis, mycobacteri, atau infeksi
saluran kemih dengan struktur uretra.
 Pada pasien bladder retraining dengan kateterisasi intermiten, 10 kali lebih
mungkin terjadi urethritis dengan kateter lateks dibandingkan dengan
kateter silicon.
3. Patofisiologi
Uretritis adalah kondisi infeksi yang dapat menular, biasanya menular
secara seksual dan dikategorikan sebagai urethritis gonokokal (yaitu : akibat
infeksi dengan Neisseria gonorrhoeae) atau NGU (yaitu : akibat infeksi
dengan Chlamydia trachomatis, Ureaplasma urealyticum, Mycoplasma
hominis, Genetalium Mycoplasma, atau Trichomonas vaginalis).
Organisme Nesseria gonorrhoeae ini terutama menginfeksi uretra pada
pria sehinga menyebabkan urethritis. Pada wanita, serviks merupakan tempat
infeksi utama. Pada pria, manifestasi yang lazim adalah dysuria dan secret
uretra purulen, sedangkan pada wanita servisitis dapat menimbulkan secret
vaginal. Gejala-gejala sistemik biasanya tidak ada dan alasan utama yang
membuat penyakit sukar di kendalikan adalah kemungkinan asintomatik
gonorhoe pada kedua jenis kelamin, yang menimbulkan sumber karier yang
tampak sehat.
Sekitar 40% kasus NGO disebabkan oleh chlamydia trachomatis.
Chyamydia trachomatis juga merupakan penyebab penting servisitis purulen
pada wanita dan infeksi anorektum pada homoseksual pria. Uji diagnostik
klamidia dengan mengisolasi agen di dalam biakan jaringan atau dengan
metode imunologik saat ini telah tersedia secara rutin.
Urethritis pasca trauma dapat terjadi pada 2-20% dari pasien yang
berlatih kateterisasi intermiten. Kejadian urethritis memiliki rasio 10x lebih
mungkin terjadi dengan kateter lateks di bandingkan dengan kateter silicon.
4. Tanda dan Gejala
 Mukosa memerah dan edema
 Terdapat cairan eksudat yang purulen
 Ada ulserasi pada uretra
 Nyeri pada abdomen bagian bawah
 Nyeri pada saat miksi
 Kesulitan untuk memulai miksi
 Adanya rasa gatal
5. Cara pemeriksaan diagnostic
 Tes dipstik urin
 Pemeriksaan mikroskopis dan kultur dari spesimen urin arus tengah
 Pencitraan saluran ginjal
6. Cara mencegah dan menanggulangi
7. Askep
Pengkajian Anamnesis
a. Keluhan utama
Keluhan utama yang lazim di dapatkan adalah keluhan iritasi
saluran kemih, seperti dysuria dan pengeluaran duh tubuh (secret yang
berasal dari uretra).
b. Riwayat penyakit
1. Pengkajian penggunaan kondom dalam melakukan hubungan seksual.
2. Usia saat hubungan seksual pertama. Usia yang lebih muda pada
hubungan seksual pertama berhubungan dengan peningkatan resiko
tertular PMS.
3. Jumlah pasangan seksual.
4. Preferensi seksual : laki-laki homoseksual memiliki tingkat tertinggi
PMS kemudian laki-laki heteroseksual, wanita heteroseksual dan
wanita homoseksual.
5. Penggunaan alat kateter untuk mendeteksi adanya urethritis pasca
trauma.
c. Pemeriksaan fisik
Secara umum pasien dengan urethritis tidak di dapatkan gejala
khas sebagai tanda-tanda sepsis, seperti demam, takikardi, tachypnea, atau
hipotensi. Focus utama pemeriksaan adalah pada alat kelamin.
1. Pemeriksaan pria
 Pakaian pasien di lepas seluruhnya dan memeriksa apakah ada
sekresi yang menempel pada pakaian atau celana dalam.
 Periksa pasien adanya lesikulit yang mungkin mengindikasikan
PMS lainnya seperti kondiloma acuminatum, herpes simpleks,
atau sipili. Apabila pasien tidak di sunat, pemeriksa harus
menarik kembali kulup untuk memeriksa adanya suatu lesi dan
exsudat yang dapat bersembunyi di bawah.
 Periksa lumen meatus uretra distal tentang adanya suatu lesi,
striktur atau debit uretra.
 Perah penis dengan lembut dari pangkal penis ke glans. Palpasi
dilakukan sepanjang uretra untuk memeriksa adanya fluktuasi
kelembutan, kehangatan dan adanya kelainan.
 Periksa testis untuk menilai adanya masa atau peradangan.
Palpasi saluran spermatika, apakah ada pembengkakan, nyeri
atau tanda-tanda peradangan orkhitis atau epididymitis.
 Palpasi prostat untuk menilai adanya kelembutan atau adanya
tanda-tanda peradangan prostat dengan cara colok dubur.
2. Pemeriksaaan wanita
 Pasien harus dalam posisi lithotomy.
 Periksa kulit untuk setiap lesi yang mungkin untuk
menunjukkan PMS lainnya.
 Palpasi pengeluaran uretra dengan memasukkan jari ke dalam
vagina anterior dan menekan ke dalam sepanjang uretra. Setiap
pengeluaran uretra harus menjadi sampel pemeriksaan.
 Ikut pemeriksaan uretra dengan pemeriksaan panggul lengkap.
d. Pengkajian Diagnostik
 Laboratorium
1. Keluarnya cairan dari uretra mukopurulen atau purulent
2. Pap uretra yang menunjukkan setidaknya 5 leukosit per
lapangan minyak pencelupan terhadap mikroskop
3. Spesimen urine yang menunjukkan esterase leukosit pada tes
dipstick atau setidaknya 10 sel darah putih (leukosit) per
bidang pada mikroskop.
 Pengkajian Penatalaksaan Medis
1. Pemberian antibiotic untuk mencegah morbiditas dan untuk
mengurangi penularan penyakit kepada orang lain. Terapi
antibiotic harus mencakup baik gonokokus urethritis dan
urethritis nongonococcal.
2. Menghindari kontak seksual juga mencegah infeksi ulang dari
pasien.
Diagnosis Keperawatan
1. Nyeri b.d respons iritasi pada uretra.
2. Gagungan eliminasi urine b.d dysuria, sekunder dari respons iritasi pada
uretra.
3. Permenuhan informasi b.d misinterpretasi, resiko penyebaran dan
transmisi penyakit menular seksual.
Rencana Keperawatan
Tujuan dari rencana keperawatan adalah penurunan stimulus nyeri
membaiknya pola eliminasi urin, penurunan risiko penyebaran, dan transmisi
penyakit menular seksual.
Gangguan eliminasi urin b.d . stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal
dan ureter, obstruksi mekanik dan peradangan
Tujuan; Dalam waktu 3x24 jam pola eliminasi urin membaik.
Kriteria evaluasi:
- Secara subyektif melaporkan pola miksi membaik. Skala nyeri 0-1 (0-4).
- Dapat mengidentifikasi aktifitas yang meningkatkan atau menurunkan
perubahan pola miksi.
- Ekspresi klien relaks
Intervensi Rasional
Awasi intake dan output, serta Memberikan informasi tentang fungsi
karakteristik urine. ginjal dan adanya komplikasi.
Tentukan pola berkemih normal klien Batu saluran kemih dapat menyebabkan
dan perhatikan variasi yang terjadi. peningkatan eksitabilitas saraf sehingga
menimbulkan sensasi kebutuhan
berkemih segera.
Dorong peningkatan asupan cairan. Peningkatan hidrasi dapat membilas
bakteri, darah, dan debris.
Gunakan kateter dengan bahan silicon. Kateter dengan bahan silicon memiliki
kemungkinan 10x lebih rendah untuk
terjadi urethritis daripada penggunaan
kateter lateks karena daya traumatiknya
lebih ringan pada uretra.
Kolaborasi untuk pemberian : Antibiotik yang rasional sesuai dengan
-antibiotik jenis uji sensitivitas dapat menurunkan
morbiditas dan untuk mengurangi
penyakit pada orang lain.

Pemenuhan informasi b.d misinterpretasi, risiko penyebaran dan transmisi


penyakit menular seksual
Tujuan: Dalam waktu 1x24 jam informasi yang dibutuhkan pasien terpenuhi.
Kriteria evaluasi:
- Pasien teradaptasi dengan kondisi yang dialami, pasien bersedia untuk
upaya penurunan penyebaran transmisi infeksi menular seksual.
Intervensi Rasional
Instruksikan pasien untuk menahan diri Menurunkan penularan
dari hubungan seksual sampai sembuh.
Anjurkan penggunaan kondom Mendidik pasien untuk selalu
menggunakan perangkat penghalang
saat terlihat dalam hubungan dengan
beberapa mitra
Beritahu pasien bahwa infeksi dapat Upaya untuk menurunkan penularan
menyebar melalui hubungan orogenital pada hubungan seksual
atau genitoanal, bahkan tanpa adanya
hubungan penovaginal

C. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Tes Dipstik urin
Bakteri gram negatif, organisme yang paling sering menyebabkan pada
ISK, mengubah nitrat (yang merupakan konstituen normal dalam urin)
menjadi nitrit, yang dapat dideteksi oleh dites oleh Dipstik. Oleh
karena itu, kehadiran nitrit dalam urin merupakan petunjuk yang
berguna untuk menentukan ada atau tidaknya organisme patogen.
Ditemukannnya leukosit dalam urin mengarahkan dugaan pada adanya
proses inflamasi di Ginjal atau saluran kemih. Penyebab tersering dari
keadaan ini adalah infeksi oleh bakteri konvensional, jika bakteri tidak
ditemukan (disebut Piuria steril) maka harus dipertimbangkan adanya
penyebab lain seperti tuberkulosis saluran Ginjal, kanker, dan batu
Ginjal atau saluran kemih. (Davey, 2005)
2. Pemeriksaan Mikroskopik dan Kultur dari Spesimen Urin Arus Tengah
(microscopy and culture of a mindstream of urine [MC & S of MSU] )
Jika diduga adanya suatu ISK, maka harus dilakukan mikroskopik dan
kultur sampel urin (yang sebaiknya merupakan hasil
pengambilan’clean catch’ dari urin arus tengah). Temuan lebih dari
105organisme /ml urin dianggap siknifikan. Kultur memungkinkan
identifikasi organisme penyebab dan mengetahui pola resistensinya
terhadap antibiotik. Hasil kultur urin dapat menunjukan adanya
organisme tanpa menimbulkan gejala patogen,misalnya karena
kontaminasi perineum; tapi ditemukannya >100 leukosit/mm3urin
biasanya menunjukan infeksi bakteri yang signifikan. (Davey, 2005)
3. Pencitraan Saluran Ginjal : jika terdapat infeksi multipel pada seorang
wanita,pemeriksaan penunjak terhadap faktor predisposisi harus
dilakukan, dan kini termasuk tes-tes fungsi Ginjal (abnormalitas
strruktur Ginjal atau saluran kemih dapat menjadi faktor predisposisi
terhadap infeksi), glukosa, urogram, intravena (IVU), atau
ultrasonografi (untuk mendeteksi batu Ginjal, abnormalitas saluran
kemih, dan pengosongan kandung kemih, yang tidak tuntas) dan
micturating cystogram (terutama pada anak-anak untuk menyingkirkan
adanya refluks). (Davey, 2005)

D. PENATALAKSANAAN MEDIK DAN KEPERAWATAN


Penatalaksanaan medis:
1. Agens antibacterial
Agens antibakterial secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus
urinarius dengan efek maksimal dengan efek minimal terhadap flora
fekal dan vagina, dengan demikian akan memperkecil insidens infeksi
ragi vagina.
2. Pemberian dosis tunggal, program medikasi short course (3-4 hari) atau
long course (7-10 hari).
Upaya ini dilakukan untuk mempersingkat perjalanan terapi antibiotik
untuk infeksi saluran kemih nonkomplikasi sehingga 80% pasien akan
sembuh dalam tiga hari penanganan. Penggunaan medikasi yang umum
mencakup sulfisox-azole (grantrisin), trimethroprim/ sulfamethoxazole
(TMP, SMZ, Bactrim, septra), dan nitrofurantoin (Macrodantin), serta
Pyridium yang merupakan suatu analgesik urinarius yang dapat
mengurangi ketidaknyamanan akibat infeksi.
Pasien diintruksikan untuk minum semua dosis yang telah diresepkan
meskipun gejala telah berkurang.
3. Pasien dirujuk ke ahli urologi untuk meneliti dan mengoreksi
abnormalitas.
Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mencegah atau mengatahui
terjadinya kekambuhan. Karena infeksi ini diyakini dapat kambuh
dalam dua minggu setelah terapi. Kekambuhan kadang- kadang juga
terjadi jika penanganan awal tidak adekuat atau diberikan untuk jangka
waktu yang terlalu pendek. Kekambuhan infeksi pada pria biasanya
berkaitan dengan persistensi organisme yang sama; selanjutnya evaluasi
dan penanganan diindikasikan .
Kekambuhan pada pasien wanita yang baru pertama kali di diagnosis
adalah umum dibanding pada pasien lama awal persisten. Jika evaluasi
diagnostik menunjukkan adanya abnormalitas struktural pada traktus
urinarius, wanita yang mengalami kekambuhan infeksi saluran kemih
diintruksikan untuk memulai penanganan sendiri ketika gejala muncul
dan menghubungi tenaga kesehatan jika gejala terus menetap, terjadi
demam, atau episode penanganan yang dilakukan lebih dari 4 dalam
periode 6 bulan.
Pemakaian agens antimikrobial jangka panjang menurunkan resiko
kekambuhan infeksi. Jika kekambuhan terjadi setelah agens
antimikrobial selesai diberikan, maka program short course lain (3-
4hari) dari terapi antimikrobial dosis penuh diberikan dan dosis waktu
tidur reguler dapat diresapkan. Jika kekambuhan tidak terjadi, medikasi
diberikan setiap malam berikutnya selama 6-7bulan. Pilihan lain
mencakup dosis agens antimikrobial setelah hubungan seksual, pada
waktu tidur, atau dosis untuk setiap malam berikutnya atau 3x
seminggu.
4. Penggunaan antidepresan trisiklik yang melalui kerja antikolinergik
perifer dan sentral dapat menurunkan peka rangsang otot polos kandung
kemih.
5. Pemasukan berbagai cairan seperti nitrat perak, bimetil sulfoksida,
klorpaktin, kedalam kandung kemih untuk mencoba mengatasi nyeri.
6. Penghancuran ulkus dengan laser fotoiradiasi, TENS (stimulasi syaraf
traskutan dengan laser listrik).
7. Pengangkatan kandung kemih, dan diversi urin untuk kasus-kasus yang
parah.
Penatalaksaan keperawatan :
Peran perawat dalam hal ini sangatlah penting seperti memberikan edukasi
atau pengaetahuan bagi pasien maupun anggota keluarganya untuk
mencegah terkena infeksi saluran kemih seperti :
1. Sering mandi pancuran daripada mandi redam. Mandi busa tidak
dianjurkan bagi anak perempuan karena dapat terjadi iritasi pada luabng
uretra sehingga memberikan akses bagi bakteri ke uretra. Demikian
juga, anak perempuan dianjurkan untuk tidak bermain- main di bak
mandi setelah bershampo.
2. Bersihkan perineum (daerah tubuh antara anus dan vulva pada wanita,
dan antara anus dan skrotum pada laki- laki) setiap sehabis defekasi
dengan gerakan depan kebelakang untuk menghindari kontaminasi
lubang uretra oleh bakteri feses.
3. Wanita dan anak perempuan dianjurkan untuk sering minum
(contohnya jus cranberry terbukti menurunkan insiden sistitis) dan pergi
buang air kecil sesuai kebutuhan untuk membilas mikroorganisme yang
mungkin merayap naik ke uretra.
4. Hindari kopi, teh, dan alkohol
5. Berkemih setiap 2-3 jam selama sehari
6. Kosongkan kandung kemih dengan sempurna setiap berkemih
7. Segera berkemih setelah melakukan hubungan seksual
8. Diperlukan terapi antibiotik dengan urinealisis berulang selama atau
setelah pemberian obat.

E. KOMPLIKASI
1. Syok Septik
Syok septik adalah penurunan tekanan darah yang berpotensi
mematikan karena adanya bakteri dalam darah. Syok septik mungkin
adalah konsekuensi dari bakteremia, atau bakteri dalam aliran darah.
Racun bakteri, dan respon sistem kekebalan tubuh terhadap mereka,
menyebabkan penurunan dramatis tekanan darah yang mencegah
pengiriman darah ke organ-organ. Syok septik dapat menyebabkan
kegagalan organ multipel termasuk kegagalan pernapasan, dan dapat
menyebabkan kematian cepat. Sindrom syok toksik adalah salah satu
jenis syok septik.
2. Bakteremia
Bakteremia adalah suatu kondisi di mana bakteri hadir dalam aliran
darah; mungkin terjadi setelah operasi kecil atau infeksi dan dapat
berbahaya bagi orang dengan sistem kekebalan yang lemah atau katup
jantung yang abnormal.
3. Gagal Ginjal Akut
Gagal ginjal akut, atau lebih tepatnya cedera ginjal akut,
didefinisikan sebagai penurunan tiba-tiba atau cepat pada
fungsi filtrasi ginjal. Kondisi ini biasanya ditandai dengan peningkatan
konsentrasi serum kreatinin atau azotemia (peningkatan nitrogen
urea/BUN dalam darah). Namun, beberapa saat setelah cedera
ginjal, kreatinin atau BUN mungkin normal, sehingga tanda cedera
ginjal mungkin baru berupa penurunan produksi urin.
4. Gagal Ginjal Kronis
Gagal ginjal kronis atau sekarang disebut penyakit ginjal kronis
adalah kehilangan fungsi ginjal yang terjadi secara perlahan-lahan
dalam hitungan bulan atau tahun. Penyakit ginjal kronis didefinisikan
sebagai kerusakan ginjal atau penurunan laju filtrasi glomerulus ginjal
(GFR) kurang dari 60 mL/min/1.73 m2 selama 3 bulan atau lebih.
5. Xantogranulomatosa
Xantogranulomatosa adalah peradangan adalah suatu peradangan
parenkim ginjal, calyces, dan panggul. Hal ini umumnya disebabkan
oleh infeksi bakteri yang telah menyebar di bagian atas saluran kemih
atau melakukan perjalanan melalui aliran darah ke ginjal.
6. Abses Ginjal
Abses Ginjal yaitu peradangan ginjal akibat infeksi.Ditandai
dengan pembentukan sejumlah bercak kecil bernanah atau abses yang
lebih besar yang disebabkan oleh infeksi yang menjalar ke jaringan
ginjal melalui aliran darah.
7. Pielonefritis kronis
Pielonefritis kronis adalah keadaan inflamasi yang persisten pada
ginjal dan dapat menyebabkan pembentukan parut dalam ginjal
sehingga terjadi gagal ginjal kronis.
8. Perinefrik
9. Metastasis
Metastasis adalah penyebaran kanker dari situs awalnya, misalnya,
kanker payudara yang menyebar ke tulang.

F. DISCHARGE PLANNING
1. Beritahukan kepada pasien untuk mengikuti petunjuk dokter dalam
penggunaan obat-obatan dan menghabiskan pemakaian obat untuk
membunuh bakteri penyebab karna ada resiko terserang kembali.
2. Mengajarkan pasien untuk meletakkan air hangat pada perut apabila
terasa sakit atau nyeri, atau meminta obat pengurang rasa sakit.
3. Untuk menambah aliran urin dan menggusur bakteri keluar dibutuhkan
minum 10 – 14 gelas air putih setiap hari.
4. Beritahukan pada pasien untuk makan makanan dan minuman dengan
kadar asam tinggi, seperti daging, kacang, plum, prune, roti dengan
seluruh sereal dan cranbery serta jus buah lainnya dan hindari kafein,
minuman mengandung karbonat dan alkohol sebab semua bahan ini
akan mengiritasi kandung kemih.
5. Mengajarkan personal hygiene dengan baik, misalnya setiap buang air
seni, untuk membersihkan bagian reproduksi dari depan kebelakang
dan mengganti selalu pakaian dalam setiap hari.
6. Beritahukan untuk mandi di air mengalir dan menghindari pemakaian
bak mandi karna akan mendorong bakteri masuk kedalam saluran urin.
7. Ajarkan buang air seni sesering mungkin setiap 3 jam untuk
mengosongkan kandung kemih, dan menghindari penundaan berkemih
sebab menahan buang air seni merupakan penyebab terbesar dari
infeksi saluran kemih.
8. Beritahukan untuk BAK sesudah berhubungan seksual karna hal ini
membantu menghindari saluran kemih dari bakteri.
9. Memberitahukan kepada pasien untuk menghubungi dokter apabila
menduga saluran kemih terinfeksi kembali.

G. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Anamnese :
Identitas, umur, pekerjaan, dll
b. Keluhan :
Nyeri, sering berkemih,
c. Riwayat saat ini (11 pola gordon) :
1) Pola metabolik nutrisi
Apakah mempunyai kebiasaan mengkonsumsi alkohol?
Apakah sering mengkonsumsi kopi serta teh yang tidak teratur ?
2) Pola eliminasi
Apakah merasa terganggu pada saat berkemih ?
Apakah teratur dalam berkemih ?
Bagaimana jumlah volume, warna, konsentrasi, bau pada saat
berkemih ?
3) Pola aktivitas latihan
Bagaimana dengan pola aktivitas pasien apakah tanpa bantuan atau
dibantu oleh orang lain?
4) Pola istirahat tidur
Apakah ketika tidur pasien merasa terganggu?
Apakah pasien bisa tidur dengan nyenyak?
Apakah pada malam sering berkemih?
5) Pola manajemen kesehatan/persepsi kesehatan
Apakah pasien mengetahui gambaran sederhana dari infeksi saluran
kemih?
Apakah pasien mengetahui tentang penanganan infeksi saluran
kemih sebelumnya ?
6) Pola persepsi kognitif
Apakah pasien merasa tidak nyaman terutama saat berkemih apakah
merasakan nyeri ?
7) Pola konsep diri persepsi diri
Apa pekerjaan pasien sehari- hari ?
Bagaimana perasaan pasien mengenai penyakit yang dideritanya?
8) Pola hubungan peran
Bagaimana hubungan pasien dengan anggota keluarganya?
9) Pola reproduktif seksualitas
Apakah pasien sudah mendapatkan pengetahuan tentang seksualitas?
10) Pola toleransi terhadap stress koping
Bagaimana cara pasien mengatasi stress?
11) Pola keyakinan nilai
Apa keyakinan atau kepercayaan yang dianut pasien?
Apa budaya atau etik yang dianut pasien?
d. Riwayat penyakit dahulu

2. Diagnosa Keperawatan
3. Rencana Keperawatan
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA

References
Arif Mutaqin; Kumala Sari. (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.

Brunner & Suddarth. (2002). Keperaatan Medikal-Bedah (8 ed., Vol. 2). (S.
Endah Pakarianingsih, & S. Monica Ester, Eds.) Jakarta: EGC.

Chang, E. (2010). Patofisiologi : Aplikasi Pada Praktik Keperawatan. (S. Devi


Yulianti, & S. Ns. Sari Isneini, Eds.) Jakarta: EGC.

Engram, B. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Medical- Bedah (Vol. 1). (S.
Monica Ester, Ed.) Jakarta: EGC.

Kowalak, Jenifer P et.al [ed]. (2011). Buku Ajar Patofisiologis (Profesional Guide
to Pathophysiology). Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai