DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 6
Puji syukur kami haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah
memberikan berkat, rahmat, serta karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah dengan tidak ada halangan yang berarti.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kami mengharap tegur sapa dan kritik yang membangun dari para pembaca guna
perbaikan dan peningkatan untuk makalah selanjutnya.
Demikian kiranya, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan
pembaca pada khususnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 3
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................16
3.2 Saran....................................................................................................................16
Stres adalah kondisi yang disebabkan oleh interaksi antara individu dengan lingkungan,
menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan-tuntutan yang berasal dari situasi yang
bersumber pada sistem biologis, psikologis dan sosial dari seseorang. Stres juga
dikatakan sebagai tekanan, ketegangan atau gangguan yang tidak menyenangkan yang
berasal dari luar diri seseorang (Legiran, Azis & Bellinawati, 2015).
A. Sumber Stres
Terdapat banyak sumber stres, yang secara luas dapat diklasifikasikan sebagai stressor
internal atau eksternal, atau stressor perkembangan atau situasional.
a) Stressor internal berasal dari dalam diri seseorang, sebagai contoh, demam, kondisi
seperti kehamilan atau menopause, atau suatu keadaan emosi seperti rasa bersalah,
kanker atau perasaan depresi.
b) Stressor eksternal berasal dari luar individu, sebagai contoh perpindahan ke kota lain,
kematian anggota keluarga, atau tekanan dari teman sebaya, perubahan bermakna
dalam suhu lingkungan, perubahan dalam peran keluarga atau sosial, atau tekanan dari
pasangan.
c) Stressor perkembangan terjadi pada waktu yang dapat diperkirakan sepanjang hidup
individu. Pada setiap tahap perkembangan, tugas tertentu harus dicapai untuk
mencegah atau mengurangi stres.
d) Stressor situasional tidak dapat diperkirakan dan dapat terjadi kapan pun sepanjang
hidup. Stres situasional dapat positif dan negatif. Contoh
1) Kematian anggota keluarga
2) Pernikahan atau perceraian
3) Kelahiran anak
4) Penyakit
Sejauh mana pengaruh positif dan negatif peristiwa ini bergantung pada tahap
perkembangan individu. Sebagai contoh, kematian orang tua dapat lebih menimbulkan
stres bagi anak usia 12 tahun dibandingkan pada orang yang berusia 40 tahun
B. Indikator Stres
Indikator stress individu dapat fisiologis, psikologis atau kognitif
a. Indikator fisiologik
Respons terhadap stress bervariasi, bergantung pada persepsi individu terhadap
peristiwa. Tanda dan gejala fisiologis stress muncul akibat aktivasi system
simpatetik dan system neuroendokrin tubuh.
b. Indikator Psikologis
Manifestasi psikologis stress mencakup ansietas, takut, marah depresi, dan
mekanisme pertahanan ego yang tidak disadari. Beberapa pola koping tersebut dapat
membantu; yang lain menjadi penghalang, bergantung pada situasi dan lama waktu
mekanisme tersebut digunakan atau dialami.
1) Ansietas
Reaksi umum terhadap stress adalah ansietas, satu kondisi kegelisahan mental,
keprihatinan, ketakutan, atau firasat atau perasaan putus asa karena ancaman yang
akan terjadi atau ancaman antisipasi yang tidak dapat diidentifikasikan terhadap
diri sendiri atau terhadap hubungan yang bermakna. Ansietas dapat dialami pada
tingkat sadar, setengah sadar, atau tidak sadar. Empat hal yang membedakan
ansietas dengan takut adalah:
a) Sumber ansietas tidak dapat diidentifikasi; sumber rasa takut dapat
diidentifikasi
b) Ansietas dikaitkan dengan masa depan, yaitu, untuk kejadian yang diantisipasi.
Rasa takt dikaitkan dengan kondisi saat ini.
c) Ansietas bersifat tidak jelas, sementara rasa takut bersifat pasti.
d) Ansietas merupakan akibat konflik psikologis atau emosi; rasa takut
merupakan akibat entitas fisik atau psikologis yang mempunyai ciri
tersendiri.Ansietas dapat dimanifestasikan pada empat tingkat:
1. Ansietas ringan mencipttakan kondisi sedikit bergairah yang
meningkatkan kemampuan persepsi, pembelajaran dan produktif.
Sebagian besar individu yang sehat mengalami ansietas ringan, mungkin
sebagai perasaan gelisah ringan yang mendorong seseorang untuk mencari
informasi dan mengajukan pertanyaan.
2. Ansietas sedang meningkatkan status gairah ke satu titik ketika seseorang
mengekspresikan perasaan tegang, cemas, atau khawatir. Kemampuan
persepsi semakin sempit. Perhatian lebih difokuskan pada aspek tertentu
situasi dibandingkan aktivitas perifer.
3. Ansietas berat menghabiskan sebagian besar energy individu dan
membuuhkan intervensi. Persepsi mengalami penurunan lebih lanjut.
Individu tidak mampu berfokus terhadap apa yang benar-benar terjadi dan
hanya focus pada satu detail spesifik situasi yang menimbulkan ansietas.
4. Panic adalah tingkat kecemasan yang menakutkan dan sangat membebani
sehingga membuat individu kehilangan kendali. Panic lebih jarang dialami
dibandingkan dengan tingkat kecemasan lain.
2) Takut
Takut adalah emosi atau rasa khawatir yang dibangkitkan oleh persepsi bahaya,
nyeri atau ancaman lain yang akan terjadi atau tampak. Rasa takut mungkin
sebagai respons terhadap sesuatu yang sudah terjadi, sebagai respons terhadap
ancaman yang segera muncul atau sudah muncul, atau sebagai respons terhadap
sesuatu yang diyakini sesorang akan terjadi. Objek rasa takut mungkin berdasarkan
pada realitas, mungkin juga tidak.Sebagai contoh, mahasiswa kebidanan baru
mungkin takut dalam mengantisipasi pengalaman pertama di tatanan perawatan
pasien.Mahasiswa mungkin takut tidak mau dirawat oleh mahasiswa atau
mahasiswa secara tidak sengaja membahayakan klien.
3) Marah
Marah adalah status ekonomi yang terdiri dari perasaan subjektif rasa bermusuhan
atau ketidak senangan yang kuat.Individu dapat merasa bersalah ketika meraka
marah karena diajarkan bahwa merasa marah itu salah. Akan tetapi, marah dapat
diekspresikan dalam cara verbal yang tidak membuat Si empunya marah dijauhi;
dengan demikian, marah dipertimbangkan sebagai emosi positif dan sebagai tanda
kedewasaan emosi karena pertumbuhan dan manfaat interaksi yang
doitimbulkannya.
Ekspresi marah verbal dapat dipertimbangkan sebagai tanda terhadap orang lain
atas ketidak nyamanan psikologis internal individu dan sebagai permintaan bantuan
untuk menghadapi persepsi stress. Sebaliknya, permusuhan biasanya ditandai
dengan antagonism dan perilaku merusak atau destruktif; agresi adalah serangan
tanpa pemicu atau tindakan atau pandangan bermusuhan, mencederai, atau
merusak; dan kekerasan adalah penggunaan kekuatan fisik untuk mencederai atau
menganiaya. Kemarahan diekspresikan secara verbal, berbeda dari rasa
bermusuhan, agresi, dan kekerasan, tetapi dapat mengakibatkan kekerasan dan
kerusakan apabila marah menetap dan tak jua reda.
Komunikasi verbal marah yang diekspresikan secara jelas, ketika orang yang
marah mengatakan kepada orang lain mengenai kemarahannya dan dengan cermat
mengidentifikasi sumbernya merupakan tindakan konstruktif.
4) Depresi
Depresi adalah reaksi umu terhadap kejadian yang tampak kacau atau negative.
Depresi,perasaan sedih, putus asa, kekesalan, perasaan tak berharga, atau
kekosongan ekstrem, terjadi pada jutaan orang Amerika setiap tahun. Tanda dan
gejala depresi dan tingkat keparahan masalah berbeda pada setiap klien dan
bergantung pada makna kejadian pemicu. Gejala emosi mencakup perasaan
kelelahan, kesedihan, kehampaan, atau mati rasa. Tanda perilaku depresi termasuk
iritabilitas, ketidak mampuan untuk berkonsentrasi, kesulitan dalam membuat
keputusan, kehilangan gairah seksual, menangis, gangguan tidur, dan menarik
diri.Tanda fisik depresi mencakup kehilangan nafsu makan, penurunan berat
badan, konstipasi, sakit kepala, dan limbung. Banyak orang menalami depresi
periodesingkat sebagai respons terhadap kejadian pemicu stress yang sangat
banyak, seperti kematian orang yang dicintai atau kehilangan pekerjaan akan
tetapi, depresi berkepanjangan, merupakan penyebab kekhawatiran dan dapat
membutuhkan penanganan.
5) Mekanisme Pertahanan Ego Yang Tak Disadari
Mekanisme pertahanan ego yang tak disadariadalah mekanisme adaptif psikologik,
atau dalam pernyataan Sigmund Freud (1946), mekanisme mental yang brkembang
saat personalitas berupaya mempertahankan diri, menciptakan gangguan terhadap
impuls, yang bertentangan, dan meredakan ketegangan di dalam diri. Mekanisme
pertahanan adalah pikiran yang tidak disadari yang bekerja untuk melindungi
individu dari ansietas.Mekanisme pertahanan dapat dipertimbangkan sebagai
precursor mekanisme koping kognitif yang disadari yang akhirnya memecahkan
masalah. Seperti beberapa respons verbal dan motoric, mekanisme pertahanan
melepaskan ketegangan. Deskripsi mekanisme ini dan contoh penggunaannya yang
adaptif dan mal adaptif.
C. Indikator Kognitif
Indicator kognitif stress adalah respons berpikir yang mencakup pemecahan masalah,
penstrukturan, control diri atau disiplin diri, supresi dan fantasi. Pemecahan masalah
mencakup berpikir melalui situasi yang mengancam , menggunakan langkah spesifik
atau mencapai solusi. Individu mengkaji situasi yang mengancam, menggunakan langkah
yang spesifik untuk mencapai solusi.Individu mengkaji situasi atau masalah,
menganalisis atau mendefinisikannya, memilih alternative, melaksanakan alternative
yang dipiih, dan mengevaluasi apakah solusinya berhasil.
Kontrol diri (disiplin) adalah menunjukan perilaku dan ekspresi wajah yang
menggambarkan rasa dapat mengontrol atau berwenang. Ketika control diri mencegah
panic dan tindakan membahayakan atau tindakan non produkif dalam situasi yang
mengancam, control diri merupakan respons bermanfaat yang menunjukkan kekuatan.
Akan tetapi, control diri terlalu ekstrem dapat menunda pemecahan masalah dan
mencegah individu menerima dukngan dari orang lain, yang mungkin menganggapnya
mampu menangani situasi dengan baik, tenang, atau tidak khawatir.
Supresi adalah menempatkan pikiran atau perasaan di luar ingatannya secara disadari dan
disengaja. “saya tidak mau menghadapi hal itu hari ini. Saya akan melakukannya
besok.”Respons ini menurunkan stres sementara, tetapi tidak memecahkan masalah.
Seorang pria yang tetap mengabaikan sakit gigi, dengan menekannya diluar ingatan
karena ia takut merasa sakit,tidak akan meredakan gejala yang dialaminya.
Fantasi atau bermimpi sama dengan berkhayal. Keinginan dan harapan yang tidak
terpenuhi dibayangkan terpenuhi, atau pengalaman yang mengancam dikerjakan kembali
atau diulang kembali sehingga akhirnya dapat berbeda dari kenyataan. Pengalaman dapat
dibangkitkan kembali, setiap hari masalah diselesaikan, dan rencana masa depan disusun.
Hasil masalah yang sedang dihadapi juga dapat difantasikan. Sebagai contoh seorang
klien yang menunggu hasil biopsy payudara dapat memfantasikan bahwa dokter bedah
mengatakan. “Anda tidak mengidap kanker.”Respons fantasi dapat membantu apabila
menimbulkan pemecahan masalah.Sebagai contoh, klien yang menunggu hasi biopsy
payudara dapat berkata pada dirinya sendiri, “meskipun dokter mengatakan, ‘Anda
mengidap kanker’, asalkan ia juga mengatakan bahwa kanker tersebut dapat
disembuhkan, saya dapat menerimanya.”Fantasi dapat destruktif dan non produktif
apabila indivdu menggunakannya secara berlebihan dan melarikan diri dari kenyataan.
Kecemasan adalah rasa khawatir, rasa takut yang tidak jelas sebabnya.Kecemasan
merupakan kekuatan yang besar dalam menggerakkan tingkah laku.Baik tingkah laku
normal maupun tingkah laku yang menyimpang, kedua-duanya merupakan pernyataan,
penampilan, penjelmaan dari pertahanan terhadap kecemasan. Rasa takut ditimbulkan
oleh adanya ancaman, sehingga orang akan menghindar diri dan sebagainya. Kecemasan
dapat ditimbulkan oleh bahaya dari luar maupun dari dalam diri, dan pada umumnya
ancaman itu samar-samar (Gunarsa dan Yulia, 2012).
Kecemasan adalah respon individu terhadap suatu keadaan tidak menyenangkan dan
dialami oleh semua makhluk hidup. Kecemasan merupakan pengalaman emosi dan
subjektif tanpa ada obyek yang spesifik sehingga orang merasakan sesuatu perasaan was-
was (khawatir) seolah-olah ada sesuatu yang buruk akan terjadi dan pada umunya
disertai gejala-gejala otonomik yang berlangsung beberapa waktu (Pieter, H.Z.,
Janiwarti, B., & Saragih, M, 2011).
Respon kognitif orang yang mengalami kecemasan ringan adalah lapang persepsi
melebar, dapat menerima rangsangan yang kompleks, konsentrasi pada masalah dan
dapat menjelaskan masalah secara efektif. Adapun respon perilaku dan emosi orang
yang mengalami kecemasan adalah tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada
tangan dan suara kadang-kadang meninggi.
b. Kecemasan Sedang
Pada ansietas sedang tingkat lapang persepsi pada lingkungan menurun dan
mefokuskan diri pada hal-hal penting saat itu juga dan menyampingkan hal lain.
Respon fisiologis dari orang yang mengalami kecemasan sedang adalah sering napas
pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut kering, anoreksia, diare, konstipasi, dan
gelisah. Respon kognitif orang yang mengalami kecemasan sedang adalah lapang
persepsi yang menyempit, rangsangan luar sulit diterima, berfokus terhadap apa yang
menjadi perhatian. Adapun respon perilaku dan emosi adalah gerakan tersentak-
sentak, meremas tangan, sulit tidur, dan perasaan tidak aman.
c. Kecemasan Berat
Pada kecemasan berat lapangan persepsinya menjadi sangat sempit, individu
cenderung memikirkan hal-hal kecil saja dan mengabaikan hal-hal lain. Individu sulit
berpikir realistis dan membutuhkan banyak pengarahan untuk memusatkan perhatian
pada area lain. Respon-respon fisiologis kecemasan berat adalah napas pendek, nadi
dan tekanan darah naik, banyak berkeringat, rasa sakit kepala, penglihatan kabur, dan
mengalami ketegangan.
Respon kognitif orang mengalami kecemasan berat adalah lapang persepsi yang
sangat sempit dan tidak mampu menyelesaikan masalah. Adapun respon perilaku dan
emosinya terlihat dari perasaan tidak aman, verbalisasi yang cepat, dan blocking.
d. Panik
Pada tingkatan panik lapangan persepsi seseorang sudah sangat sempit dan sudah
mengalami gangguan sehingga tidak bisa mengendalikan diri lagi dan sulit melakukan
apapun walau dia sudah diberikan pengarahan. Respon-respon fisiologis panik adalah
napas pendek, rasa tercekik, sakit dada, pucat, hipotensi, dan koordinasi motorik yang
sangat rendah. Sementara respon-respon kognitif penderita panik adalah lapangan
persepsi yang sangat sempit sekali dan tidak mampu berpikir logis. Adapun respon
perilaku dan emosinya terlihat agitasi, mengamuk, dan marah-marah, ketakutan,
berteriak-teriak, blocking, kehilangan kontrol diri dan memiliki persepsi yang kacau.
A. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan
Berikut ini faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan (Untari, 2014), yaitu
a. Usia
Semakin meningkat usia seseorang semakin baik tingkat kematangan seseorang walau
sebenarnya tidak mutlak.
b. Jenis Kelamin
Gangguan lebih sering dialami perempuan daripada laki-laki. Perempuan memiliki
tingkat kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan subyek yang berjenis kelamin laki-
laki. Dikarenakan perempuan lebih peka terhadap emosi yang pada akhirnya peka juga
terhadap perasaan cemasnya. Perempuan cenderung melihat hidup atau peristiwa yang
dialaminya dari segi detil sedangkan laki-laki cenderung global atau tidak detail.
c. Tahap Perkembangan
Setiap tahap dalam usia perkembangan sangat berpengaruh pada perkembangan jiwa
termasuk didalamnya konsep diri yang akan mempengaruhi ide, pikiran, kepercayaan
dan pandangan individu tentang dirinya dan dapat mempengaruhi individu dalam
berhubungan dengan orang lain. Individu dengan konsep diri yang negative lebih
rentan terhadap kecemasan.
d. Tipe Kepribadian
Orang yang berkepribadian A lebih mudah mengalami gangguan stress daripada orang
yang memiliki kepribadian B. Orang-orang pada tipe A dianggap lebih memiliki
kecenderungan untuk mengalami tingkat stress yang lebih tinggi, sebab mereka
menempatkan diri mereka sendiri pada suatu tekanan waktu dengan meniciptakan
suatu batas waktu tertentu untuk kehidupan mereka.
e. Pendidikan
Seorang dengan tingkat pendidikan yang rendah mudah mengalami kecemasan,
karena semakin tinggi pendidikan akan mempengaruhi kemampuan berfikir
seseorang.
f. Status Kesehatan
Seseorang yang sedang sakit dapat menurunkan kapasitas seseorang dalam
menghadapi stress.
g. Makna yang Dirasakan
Jika stressor dipersepdikan akan berakibat baik maka tingkat kecemasan yang akan
dirasakan akan berat. Sebaliknya jika stressor dipersepsikan tidak mengancam dan
individu mampu mengatasinya maka tingkat kecemasan yang dirasakan akan lebih
ringan.
h. Nilai-nilai Budaya dan Spiritual
Nilai-nilai budaya dan spiritual dapat mempengaruhi cara berpikir dan tingkah laku
seseorang.
i. Dukungan Sosial dan Lingkungan
Dukungan sosial dan lingkungan sekitar dapat memepengaruhi cara
berpikirseseorang tentang diri sendiri dan orang lain. Hal ini disebabkan oleh
pengalaman seseorang dengan keluarga, sahabat, rekan kerja dan lain-lain.
Kecemasan akan timbul jika seseorang merasa tidak aman terhadap lingkungan.
j. Mekanisme Koping
Ketika mengalami kecemasan, individu akan menggunakan mekanisme koping
untuk mengatasinya dan ketidakmampuan mengatasi kecemasan secara konstruktif
menyebabkan terjadinya perilaku patologis.
k. Pekerjaan
Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang
kehidupan keluarga. Bekerja bukanlah sumber kesenangan tetapi dengan bekerja
bisa diperoleh pengetahuan.
Diagnosis/deteksi dini dan pengobatan sangat penting untuk orang dewasa atau anak-
anak yang tertekan atau stress.stress adalah penyakit nyata yang memerlukan bantuan
profesional. Pengobatan komprehensif sering kali dilakukan oleh individu dan terapi
keluarga. Sebagai contoh, terapi perilaku kognitif atau cognitive behavioral therapy
(CBT) dan interpersonal psiko-terapi atau interpersonal psycho-therapy (IPT) adalah
bentuk-bentuk terapi individu yang terbukti efektif dalam mengobati depresi.
Jika anak dan remaja terkena depresi/stress, maka akan lebih mudah dalam
penanganannya. Sistem yang akan di gunakan dalam deteksi dini yaitu dengan
memanfaatkan mobile phone, agar mudah dalam pemantauan dan menginputkan
gejala-gejala yang ada pada anak dan remaja. Input dari mobile phone ini nanti akan
menggunakan WAP melalui server, kemudian di proses dan di masukkan ke dalam
database. Data dari database akan diolah dengan prosedur tertentu untuk
menunjukkan adanya gejala stress pada anak atau remaja.
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN STRES
A. Pengkajian
1. Faktor Pendukung
a. Biologis : Genetik, Status nutrisi
b. Psikologis : Pengetahuaan, kemampuan berbicara, moral, personal, pengalaman
c. Sosial Budaya : Umur, gender, pendidikan, budaya, kepercayaan.
2. Faktor Pencetus
a. Biologis : Neroanatom, Nerofisiologi, Nerokimia, Tingkat kematangan dan
perkembangan organic Faktor pre dan peri-natal
b. Psikologis :Peran Ayah, Interaksi ibu-anak ( rasa percaya dan rasa aman )
Persaingan antara saudara kandung Inteligensi, Hubungan dalam keluarga,
pekerjaan, permainan, dan masyarakat, kehilangan mengakibatkan kecemasan,
depresi rasa malu dan rasa salah, Konsep diri, pengertian identitass diri sendiri,
Keterampilan, bakat dan kreativitas, Pola adaptasi dan pembebanan sebagai
reaksi terhadap bahaya, Tingkat perlembangan emosi.
c. Sosio-Budaya : Kestabilan keluarga, Pola mengasuh anak, Tingkat ekonomi,
Perumahan : Kota >< Desa, Pengaruh Rasis dan agama, masalah kelompok
minoritas Prasangka dan fasilitas kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan yang
tidak memadai.
B. Diagnosa Keperawatan
Data yang dikumpulkan dapat dikelompokan dalam masalah keperawatan
(potensial/aktual ) dan etiologi dari masalah. Hubungan stress dan stressor merupakan
hubungan masalah (stress) dengan etiologi (stressor). Beberapa contoh diagnosa
keperawatan pada stress :
1. Koping individu tak efektif yang brehubungan dengan :
a. Perubahan pola hidup
b. Sistem pendukung tidak eadekuat
c. Koping yang tidak ampuh
d. Stress yang brekepanjang
2. Koping keluarga yang ta efektif berhubungan dengan :
a. Masalah ekonomi
b. Kecacatan atau handaya yang berkepanjangan
c. Stress berkepanjangan ( psikologis, fisiologis, situasi )
3. Gangguan aktivitas berhubungan dengan :
a. Stress fisiologis
b. Krisis emosi atau situasi
4. Keputusaan berhubungan dengan :
a. Tidak mampu menyelesaikan stress
b. Tidak mampu mengontrol stress
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan :
a. Ansietas
b. Krisis situasi atau emosi
C. Intervensi
Rencana keperawatan terdiri dari tujuan dan tindakan keperawatan. Tujuan keperawatan
pada klien stress disesuaikan dengan diagnosa keperawatan.
Contoh tujuan :
a. Klien dapat menangani berbagai perubahan dalam kehidupan.
b. Klien dapat mengembangkan kemampuan penyelesaian masalah.
c. Klien dapat menerima dukungan sosial yang adekuat.
D. Implementasi
1. Dukung Klien dan keluarga
Ungkapan perasaan merupakan salah satu cara mengurangi stress.contoh :
mengekspresikan perasaan, kekhawatiran dan masalahnya.
2. Orientasi Klien
Mengorientasikan klien tentang Rumah Sakit, fasilitas dan peraturan yang brelaku.
3. Pertahankan Identitas Klien
Pertahankan identitas klin dengan memanggil nama klien.
4. Memberi Informasi yang Dibutuhkan Klien
Contoh : Prosedur pemeriksaan dan tindakan keperawatan.
5. Ulangi informasi jika klien ukar mengingat
6. Ciptakan lingkungan yang nyaman, tenang, dan mendukung kemandirian klien.
7. Meningkatkan harga diri klien. Libatkan klien dalam tindakan keperawatan
8. Membantu manejemen stress
9. Latihan nafas dalam
10. Latihan relaksasi bertahan
11. Latihan liam fari
12. Bantu dan laih klien berfikir
E. Evaluasi
1. Pada klien
a. Klien dapat menghadapi berbagai perubahan dalam kedepannya.
b. Klien dapat mengembangkan kemampuan penyelesaian masalah
2. Pada keluarga
a. Keluarga mampu berkomunikasi dengan klien secara terapetik
b. Keluarga mampu memberikan informasi yang dibutuhkan klien
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Stress merupakan bagian dari kehidupan yang dialami setiap orang setiap hari. Stress
ridak dapat dihilangkan tetapi perlu dipelajri cara-cara penanganannya. Keberasilan
menyelesaikan berbagai stress merupakan modal kemampuan untuk menghadapi
stress yang akan datang. Klien yang dirawat di Rumah sakit tentu mengalami berbagai
stress yang mungkin is sudah tidak mampu mengatasinya. Perawat perlu berupaya
membantu klien menyelesaikan masalah, melatih klien menghadapi dan
menyelesaikannya dan menggerakan sumber yang dimiliki klien.
Dengan membantu klien menghadapi dan menyelesaikan stress berarti perawat telah
meningkatkan kemampuan sumber daya manusia, menghemat hari rawat, menghemat
biaya perawatan dan meningkatkan produktivitas manusia.
3.2 Saran
Dalam upaya peningkatan keluarga dan masyarakat pemberian informasi
melalui penyuluhan sangat di perlukan. Dalam melakukan pemeriksaan fisik terhadap
anggota keluarga yang bermasalah sebaiknya di perlukan adanya pemeriksaan
penunjang seperti pemeriksaan laboratorium. Untuk memperoleh hasil evaluasi sesuai
dengan kriteria dan tujuan yang ditetapkan, di perlukan waktu pelaksanaan asuhan
keperawatan keluarga yang berkesinambungan.
DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.umm.ac.id/43350/3/jiptummpp-gdl-riniismaya-50225-3-babii.pdf
https://www.academia.edu/33032846/KONSEP_STRES_DAN_ADAPTASI
https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-4293390/butuh-deteksi-dini-seputar-stres-dan-
depresi-dokter-jiwa-menantimu-di-bsd