Anda di halaman 1dari 1

I.

PEMBAHASAN
Uji toksisitas akut dermal adalah suatu pengujian untuk mendeteksi efek toksik yang muncul dalam waktu
singkat setelah pemaparan suatu sediaan uji dalam sekali pemberian melalui rute dermal. Prinsip dari
praktikum kali ini yaitu beberapa kelompok hewan uji menggunakan satu jenis kelamin dipapar dengan
sediaan uji dengan dosis tertentu, dosis awal dipilih berdasarkan hasil uji pendahuluan. Kami
menggunakan minyak atsiri yang sudah dibuat dalam sediaan salep. Hewan uji yang kami gunakan yaitu
tikus putih dengan 5 kelompok uji, satu kelompok berisi 3 ekor tikus. Tujuan uji toksisitas akut dermal
adalah untuk mendeteksi toksisitas intrinsik suatu zat, memperoleh informasi bahaya setelah pemaparan
suatu zat melalui kulit secara akut, dan untuk memperoleh informasi awal yang dapat digunakan untuk
menetapkan tingkat dosis dan merancang uji toksisitas selanjutnya serta untuk menetapkan nilai LD50
suatu zat.
Percobaan kelompok pertama, pada waktu 1 jam mengalami rambut berdiri, lemah, dan hiperlakrimasi.
Tikus pada waktu 12 jam mengalami lemah, hiperlakrimasi, dan hipersaliva. Tikus pada waktu 24 jam
tidak ada gelaja gejala. Tikus memiliki kontrol 197,78 dan diberikan dosis sebesar 185,34 mati pada hari
ke delapan.
Percobaan kelompok kedua, pada waktu 1 jam mengalami rambut berdiri, lemah, dan hiperlakrimasi.
Tikus pada waktu 12 jam mengalami rambut berdiri,

lemah, dan hipersalivasi. Tikus pada waktu 24 jam mengalami rambut berdiri, dan lemah. Tikus memiliki
kontrol 189,34 dan diberikan dosis sebesar 203,45 mati pada hari ke lima.
Percobaan kelompok ketiga, pada waktu 1 jam mengalami rambut berdiri, lemah, dan hiperlakrimasi.
Tikus pada waktu 12 jam mengalami rambut berdiri, lemah, dan hipersalivasi. Tikus pada waktu 24 jam
mengalami rambut berdiri, lemah, dan hipersalivasi. Tikus memiliki kontrol 223,34 dan diberikan dosis
sebesar 189,58 mati pada hari ke tujuh.
Percobaan kelompok ke empat, pada waktu 1 jam mengalami rambut berdiri, dan lemah. Tikus pada
waktu 12 jam mengalami rambut berdiri, lemah, dan hipersalivasi. Tikus pada waktu 24 jam mengalami
rambut berdiri, lemah, dan hipersalivasi. Tikus memiliki kontrol 223,34 dan diberikan dosis sebesar
223,34 mati pada hari ke dua.
Percobaan kelompok kelima, pada waktu 1 jam tidak mengalami gajala apapun. Tikus pada waktu 12 jam
tidak mengalami gejala apapun. Dan tikus pada waktu 24 jam juga tidak mengalami gejala apapun.

II. KESIMPULAN
Dari praktikum ini dapat disimpulkan. Pada percobaan (1) diberikan dosis sebesar 185,34 dengan control
197.78 lalu mati pada hari ke 8. Pada percobaan (2) diberikan dosis sebesar 203,45 dengan control 189.34
lalu mati pada hari ke 5. Pada percobaan (3) diberikan dosis sebesar 189,58 dengan control 223.34 lalu
mati pada hari ke 7. Pada kelompok (4) diberikan dosis 223,34 dengan control 223.34 lalu mati pada hari
ke 2. Dan pada percobaan ke (5) sudah tidak ada kehidupan. Jadi, semakin besar dosis yang diberikan
maka semakin besar juga menimbulkan kematian.

Anda mungkin juga menyukai