Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Di zaman globalisasi ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
semakin pesat. Salah satunya Indonesia merupakan negara yang sudah
mengalami kemajuan dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemajuan
tersebut memberikan kemudahan-kemudahan kepada masyarakat untuk dapat
melihat segala sesuatu yang ada di dunia ini, salah satunya di bidang budaya
dan tentunya hal tersebut mempunyai dua sisi yaitu positif dan negatif.
Positifnya, dengan mudah kita dapat mengetahui berbagai kebudayaan yang
ada disetiap negara sehingga kita dapat meningkatkan rasa saling menghargai
adanya perbedaan dalam hal budaya. Sedangkan negatifnya, adanya
kekhawatiran masyarakat tidak mampu memfilter budaya yang masuk ke
Indonesia sehingga lambat laun masyarakat akan mulai mengikuti budaya
asing yang masuk ke Indonesia.
Salah satu kota yang sudah mengikuti pesatnya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yaitu Kota Kuningan. Hal tersebut, memungkinkan
adanya pengaruh budaya asing yang dapat melunturkan eksistensi jati diri
bangsa khususnya dibidang budaya seperti tradisi Kawin Cai. Tradisi Kawin
Cai merupakan tradisi yang ada di salah satu desa di Kota Kuningan yaitu di
daerah Babakan Mulya dan Cibulan. Tradisi Kawin Cai adalah proses
pencampuran 2 sumber air dari Balong Dalem (Tirta Yatra) dengan air yang
ada di 7 sumur keramat Cikembulan (Cibulan). Keberadaan tradisi Kawin Cai
bagi masyarakat di Kota Kuningan merupakan warisan nenek moyang yang
sudah turun temurun dilaksanakan sejak zaman dahulu sampai sekarang. Selain
itu, tradisi Kawin Cai juga merupakan suatu hal yang unik karena perkawinan
tidak hanya dilakukan oleh manusia tetapi dilakukan juga pada benda mati
yaitu air karena pelaksanaannya seperti acara perkawinan manusia pada
umumnya. Dengan adanya tradisi Kawin Cai, masyarakat berharap air di kedua
desa yaitu Balong Dalem dan Babakan Mulya tetap melimpah. Sehingga
tradisi Kawin Cai dapat dijadikan sebagai salah satu kearifan lokal yang
menjadi sumber kekayaan bagi masyarakat di Kota Kuningan yang perlu
dilestarikan.
Dari pemaparan di atas, penulis ingin mengetahui “Eksistensi Tradisi
Kawin Cai sebagai Kearifan Lokal bagi Masyarakat di Kota Kuningan”.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bagaimana eksistensi tradisi Kawin Cai sebagai kearifan lokal bagi
masyarakat di Kota Kuningan?

C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui eksistensi tradisi Kawin Cai sebagai
kearifan lokal bagi masyarakat di Kota Kuningan.

1
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dan
peneliti. Adapun manfaat tersebut adalah sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
Untuk mengetahui, menambah dan memperluas wawasan ilmu pengetahuan
atau khasanah tentang budaya Indonesia salah satunya tradisi Kawin Cai di
Kota Kuningan.
2. Manfaat praktis
a) Bagi masyarakat
Agar masyarakat dapat mengembangkan dan melestarikan tradisi Kawin
Cai dengan baik sesuai perkembangan zaman.
b) Bagi peneliti
Dapat memotivasi peneliti untuk melakukan tinjauan lebih dalam
tentang Tradisi Kawin Cai di Kota Kuningan.

2
BAB II
PEMBAHASAN DAN ANALISIS HASIL DARI PENELITIAN

A. Pembahasan Teori
1. Tradisi Kawin Cai
Menurut beberapa para ahli, tradisi adalah sebagai berikut:
a. Soerjono Soekamto (1990)
Tradisi ialah kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat
dengan secara langgeng (berulang-ulang).
b. WJS Poerwadaminto (1976)
Tradisi ialah segala sesuatu yang menyangkut kehidupan dalam
masyarakat yang dilakukan secara terus menerus, seperti adat, budaya,
kebiasaan dan juga kepercayaan.
c. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
Tradisi ialah adat kebiasan turun temurun (dari nenek moyang) yang
masih dijalankan oleh masyarakat; penilaian atau anggapan bahwa
cara-cara yang telah ada merupakan yang paling baik dan benar.
Secara umum, tradisi merupakan sesuatu yang sudah dilaksanakan
sejak lama dan terus menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok
masyarakat, seringkali dilakukan oleh suatu negara, kebudayaan, waktu,
atau agama yang sama
Dari pemaparan di atas, penulis dapat simpulkan bahwa tradisi adalah
adat kebiasaan turun temurun dari nenek moyang dan dilakukan terus-
menerus oleh masyarakat setempat yang tujuannya agar kehidupan
masyarakat menjadi harmonis.
Adapun tradisi Kawin Cai merupakan salah satu warisan leluhur yang
sudah lama ada dan tetap dilestarikan sampai saat ini. Upacara adat Kawin
Cai tersebut adalah menyatukan air dari mata air Cikembulan sekitar
kolam renang Cibulan Desa Manis Kidul Kecataman Jalaksana dengan
sumber air Tirta Yartra Balong Dalem dimana sebelum dan sesudah acara
Kawin Cai tersebut, dilaksanakan berbagai macam prosesi lainnya.
Upacara Kawin Cai tersebut dilaksanakan dengan para pelaku upacara
layaknya sedang menjemput dan mengiring calon pengantin dalam acara-
acara pernikahan.

2. Kearifan Lokal
Menurut asal kata, kearifan lokal terbentuk dari dua kata , yaitu
kearifan (wisdom) dan lokal (local). Dalam Kamus Inggris Indonesia John
M. Echols dan Hassan Shadily, local berarti ‘setempat’, sedangkan
wisdom adalah ‘kebijaksanaan’. Jadi local wisdom (kearifan setempat)
dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan setempat (lokal) yang bersifat
bijaksana, penuh kearifan bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh
anggota masyarakatnya.
Adapun pengertian secara umum, kearifan lokal adalah pandangan
hidup dan ilmu pengetahuan serta berbagai strategi kehidupan yang
berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab
berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan komunitas tersebut.

3
Kearifan lokal memiliki fungsi, diantaranya:
a) berfungsi untuk konservasi dan pelestarian sumber daya alam.
b) berfungsi sebagai pengembangan sumber daya manusia.
c) berfungsi sebagai pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
d) sebagai petuah, kepercayaan, sastra dan pantangan.
e) bermakna sosial
f) bermakna etika dan moral
g) bermakna politik
Dari pemaparan diatas, penulis simpulkan bahwa kearifan lokal adalah
segala aktivitas manusia yang dilakukan untuk melestarikan suatu
kebudayaan.

B. Pembahasan dan Analisis Hasil Penelitian


1. Metodologi Penelitian
a) Tempat Penelitian
Tempat yang digunakan peneliti untuk melakukan penelitian yaitu
berada di desa Babakan Mulya.
b) Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini yaitu salah satu perangkat desa Babakan
Mulya. Sedangkan Objek yang diteliti adalah tradisi Kawin Cai.
c) Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kualitatif dalam
bentuk Etnografi. Jenis penelitian ini lebih menekankan pada kualitas
data atau data yang diperoleh dalam mendeskripsikan kebudayaan dan
aspek-aspek kebudayaan.
d) Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan
sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari
lapangan. Dalam penelitian ini, data primer yang digunakan yaitu
wawancara dan dokumentasi.
1) Wawancara adalah teknik pengambilan data dengan mengadakan
kontak langsung dengan narasumber agar data yangdiperoleh lebih
lengkap dan menyeluruh. Teknik pengambilan data seperti ini
dilakukan karena peneliti ingin mendapatkan data yang lebih
akurat, tajam dan terpercaya tentang eksistensi tradisi Kawin Cai di
Kuningan.
2) Dokumentasi adalah data yang berupa foto atau gambar yang
digunakan untuk menggambarkan secara visual objek yang diteliti.
Penulis menggunakan teknik pengumpulan data dokumentasi
dilakukan untuk bukti fisik bahwa penulis telah melakukan
penelitian terhadap tradisi Kawin Cai di desa Babakan Mulya.
Adapun data pendukung lainnya yaitu dilakukan melalui data
sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari lapangan
dan biasanya diperoleh dari sumber-sumber yang telah ada. Data
sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka dan
analisis dokumen.
1) Studi Pustaka merupakan teknik awal yang dilakukan penulis untuk
mengumpulkan data. Studi pustaka adalah kegiatan pengumpulan

4
data dan informasi yang memuat berbagai ragam kajian teori yang
sangat dibutuhkan oleh penulis, agar penulis dapat mengetahui
bagaimana kebudayaaan tradisi Kawin Cai yang akan diteliti oleh
penulis. Teknik pengumpulan data ini, dapat diperoleh dari laman
internet dan buku-buku penunjang lainnya. Selain itu, studi pustaka
juga digunakan untuk mencari teori-teori tentang variabel-variabel
yang ada dalam penelitian tersebut.
2) Analisis dokumen adalah meganalisis sejumlah data berbentuk
surat-surat, catatan harian, cendera mata, laporan, artefak, foto dan
sebagainya. Dalam penelitian ini, penulis mendapatkan data berupa
dokumen-dokumen yang dimiliki oleh narasumber yaitu Bapak
Adim Sardim (sebagai kepala desa Babakan Mulya). Dokumen
tersebut antara lain rekaman dan foto-foto prosesi tradisi Kawin Cai
sehingga peneliti mendapatkan bukti yang real tentang kegiatan
tradisi Kawin Cai.

2. Pembahasan dan Analisis Hasil Penelitian


Awal mula adanya tradisi Kawin Cai adalah karena duhulunya ada 2
peristiwa, yaitu:
a. Perkawinan antara Resi Makandria dengan Pwah Sanghiang Sri pada
tahun kurang lebih 450-590 M.
b. Perkawinan Bungatak Mangalengale dengan Sang Wreti Kandayun,
yang berasal dari kainderaan terjadi kurang lebih pada tahun 669-670
M.
Tradisi Kawin Cai adalah tradisi pencampuran air dari mata air
Cikembulan di Desa Cibulan dengan mata air Tirta Yatra di Desa
Babakan Mulya. Pelaksanaan tradisi Kawin Cai mengandung berbagai
acara prosesi dan upacara Kawin Cai tersebut dilaksanakan seperti
kegiatan perkawinan pada umumnya. Tradisi Kawin Cai biasanya
dilaksanakan pada Jumat Kliwon di bulan Oktober. Jika pada bulan
Oktober tidak ada Jumat Kliwon dan bertepatan dengan bulan Ramadhan
maka pelaksanaannya dirubah ke bulan selain pada bulan Oktober. Acara
puncaknya dilaksanakan di sekitar Balong Dalem desa Babakan Mulya
yang bertujuan agar air yang ada di Balong Dalem sama derasnya dengan
air Cikembulan. Tradisi Kawin Cai dilaksanakan oleh Ketua Panitia,
Kuwu Balong (kuncen), pengganti pengantin, para dayang, pembawa
acara, dan pemimpin doa serta masyarakat yang berpartisipasi untuk
mengikuti kegiatan tradisi Kawin Cai. Tradisi ini tidak mengandung unsur
kemusyrikan karena tradisi ini turun-temurun dari nenek moyang
kemudian diaplikasikan dengan ajaran islam yaitu dalam bentuk
syukuran.
Proses pada kegiatan tradisi Kawin Cai dimulai pada pagi hari dari
jam 06:00 WIB untuk melakukan kegiatan penyembelihan kambing,
kemudian pada jam 13.00 WIB s/d selesai mulai melakukan kegiatan
tradisi Kawin Cai. Kegiatan tersebut dilaksanakan oleh punduh/sesepuh
desa Babakan Mulya beserta rombongan.
Adapun proses tradisi Kawin Cai, dilaksanakan melalui beberapa
tahapan diantaranya, yaitu sesepuh dan rombongannya (1 orang Ki

5
Lengser, 1 orang Pamayung, 8 orang Dayang, dan 8 orang Pakancar) yang
berada di Balong Dalem meminta izin untuk menjemput air di Cibulan.
Setelah diizinkan, sesepuh dan rombongannya berangkat ke desa Cibulan
membawa kendi yang berwarna keemasan dan berisi sedikit air dari mata
air Tirta Yatra. Setibanya di Cibulan terdapat acara penyambutan dari
dayang-dayang dan pakancar desa Cibulan. Selanjutnya sesepuh dari
Babakan Mulya memberi tahu maksud dan tujuannya datang ke Cibulan
kepada sesepuh Cibulan kemudian para sesepuh dan rombongannya
berdoa di depan Petilasan Prabu Siliwangi agar acara Kawin Cai berjalan
dengan lancar. Masyarakat disana meyakini bahwa Prabu Siliwangi
pernah melakukan pertapaan untuk meminta air kepada Tuhan Yang
Maha Esa di tempat yang sekarang bernama Petilasan Prabu Siliwangi.
Setelah itu, satu persatu sesepuh dari Cibulan di Desa Manis Kidul
mengambil air utuk dimasukkan ke kendi yang sudah dibawa dari
Babakan Mulya dari tujuh sumur keramat yang masing-masing
mempunyai nama khusus, yaitu Sumber Kejayaan, Kemuliaan,
Pengabulan, Deranjana, Cisadane, Kemudahan dan Keselamatan. Setelah
prosesi di Cibulan selesai, air tersebut diarak menuju sumber mata air
Balong Dalem (Tirta Yatra). Setibanya di Balong Dalem, acara
penyambutan diadakan dengan upacara adat dan tarian khusus yaitu Tari
Buyung sebagai pengiring acara tradisi Kawin Cai. Adapun acara
puncaknya yaitu sesepuh, pakancar, dan dayang-dayang dengan tarian
Pajajap menuju halaman batu kawin dan melakukan pencampuran air
Tirta Yatra dan air 7 sumur keramat dari Cibulan ke dalam aliran mata air
Tirta Yatra sebagai simbol perkawinan. Hal ini dilakukan sebagai
perwujudan syukur masyarakat karena dapat merasakan nikmat yang
diberikan oleh Allah SWT yaitu dengan adanya hasil air dan pertanian
yang melimpah. Setelah acara puncak dilaksanakan, masyarakat setempat
melakukan kegiatan syukuran dan doa agar air tetap megalir deras dan
nikmat yang yang diberikan Allah SWT menjadi berkah bagi kehidupan
masyarakat.
Maka dari itu, eksistensi tradisi Kawin Cai dapat dijadikan sebagai
kearifan lokal bagi masyarakat Kota Kuningan karena mempunyai fungsi
salah satunya untuk konservasi dan pelestarian sumber daya alam. Tradisi
Kawin Cai sudah dikenal oleh masyarakat luas melalui lama internet dan
sudah ditanyangkan di beberapa stasiun TV di Indonesia. Hal ini
menandakan bahwa tradisi Kawin Cai masih tetap dilestarikan dengan
baik oleh masyarakat setempat.
Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa eksistensi tradisi
Kawin Cai sebagai kearifan lokal bagi masyarakat Kota Kuningan masih
tetap dilestarikan dengan baik sesuai tradisi nenek moyang tanpa ada
perubahan dari kegiatan inti tradisi tersebut.

6
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terkait eksistensi tradisi
Kawin Cai, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa eksistensi tradisi Kawin
Cai dapat dijadikan sebagai kearifan lokal bagi masyarakat di Kota Kuningan
karena mempunyai fungsi salah satunya untuk konservasi dan pelestarian
sumber daya alam. Disamping itu, antusias dan partisipasi masyarakat dalam
kegiatan tradisi Kawin Cai baik itu anak-anak, remaja maupun orang tua
sangat tinggi. Hal tersebut menunjukan bahwa eksistensi tradisi Kawin Cai
sebagai kearifan lokal bagi masyarakat di Kota Kuningan masih dilaksanakan
dengan baik.

B. SARAN
1. Bagi masyarakat kota kuningan diharapkan mengenal lebih jauh tentang
tradisi Kawin Cai khususnya masyarakat di desa Babakan Mulya dan
Cibulan agar kegiatan tradisi Kawin Cai tetap dilaksanakan dengan baik.
Sehingga kebudayaan di Indonesia tidak hilang dan tetap menjadi sumber
kearifan lokal bagi masyarakt di Kota Kuningan.
2. Bagi pemerintah diharapkan tetap mendukung kegiatan tradisi Kawin Cai
dengan menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam
kegiatan tersebut agar tradisi Kawin Cai tetap berjalan lancar dan menjadi
ciri khas warga di Kota Kuningan.

7
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2016. Buku siswa Mata Pelajaran


Sosiologi (Peminatan) kelas X. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.

Maryati, Kun dan Juju Suryawati. 2016. Sosiologi untuk SMA/MA Kelas X.
Jakarta: PT. Glora Aksara Pratama.

.2017. Sosiologi untuk SMA/MA Kelas XII. Jakrta: PT.


Gelora Aksara Pratama.

https://www.kuningankab.go.id/berita/tradisi-kawin-cai. Diunduh pada tanggal 3


September 2019

https://www.idpengertian.com/pengertian-tradisi-menurut-para-ahli/. Diunduh
pada tanggal 5 Oktober 2019.

https://www.seputarpengetahuan.co.id/2017/10/pengertian-tradisi-tujuan-fungsi-
macam-macam-contoh-penyebab-perubahan.html. Diunduh pada
tanggal 5 Oktober 2019.

8
LAMPIRAN FOTO-FOTO HASIL PENELITIAN

Proses wawancara dengan salah satu perangkat desa Babakan Mulya

Proses kegiatan
tradisi Kawin Cai
di Desa Babakan
Mulya

9
10
11

Anda mungkin juga menyukai