Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

BERAT BADAN LAHIR RENDAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Departemen Program Profesi NERS
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan

Dosen Pembimbing :
Ns. Nanang Saprudin, S.Kep.,M.Kep
Ns. Neneng Aria Nengsih S.Kep.,M.Kep

Oleh :
FACHRUL ALIF RIZALDY
JNR0200020

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
KUNINGAN
2020/ 2021
I. Definisi
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bila berat badannya kurang dari 2500
gram (sampai dengan 2499 gram). Bayi yang dilahirkan dengan BBLR umumnya
kurang mampu meredam tekanan lingkungan yang baru sehingga dapat mengakibatkan
pada terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan, bahkan dapat menggangu
kelangsungan hidupnya (Prawirohardjo, 2006).
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500
gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (< 37
minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction) (Pudjiadi, dkk.,
2010).

II. Anatomi Fisiologi

1. Sistem pernafasan Pada bayi dengan berat 900 g alveoli cenderung kecil dengan
adanya sedikit pembuluh darah yang mengelilingi stoma seluler. Semakin matur dan
bayi lebih besar berat badannya, maka akan semakin besar alveoli, pada hakekatnya
dindingnya dibentuk oleh kapiler. Otot pernafasan bayi ini lemah dan pusat
pernafasan kurang berkembang. Terdapat juga kekurangan lipoprotein paru - paru,
yaitu suatu surfaktan yang dapat mengurangi tegangan permukaan pada paru-
paru.surfaktan diduga bertindak dengan cara menstabilkan alveoli yang
kecil,sehingga mencegah terjadinya kolaps pada saat terjadi ekspirasi.

2. Sistem sirkulasi
Jantung secara relatif kecil saat lahir, pada beberapa bayi pre-term kerjanya lambat
dan lemah. Terjadi ekstra sistole dan bising yang dapat didengar pada atau segera
setelah lahir. Sirkulasi perifer seringkali buruk dan dinding pembuluh darah juga
lemah. Hal ini merupakan sebab dari timbulnya kecenderungan perdarahan
intrakanial yang terlihat pada bayi pre-term. Tekanan darah lebih rendah
dbandingkan dengan bayi aterm, tingginya menurun dengan menurunnnya berat
badan. Tekanan sistolik pada bayi aterm sekitar 80 mmhg dan pada bayi pre-term 45
sampai 60 mmhg. Tekanan diastolik secara proporsional rendah, bervariasi dari 30
sampai 45 mmhg. Nadi bervariasi antara 100 dan 160/menit.
3. Sistem pencernaan
Semakin rendah umur gestasi, maka semakin lemah reflek menghisap dan menelan,
bayi yang paling kecil tidak mampu untuk minum secara efektif. Regurgitasi
merupakan hal yang sering terjadi. Hal ini disebabkan oleh karena mekanisme
penutupan spingter jantung yang kurang berkembang dan spingter pilorus yang
secara relatif kuat. Pencernaan tergantung pada perkembangan dari alat pencernaan.
Lambung dari seorang bayi dengan berat 900 gram memperlihatkan adanya sedikit
lipatan mukosa, glandula sekretoris, demikian juga otot, kurang berkembang.
4. Sistem urinarius
Pada saat lahir fungsi ginjal perlu menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan.
Fungsi ginjal kurang efesien dengan adanya angka filtrasi glumerolus yang
menurun, dan bahan terlarut yang rendah. Hal ini menyebabkan terjadinya
penurunan kemampuan untuk mengkonsentrasi urin dan urin menjadi sedikit.
Gangguan keseimbangan air dan elektrolit mudah terjadi.
5. Sistem persarafan
Perkembangan saraf sebagian besar tergantung ada drajat maturitas. Pusat
pengendali fungsi vital, penrafasan, suhu tubuh, dan pusat reflek, kurang
berkenbang. Reflek moro dan reflek leher tonik di temukan pada bayi prematur yang
normal,tetapi reflek tandon berfariasi. Karena perkembangan saraf buruk maka bayi
kecil lebih lemah dibangunkan dan mempunyai tangisan yang lemah.
III. Etiologi
Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah (Proverawati dan
Ismawati, 2010), yaitu:
a. Faktor ibu
1) Penyakit
a) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan antepartum,
preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.
b) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, hipertensi,
HIV/AIDS, TORCH(Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus (CMV) dan
Herpes simplex virus), danpenyakit jantung.
c) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
2) Ibu
a) Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20 tahun
atau lebih dari 35 tahun.
b) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).
c) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
3) Keadaan sosial ekonomi
a) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini dikarenakan
keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang.
b) Aktivitas fisik yang berlebihan
c) Perkawinan yang tidak sah.
b. Faktor janin Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi
sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.
c. Faktor plasenta Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa,
solutio plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah
dini.
d. Faktor lingkungan Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di
dataran tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.

IV. Tanda dan Gejala


Menurut Proverawati (2010), Gambaran Klinis atau ciri- ciri Bayi BBLR :
a. Berat kurang dari 2500 gram
b. Panjang kurang dari 45 cm
c. Lingkar dada kurang dari 30 cm
d. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
e. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
f. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
g. Kepala lebih besar
h. Kulit tipis transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
i. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya
j. Otot hipotonik lemah merupakan otot yang tidak ada gerakan aktif pada lengan dan
sikunya
k. Pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea
l. Ekstermitas : paha abduksi, sendi lutut/ kaki fleksi-lurus, tumit mengkilap, telapak
kaki halus
m. Kepala tidak mampu tegak, fungsi syaraf yang belum atau tidak efektif dan
tangisnya lemah
n. Pernapasan 40 – 50 kali/ menit dan nadi 100-140 kali/ menit.

V. Komplikasi
Komplikasi menurut Hidayat (2006) antara lain :
1. Sindrom aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum, sindrom distres respirasi, penyakit
membran hialin
2. Dismatur preterm terutama bila masa gestasinya kurang dari 35 minggu
3. Hiperbilirubinemia, patent ductus arteriosus, perdarahan ventrikel otak
4. Hipotermia, Hipoglikemia, Hipokalsemia, Anemi, gangguan pembekuan darah
5. Infeksi, retrolental fibroplasia, necrotizing enterocolitis (NEC) 6. Bronchopulmonary
dysplasia, malformasi konginetal.

VI. Patofisologi
Semakin kecil dan semakin premature bayi itu maka akan semakin tinggi resiko
gizinya. Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizi.
a. Menurunnya simpanan zat gizi padahal cadangan makanan di dalam tubuh sedikit,
hamper semua lemak, glikogen dan mineral seperti zat besi, kalsium, fosfor dan seng
di deposit selama 8 minggu terakhir kehamilan. Dengan demikian bayi preterm
mempunyai potensi terhadap peningkatan hipoglikemia, anemia dan lain-lain.
Hipoglikemia menyebabkan bayi kejang terutama pada bayi BBLR Prematur.
b. Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan. Bayi preterm mempunyai lebih
sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk mencerna dan mengabsorpsi
lemak dibandingkan dengan bayi aterm.
c. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan, koordinasi antara refleks
hisap dan menelan belum berkembang dengan baik sampai kehamilan 32-34
minggu, padahal bayi BBLR kebutuhan nutrisinya lebih tinggi karena target
pencapaian BB nya lebih besar. Penundaan pengosongan lambung dan buruknya
motilitas usus terjadi pada bayi preterm.
d. Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja napas dan kebutuhan kalori yang
meningkat.
e. Potensial untuk kehilangan panas akibat luas permukaan tubuh tidak sebanding
dengan BB dan sedikitnya lemak pada jaringan di bawah kulit. Kehilangan panas ini
akan meningkatkan kebutuhan kalori.

VII. Pemeriksaan Penunjang


Menurut Pantiawati (2010) Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara
lain :
a. Pemeriksaan skor ballard merupakan penilaian yang menggambarkan reflek dan
maturitas fisik untuk menilai reflek pada bayi tersebut untuk mengetahui apakah
bayi itu prematuritas atau maturitas
b. Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan merupakan tes pada ibu
yang melahirkan bayi dengan berat kurang yang lupa mens terakhirnya.
c. Darah rutin, glokoa darah, kalau perlu dan tersedia faslitas diperiksa kadar elektrolit
dan analisa gas darah.
d. Foto dada ataupun babygram merupakan foto rontgen untuk melihat bayi lahir
tersebut diperlukan pada bayi lahir dengan umur kehamilan kurang bulan dimulai
pada umur 8 jam atau dapat atau diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas.
VIII. Penatalaksanaan Medis
Penanganan dan perawatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah menurut
Proverawati (2010), dapat dilakukan tindakan sebagai berikut :
a. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Bayi prematur akan cepat kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia, karena
pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik, metabolismenya
rendah, dan permukaan badan relatif luas. Oleh karena itu, bayi prematuritas harus
dirawat di dalam inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim. Bila
belum memiliki inkubator, bayi prematuritas dapat dibungkus dengan kain dan
disampingnya ditaruh botol yang berisi air panas atau menggunakan metode
kangguru yaitu perawatan bayi baru lahir seperti bayi kanguru dalam kantung
ibunya.
b. Pengawasan Nutrisi atau ASI
Alat pencernaan bayi premature masih belum sempurna, lambung kecil, enzim
pecernaan belum matang. Sedangkan kebutuhan protein 3 sampai 5 gr/ kg BB (Berat
Badan) dan kalori 110 gr/ kg BB, sehingga pertumbuhannya dapat meningkat.
Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan menghisap
cairan lambung. Reflek menghisap masih lemah, sehingga pemberian minum
sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi dengan frekuensi yang lebih sering.  ASI
merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI-lah yang paling dahulu
diberikan. Bila faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan
diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang sonde menuju
lambung. Permulaan cairan yang diberikan sekitar 200 cc/ kg/ BB/ hari.
c. Pencegahan Infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang masih
lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan pembentukan antibodi belum
sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif dapat dilakukan sejak pengawasan
antenatal sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas atau BBLR. Dengan
demikian perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan terisolasi
dengan baik.
d. Penimbangan Ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi dan erat
kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan harus
dilakukan dengan ketat.

e. Ikterus
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya belum matur dan
bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan secara efisien sampai 4-5 hari
berlalu. Ikterus dapat diperberat oleh polisetemia, memar hemolisias dan infeksi
karena hperbiliirubinemia dapat menyebabkan kernikterus maka warna bayi harus
sering dicatat dan bilirubin diperiksa bila ikterus muncul dini atau lebih cepat
bertambah coklat.
f. Pernapasan
Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada penyakit ini
tanda- tanda gawat pernaasan sealu ada dalam 4 jam bayi harus dirawat terlentang
atau tengkurap dalam inkubator dada abdomen harus dipaparkan untuk
mengobserfasi usaha pernapasan.
g. Hipoglikemi
Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi berberat badan lahir
rendah, harus diantisipasi sebelum gejala timbul dengan pemeriksaan gula darah
secara teratur.

IX. Asuhan Keperawatan


1. PENGKAJIAN
Pengkajian keperawatan adalah tahap pertama dalam proses keperawatan
dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam mengumpulkan data dari
berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan
klien. Pengkajian keperawatan ditunjukkan pada respon klien terhadap masalah
kesehatan yang berhubungan dengan kebutuhan dasar manusia (Nursalam, 2001)
A. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, agama, suku, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, alamat. Pada kasus pneumonia banyak
terjadi pada :
- Jenis kelamin : Paling banyak menderita pneumonia yaitu laki-laki tapi
tidak menutup kemungkinan perempuan
- Umur : usia yang paling rentang terkena pneumonia yaitu usia tua (usia
lanjut) dan anak-anak.

B. RIWAYAT SAKIT DAN KESEHATAN

1. Keluhan utama
Menangis lemah, reflek menghisap lemah, bayi kedinginan atau suhu tubuh
rendah
2. Riwayat penyakit sekarang
Lahir spontan, SC umur kehamilan antara 24 sampai 37 minnggu ,berat
badan kurang atau sama dengan 2.500 gram, apgar pada 1 sampai 5 menit, 0
sampai 3 menunjukkan kegawatan yang parah, 4 sampai 6 kegawatan sedang, dan 7-10
normal
3. Riwayat penyakit dahulu
Ibu memliki riwayat kelahiran prematur,kehamilan ganda,hidramnion
4. Riwayat penyakit keluarga
Adanya penyakit tertentu yang menyertai kehamilan seperti DM,TB Paru,
tumor kandungan, kista, hipertensi
5. ADL
1) Pola Nutrisi : reflek sucking lemah, volume lambung kurang, daya
absorbsi kurang atau lemah sehingga kebutuhan nutrisi terganggu
2) Pola Istirahat tidur: terganggu oleh karena hipotermia
3) Pola Personal hygiene: tahap awal tidak dimandikan
4) Pola Aktivitas : gerakan kaki dan tangan lemas
5) Pola Eliminasi: BAB yang pertama kali keluar adalah mekonium,
produksi urin rendah
6. Pemeriksaan
1) Pemeriksaan Umum
a) Kesadaran compos mentis
b) Nadi : 180X/menit pada menit, kemudian menurun sampai 120-
140X/menit
c) RR : 80X/menit pada menit, kemudian menurun sampai 40X/menit
d) Suhu : kurang dari 36,5 C
2) Pemeriksaan Fisik
1) Sistem sirkulasi/kardiovaskular : Frekuensi dan irama jantung rata-
rata 120 sampai 160x/menit, bunyi jantung (murmur/gallop), warna
kulit bayi sianosis atau pucat, pengisisan capilary refill  (kurang dari 2-
3 detik).
2) Sistem pernapasan : Bentuk dada barel atau cembung, penggunaan
otot aksesoris, cuping hidung, interkostal; frekuensi dan keteraturan
pernapasan rata-rata antara 40-60x/menit, bunyi pernapasan adalah
stridor, wheezing atau ronkhi.
3) Sistem gastrointestinal : Distensi abdomen (lingkar perut bertambah,
kulit mengkilat), peristaltik usus, muntah (jumlah, warna,
konsistensi dan bau), BAB (jumlah, warna, karakteristik, konsistensi
dan bau), refleks menelan dan mengisap yang lemah.
4) Sistem genitourinaria : Abnormalitas genitalia, hipospadia, urin
(jumlah, warna, berat jenis, dan PH).
5) Sistem neurologis dan musculoskeletal : Gerakan bayi, refleks moro,
menghisap, mengenggam, plantar, posisi atau sikap bayi fleksi,
ekstensi, ukuran lingkar kepala kurang dari 33 cm, respon pupil,
tulang kartilago telinga belum tumbuh dengan sempurna, lembut dan
lunak.
6) Sistem thermogulasi (suhu) : Suhu kulit dan aksila, suhu lingkungan.
7) Sistem kulit : Keadaan kulit (warna, tanda iritasi, tanda lahir, lesi,
pemasangan infus), tekstur dan turgor kulit kering, halus, terkelupas.
8) Pemeriksaan fisik : Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500
gram, panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar
kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama
dengan atau kurang dari 30cm, lingkar lengan atas, lingkar perut,
keadaan rambut tipis, halus, lanugo pada punggung dan wajah, pada
wanita klitoris menonjol, sedangkan pada laki-laki skrotum belum
berkembang, tidak menggantung dan testis belum turun., nilai
APGAR pada menit 1 dan ke 5, kulitkeriput.
3) Pengkajian Reflek Bayi
1) Reflek moro (kaget)
Timbulnya pergerakan tangan yang simetris apabila kepala tiba-tiba
digerakkan.
2) Reflek rooting (mencari)
Bayi menoleh kearah benda yang menyentuh pipi.
3) Refleks sucking (isap)
Terjadi apabila terdapat benda menyentuh bibir, yang disertai
refleks menelan.
4) Reflek Swallowing
Terjadi apabila bayi menelan Air susu ibu.
5) Refleks Tonikneck
Terjadi apabila kepala bayi kita angkat dan mendapat tahanan pada
kepala bayinya.
6) Refleks Plantar
Terjadi apabila tangan kita dapat di genggam oleh tangan bayi
7) Refleks Babinsky
Terjadi apabila telapak kaki bayi kita sentuh dan akan terjadi
kerutan pada telapak kaki bayinya itu menandakan turgor kulit bayi
negative / jelek , sebaliknya apabila tidak ada kerutan pada telapak
kaki bayinya berarti turgor kaki bayi negative /baik .
8) Reflek Walking
Terjadi apabila bayinya kita angkat akan terjadi reaksi pada kakinya
seperti berjalan.
4) Pengkajian APGAR
a) Penilaian APGAR Score
Penilaian APGAR score ini biasanya dilakukan sebanyak 2 kali.
Yaitu 5 menit pertama bayi baru lahir dan 5 menit kedua atau 10
menit pertama bayi baru lahir. Secara garis besar, penilaian APGAR
score ini dapat disimpulkan seperti berikut ini.
b) Appearance atau warna kulit:
Nilai APGAR 0 jika kulit bayi biru pucat atau sianosis
Nilai APGAR 1 jika tubuh bayi berwarna merah muda atau kemerah
merahan sedangkan ekstremitas ( tangan dan kaki) berwarna biru
pucat. Nilai APGAR 2jika seluruh tubuh bayi berwarna merah muda
atau kemerahan
c) Pulse atau denyut jantung:
Nilai APGAR 0 jika bunyi denyut jantung tidak ada atau tidak
terdengar
Nilai APGAR 1 jika bunyi denyut jantung lemah dan kurang dari
100 x/menit
Nilai APGAR 2 jika denyut jantung bayi kuat dan lebih dari 100
x/menit
d) Gremace atau kepekaan reflek bayi
Nilai APGAR 0 jika bayi tidak berespon saat di beri stimulasi
Nilai APGAR 1 jika bayi meringis, merintih atau menangis lemah
saat di beri stimulasi
Nilai APGAR 2 jika bayi menangis kuat saat bayi diberi stimulasi
e) Activity atau tonus otot
Nilai APGAR 0 jika tidak ada gerakan
Nilai APGAR 1 jika gerakan bayi lemah dan sedikit
Nilai APGAR 2 jika gerakan bayi kuat
f) Respiration atau pernafasan
Nilai APGAR 0 jika tidak ada pernafasan
Nilai APGAR 1 jika pernafasan bayi lemah dan tidak teratur
Nilai APGAR 2 jika pernafasan bayi baik dan teratur
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada pemeriksaan penunjang ditulis tanggal pemeriksaan, jenis
pemeriksaan,
hasil dan satuannya. Pemeriksaan penunjang terdiri dari : pemeriksaan
lab,
foto rotgen, rekaman kardiografi (Rohman & Walid, 2010).
D. THERAPY
Pada teraphy tulis nama obat lengkap, dosis, frekuensi pemberian dan
cara
pemberian,secara oral, parenteral, dan lain-lain (Rohman & Walid, 2010).
E. ANALISA DATA

NO DATA FOKUS ETIOLOGI MASALAH


1 Data Subjektif : Infeksi inflamasi di Diare
- Ibu klien mengatakan usus
klien BAB cair tidak ada
ampas 5 kali sehari.

Data Objektif :
- Klien tampak lemah
- BAB cair tidak ada ampas
5 kali sehari
- Paristaltik usus 36
x/menit
- BAB berwarna kuning
kecoklatan
Defisit
2 Data Subjektif : Faktor psikologis nutrisi
- Klien mengatakan tidak (keengganan untuk
mau makan makan)
- Klien mengatakan nafsu
makan berkurang
- Klien mengatakan badan
terasa lemas
- Ranitidine 2x1
Data Objektif :
- Klien tampak tidak nafsu
makan
- Klien tampak hanya
menghabiskan 3 sendok
makan saja
- Klien tampak lemas

2. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan maturitas pusat pernafasan,
keterbatasan perkembangan otot, penurunan energi/kelelahan, ketidakseimbangan
metabolik.
2. Hipotermi berhubungan dengan kontrol suhu yang imatur dan penurunan lemak
tubuh subkutan.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang kurang.
3. Intervensi

NO Diagnosa keperawatan Tujuan (SLKI) Intervensi (SIKI)


1. Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan Manajemen Jalan
berhubungan dengan intervensi selama 3 jam, nafas
maturitas pusat maka Pola Napas Observasi :
pernafasan, keterbatasan Meningkat, dengan - Monitor jalan
perkembangan otot, kriteria hasil : nafas
penurunan - Ventilasi semenit - Monitor bunyi
energi/kelelahan, meningkat nafas tambahan
ketidakseimbangan - Monitor sputum
- Dispnea menurun
metabolik. Terapeutik :
(D.0005) - Penggunaan alat - Berikan minum

bantu napas menurun hangat


- Lakukan
- Frekuensi nafas
fisioterapi dada
membaik
- Lakukan
(L.01004) penghisapan
lender kurang
dari 15 detik
- Berikan oksigen.
Edukasi :
- Anjurkan asupan
cairan 2000
ml/hari
Kolaborasi :
- Kolaborasi
pemberian
bronkodilator
(I.0101)
2. Hipotermi berhubungan Setelah dilakukan Manajemen
dengan kontrol suhu intervensi selama 3 jam, hipertermia
yang imatur dan maka hiportermia Observasi :
penurunan lemak tubuh Meningkat, dengan - Identifikasi
subkutan. (D.0131) kriteria hasil : penyebab
- Kulit merah meningkat hipertermia
- Suhu tubuh membaik - Monitor suhu
- Suhu kulit membaik tubuh
- Menggigil menurun - Monitor kadar
- Pucat menurun elektrolit
(L.14134) - Monitor
haluaran urine
- Monitor
komplikasi
akibat
hipertermia
Terapeutik :
- Sediakan
lingkungan yang
dingin
- Longgarkan atau
lepaskan pakaian
- Basahi dan kipas
permukaan tubuh
- Berikan cairan
oral
- Ganti linen setiap
hari jika
mengalami
hiperhidrosis
- Lakukan
pendinginan
eksternal
- Hindari
pemberian
antipiretik atau
aspirin
- Berikan oksigen
jika perlu
Edukasi :
- Ajarkan tirah
baring
Kolaborasi :
- Kolaborasi
pemberian cairan
dan elektrolit
intravena jika
perlu. (I.15506)
3. Resiko infeksi Setelah dilakukan Manajemen
berhubungan dengan intervensi selama 3 jam, Imunisasi
pertahanan imunologis maka resiko infeksi Observasi :
yang kurang. (D.0142) menurun, dengan kriteria - Identifikasi
hasil : Riwayat
- Sputum menurun Kesehatan dan
- Periode menggigil Riwayat alergi
menurun - Identifikasi
- Kadar sel darah putih kontraindikasi
membaik pemberian
(L.14137) imunisasi

Terapeutik :
- Berikan suntikan
pada bayi
dibagian paha
anterolateral
- Dokumentasi
informasi
vaksinasi
- Jadwalkan
imunisasi pada
interval waktu
yang tepat
Edukasi :
- Jelaskan tujuan,
manfaat, reaksi
yang terjadi,
jadwal, dan efek
samping
X. PATHWAY
DAFTAR PUSTAKA

Evelyn Pearce. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Gramedia. Jakarta. Cetakan
33. 2011
Patricia, A. dkk. 2010. Fundamental Keperawatan Edisi 7. Jakarta : Salemba Medika
Brunner & Suddarth. 2011. Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta : EGC
Alsagaff, hood, abdul Mukty. 2006. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya:
Airlangga University Press.
Elvina, Ridha. et al 2017. Journal Evaluasi Penggunaan Antibiotik Pada Pasien
Community-Acquired Pneumonia (Cap) Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit “X”.
Jakarta:Universitas Muhammadiyah.
Asmadi, 2010. Teknik prosedural keperawatan :konsep dan aplikasi kebutuhan dasar
klien, jakarta: salemba medika
PPNI DPD SDKI Pokja Tim, 2018. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Edisi 1 :
Jakarta : DPP PPNI
PPNI DPD SIKI Pokja Tim, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi : 1 :
Jakarta : DPP PPNI
PPNI DPD SLKI Pokja Tim, 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi : 1 :
Jakarta : DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai