240
MATERI
1. Pengertian Etik dan Moral
2. Pengembangan dan transmisi nilai
3. Nilai esensial dalam praktek klinis
4. Aplikasi etik dan moral dalam praktek klinis
WHO SEA – NURS – 429, 1N O OSD 001/1.2. Pelatihan Keterampilan Manajerial SPMK – Januari 2003
Materi Pelatihan Etik dan Moral
241
METODA
1. Kuliah singkat
2. Kerja Kelompok
3. Diskusi Pleno
4. Penugasan
RENCANA PEMBELAJARAN
SESI I
BAGIAN A
Topik : Etik dan Moral dalam Praktek Keperawatan / Kebidanan
Metoda : Kuliah singkat
Waktu : 30 menit
BAGIAN B
Topik : Diskusi Kelompok pembahasan kasus.
Metoda : Kerja Kelompok
Waktu : 30 menit
BAGIAN C
Metoda : Pembahasan Kasus Keperawatan / Kebidanan
Waktu : 30 menit
MATERI
WHO SEA – NURS – 429, 1N O OSD 001/1.2. Pelatihan Keterampilan Manajerial SPMK – Januari 2003
Materi Pelatihan Etik dan Moral
242
Pengertian:
Etik merupakan suatu pertimbangan yang sistematis tentang perilaku benar atau salah,
kebajikan atau kejahatan yang berhubungan dengan perilaku.
Etika merupakan aplikasi atau penerapan teori tentang filosofi moral kedalam situasi
nyata dan berfokus pada prinsip-prinsip dan konsep yang membimbing manusia
berpikir dan bertindak dalam kehidupannya yang dilandasi oleh nilai-nilai yang
dianutnya. Banyak pihak yang menggunakan istilah etik untuk mengambarkan etika
suatu profesi dalam hubungannya dengan kode etik profesional seperti Kode Etik PPNI
atau IBI.
WHO SEA – NURS – 429, 1N O OSD 001/1.2. Pelatihan Keterampilan Manajerial SPMK – Januari 2003
Materi Pelatihan Etik dan Moral
243
Moral hampir sama dengan etika, biasanya merujuk pada standar personal tentang benar
atau salah. Hal ini sangat penting untuk mengenal antara etika dalam agama, hukum,
adat dan praktek profesional
WHO SEA – NURS – 429, 1N O OSD 001/1.2. Pelatihan Keterampilan Manajerial SPMK – Januari 2003
Materi Pelatihan Etik dan Moral
244
WHO SEA – NURS – 429, 1N O OSD 001/1.2. Pelatihan Keterampilan Manajerial SPMK – Januari 2003
Materi Pelatihan Etik dan Moral
245
Pilihan: (1) Kebebasan memilih kepercayaan serta menghargai keunikan bagi setiap
individu; (2) Perbedaan dalam kenyataan hidup selalu ada perbedaan-perbedaan, asuhan
yang diberikan bukan hanya karena martabat seseorang tetapi hendaknya perlakuan yang
diberikan mempertimbangkan sebagaimana kita ingin diperlakukan. (3) Keyakinan bahwa
penghormatan terhadap martabat seseorang akan merupakan konsekuensi terbaik bagi
semua masyarakat.
Penghargaan: (1) Merasa bangga dan bahagia dengan pilihannya sendiri (anda akan
merasa senang bila mengetahui bahwa asuhan yang anda berikan dihargai pasen atau klien
serta sejawat) atau supervisor memberikan pujian atas keterampilan hubungan interpersonal
yang dilakukan; (2) Dapat mempertahankan nilai-nilai tersebut bila ada seseorang yang
tidak bersedia memperhatikan martabat manusia sebagaimana mestinya.
Tindakan (1) Gabungkan nilai-nilai tersebut kedalam kehidupan atau pekerjaan sehari-
hari; (2) Upayakan selalu konsisten untuk menghargai martabat manusia dalam kehidupan
pribadi dan profesional, sehingga timbul rasa sensitif atas tindakan yang dilakukan.
Semakin disadari nilai-nilai profesional maka semakin timbul nilai-nilai moral yang
dilakukan serta selalu konsisten untuk mempertahankannya. Bila dibicarakan dengan
sejawat atau pasen dan ternyata tidak sejalan, maka seseorang merasa terjadi sesuatu
yang kontradiktif dengan prinsip-prinsip yang dianutnya yaitu; penghargaan terhadap
martabat manusia yang tidak terakomodasi dan sangat mungkin kita tidak lagi merasa
nyaman. Oleh karena itu, klarifikasi nilai-nilai merupakan suatu proses dimana kita perlu
WHO SEA – NURS – 429, 1N O OSD 001/1.2. Pelatihan Keterampilan Manajerial SPMK – Januari 2003
Materi Pelatihan Etik dan Moral
246
meningkatkan serta konsisten bahwa keputusan yang diambil secara khusus dalam
kehidupan ini untuk menghormati martabat manusia. Hal ini merupakan nilai-nilai positif
yang sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari dan dalam masyarakat luas.
WHO SEA – NURS – 429, 1N O OSD 001/1.2. Pelatihan Keterampilan Manajerial SPMK – Januari 2003
Materi Pelatihan Etik dan Moral
247
Perawat atau bidan memiliki komitmen yang tinggi untuk memberikan asuhan
yang berkualitas berdasarkan standar perilaku yang etis dalam praktek asuhan
profesional. Pengetahuan tentang perilaku etis dimulai dari pendidikan perawat atau
bidan, dan berlanjut pada diskusi formal maupun informal dengan sejawat atau teman.
Perilaku yang etis mencapai puncaknya bila perawat atau bidan mencoba dan mencontoh
perilaku pengambilan keputusan yang etis untuk membantu memecahkan masalah etika.
Dalam hal ini, perawat atau bidan seringkali menggunakan dua pendekatan: yaitu
WHO SEA – NURS – 429, 1N O OSD 001/1.2. Pelatihan Keterampilan Manajerial SPMK – Januari 2003
Materi Pelatihan Etik dan Moral
248
WHO SEA – NURS – 429, 1N O OSD 001/1.2. Pelatihan Keterampilan Manajerial SPMK – Januari 2003
Materi Pelatihan Etik dan Moral
249
Asuhan juga memiliki tradisi memberikan komitmen utamanya terhadap pasen dan
belakangan ini mengklaim bahwa advokasi terhadap pasen merupakan salah satu peran
yang sudah dilegimitasi sebagai peran dalam memberikan asuhan keperawatan/kebidanan.
Advokasi adalah memberikan saran dalam upaya melindungi dan mendukung hak-hak
pasen. Hal tersebut merupakan suatu kewajiban moral bagi perawat atau bidan, dalam
menemukan kepastian tentang dua sistem pendekatan etika yang dilakukan yaitu
pendekatan berdasarkan prinsip dan asuhan. Perawat atau bidan yang memiliki komitmen
tinggi dalam mempraktekkan keperawatan profesional dan tradisi tersebut perlu mengingat
hal-hal sbb: (1) Pastikan bahwa loyalitas staf atau kolega agar tetap memegang teguh
komitmen utamanya terhadap pasen; (2) berikan prioritas utama terhadap pasen dan
masyarakat pada umumnya; (3) Kepedulian mengevaluasi terhadap kemungkinan adanya
klaim otonomi dalam kesembuhan pasen. Bila menghargai otonomi, perawat atau bidan
harus memberikan informasi yang akurat, menghormati dan mendukung hak pasien
dalam mengambil keputusan.
KESIMPULAN
WHO SEA – NURS – 429, 1N O OSD 001/1.2. Pelatihan Keterampilan Manajerial SPMK – Januari 2003
Materi Pelatihan Etik dan Moral
250
Dalam upaya mendorong profesi keperawatan dan kebidanan agar dapat diterima
dan dihargai oleh pasien, masyarakat atau profesi lain, maka mereka harus memanfaatkan
nilai-nilai keperawatan / kebidanan dalam menerapkan etika dan moral disertai komitmen
yang kuat dalam mengemban peran profesionalnya. Dengan demikian perawat atau bidan
yang menerima tanggung jawab, dapat melaksanakan asuhan keperawatan atau kebidanan
secara etis profesional. Sikap etis profesional berarti bekerja sesuai dengan standar,
melaksanakan advokasi, keadaan tersebut akan dapat memberi jaminan bagi keselamatan
pasen, penghormatan terhadap hak-hak pasen, akan berdampak terhadap peningkatan
kualitas asuhan keperawatan atau kebidanan
EVALUASI
LATIHAN
A. Kasus Kebidanan
Seorang ibu PP masuk kamar bersalin dalam keadaan inpartu. Sewaktu dilakukan
anamnesa dia mengatakan tidak mau di episiotomi. Sekarang ini pasen tersebut berada
dalam kala II dan kala II yang berlangsung agak lambat, tetapi ada kemajuan. Perineum
masih kaku dan tebal. Keadaan ini dijelaskan kepada ibu oleh bidan, tetapi ibu tetap
pada pendiriannya. Sementara waktu berjalan terus dan bjj mulai menunjukkan keadaan
yang tidak stabil/fetal distress dan ini mengharuskan bidan untuk mempertimbangkan
melakukan episiotomi, tetapi ibu tersebut tidak menggubrisnya. Bidan berharap bayinya
selamat. Sementara itu ada bidan yang memberitahukan bahwa dia pernah melakukan
WHO SEA – NURS – 429, 1N O OSD 001/1.2. Pelatihan Keterampilan Manajerial SPMK – Januari 2003
Materi Pelatihan Etik dan Moral
251
hal ini tanpa persetujuan pasen untuk melindungi bayinya. Jika bidan melakukan
episiotomi tanpa persetujuan pasen, maka bidan akan dihadapkan kepada sederetan
tuntutan.
Diskusikan:
1. Bila bidan melakukan tindakan tanpa persetujuan pasen, bagaimanakah pendapat
Anda ditinjau dari segi etik dan moral ?
2. Bila tidak dilakukan, apa yang akan terjadi pada bayinya ? Dan bagaimana sikap
Anda terhadap kasus ini ?
B. Kasus Keperawatan
Pasen 35 tahun, wanita, dirawat karena disentri amuba. Diberikan th/ flagil 3 x 2 tablet
@ 500 mg. Dari pantauan perawat, obat sudah habis tetapi tidak ada kemajuan, padahal
obat selalu dibagikan oleh perawat pagi, siang, sore sebelum makan. Pada saat perawat
verbed masuk diketahui ada obat flagil di bawah bantalnya. Setelah ditanyakan, pasen
menjawab bahwa obatnya mahal, karena itu ia simpan supaya tidak cepat habis.
Diskusikan:
1. Mengapa hal tersebut bisa terjadi ?
2. Siapa yang bertanggung jawab ?
3. Langkah-langkah apa yang diambil oleh Ka. Ruangan ?
KEPUSTAKAAN
WHO SEA – NURS – 429, 1N O OSD 001/1.2. Pelatihan Keterampilan Manajerial SPMK – Januari 2003