3 SISTEM PERKEMIHAN
PENUGASAN III
MAKALAH KONSEP PENYAKIT DAN ASUHAN KEPERAWATAN
INFEKSI SALURAN KEMIH
Kelas III B
Kelompok 3
Puji dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan pembuatan
makalah ini dengan waktu yang telah ditentukan.Makalah ini membahas tentang
Infeksi Saluan kemih.Dalam penulisan makalah ini,dalam menyelesaikan makalah
ini kami menemukan beberapa kendala, tetapidapat teratasi berkat bantuan
berbagai pihak. Kami mengucapkan terima kasih kepada Ns.Th. Titin
Marlina,M.Kep dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya
membangun demi penyempurnaan makalah ini di waktu yang akan datang.
Akhirnya, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat,khususnya bagi
penulis dan umumnya bagi pembaca. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu
melimpahkan rahmat-Nya kepada kita. Amin.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi bakteri yang mengenai
bagian dari saluran kemih. Ketika mengenai saluran kemih bawah
dinamai sistitis (infeksi kandung kemih) sederhana, dan ketika mengenai
saluran kemih atas dinamai pielonefritis (infeksi ginjal). Gejala dari
saluran kemih bawah meliputi buang air kecil terasa sakit dan sering buang
air kecil atau desakan untuk buang air kecil (atau keduanya), sementara
gejala pielonefritis meliputi demam dan nyeri panggul di samping gejala
ISK bawah. Pada orang lanjut usia dan anak kecil, gejalanya bisa jadi
samar atau tidak spesifik. Kuman tersering penyebab kedua tipe tersebut
adalahEscherichia coli, tetapi bakteri lain, virus, maupun jamur dapat
menjadi penyebab meskipun jarang.
Infeksi saluran kemih lebih sering terjadi pada perempuan
dibandingkan laki-laki, sebagian perempuan mengalami setidaknya satu
kali infeksi selama hidupnya. Kekambuhan juga sering terjadi. Faktor
risikonya antara anatomi perempuan, hubungan seksual, dan riwayat
keluarga. Pielonefritis, bila terjadi, biasanya ditemukan setelah infeksi
kandung kemih namun juga dapat diakibatkan oleh infeksi yang ditularkan
melalui darah. Diagnosis pada perempuan muda yang sehat dapat
didasarkan pada gejalanya saja. Pada orang dengan gejala yang samar,
diagnosis mungkin sulit karena bakteri mungkin ditemukan tanpa
menyebabkan infeksi. Pada kasus yang kompleks atau apabila pengobatan
gagal, kultur urin mungkin dapat bermanfaat. Pada orang yang sering
mengalami infeksi, antibiotik dosis rendah dapat dikonsumsi sebagai
langkah pencegahan. Infeksi saluran kemih dapat dibagi menjadi empat
yang meliputi Nepris, uetritis, csctitis, ueteitis.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud ISK?
2. Apa saja klasifikasi ISK?
3. Apa Etiologi dari ISK setiap klasifikasi?
4. Bagaimana Patofisiologi dari ISK setiap klasifikasi ?
5. Apa saja tanda dan gejala ISK pada setiap klasifikasi?
6. Bagaimana cara Diagnostic ISK setiap klasifikasi?
7. Bagaimana komplikasi penyakit ISK setiap klasifikasi?
8. Bagaimana cara mencegah dan menanggulangi ISK setiap klasifikasi?
9. Bagaimana Askep untuk ISK setiap klasifikasi?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian ISK
2. Mengetahui klasifikasi ISK
3. Mengetahui Etiologi dari ISK pada setiap klasifikasi
4. Mengetahui Patofisiologi dari ISK pada setiap klasifikasi
5. Mengetahui tanda dan gejala ISK pada setiap klasifikasi
6. Mengetahui cara Diagnostic ISK pada setiap klasifikasi
7. Mengetahui komplikasi penyakit pada ISK pada setiap klasifikasi
8. Mengetahui cara mencegah dan menanggulangi ISK pada setiap
klasifikasi
9. Mengetahui Askep untuk ISK pada setiap klasifikasi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi bakteri yang terjadi
pada saluran kemih (mencakup organ-organ saluran kemih, yaitu ginjal
ureter, kandung kemih, dan uretra).ISK adalah istilah umum yang
menunjukkan keberadaan mikroorganisme dalam urin.Walaupun terdiri
dari berbagai cairan, garam, dan produk buangan, biasanya urin tidak
mengandung bakteri. Jika bakteri menuju kandung kemih atau ginjal dan
berkembang biak dalam urin, terjadilah ISK. Jenis ISK yang paling umum
adalah infeksi kandung kemih yang sering juga disebut sebagai sistitis.
Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi di sepanjang
saluran kemih, termasuk ginjal itu sendiri, akibat proliferasi suatu
mikroorganisme. Sebagian besar infeksi saluran kemih disebabkan oleh
bakteri, tetapi jamur dan jamiur juga dapat menjadi penyebabnya. Infeksi
bakteri tersering disebabkan oleh Escherichia coli ditemukan di daerah
anus. (Elizabeth,20-- )
Infeksi saluran kemih sering terjadi pada anak perempuan dan
wanita. Salah satu penyebabnya adalah uretra wanita yang lebih pendek
sehingga bakteri kontaminan lebih mudah memperoleh akses ke kandung
kemih. Uretra yang pendek meningkatkan kemungkinan mikroorganisme
yang menempel di lubang uretra selama berhubungan kelamin memiliki
akses ke kandung kemih.
Infeksi kandung kemih dapat terjadi pada pria, meskipun jarang
terjadi. Pada pria yang sudah lanjut,penyebab paling sering adalah
hyperplasia prostat jinak (BPH) atau prostatitis.
Penderita infeksi saluran kemih tidak mengalami gejala, namun
umumnya mempunyai gejala yang terkait dengan tempat dan keparahan
infeksi. Gejalagejala dapat meliputi berikut ini, sendirian atau bersama-
sama: (1) menggigil, demam, nyeri pinggang, sering mual dan muntah
(biasanya terkait dengan pielonefritis akut); dan (2) disuria, sering atau
terburu-buru buang air kecil, nyeri suprapubik dan hematuria yang
biasanya terkait dengan sistitis (Schaeffer, 1994).
B. Klasifikasi
Infeksi saluran kemih terdiri atas dua:
1. Infeksi Saluran Kemih (ISK) Bawah pada perempuan dapat berupa
sistitis dan Sindrom Uretra Akut (SUA). Sistitis adalah presentasi
klinis infeksi kandung kemih disertai bakteriuria bermakna. Sindrom
uretra akut adalah presentasi klinis sistitis tanpa ditemukan
mikroorganisme (steril), sering dinamakan sistitis abakterialis.
Sedangkan ISK bawah pada lakilaki dapat berupa sistitis, prostatitis,
epididimitis, dan uretritis.
2. Infeksi Saluran Kemih (ISK) Atas meliputi Pielonefritis Akut dan
Pielonefritis Kronis. Pielonefritis akut adalah proses inflamasi
parenkim ginjal yang disebabkan infeksi bakteri. Pielonefritis kronis
mungkin akibat lanjut dari infeksi bakteri berkepanjangan atau
infeksi sejak masa kecil. Obstruksi saluran kemih dan refluks
vesikoureter dengan atau tanpa bakteriuria kronis sering diikuti
pembentukkan jaringan ikat parenkim ginjal yang ditandai
pielonefritis kronis yang spesifik.
A. Pyelonephritis
1. Pengertian
Adalah infeksi saluran kemih bagian atas yang meliputi
parenchim dan pelvis renalis. Pyelonephritis hampir selalu berasal
dari infeksi saluran kemih pada penderita uropati obstrutif atau
refluk vesiko ureteral yang berat. Perlu diingat bahwa penderita
yang hanya menunjukan infeksi saluran kemih pada bagian bawah,
proses infeksi dapat juga mengenai jaringan parenchim ginjal.
Pada pyelonephritis akut akan terjadi destruksi parenkim ginjal
yang luas disertai inflamasi ginjal. Bila disertai dengan kerusakan
struktur ginjal akan menjadi pyelonephritis kronik. Kerusakan
struktur ginjal jauh lebih besar yang akan berakhir dengan gagal
ginjal. Pyelonephritis dapat terjadi secara unilateral maupun
bilateral.
Pyelonephritis dibagi menurut perjalanan kliniknya yaitu :
a. Pyelonephritis akut
Pasien pyelonephritis mengalami demam menggigil, nyeri
panggul, nyeri tekan pada sudut cstovertebral atau CVA,
lekositosis, dan adanya bakteri dan sel darah putih pada urin.
Gejala saluran urinrius bawah dan sering berkemih biasanya
juga terjadi. Infeki saluran urinarius atas dikaitkan dengan
selimut antibodi bakteri dalam urin. Ginjal pasien
Pyelonephritis akut biasanya membesar disertai dengan
infiltrasi interstisial sel-sel inflamasi.
b. Pyelonephritis kronik
Kambuhnya Pyelonephritis akut mengarah pada Pyelonephritis
kronik namun ada bukti yang menunjukkan bahwa
Pyelonephritis kronik jarang sebagai akibat dari gagal ginjal
kroik. Pasien Pyelonephritis kronik biasanya tanpa gejala
infeksi kecuali terjadi eksaserbasi. Tanda-tanda utama
mencakup keletihan,sakit kepala,nafsu makan
rendah,poliuria,haus yang berlebihan dan kehilangan berat
badan. Infeksi yang menetap dan kambuh mengakibatkan
gagal ginjal.
2. Etimologi
Apabila terjadi infeksi pada VU bakteri dengan mudah akan
mencapai saluran kemih bagian atas. Umumnya bakteri penyebab
Pyelonephritis adalah bakteri gram negatif: E.coli,aerobakter
aerogenosa,pseudomonas sedangkan bakteri gram positif yang
sering dijumpai antara lain sthapylococus aereus dan sthapylococus
faecalis.
3. Patofisiologi
Pielonefritis kronis juga berasal dari adanya bakteri, tetapi dapat
juga karena faktor lain seperti obstruksi saluran kemih dan refluk
urin. Pyelonefritis kronis dapat merusak jaringan ginjal secara
permanen akibat inflamasi yang berulangkali dan timbulnya parut
dan dapat menyebabkan terjadinya renal failure (gagal ginjal) yang
kronis. Ginjal pun membentuk jaringan parut progresif,
berkontraksi dan tidak berfungsi. Proses perkembangan kegagalan
ginjal kronis dari infeksi ginjal yang berulang-ulang berlangsung
beberapa tahun atau setelah infeksi yang gawat.
4. Komplikasi
• Penyakit ginjal stadium akhir (mulai dari hilangnya
progresifitas nefron akibat inflamasi kronik dan jaringan parut)
• Hipertensi
• Pembentukan batu ginjal (akibat infeksi kronik disertai
organisme pengurai urea, yang mangakibatkan terbentuknya batu).
5. Diagnostik
Pyelonephritis akut
Melakukan urogram intravena dan ultrasound untuk
mengetahui lokasi obstruksi di trakus urinarius. Melakukan tes
sensitifitas dan kultur urin untuk menentuan organisme penyebab
sehingga agens antimikrobial yang tepat dapat diresapkan.
Pyelonephritis kronik
Melakukan pengkajian urogram intravena dan melakukan
pengukuran BUN , kadar kreatinin dan klirens kreatinin.
Cara mencegah dan menanggulangi
Cara mencegah
o Minum air putih yang cukup
o Buang air kecil secara teratur
o Kosongkan kandung kemih setelah melakukan hubungan
o Bagi wanita seka bagian kewanitaan dari depan ke belakang secara
hati-hati setelah buang air kecil ataupun buang air besar untuk
mencegah bakteri dari dubur menyebar ke uretra
o Cuci dengan benar bagian vagina dan dubur setiap hari
o Hindari menggunakan produk kewanitaan pada area kelamin
karena dapat membuat uretra iritasi
o Hindari makan yang mentah atau setengah matang
Cara menanggulangi:
1. Kalau ada dugaan terhadap radang pyelitis, maka pelayanan
seorang ahli penyakit saluran perkencingan diperlukan
dengan segera.'
2. Selama pasien mengalamai demam, dia perlu istirahat
ditempat tidur.''
3. Kalau suhu tubuh pasien mencapai 38,3 Celcius, maka
perlulah diadakan pendemahan diatas tulang panggul.''
4. Berikan air minum sebanyak-banyaknya kepada pasien
untuk mempertahankan jumlah pengeluaran air seni.''
5. Dengan memberikan obat-obat jenis sulfa dan obat anti
biotika terus menerus, pasien akan tertolong. Dokter akan
memberikan resepnya.''
6. Pemerikasaan dan pemeliharaan air seni selamanya
diperlukan, hal ini harus diteruskan sesudah hilang
gejalanya, paling sedikit setelah air seni itu tidak
mengandung kuman.''
7. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
Identitas
Riwayat penyakt
o Keluhan utama:Biasanya pasien dateng dengan keluhan punggung
dibawah dan disuria.
o Riwayat penyakit sekarang: masuknya bakteri kekantung kemih
sehingga menyebabkan infeksi.
o Riwayat penyakit dahulu: pada pielonefritis konispielonefritis
kronis, kemungkinan merupakan keberlanjutan dari pielonefritis
akut.
o Riwayat penyakit keluarga:ISK bukanlan penyakit yang bisa
diturunkan melalui genetic
Batasan kaakteristik
Rencana keperawatan
Kriteria Hasil :
- evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefisienan control
nyeri masa lampau
- pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter
personal)
- tingkatkan istirahat
- kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
Aktivitas Keperawatan :
- pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian
lebih dari satu
- pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur
- monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
Setelah dilakukan tindakan keperawatan .....x 24 jam, suhu tubuh klien kembali
normal dengan criteria hasil :
Vital sign :
- nadi 60-100x/menit
Aktifitas Keperawatan :
Temperatur regulation
Aktivitas Keperawatan :
- fever treatment
Kriteria hasil :
Aktifitas keperawatan :
- fluid balance
- hydration
Kriteria hasil:
Lanjutan
Fluid management
Aktifitas kepeawatan:
Fluid monitoring
Aktivitas keperawatan :
B. CYSTISIS
1. Pengertian
Cystisis adalah inflamasi kandung kemih yang paling sering
disebabkan oleh menyebarnya infeksi dari uretra.
2. Gejala dan Tanda Cystisis
Pasien sistisis mengalami urgensi, sering berkemih, rasa
panas pada saat berkemih, nokturia dan nyeri atau spasme pada
area kandung kemih dan suprapubis. Ada beberapa yang
mengalami piuria (adanya sel darah putih), bakteri, dan dalam
sel darah merah (hematuria). Ditemukan pada pemeriksaan
urine.
3. Etiologi Cystisis
Secara umum hal ini dapat disebabkan oleh aliran balik
urine dari uretra ke dalam kandung kemih (refluks uretrovesikal)
kontaminasi fekal, pemakaian kateter atau sistoskop.Pada wanita
bagian distal uretra biasanya dikolonisasi oleh bakteri setelah
kolonisasi di vagina. Defek mukosa uretra, vagina atau genetalia
eksternal menyebabkan oganisme melekat dan berkolonisasi di
suatu tempatpada di periuretral dan masuk kedalam kandung
kemih. Sistitis akut pada wanita biasanya disebabkan oleh
Eschericia Coli. Sedangkan pada pria adalah akibat dari
beberapa faktor (misalnya infeksi prostat, epididimitis, atau batu
kandung kemih) konsekuensi pria akan menjalani pemeriksaan
diagnostik setelah episode sisititis yang pertama untuk
mengidentifikasi dan menangani penyebabnya.
4. Patofisiologis
Sistitis merupakan asending infection dari saluran
perkemihan. Pada wanita biasanya berupa sistitis akut karena
jarak uretra ke vagina pendek (anatomi), kelainan periuretral,
rektum (kontaminasi) feses, efek mekanik coitus, serta infeksi
kambuhan organisme gram negatif dari saluran vagina, defek
terhadap mukosa uretra, vagina, dan genital eksterna
memungkinkan organisme masuk ke vesika perkemihan. Infeksi
terjadi mendadak akibat flora (E. coli) pada tubuh pasien.
Pada laki-laki abnormal, sumbatan menyebabkan striktur uretra
dan hiperplasi prostatik (penyebab yang palin sering terjadi).
Infeksi saluran kemih atas penyebab penyakit infeksi kandung
kemih kambuhan (Nursalam & Fransisca, 2009
5. Diagnostik
a. Pemeriksaan urine “midstream”, pemeriksaan sedimen
urine untuk leukosit
b. Pewarnaan gram dan biakan dari “unspun midsteram” urin
yang ditampung dalam wadah yang bersih.
c. fungsi suprapubik untuk biakan urine mungkin perlu pada
anak-anak dan penderita lain yang tidak dapat diusahakan
untuk memperoleh spesimen yang bersih.
6. Komplikasi Penyakit
1) Pyelonefritis
2) Infeksi darah melalui penyebaran hematogen (sepsis)
8. Askep
1. Pengkajian
Data Subyektif
a. Identitas
Pada wanita, kebanyakan infeksi kandung kemih
diakibatkan oleh infeksi ascenden yang berasal dari
uretra dan seringkali berkaitan dengan aktivitas seksual.
Pada pria, dapat diakibatkan infeksi ascenden dari
uretra atau prostat tetapi agaknya lebih sering bersifat
sekunder terhadap kelainan anatomik dari traktus
urinarius.
b. Keluhan Utama
Biasanya pasien mengeluh nyeri dan rasa panas pada
saat berkemih.
1. Riwayat penyakit sekarang :
Adanya disuria, polakisuria, nokturia, rasa tidak enak di
daerah suprapubis, nyeri tekan pada palpasi di daerah
suprapubis.
Adanya gejala sistemik berupa pireksia, kadang-kadang
menggigil; sering lebih nyata pada anak-anak, kadang-
kadang tanpa gejala atau tanda-tanda infeksi lokal dari
traktus urinarius.
1. Riwayat penyakit dahulu :
Kaji riwayat ISK sebelumnya
Kaji apakah pasien menderita diabetes, karena biasanya
lebih sering terjadi pada penderita diabetes
wanita, kaji apakah pernah menggunakan kontrasepsi
atau diafragma, karena penyakit ini dapat meningkat
pada wanita yang menggunakan kontrasepsi atau
diafragma yang tidak terpasang dengan tepat.
1. Riwayat Psikososial
Nyeri dan kelelahan yang berkenaan
dengan infeksi dapat berpengaruh
terhadap penampilan kerja dan aktivitas
kehidupan sehari – hari
Pemeriksaan fisik
B1 ( Breath)
o RR meningkat karena nyeri.
o B2 ( Blood )
Peningkatan tekanan darah,nadi
meningkat,suhu meningkat
B3 ( Brain )
Biasanya tidak mengalami masalah
B4 ( Bladder )
Nyeri tekan pada palpasi di daerah
suprapubis, Urin keruh dan mungkin berbau
tidak enak dengan leukosit, eritrosit, dan
organisme.
B5 ( Bowel )
Biasanya tidak mengalami masalah
B6 ( Bone )
Biasanya tidak mengalami masalah
Pemeriksaan penunjang
o Pemeriksaan urine “midstream”, pemeriksaan
sedimen urine untuk leukosit
o Pewarnaan gram dan biakan dari “unspun midsteram”
urin yang ditampung dalam wadah yang bersih.
o Pungsi suprapubik untuk biakan urine mungkin perlu
pada anak-anak dan penderita lain yang tidak dapat
diusahakan untuk memperoleh spesimen yang bersih.
2. Diagnosis Keperawatan
1. Nyeri akut b.d inflamasi, infeksi uretra, kandung kemih,
dan striktur saluran kemih lainnya
2. Kurang pengetahuan terhadap pencegahan infeksi saluran
kemih.
1.Intervensi Keperawatan
3. Dx. Kep 1: Nyeri akut b.d inflamasi, infeksi uretra,
kandung kemih, dan striktur saluran kemih lainnya
Tujuan: Menghilangkan nyeri
Kriteria hasil:
Klien mengungkapkan nyerinya berkurang atau hilang
Skala nyeri berkurang
Wajah tidak tampak menyeringaIntervensi:
1. Berikan antibiotik
R/ untuk mengatasi infeksi
1. Kompres hangat di daerah abdomen
R/ untuk mengontrol spasme kandung kemih
1. Anjurkan klien untuk istirahat
R/ untuk merilekskan tubuh sehingga nyeri dapat berkurang
1. Minum air yang cukup
R/ untuk meningkatkan output urine sehingga membantu pengeluaran bakteri
1. Kolaborasi pemberian analgetik
R/ untuk mengurangi nyeri
1. Dx. Kep 2: Kurang pengetahuan terhadap pencegahan infeksi saluran
kemih.
Tujuan: mencegah infeksi dan meningkatkan pemahaman
Kriteri hasil:
Klien mengatakan paham tentang cara pencegahan dan perawatan
penyakitnya
Klien mampu menjelaskan cara-cara untuk mencegah kekambuhan
penyakitnya
Intervensi:
A. Perempuan
1. Kurangi infeksi patogen vagina dengan memerhatikan kebersihan
pribadi atau perawatan diri.
2. Cusi genitalia dengan air mengalir.
3. Bersihkan daerah sekitar perineal dan saluran kemih.
4. Turunkan peluang masuknya mikroorganisme ke kandung kemih
selama hubungan intim dengan segera membersihkan genitalia
seusai berhubungan.
5. Hindari iritasi eksternal seperti membersihkan vagina dengan cairan
pembersih.
6. Berikan antibiotik jangka panjang pada pasien dengan infeksi bakteri
untuk mencegah kolonisasi periuretra agar tidak terjadi kekambuhan
infeksi saluran kemih (ISK) dan lakukan monitoring test (sesudah
berkemih) di rumah untuk mengetahui ISK.
B. Laki-laki
1. Kurangi infeksi patogen glans penis dengan memerhatikan kebersihan
pribadi
2. Cusi genitalia dengan air mengalir.
3. Bersihkan daerah sekitar genitalia dan saluran kemih.
4. Cegah peluang masuknya mikroorganisme ke kandung kemih
selama hubungan intim dengan segera membersihkan genitalia
pada saat selesai berhubungan.
5. Cegah iritasi eksternal seperti membersihkan penis dengan cairan
pembersih.
6. Berikan antibiotik jangka panjang pada pasien dengan infeksi
bakteri untuk mencegah kolonisasi periuretra agar tidak terjadi
kekambuhan infeksi saluran kemih (ISK) dan lakukan monitoring
test (sesudah berkemih) di rumah untuk mengetahui ISK.
7. Evaluasi
1. Laporan mengenai berkurang atau hilangnya gejala penyakit.
2. Dapat melakukan perawatan diri.
C. Uretritis
1. Pengertian
Peradangan uretra sebagai manifestasi dari infeksi pada uretra.
Uretritis biasanya dikategorikan menjadi salah satu dari dua bentuk,
berdasarkan etiologi : Uretrtitis gonokokal (GU) dan urethritis nongonococcal
(NGU).
2. Etiologi
Gonokokal Uretritis
Gonokokal uretritis (80% kasus) disebabkan oleh Gonorrhoeae N, yang
merupakan gram negative intraseluler.
Nongonokokal Uretritis
NGU disebabkan oleh Trachomatis C : Urealiticum U, Hominis M., dan
Vaginalis T. Pada beberapa kasus berhubungan dengan venereum
lymphogranuloma, herpes simpleks, sifilis, mycobacteri, atau infeksi
saluran kemih dengan struktur uretra.
Pada pasien bladder retraining dengan kateterisasi intermiten, 10 kali lebih
mungkin terjadi urethritis dengan kateter lateks dibandingkan dengan
kateter silicon.
3. Patofisiologi
Uretritis adalah kondisi infeksi yang dapat menular, biasanya menular
secara seksual dan dikategorikan sebagai urethritis gonokokal (yaitu : akibat
infeksi dengan Neisseria gonorrhoeae) atau NGU (yaitu : akibat infeksi
dengan Chlamydia trachomatis, Ureaplasma urealyticum, Mycoplasma
hominis, Genetalium Mycoplasma, atau Trichomonas vaginalis).
Organisme Nesseria gonorrhoeae ini terutama menginfeksi uretra pada
pria sehinga menyebabkan urethritis. Pada wanita, serviks merupakan tempat
infeksi utama. Pada pria, manifestasi yang lazim adalah dysuria dan secret
uretra purulen, sedangkan pada wanita servisitis dapat menimbulkan secret
vaginal. Gejala-gejala sistemik biasanya tidak ada dan alasan utama yang
membuat penyakit sukar di kendalikan adalah kemungkinan asintomatik
gonorhoe pada kedua jenis kelamin, yang menimbulkan sumber karier yang
tampak sehat.
Sekitar 40% kasus NGO disebabkan oleh chlamydia trachomatis.
Chyamydia trachomatis juga merupakan penyebab penting servisitis purulen
pada wanita dan infeksi anorektum pada homoseksual pria. Uji diagnostik
klamidia dengan mengisolasi agen di dalam biakan jaringan atau dengan
metode imunologik saat ini telah tersedia secara rutin.
Urethritis pasca trauma dapat terjadi pada 2-20% dari pasien yang
berlatih kateterisasi intermiten. Kejadian urethritis memiliki rasio 10x lebih
mungkin terjadi dengan kateter lateks di bandingkan dengan kateter silicon.
4. Tanda dan Gejala
Mukosa memerah dan edema
Terdapat cairan eksudat yang purulen
Ada ulserasi pada uretra
Nyeri pada abdomen bagian bawah
Nyeri pada saat miksi
Kesulitan untuk memulai miksi
Adanya rasa gatal
5. Cara pemeriksaan diagnostic
Tes dipstik urin
Pemeriksaan mikroskopis dan kultur dari spesimen urin arus tengah
Pencitraan saluran ginjal
6. Cara mencegah dan menanggulangi
7. Askep
Pengkajian Anamnesis
a. Keluhan utama
Keluhan utama yang lazim di dapatkan adalah keluhan iritasi
saluran kemih, seperti dysuria dan pengeluaran duh tubuh (secret yang
berasal dari uretra).
b. Riwayat penyakit
1. Pengkajian penggunaan kondom dalam melakukan hubungan seksual.
2. Usia saat hubungan seksual pertama. Usia yang lebih muda pada
hubungan seksual pertama berhubungan dengan peningkatan resiko
tertular PMS.
3. Jumlah pasangan seksual.
4. Preferensi seksual : laki-laki homoseksual memiliki tingkat tertinggi
PMS kemudian laki-laki heteroseksual, wanita heteroseksual dan
wanita homoseksual.
5. Penggunaan alat kateter untuk mendeteksi adanya urethritis pasca
trauma.
c. Pemeriksaan fisik
Secara umum pasien dengan urethritis tidak di dapatkan gejala
khas sebagai tanda-tanda sepsis, seperti demam, takikardi, tachypnea, atau
hipotensi. Focus utama pemeriksaan adalah pada alat kelamin.
1. Pemeriksaan pria
Pakaian pasien di lepas seluruhnya dan memeriksa apakah ada
sekresi yang menempel pada pakaian atau celana dalam.
Periksa pasien adanya lesikulit yang mungkin mengindikasikan
PMS lainnya seperti kondiloma acuminatum, herpes simpleks,
atau sipili. Apabila pasien tidak di sunat, pemeriksa harus
menarik kembali kulup untuk memeriksa adanya suatu lesi dan
exsudat yang dapat bersembunyi di bawah.
Periksa lumen meatus uretra distal tentang adanya suatu lesi,
striktur atau debit uretra.
Perah penis dengan lembut dari pangkal penis ke glans. Palpasi
dilakukan sepanjang uretra untuk memeriksa adanya fluktuasi
kelembutan, kehangatan dan adanya kelainan.
Periksa testis untuk menilai adanya masa atau peradangan.
Palpasi saluran spermatika, apakah ada pembengkakan, nyeri
atau tanda-tanda peradangan orkhitis atau epididymitis.
Palpasi prostat untuk menilai adanya kelembutan atau adanya
tanda-tanda peradangan prostat dengan cara colok dubur.
2. Pemeriksaaan wanita
Pasien harus dalam posisi lithotomy.
Periksa kulit untuk setiap lesi yang mungkin untuk
menunjukkan PMS lainnya.
Palpasi pengeluaran uretra dengan memasukkan jari ke dalam
vagina anterior dan menekan ke dalam sepanjang uretra. Setiap
pengeluaran uretra harus menjadi sampel pemeriksaan.
Ikut pemeriksaan uretra dengan pemeriksaan panggul lengkap.
d. Pengkajian Diagnostik
Laboratorium
1. Keluarnya cairan dari uretra mukopurulen atau purulent
2. Pap uretra yang menunjukkan setidaknya 5 leukosit per
lapangan minyak pencelupan terhadap mikroskop
3. Spesimen urine yang menunjukkan esterase leukosit pada tes
dipstick atau setidaknya 10 sel darah putih (leukosit) per
bidang pada mikroskop.
Pengkajian Penatalaksaan Medis
1. Pemberian antibiotic untuk mencegah morbiditas dan untuk
mengurangi penularan penyakit kepada orang lain. Terapi
antibiotic harus mencakup baik gonokokus urethritis dan
urethritis nongonococcal.
2. Menghindari kontak seksual juga mencegah infeksi ulang dari
pasien.
Diagnosis Keperawatan
1. Nyeri b.d respons iritasi pada uretra.
2. Gagungan eliminasi urine b.d dysuria, sekunder dari respons iritasi pada
uretra.
3. Permenuhan informasi b.d misinterpretasi, resiko penyebaran dan
transmisi penyakit menular seksual.
Rencana Keperawatan
Tujuan dari rencana keperawatan adalah penurunan stimulus nyeri
membaiknya pola eliminasi urin, penurunan risiko penyebaran, dan transmisi
penyakit menular seksual.
Gangguan eliminasi urin b.d . stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal
dan ureter, obstruksi mekanik dan peradangan
Tujuan; Dalam waktu 3x24 jam pola eliminasi urin membaik.
Kriteria evaluasi:
- Secara subyektif melaporkan pola miksi membaik. Skala nyeri 0-1 (0-4).
- Dapat mengidentifikasi aktifitas yang meningkatkan atau menurunkan
perubahan pola miksi.
- Ekspresi klien relaks
Intervensi Rasional
Awasi intake dan output, serta Memberikan informasi tentang fungsi
karakteristik urine. ginjal dan adanya komplikasi.
Tentukan pola berkemih normal klien Batu saluran kemih dapat menyebabkan
dan perhatikan variasi yang terjadi. peningkatan eksitabilitas saraf sehingga
menimbulkan sensasi kebutuhan
berkemih segera.
Dorong peningkatan asupan cairan. Peningkatan hidrasi dapat membilas
bakteri, darah, dan debris.
Gunakan kateter dengan bahan silicon. Kateter dengan bahan silicon memiliki
kemungkinan 10x lebih rendah untuk
terjadi urethritis daripada penggunaan
kateter lateks karena daya traumatiknya
lebih ringan pada uretra.
Kolaborasi untuk pemberian : Antibiotik yang rasional sesuai dengan
-antibiotik jenis uji sensitivitas dapat menurunkan
morbiditas dan untuk mengurangi
penyakit pada orang lain.
C. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Tes Dipstik urin
Bakteri gram negatif, organisme yang paling sering menyebabkan pada
ISK, mengubah nitrat (yang merupakan konstituen normal dalam urin)
menjadi nitrit, yang dapat dideteksi oleh dites oleh Dipstik. Oleh
karena itu, kehadiran nitrit dalam urin merupakan petunjuk yang
berguna untuk menentukan ada atau tidaknya organisme patogen.
Ditemukannnya leukosit dalam urin mengarahkan dugaan pada adanya
proses inflamasi di Ginjal atau saluran kemih. Penyebab tersering dari
keadaan ini adalah infeksi oleh bakteri konvensional, jika bakteri tidak
ditemukan (disebut Piuria steril) maka harus dipertimbangkan adanya
penyebab lain seperti tuberkulosis saluran Ginjal, kanker, dan batu
Ginjal atau saluran kemih. (Davey, 2005)
2. Pemeriksaan Mikroskopik dan Kultur dari Spesimen Urin Arus Tengah
(microscopy and culture of a mindstream of urine [MC & S of MSU] )
Jika diduga adanya suatu ISK, maka harus dilakukan mikroskopik dan
kultur sampel urin (yang sebaiknya merupakan hasil
pengambilan’clean catch’ dari urin arus tengah). Temuan lebih dari
105organisme /ml urin dianggap siknifikan. Kultur memungkinkan
identifikasi organisme penyebab dan mengetahui pola resistensinya
terhadap antibiotik. Hasil kultur urin dapat menunjukan adanya
organisme tanpa menimbulkan gejala patogen,misalnya karena
kontaminasi perineum; tapi ditemukannya >100 leukosit/mm3urin
biasanya menunjukan infeksi bakteri yang signifikan. (Davey, 2005)
3. Pencitraan Saluran Ginjal : jika terdapat infeksi multipel pada seorang
wanita,pemeriksaan penunjak terhadap faktor predisposisi harus
dilakukan, dan kini termasuk tes-tes fungsi Ginjal (abnormalitas
strruktur Ginjal atau saluran kemih dapat menjadi faktor predisposisi
terhadap infeksi), glukosa, urogram, intravena (IVU), atau
ultrasonografi (untuk mendeteksi batu Ginjal, abnormalitas saluran
kemih, dan pengosongan kandung kemih, yang tidak tuntas) dan
micturating cystogram (terutama pada anak-anak untuk menyingkirkan
adanya refluks). (Davey, 2005)
E. KOMPLIKASI
1. Syok Septik
Syok septik adalah penurunan tekanan darah yang berpotensi
mematikan karena adanya bakteri dalam darah. Syok septik mungkin
adalah konsekuensi dari bakteremia, atau bakteri dalam aliran darah.
Racun bakteri, dan respon sistem kekebalan tubuh terhadap mereka,
menyebabkan penurunan dramatis tekanan darah yang mencegah
pengiriman darah ke organ-organ. Syok septik dapat menyebabkan
kegagalan organ multipel termasuk kegagalan pernapasan, dan dapat
menyebabkan kematian cepat. Sindrom syok toksik adalah salah satu
jenis syok septik.
2. Bakteremia
Bakteremia adalah suatu kondisi di mana bakteri hadir dalam aliran
darah; mungkin terjadi setelah operasi kecil atau infeksi dan dapat
berbahaya bagi orang dengan sistem kekebalan yang lemah atau katup
jantung yang abnormal.
3. Gagal Ginjal Akut
Gagal ginjal akut, atau lebih tepatnya cedera ginjal akut,
didefinisikan sebagai penurunan tiba-tiba atau cepat pada
fungsi filtrasi ginjal. Kondisi ini biasanya ditandai dengan peningkatan
konsentrasi serum kreatinin atau azotemia (peningkatan nitrogen
urea/BUN dalam darah). Namun, beberapa saat setelah cedera
ginjal, kreatinin atau BUN mungkin normal, sehingga tanda cedera
ginjal mungkin baru berupa penurunan produksi urin.
4. Gagal Ginjal Kronis
Gagal ginjal kronis atau sekarang disebut penyakit ginjal kronis
adalah kehilangan fungsi ginjal yang terjadi secara perlahan-lahan
dalam hitungan bulan atau tahun. Penyakit ginjal kronis didefinisikan
sebagai kerusakan ginjal atau penurunan laju filtrasi glomerulus ginjal
(GFR) kurang dari 60 mL/min/1.73 m2 selama 3 bulan atau lebih.
5. Xantogranulomatosa
Xantogranulomatosa adalah peradangan adalah suatu peradangan
parenkim ginjal, calyces, dan panggul. Hal ini umumnya disebabkan
oleh infeksi bakteri yang telah menyebar di bagian atas saluran kemih
atau melakukan perjalanan melalui aliran darah ke ginjal.
6. Abses Ginjal
Abses Ginjal yaitu peradangan ginjal akibat infeksi.Ditandai
dengan pembentukan sejumlah bercak kecil bernanah atau abses yang
lebih besar yang disebabkan oleh infeksi yang menjalar ke jaringan
ginjal melalui aliran darah.
7. Pielonefritis kronis
Pielonefritis kronis adalah keadaan inflamasi yang persisten pada
ginjal dan dapat menyebabkan pembentukan parut dalam ginjal
sehingga terjadi gagal ginjal kronis.
8. Perinefrik
9. Metastasis
Metastasis adalah penyebaran kanker dari situs awalnya, misalnya,
kanker payudara yang menyebar ke tulang.
F. DISCHARGE PLANNING
1. Beritahukan kepada pasien untuk mengikuti petunjuk dokter dalam
penggunaan obat-obatan dan menghabiskan pemakaian obat untuk
membunuh bakteri penyebab karna ada resiko terserang kembali.
2. Mengajarkan pasien untuk meletakkan air hangat pada perut apabila
terasa sakit atau nyeri, atau meminta obat pengurang rasa sakit.
3. Untuk menambah aliran urin dan menggusur bakteri keluar dibutuhkan
minum 10 – 14 gelas air putih setiap hari.
4. Beritahukan pada pasien untuk makan makanan dan minuman dengan
kadar asam tinggi, seperti daging, kacang, plum, prune, roti dengan
seluruh sereal dan cranbery serta jus buah lainnya dan hindari kafein,
minuman mengandung karbonat dan alkohol sebab semua bahan ini
akan mengiritasi kandung kemih.
5. Mengajarkan personal hygiene dengan baik, misalnya setiap buang air
seni, untuk membersihkan bagian reproduksi dari depan kebelakang
dan mengganti selalu pakaian dalam setiap hari.
6. Beritahukan untuk mandi di air mengalir dan menghindari pemakaian
bak mandi karna akan mendorong bakteri masuk kedalam saluran urin.
7. Ajarkan buang air seni sesering mungkin setiap 3 jam untuk
mengosongkan kandung kemih, dan menghindari penundaan berkemih
sebab menahan buang air seni merupakan penyebab terbesar dari
infeksi saluran kemih.
8. Beritahukan untuk BAK sesudah berhubungan seksual karna hal ini
membantu menghindari saluran kemih dari bakteri.
9. Memberitahukan kepada pasien untuk menghubungi dokter apabila
menduga saluran kemih terinfeksi kembali.
2. Diagnosa Keperawatan
3. Rencana Keperawatan
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
References
Arif Mutaqin; Kumala Sari. (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.
Brunner & Suddarth. (2002). Keperaatan Medikal-Bedah (8 ed., Vol. 2). (S.
Endah Pakarianingsih, & S. Monica Ester, Eds.) Jakarta: EGC.
Engram, B. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Medical- Bedah (Vol. 1). (S.
Monica Ester, Ed.) Jakarta: EGC.
Kowalak, Jenifer P et.al [ed]. (2011). Buku Ajar Patofisiologis (Profesional Guide
to Pathophysiology). Jakarta: EGC.