Anda di halaman 1dari 13

ELEKTRA, Vol.4, No.2, Juli 2019, Hal.

7 – 19
ISSN: 2503-0221 7

INVERTER DENGAN METODE KENDALI VARIABLE VOLTAGE


VARIABLE FREQUENSI SEBAGAI PENGATUR KECEPATAN
MOTOR INDUKSI 3 FASA
Emmanuel Agung Nugroho
Prodi Teknik Mekatronika Politeknik Enjinering Indorama
emmanuel.agung@pei.ac.id , lekagung@yahoo.com

Abstrak

Pemakaian motor induksi menyebabkan munculnya daya reaktif induktif yang


mengakibatkan menurunnya faktor daya dengan impedansi tinggi. Permasalah yang lain adalah
munculnya lonjakan aus mula yang disebabkan karena sistem pengasutan motor konvensional.
Sistem pengendalian secara konvensional menyebabkan konsumsi energi listrik tidak efisien,
hasil produksi tidak fleksibel dan motor listrik lebih mudah rusak karena selalu dipaksa bekerja
pada kecepatan maksimal. Sinusoidal Pulse Width Modulation (SPWM) Inverter dengan teknik
pengendalian tegangan dan frekuensi secara bersamaan (Variable Voltage variable frequency)
atau dikenal juga dengan volt/hertz control bisa menjadi solusi dari permasalahan perbaikan
kualitas daya dan faktor daya dan sekaligus mampu mengendalikan motor pada saat start
ataupun pada saat motor runing. Inverter volt/hertz ini dirancang untuk membangkitkan tegangan
3 fasa sebagai pengendali motor AC 3 fasa dari sumber tegangan 1 fasa dengan arus motor
berupa gelombang sinus yang sefasa terhadap tegangan sumber sebagai bukti perbaikan faktor
daya. Selain itu motor listrik mampu dikendalikan kecepatannya dari frekuensi 10 Hz hingga 50
Hz secara linier.

Kata kunci: Volt/hertz control, SPWM inverter, Variable Voltage variable frequency

Abstract

Induction motors cause inductive reactive power which results in a decrease in the power factor
with high impedance. Another problem is the appearance of initial wear spikes caused by
conventional motor starting systems. Conventional control systems lead to inefficient electricity
consumption, inflexible production and damage to electric motors because they are always forced
to work at maximum speed. Sinusoidal Pulse Width Modulation (SPWM) Inverters with the
technique of controlling voltage and frequency simultaneously (Variable Voltage variable
frequency) or also known as volt / hertz control can be a solution to the problem of improving
power and power factor quality and at the same time able to control the motor at start or when
the motor is running. This volt / hertz inverter is designed to generate a 3 phase voltage as a 3
phase AC motor controller from a 1 phase voltage source with a motor current in the form of a
sine wave that is in phase against source voltage as evidence of a power factor improvement. In
addition, electric motors can be controlled at speeds from a frequency of 10 Hz to 50 Hz linearly.

Keywords: Volt/hertz control, SPWM inverter, Variable Voltage variable frequency

1. PENDAHULUAN
Untuk menjalankan kecepatan suatu motor AC dapat dilakukan dengan beberapa cara
[1,2]:
1. Pengaturan jumlah kutub stator pada belitan stator motor
2. Pengaturan tegangan suplay belitan motor tersebut pada frekuensi tetap
3. Pengaturan frekuensi kerja motor dengan tegangan tetap
4. Pengaturan frekuensi dan tegangan secara bersamaan.
Makalah dikirim 12 Maret 2019; Revisi 20 April 2019; Diterima 29 Juni 2019
Inverter dengan Metode Kendali Variable Voltage Variable Frequensi Sebagai Pengatur Kecepatan Motor Induksi 3 Fasa,
Emmanuel Agung Nugroho
ELEKTRA, Vol.4, No.2, Juli 2019, Hal. 7 – 19
ISSN: 2503-0221 8

Salah satu sistem yang terbaik adalah dengan mengendalikan frekuensi dan tegangan keluaran
inverter secara berimbang dan bersama-sama untuk mengendalikan kecepatan motor AC 3 fasa.
Teknik pengendalian frekuensi dan tegangan keluaran inverter secara bersama-sama semacam
ini dikenal dengan istilah Volt/ Hertz control [3].
Dalam perkembangannya sistem seperti ini umumnya dinamakan Variable Speed Drive
(VSD), tetapi karena sistem pengendaliannya dilakukan dengan mengatur tegangan dan
frekuensi maka divais ini dinamakan juga Variable Voltage Variable Frequency (VVVF) [3].
Keuntungan teknik VVVF, antara lain :
1. Penggunaan energi menjadi efisien,
2. Peningkatan fleksebilitas produksi,
3. Peningkatan umur komponen mekanik,
4. Memudahkan untuk pemeliharaan
Skema daya VVVF yang digunakan untuk pengendalian arus bolak-balik (AC Drive)
ditunjukkan pada Gambar 1. Sumber tegangan AC 220 volt disearahkan dengan penyearah dioda
dan dipasang filter kapasitor sehingga menghasilkan tegangan DC. Tegangan searah yang
dihasilkan adalah :
VS * 2 2
Vdc = .......................................................................................................... (1)

dengan Vdc dan Vs masing-masing adalah tegangan keluaran searah dan tegangan bolak-balik
masukan.

Gambar 1. Skema sistem daya VVVF.

Dari sumber AC 1 fasa disearahkan dengan bridge rectifier dan ditapis dengan kapasitor,
selanjutnya diubah menjadi tegangan bolak-balik oleh inverter. Tegangan bolak-balik dan
frekuensi keluaran inverter dapat diatur dan dikendalikan dengan menggunakan teknik sinusoidal
modulasi lebar pulsa (SPWM).
Teknik SPWM pada sistem VVVF dibentuk dari gelombang referensi sinusoidal tiga fasa
dibandingkan dengan gelombang pembawa (carrier) berupa gelombang segitiga frekuensi 5000
Hz. Hasil simulasi Teknik SPWM ditunjukkan dalam Gambar 2.

Gambar 2. Modulasi lebar pulsa sinusoidal.

Inverter dengan Metode Kendali Variable Voltage Variable Frequensi Sebagai Pengatur Kecepatan Motor Induksi 3 Fasa,
Emmanuel Agung Nugroho
ELEKTRA, Vol.4, No.2, Juli 2019, Hal. 7 – 19
ISSN: 2503-0221 9
Misal untuk fasa U (sin_1) jika nilai sesaat gelombang frekuensi fasa U (Eu) lebih tinggi dari
nilai sesaat gelombang segitiga (Ecarr) maka transistor S1 akan menerima sinyal ON. Pada
kondisi ini tegangan fasa U bernilai Ed/2,sedangkan jika nilai sesaat gelombang fasa U (Eu) lebih
rendah dari nilai sesaat gelombang segitiga (Ecarr) maka transistor S2 akan menerima sinyal ON,
pada kondisi ini tegangan nilai fasa U bernilai –Ed/2. Sehingga tegangan keluaran VVVF akan
mempunyai nilai sebagai berikut :

Vdc
V pn = k sin t ..................................................................................................... (2)
2
dengan :

Vr
k= ..................................................................................................... (3)
Vc
Dimana k adalah factor modulasi dengan nilai maksimum sama dengan satu. Sin t adalah
frekuensi sudut gelombang referensi, Vr dan Vc masing-masing adalah amplitudo gelombang
referensi dan gelombang pembawa. Jadi, tegangan keluaran VVVF dapat diatur amplitudo dan
frekuensinya dengan cara mengatur amplitude dan frekuensi gelombang referensi yang
menentukan kualitas modulasi frekuensi yang didapat. Tegangan keluaran maksimum VVVF
adalah :

3 3Vdc
Vmak = = 0.83Vdc .......................................................................................... (4)
2
Suatu converter DC to AC jenis sumber tegangan (voltage-type inverter) harus memenuhi
dua syarat, yaitu saklar yang terletak pada satu lengan tidak boleh konduksi secara bersamaan
hingga menimbulkan arus hubung singkat, dan arus sisi AC harus selalu dijaga kontinuitasnya.
Mengacu pada kedua syarat tersebut maka akan terdapat 23 kondisi (delapan kondisi saklar)
seperti ditunjukan pada Gambar 3 berikut.
A B C

A” B” C”

Va Vb Vc

Gambar 3. Konfigurasi inverter 3 fasa 3 lengan.

Konfigurasi inverter 3 fasa 3 lengan dibentuk oleh 6 buah saklar daya dengan masing-
masing dua saklar berpasangan untuk menghasilkan setiap fasa untuk setiap lengannya. Lengan
“a” dibentuk oleh saklar A pada sisi positif dan saklar A’ pada sisi negatif yang bekerja secara
bergantian demikian pula dengan saklar “b” dan “c”. Dengan teknik kendali SPWM maka
konfigurasi saklar daya inverter di atas dapat menghasilkan beberapa kemungkinan pensaklaran
seperti pada Gambar 4 berikut [4].

Inverter dengan Metode Kendali Variable Voltage Variable Frequensi Sebagai Pengatur Kecepatan Motor Induksi 3 Fasa,
Emmanuel Agung Nugroho
ELEKTRA, Vol.4, No.2, Juli 2019, Hal. 7 – 19
ISSN: 2503-0221 10

000 001 010 011

100 101 110 111

Gambar 4. Konfigurasi saklar daya inverter 3 fasa 3 lengan.

Dari konfigurasi pensaklaran di atas maka dapat diturunkan suatu persamaan tegangan antar
fasa sebagai berikut [5,6]:

Vab  1 − 1 0  a 
V  = V 0 1 − 1  b  ................................................................................ (5)
 bc  dc   
Vca  − 1 0 1  c 

Sedangkan persamaan tegangan fasa yang dihasilkan oleh inverter di atas adalah sebagai
berikut :

Va   2 − 1 − 1  a 
V  = 1 V − 1 2 − 1  b  ................................................................................ (6)
 b  3 dc 
Vc  − 1 − 1 1  c 

Sehingga dari kedua persamaan di atas dapat dibuat suatu tabel nilai tegangan keluaran inverter
seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Nilai tegangan keluaran inverter 3 fasa.

Sa Sb Sc Va-n Vb-n Vc-n Va Vb Vc


0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 1 -1/3 Vdc -1/3 Vdc 2/3 Vdc 0 -V dc V dc

0 1 0 -1/3 Vdc 2/3 Vdc -1/3 Vdc -Vdc V dc 0


0 1 1 -2/3 Vdc 1/3 Vdc 1/3 Vdc -Vdc 0 V dc
1 0 0 2/3 Vdc -1/3 Vdc -1/3 Vdc Vdc 0 -Vdc
1 0 1 1/3 Vdc -2/3 Vdc 1/3 Vdc Vdc -V dc 0
1 1 0 1/3 Vdc 1/3 Vdc -2/3 Vdc 0 V dc -Vdc
1 1 1 0 0 0 0 0 0

Inverter dengan Metode Kendali Variable Voltage Variable Frequensi Sebagai Pengatur Kecepatan Motor Induksi 3 Fasa,
Emmanuel Agung Nugroho
ELEKTRA, Vol.4, No.2, Juli 2019, Hal. 7 – 19
ISSN: 2503-0221 11

2. METODE PENELITIAN
Garis besar perancangan rangkaian kontrol inverter volt/hertz ditunjukkan dalam Gambar
5.

Sumber AC Inverter 3
Rectifier
PLN fasa

SPWM Motor induksi


V to F Referensi
Multiplier inverter 3 fasa
konverter 3 fasa
3 fasa

V ref DC Carrier
segitiga

Gambar 5. Skema umum Inverter Volt/hertz.

Untuk merancang suatu inverter baik satu fasa ataupun 3 fasa diperlukan tegangan DC
sebagai masukannya sehingga tegangan AC yang disediakan oleh PLN perlu disearahkan
terlebih dulu melalui rangkaian single phase rectifier ataupun three phase rectifier. Tegangan DC
yang dihasilkan oleh rangkaian penyearah ini berfungsi sebagai tegangan sumber rangkaian
daya inverter.

a. Volt/Hertz konverter
Rangkaian volt /hertz mengubah nilai masukan berupa tegangan analog menjadi sinyal
dalam bentuk pulsa pada sisi keluarannya. LM 331 merupakan IC monolitik yang didalamnya
terdapat sebuah komparator yang berfungsi sebagai pembanding tegangan masukan pada pin 7
dengan tegangan lerengan secara periodik yang dihasilkan dari rangkaian RC pada pin 6. Jika
kondisi tegangan pada pin 7 lebih positif dari tegangan pada pin 6 maka komparator akan
membangkitkan sebuah pulsa yang memicu transistor untuk melewatkan tegangan pada sisi
kolektor menjadi pulsa pada sisi keluarannya. Seiring dengan naiknya tegangan masukan pada
pin 7 maka semakin sering komparator menghasilkan pulsa sehingga semakin tinggi frekuensi
pulsa kotak yang dihasilkan oleh keluaran transistor [7]. Untuk menghasilkan konversi tegangan
menjadi frekuensi pada aplikasi LM 331 dirumuskan dengan persamaan berikut, sedangkan
gambar rangkaian ditunjukkan dalam Gambar 6.

Vin Rs 1
f out = x x
2.09 Rl R .C

Gambar 6. Rangkaian konverter Voltage / Hertz LM 331.

Inverter dengan Metode Kendali Variable Voltage Variable Frequensi Sebagai Pengatur Kecepatan Motor Induksi 3 Fasa,
Emmanuel Agung Nugroho
ELEKTRA, Vol.4, No.2, Juli 2019, Hal. 7 – 19
ISSN: 2503-0221 12
Sinyal keluaran LM 331 merupakan pulsa kotak dapat terkendali frekuensinya melalui perubahan
tegangan referensi masukan. Pulsa persegi yang dihasilkan LM 331 merupakan pulsa clock untuk
menghasilkan 8 bit pulsa dari rangkaian konter 4520. Delapan bit pulsa rangkaian konter 4520
merupakan data masukan yang diperlukan oleh mikrokontroller untuk membangkitkan referensi
3 fasa.

b. Referensi 3 fasa
Sinyal referensi berupa sinyal sinusoidal 3 fasa yang masing-masing tergeser 1200.
Proses pembentukan gelombang ini dilakukan dengan memasukkan data secara look up table
dari suatu rangkaian simulasi dengan Power Simulator yang menghasilkan gelombang sinusoida
3 fasa. Metode look up table adalah suatu metode pengisian data-data kedalam mikrokontroller
dengan mengambil data-data sampling yang membentuk suatu gelombang analog. Secara
digital suatu gelombang sinusoidal analog terdiri dari beberapa sinyal diskret yang menjadi
fundamental terbentuknya gelombang tersebut. Data-data diskret inilah yang diambil dan
dialamatkan kedalam mikrokontroller untuk ditampilkan pada beberapa port keluarannya [8].
Setiap port mikrokontroller jenis AT89S52 memiliki 8 bit data maka jumlah bit maksimal
dalam satu kelompok port adalah 28 (256) data [7]. Untuk itu data sampling diskret yang diambil
dalam proses pengisian data secara look up table untuk dimasukkan kedalam mikrokontrol
maksimal 256 data. Sedangkan untuk menghasilkan sinyal 3 fasa dilakukan pemrograman
aritmatik yang bertujuan menciptakan dua buah sinyal lainya yang saling tergeser  1200 dari
sinyal pertama. Pembangkit gelombang 3 fasa melalui mikrokontroler ditunjukkan dalam Gambar
7.
1 40 Ke Vcc
P1.0 VCC
Input Dari Kounter

2 5 Volt
P1.1
3 39
P1.2 P0.0
4 38
Output ke DAC
P1.3 P0.1
5 37
P1.4 P0.2
Fasa C
6 36
P1.5 P0.3
7 35
P1.6 P0.4
VCC 8 34
P1.7 P0.5
33
P0.6
32
RST P0.7
10 103 R
P3.0
Output ke DAC

11 31
P3.1 EA Vpp
12 30
P3.2
Fasa A

13 Ale Prog
P3.3 29
14 Psen
P3.4
15 28
P3.5 P2.0
16
Output ke DAC

P3.6 27
17 P2.1
P3.7 26
P2.2
Fasa B

25
P2.3
18 24
P2.4
19 23
P2.5
22
P2.6
20 21
Ground P2.7

Gambar 7. Pengalokasian Port pada mikrokontroller AT 89S52.

Sinyal 3 fasa yang dihasilkan oleh mikrokontroller juga masih berbentuk nilai-nilai diskret
yang harus diubah kembali menjadi sinyal analog. Untuk itu diperlukan konverter Digital to Analog
yang menterjemahkan sinyal diskret tersebut menjadi sinyal analog [9]. Untuk realisasi ini
keluaran mikrokontroller terkoneksi dengan rangkaian DAC 0808 yang terkombinasi dengan
beberapa rangkaian penguat seperti pada Gambar 8.

Ke multiplier

Gambar 8. Sistem Minimum DAC.

Inverter dengan Metode Kendali Variable Voltage Variable Frequensi Sebagai Pengatur Kecepatan Motor Induksi 3 Fasa,
Emmanuel Agung Nugroho
ELEKTRA, Vol.4, No.2, Juli 2019, Hal. 7 – 19
ISSN: 2503-0221 13
Pada rangkaian DAC ini juga diberikan rangkaian summing amplifier dan penguat
operasional sehingga gelombang persegi ataupun sinusoida yang dihasilkan dapat diatur posisi
offset-nya hingga membentuk gelombang AC dan dapat diatur amplitudonya.

c. Rangkaian Multiplier
Multiplier AD 633 merupakan rangkaian pengali analog dengan dua buah sinyal masukan
analog sebagai input device-nya seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 9.

Opamp VCC
Sin ref

Opamp Vee
DC ref

Gambar 9. Rangkaian pengali AD 633.

Multiplier AD 633 di atas berfungsi sebagai pengali sinyal sinusoidal dari rangkaian DAC
dengan tegangan referensi yang mengendalikan frekuensi rangkaian V to F. Gelombang sinus
yang dihasilkan oleh DAC merupakan gelombang yang terkendali frekuensinya oleh perubahan
frekuensi dari rangkaian V to F. Frekuensi gelombang sinusoidal menjadi berubah jika tegangan
refrensi pada rangkaian V to F tersebut juga berubah. Sehingga sinyal keluaran rangkaian
pengali AD 633 mengalami dua bentuk perubahan seiring berubahnya tegangan DC referensi
rangkaian V to F, yaitu perubahan amplitudo sekaligus perubahan frekuensinya.

d. Rangkaian SPWM 3 fasa


Teknik SPWM sebagai pengendali inverter memanfaatkan sinyal carier berupa
gelombang segitiga yang bekerja pada frekuensi 5000Hz. Teknik SPWM ini diperlukan untuk
menghasilkan pulsa pensaklaran inverter sekaligus pengatur tegangan keluaran inverter dengan
mengatur indeks modulasi pada sistem SPWM tersebut. Semakin rendah amplitudo sinyal
referensi indeks modulasinya semakin kecil hal ini berarti tegangan keluaran inverter juga kecil
dan semakin naik amplitudo gelombang referensi maka semakin naik indek modulasinya dan
semakin besar juga tegangan yang dihasilkan oleh inverter. Sementara itu keluaran inverter akan
selalu mengikuti frekuensi sinyal referensinya.

e. Rangkaian Driver
Saklar daya sejenis MOSFET atau IGBT bekerja berdasar pulsa pemicuan dari rangkaian
kontrol pada gate-nya tetapi bekerja pada ordo daya yang lebih tinggi sehingga untuk
mengendalikan setiap saklar daya diperlukan rangkaian driver. Rangkaian driver berfungsi untuk
memindahkan sinyal picu dari sistem kontrol ke sistem daya dengan memisahkan bagian ground
daya dari ground kontrol, karena keduanya bekerja pada catu tegangan yang berbeda.
Kerusakan saklar statis MOSFET juga sering terjadi karena panas yang ditimbulkan dari
gesekan pulsa yang melewatkan arus pada saklar tersebut, untuk keamanan saklar daya tersebut
rangkaian driver juga dilengkapi dengan deadtime untuk mengatur perpindahan pulsa pemicuan
pada setiap saklar dalam satu lengan (Gambar 10).
To Power MOSFET

+15
Buffer Inverting
CD 4050 CD 4049
TLP 250 5
Dari 0
SPWM
VR 100k 1k5
200pF 18
V
Ground
Ground

Gambar 10. Rangkaian driver dengan deadtime.

Inverter dengan Metode Kendali Variable Voltage Variable Frequensi Sebagai Pengatur Kecepatan Motor Induksi 3 Fasa,
Emmanuel Agung Nugroho
ELEKTRA, Vol.4, No.2, Juli 2019, Hal. 7 – 19
ISSN: 2503-0221 14
Pada setiap aplikasi saklar daya antara gate dan source diberikan sebuah dioda Zener,
(dalam aplikasi ini menggunakan zener 18 volt). Dioda zener berfungsi untuk melindungi driver
TLP 250 dari umpan balik tegangan daya apabila terjadi hubung singkat pada rangkaian daya.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Pengujian Inverter V/H kontrol


Tabel 2. Konversi rangkaianV/H.
Pengujian TEGANGAN FREKUENSI
ke (Volt) (Hertz)
1 0,49 8,02
2 1 8,65
3 1,49 9,84
4 2,06 11,24
5 2,5 13,24
6 3 16,34
7 3,57 19,4
8 4,01 21,75
9 4,5 24,46
10 5,06 27,03
11 5,51 29,93
12 6,07 32,94
13 6,49 35,21
14 7,08 38,35
15 7,5 40,75
16 8 43,54
17 8,85 46,39
18 9,06 50,45

Dari Tabel 2 konversi di atas menghasilkan suatu grafik V/H seperti yang ditunjukkan
dalam Gambar 11 berikut ini.

Grafik Volt/Hertz kontrol

60
50

40
Hertz

30 Frekuensi
20

10
0
0.49 1.49 2.5 3.57 4.5 5.51 6.49 7.5 8.5
Volt

Gambar 11. Grafik konversi rangkaian V/H.

Berdasar grafik yang ditunjukkan pada Gambar 11 menghasilkan suatu rasio perubahan
tegangan ke frekuensi yang konstan pada indeks 5,5 kecuali pada nilai tegangan 0,5 volt dengan
indeks 8,6. Hal ini terjadi karena distribusi frekuensi pada tegangan di bawah 0,5 volt belum
merata.

Inverter dengan Metode Kendali Variable Voltage Variable Frequensi Sebagai Pengatur Kecepatan Motor Induksi 3 Fasa,
Emmanuel Agung Nugroho
ELEKTRA, Vol.4, No.2, Juli 2019, Hal. 7 – 19
ISSN: 2503-0221 15
3.2. Pengujian rangkaian multiplier
Multiplier AD 633 dengan tegangan suply 12 volt menghasilkan tegangan keluaran
saturasi pada amplitudo 7 VPP. Dengan mengalikan tegangan masukan pada pin “x” yang
terhubung pada rangkaian DAC yang menghasilkan gelombang referensi sinus dan “y” dari
tegangan DC referensi pada rangkaian V to F maka keluaran rangkaian AD 633 berupa
gelombang sinus resultan kedua sinyal tersebut. Dengan mempertimbangkan tegangan
maksimum yang saturasi pada nilai 7 Vpp sedangkan tegangan DC dari referensi rangkaian V to
F maksimal pada nilai 9 volt (tabel 1) maka gelombang sinus yang dihasilkan oleh rangkain DAC
diatur sedemikian rupa sehingga pada nilai tegangan DC maksimal gelombang sinus yang
dihasilkan tidak saturasi. Data-data pengukuran rangkain AD 633 ditunjukkan pada Tabel 3
berikut ini.

Tabel 3. Data pengujian rangkaian AD 633.


Input X (sinus) Input Y Sinyal keluaran
Frekuensi Tegangan Tegangan DC Frekuensi Tegangan
(Hertz) (Vpp) (Volt) (Hertz) (Vpp)
8,02 0,75 0,49 8,02 0,3
8,65 0,75 1 8,65 0,74
9,84 0,75 1,49 9,84 1,16
11,24 0,75 2,06 11,24 1,62
13,24 0,75 2,5 13,24 1,91
16,34 0,75 3 16,34 2,21
19,4 0,75 3,57 19,4 2,73
21,75 0,75 4,01 21,75 3,31
24,46 0,75 4,5 24,46 3,41
27,03 0,75 5,06 27,03 3,9
29,93 0,75 5,51 29,93 4,18
32,94 0,75 6,07 32,94 4,59
35,21 0,75 6,49 35,21 4,93
38,35 0,75 7,08 38,35 5,25
40,75 0,75 7,5 40,75 5,67
43,54 0,75 8 43,54 6,18
46,39 0,75 8,85 46,39 6,41
50,45 0,75 9,06 50,45 6,86

3.3. Pengujian Inverter 3 fasa 3 lengan


Pengendalian saklar daya inverter 3 fasa 3 lengan yang terdiri dari 6 buah saklar
semikonduktor dilakukan dalam 8 mode konduksi pemicuan saklar semikonduktor tersebut. Ke
delapan mode konduksi tersebut membentuk 3 buah siklus gelombang keluaran yang saling
tergeser 1200 listrik atau sering disebut sebagai sistem 3 fasa. Tabel 4 merupakan data pengujian
tegangan keluaran inverter 3 fasa 3 lengan.

Tabel 4. Data pengujian tegangan keluaran inverter 3 fasa 3 lengan.

Frekuensi Tegangan keluaran F-F Tegangan keluaran F-N


(Hertz) (Volt) (Volt)
8,02 0 0
8,65 17 19
9,84 29 17,6
11,24 44 26,5
13,24 60 34,2
16,34 72 40,8
19,4 87 49,6
21,75 95 55,3
24,46 105 60,7

Inverter dengan Metode Kendali Variable Voltage Variable Frequensi Sebagai Pengatur Kecepatan Motor Induksi 3 Fasa,
Emmanuel Agung Nugroho
ELEKTRA, Vol.4, No.2, Juli 2019, Hal. 7 – 19
ISSN: 2503-0221 16
27,03 113 64,9
29,93 121,5 69,4
32,94 131 76,1
35,21 137 78,8
38,35 145 83,2
40,75 155 87,2
43,54 163 90,7
46,39 166 94,2
50,45 167 95,9

Inverter 3 fasa 3 lengan dengan menggunakan 6 saklar daya tanpa mid point yang terkendali
secara volt/hertz memiliki karakteristik yang mantap dan stabil pada perubahan tegangan antar
fasa dan tegangan fasa netral yang dihasilkan, hal ini ditunjukkan dengan data tabel dan grafik
yang linier (Tabel 4 dan Gambar 12).

Grafik Tegangan Inverter

180
160
140
120
AC volt

100 Tegangan F-F


80 Tegangan F-N
60
40
20
0
8.02
8.65
9.84
11.2
13.6
16.3
19.4
21.8
24.5
27
29.9
32.9
35.2
38.4
40.8
43.5
46.4
50.5

Hertz

Gambar 12. Grafik tegangan inverter 3 fasa.

3.4. Pengujian Inverter Dengan Pembebanan motor AC tiga fasa


Sistem inverter volt/hertz tiga fasa ini dibebani dengan motor induksi tiga fasa. Untuk
pengujian ini jenis motor induksi tiga fasa 4 kutub dengan rating kecepatan 1400 RPM.
Perubahan frekuensi kerja inverter 3 fasa yang mensuplai motor 3 fasa ini secara prinsip dasar
akan mempengaruhi perubahan kecepatan putaran motor. Hal ini dapat dibuktikan dengan Tabel
5 pengujian berikut ini.

Tabel 5. Pengujian berbeban motor Induksi 3 fasa.


Frekuensi Pengukuran Kecepatan Perhitungan Kecepatan
(Hertz) (Rpm) (Rpm)
8,02 0 240,6
8,65 23 259,5
9,84 97 295,2
11,24 327 337,2
13,24 422 409,2
16,34 488 490,2
19,4 583 582
21,75 678 652,5
24,46 730 733,8
27,03 810 810,9
29,93 884 897,9
32,94 980 988,2
35,21 1085 1056,3

Inverter dengan Metode Kendali Variable Voltage Variable Frequensi Sebagai Pengatur Kecepatan Motor Induksi 3 Fasa,
Emmanuel Agung Nugroho
ELEKTRA, Vol.4, No.2, Juli 2019, Hal. 7 – 19
ISSN: 2503-0221 17
38,35 1161 1150,5
40,75 1264 1222,5
43,54 1305 1306,2
46,39 1393 1391,7
50,45 1439 1513,5

Perubahan frekuensi kerja inverter 3 fasa terbukti direspon oleh perubahan kecepatan
putar motor secara linier hingga mencapai putaran optimal yang dimiliki oleh motor tersebut. Hal
ini dapat dibandingkan dengan rumus kecepatan motor yang dinyatakan pada persamaan 1. Dari
pengukuran dan perhitungan kecepatan motor di atas menghasilkan suatu grafik pengukuran
yang ditunjukkan dalam Gambar 13 berikut ini.

Grafik perhitungan dan pengukuran RPM motor

1600
1400
1200
1000
Pengukuran
RPM

800
Perhitungan
600
400
200
0
8.02
8.65
9.84
11.2
13.6
16.3
19.4
21.8
24.5
27
29.9
32.9
35.2
38.4
40.8
43.5
46.4
50.5
Hertz

Gambar 13. Grafik pengukuran dan perhitungan kecepatan motor.

Dalam pengukuran putaran motor baru dimulai pada frekuensi 8,65 hertz dan hingga
pada frekuensi 11,2 hertz baru menunjukkan perbandingan yang sama terhadap perhitungannya.
Hal ini terjadi karena indeks modulasi SPWM inverter pada frekuensi tersebut masih sangat kecil
sehingga tegangan yang dihasilkan oleh inverter juga masih sangat kecil sehingga pada kondisi
ini belum memenuhi torka yang dibutuhkan untuk motor induksi 3 fasa melakukan start. Pada
frekuensi 50 Hz pengukuran juga menunjukkan grafik kecepatan di bawah frekuensi perhitungan
hal ini dipengaruhi oleh faktor slip pada motor induksi yang digunakan tersebut. Faktor slip pada
motor induksi yang digunakan ini adalah sebagai berikut :
120 . f
ns =
P
120 .50
ns = = 1500 RPM
4

ns − n
S= x 100%
ns

1500 −1400
S= x 100% = 6,66%
1500
Deviasi kesalahan rata-rata dari keseluruhan sistem inverter volt/hertz sebagai
pengendali torka dan kecepatan motor induksi 3 fasa pada pembuatan alat tugas akhir ini adalah
:

Inverter dengan Metode Kendali Variable Voltage Variable Frequensi Sebagai Pengatur Kecepatan Motor Induksi 3 Fasa,
Emmanuel Agung Nugroho
ELEKTRA, Vol.4, No.2, Juli 2019, Hal. 7 – 19
ISSN: 2503-0221 18

RPM hitung − RPM ukur


Ds = x 100% .............................................................................. (8)
RPM hitung

= 5,8 %

Dengan faktor deviasi terbesar pada frekuensi di bawah 11,2 hertz, dan sesudahnya sistem stabil.
Jadi dengan pertimbangan faktor slip pada motor induksi di atas maka deviasi kesalahan masih
di bawah toleransi faktor slip motor induksi. Dari sistem rangkaian inverter 3 fasa dengan
pembebanan motor induksi melalui kendali volt/hertz kontrol ini menghasilkan tegangan dan arus
keluaran pada motor seperti pada Gambar 14.

(a) Tegangan antar fasa pada beban motor.

(b) Tegangan antara fasa dengan netral (tegangan saluran) pada beban motor.

(c) Arus pada salah satu fasa beban motor.

Gambar 14 Hasil pengujian sinyal keluaran Inverter 3 fasa pada beban motor.

Inverter dengan Metode Kendali Variable Voltage Variable Frequensi Sebagai Pengatur Kecepatan Motor Induksi 3 Fasa,
Emmanuel Agung Nugroho
ELEKTRA, Vol.4, No.2, Juli 2019, Hal. 7 – 19
ISSN: 2503-0221 19
5. KESIMPULAN
1. Perancangan alat volt/hertz control ini berfungsi sebagai sistem soft start dengan
penyalaan yang sangat linier sehingga meredam lonjakan arus mula motor AC 3
fasa. Dengan sistem start yang lembut dan sistem menghentikan yang tidak konstan
stop pada motor maka akan memperpanjang usia pemeliharaan motor induksi
tersebut.
2. Dengan sistem Volt/hertz control ini maka Kecepatan kerja motor dapat diatur sesuai
dengan kebutuhan kecepatan yang diperlukan oleh aplikasi beban motor dengan
tetap menjaga kemampuan mekanik motor. Hal ini terjadi karena torka motor relatif
konstan pada setiap perubahan frekuensi dan kecepatan motor.
3. Sistem Inverter volt/hertz kontrol yang terkendali SPWM ini juga menawarkan solusi
terhadap permasalahan harmonisa arus listrik pada pembebanan motor induksi. Hal
ini dibuktikan dengan bentuk gelombang arus motor induksi yang sinusoidal dan
sefasa dengan tegangan masukannya. Pengendalian motor AC dengan
menggunakan inverter volt/hertz kontrol membuktikan beberapa keuntungan, yaitu:
• Penggunaan energi menjadi efisien
• Peningkatan fleksebilitas putaran motor
• Peningkatan umur komponen mekanik
• Memudahkan untuk pemeliharaan

DAFTAR PUSTAKA

[1]. Akhmad Musafa, Simulasi Pengendalian Kecepatan Motor Induksi tiga Fasa tanpa
Sensor Kecepatan, Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik-Universitas Budi Luhur,
email : musafa_81@yahoo.com, 2007.
[2]. Soemarto, Metode Baru Dalam Identifikasi Parameter Motor Induksi, Epsilon : Journal of
Electrical Engineering and Information Technology Vol. 1, No. 1, July 2003.
[3]. SZABÓ C, Maria IMECS, Ioan Iov, INCZE, VOLT-HERTZ CONTROL OF THE
SYNCHRONOUS MOTOR WITH RAMP EXCITING VOLTAGE, Annals of the University of
Craiova, Electrical Engineering series, No. 30, 2006.
[4]. Riyadi, Slamet, Diktat Kuliah Penggerak Listrik, Unika Soegijapranata, 2007.
[5]. Rahsyid M.H, Power Electronics: Circuits, Devices and Applications, PT Prehallindo,
Jakarta, 1999.
[6]. Zhenyu Yu and David Figoli, AC Induction Motor Control Using Constant V/Hz Principle
and Space Vector PWM Technique with TMS320C240, Texas Instruments Incorporated,
April 1998.
[7]. Bambang Sutopo, F. Danang Wijaya, Supari, Perbaikan Faktor Daya Motor Induksi 3 fase
menggunakan Mikrokontroler 68HC11, journal Teknik Elektro,2001.
[8]. Supari, Kendali Tegangan Motor Induksi untuk Penghematan Energi Berbasis
Mikrokontroler, Tesis S2, TE-UGM, Yogyakarta, 2001.
[9]. E. A. Nugroho, "Implementasi Proporsional Integral (Pi) Pada Sistem Maximum Power Point
Tracker (Mppt) Untuk Optimalisasi Energi Matahari Pada Sel Surya," Elektran, Vol3, No. 1,
P. 55–64 , 2018.

Inverter dengan Metode Kendali Variable Voltage Variable Frequensi Sebagai Pengatur Kecepatan Motor Induksi 3 Fasa,
Emmanuel Agung Nugroho

Anda mungkin juga menyukai