PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bagaimana eksistensi tradisi Kawin Cai sebagai kearifan lokal bagi
masyarakat di Kota Kuningan?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui eksistensi tradisi Kawin Cai sebagai
kearifan lokal bagi masyarakat di Kota Kuningan.
1
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dan
peneliti. Adapun manfaat tersebut adalah sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
Untuk mengetahui, menambah dan memperluas wawasan ilmu pengetahuan
atau khasanah tentang budaya Indonesia salah satunya tradisi Kawin Cai di
Kota Kuningan.
2. Manfaat praktis
a) Bagi masyarakat
Agar masyarakat dapat mengembangkan dan melestarikan tradisi Kawin
Cai dengan baik sesuai perkembangan zaman.
b) Bagi peneliti
Dapat memotivasi peneliti untuk melakukan tinjauan lebih dalam
tentang Tradisi Kawin Cai di Kota Kuningan.
2
BAB II
PEMBAHASAN DAN ANALISIS HASIL DARI PENELITIAN
A. Pembahasan Teori
1. Tradisi Kawin Cai
Menurut beberapa para ahli, tradisi adalah sebagai berikut:
a. Soerjono Soekamto (1990)
Tradisi ialah kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat
dengan secara langgeng (berulang-ulang).
b. WJS Poerwadaminto (1976)
Tradisi ialah segala sesuatu yang menyangkut kehidupan dalam
masyarakat yang dilakukan secara terus menerus, seperti adat, budaya,
kebiasaan dan juga kepercayaan.
c. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
Tradisi ialah adat kebiasan turun temurun (dari nenek moyang) yang
masih dijalankan oleh masyarakat; penilaian atau anggapan bahwa
cara-cara yang telah ada merupakan yang paling baik dan benar.
Secara umum, tradisi merupakan sesuatu yang sudah dilaksanakan
sejak lama dan terus menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok
masyarakat, seringkali dilakukan oleh suatu negara, kebudayaan, waktu,
atau agama yang sama
Dari pemaparan di atas, penulis dapat simpulkan bahwa tradisi adalah
adat kebiasaan turun temurun dari nenek moyang dan dilakukan terus-
menerus oleh masyarakat setempat yang tujuannya agar kehidupan
masyarakat menjadi harmonis.
Adapun tradisi Kawin Cai merupakan salah satu warisan leluhur yang
sudah lama ada dan tetap dilestarikan sampai saat ini. Upacara adat Kawin
Cai tersebut adalah menyatukan air dari mata air Cikembulan sekitar
kolam renang Cibulan Desa Manis Kidul Kecataman Jalaksana dengan
sumber air Tirta Yartra Balong Dalem dimana sebelum dan sesudah acara
Kawin Cai tersebut, dilaksanakan berbagai macam prosesi lainnya.
Upacara Kawin Cai tersebut dilaksanakan dengan para pelaku upacara
layaknya sedang menjemput dan mengiring calon pengantin dalam acara-
acara pernikahan.
2. Kearifan Lokal
Menurut asal kata, kearifan lokal terbentuk dari dua kata , yaitu
kearifan (wisdom) dan lokal (local). Dalam Kamus Inggris Indonesia John
M. Echols dan Hassan Shadily, local berarti ‘setempat’, sedangkan
wisdom adalah ‘kebijaksanaan’. Jadi local wisdom (kearifan setempat)
dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan setempat (lokal) yang bersifat
bijaksana, penuh kearifan bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh
anggota masyarakatnya.
Adapun pengertian secara umum, kearifan lokal adalah pandangan
hidup dan ilmu pengetahuan serta berbagai strategi kehidupan yang
berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab
berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan komunitas tersebut.
3
Kearifan lokal memiliki fungsi, diantaranya:
a) berfungsi untuk konservasi dan pelestarian sumber daya alam.
b) berfungsi sebagai pengembangan sumber daya manusia.
c) berfungsi sebagai pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
d) sebagai petuah, kepercayaan, sastra dan pantangan.
e) bermakna sosial
f) bermakna etika dan moral
g) bermakna politik
Dari pemaparan diatas, penulis simpulkan bahwa kearifan lokal adalah
segala aktivitas manusia yang dilakukan untuk melestarikan suatu
kebudayaan.
4
data dan informasi yang memuat berbagai ragam kajian teori yang
sangat dibutuhkan oleh penulis, agar penulis dapat mengetahui
bagaimana kebudayaaan tradisi Kawin Cai yang akan diteliti oleh
penulis. Teknik pengumpulan data ini, dapat diperoleh dari laman
internet dan buku-buku penunjang lainnya. Selain itu, studi pustaka
juga digunakan untuk mencari teori-teori tentang variabel-variabel
yang ada dalam penelitian tersebut.
2) Analisis dokumen adalah meganalisis sejumlah data berbentuk
surat-surat, catatan harian, cendera mata, laporan, artefak, foto dan
sebagainya. Dalam penelitian ini, penulis mendapatkan data berupa
dokumen-dokumen yang dimiliki oleh narasumber yaitu Bapak
Adim Sardim (sebagai kepala desa Babakan Mulya). Dokumen
tersebut antara lain rekaman dan foto-foto prosesi tradisi Kawin Cai
sehingga peneliti mendapatkan bukti yang real tentang kegiatan
tradisi Kawin Cai.
5
Lengser, 1 orang Pamayung, 8 orang Dayang, dan 8 orang Pakancar) yang
berada di Balong Dalem meminta izin untuk menjemput air di Cibulan.
Setelah diizinkan, sesepuh dan rombongannya berangkat ke desa Cibulan
membawa kendi yang berwarna keemasan dan berisi sedikit air dari mata
air Tirta Yatra. Setibanya di Cibulan terdapat acara penyambutan dari
dayang-dayang dan pakancar desa Cibulan. Selanjutnya sesepuh dari
Babakan Mulya memberi tahu maksud dan tujuannya datang ke Cibulan
kepada sesepuh Cibulan kemudian para sesepuh dan rombongannya
berdoa di depan Petilasan Prabu Siliwangi agar acara Kawin Cai berjalan
dengan lancar. Masyarakat disana meyakini bahwa Prabu Siliwangi
pernah melakukan pertapaan untuk meminta air kepada Tuhan Yang
Maha Esa di tempat yang sekarang bernama Petilasan Prabu Siliwangi.
Setelah itu, satu persatu sesepuh dari Cibulan di Desa Manis Kidul
mengambil air utuk dimasukkan ke kendi yang sudah dibawa dari
Babakan Mulya dari tujuh sumur keramat yang masing-masing
mempunyai nama khusus, yaitu Sumber Kejayaan, Kemuliaan,
Pengabulan, Deranjana, Cisadane, Kemudahan dan Keselamatan. Setelah
prosesi di Cibulan selesai, air tersebut diarak menuju sumber mata air
Balong Dalem (Tirta Yatra). Setibanya di Balong Dalem, acara
penyambutan diadakan dengan upacara adat dan tarian khusus yaitu Tari
Buyung sebagai pengiring acara tradisi Kawin Cai. Adapun acara
puncaknya yaitu sesepuh, pakancar, dan dayang-dayang dengan tarian
Pajajap menuju halaman batu kawin dan melakukan pencampuran air
Tirta Yatra dan air 7 sumur keramat dari Cibulan ke dalam aliran mata air
Tirta Yatra sebagai simbol perkawinan. Hal ini dilakukan sebagai
perwujudan syukur masyarakat karena dapat merasakan nikmat yang
diberikan oleh Allah SWT yaitu dengan adanya hasil air dan pertanian
yang melimpah. Setelah acara puncak dilaksanakan, masyarakat setempat
melakukan kegiatan syukuran dan doa agar air tetap megalir deras dan
nikmat yang yang diberikan Allah SWT menjadi berkah bagi kehidupan
masyarakat.
Maka dari itu, eksistensi tradisi Kawin Cai dapat dijadikan sebagai
kearifan lokal bagi masyarakat Kota Kuningan karena mempunyai fungsi
salah satunya untuk konservasi dan pelestarian sumber daya alam. Tradisi
Kawin Cai sudah dikenal oleh masyarakat luas melalui lama internet dan
sudah ditanyangkan di beberapa stasiun TV di Indonesia. Hal ini
menandakan bahwa tradisi Kawin Cai masih tetap dilestarikan dengan
baik oleh masyarakat setempat.
Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa eksistensi tradisi
Kawin Cai sebagai kearifan lokal bagi masyarakat Kota Kuningan masih
tetap dilestarikan dengan baik sesuai tradisi nenek moyang tanpa ada
perubahan dari kegiatan inti tradisi tersebut.
6
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terkait eksistensi tradisi
Kawin Cai, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa eksistensi tradisi Kawin
Cai dapat dijadikan sebagai kearifan lokal bagi masyarakat di Kota Kuningan
karena mempunyai fungsi salah satunya untuk konservasi dan pelestarian
sumber daya alam. Disamping itu, antusias dan partisipasi masyarakat dalam
kegiatan tradisi Kawin Cai baik itu anak-anak, remaja maupun orang tua
sangat tinggi. Hal tersebut menunjukan bahwa eksistensi tradisi Kawin Cai
sebagai kearifan lokal bagi masyarakat di Kota Kuningan masih dilaksanakan
dengan baik.
B. SARAN
1. Bagi masyarakat kota kuningan diharapkan mengenal lebih jauh tentang
tradisi Kawin Cai khususnya masyarakat di desa Babakan Mulya dan
Cibulan agar kegiatan tradisi Kawin Cai tetap dilaksanakan dengan baik.
Sehingga kebudayaan di Indonesia tidak hilang dan tetap menjadi sumber
kearifan lokal bagi masyarakt di Kota Kuningan.
2. Bagi pemerintah diharapkan tetap mendukung kegiatan tradisi Kawin Cai
dengan menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam
kegiatan tersebut agar tradisi Kawin Cai tetap berjalan lancar dan menjadi
ciri khas warga di Kota Kuningan.
7
DAFTAR PUSTAKA
Maryati, Kun dan Juju Suryawati. 2016. Sosiologi untuk SMA/MA Kelas X.
Jakarta: PT. Glora Aksara Pratama.
https://www.idpengertian.com/pengertian-tradisi-menurut-para-ahli/. Diunduh
pada tanggal 5 Oktober 2019.
https://www.seputarpengetahuan.co.id/2017/10/pengertian-tradisi-tujuan-fungsi-
macam-macam-contoh-penyebab-perubahan.html. Diunduh pada
tanggal 5 Oktober 2019.
8
LAMPIRAN FOTO-FOTO HASIL PENELITIAN
Proses kegiatan
tradisi Kawin Cai
di Desa Babakan
Mulya
9
10
11