Anda di halaman 1dari 17

KODE ETIK GURU (Studi Kasus)

PROFESI KEPENDIDIKAN

By :

SRI MEGAWATY BAHUWA

NIM. 321 418 105

ENGLISH DEPARTMENT

FACULTY OF LITERATURE AND CULTURE

GORONTALO STATE UNIVERSITY


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......................................................................................................................

BAB 1 (PENDAHULUAN)...............................................................................................

A. Latar Belakang......................................................................................................

BAB II (KASUS)................................................................................................................

A. Kasus.......................................................................................................................

BAB III (PEMBAHASAN)...............................................................................................

A. Pengertian Kode Etik ..........................................................................................

B. Teori Para Ahli......................................................................................................

C. Analisis Pelanggaran Kode Etik Profesi Guru...................................................

BAB IV (KESIMPULAN).................................................................................................

A. Kesimpulan ............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam membentuk karakteristik penerus bangsa yang cerdas serta menjanjikan

merupakan salah satu tugas dari guru untuk mewujudkannya di sekolah.

Sekolah merupakan wadah bagi para orang tua untuk menitipkan anak-anaknya dengan

harapan anak-anaknya dapat terdidik dengan baik dan menggapai cita-citanya. Sekolah

juga merupakan rumah kedua bagi para siswa yang hampir  semua aktivitas siswa

dilakukan disekolah yang membuat siswa selalu bertemu dengan guru, maka tak heran

guru dapat dijadikan para siswa sebagai panutan nya. Peran guru sangat penting dalam

membentuk karakter anak dan menginternalisasikan nilai-nilai moral pada anak (Ilham,

2013). Selain mengajar, guru juga memiliki peran yang sama dengan orang tua, yaitu

mendidik siswa untuk menjadi pribadi yang baik.

  Adapun definisi dan fungsi dari seorang guru berdasarkan UU Republik

Indonesia No. 14 tahun 2005 yaitu, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama

mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi

peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar,

dan pendidikan menengah. Dan fungsi dari seorang guru sendiri adalah untuk

meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk

meningkatkan mutu pendidikan nasional. Sehingga berdasar dari penjelasan diatas dapat

disimpulkan bahwa guru merupakan seseorang yang memegang peran penting dalam hal

mendidik, mengajar, dan mengevaluasi para peserta didik, serta sebagai penujang

meningkatnya mutu pendidikan di Indonesia ini.


Namun, dalam mendidik siswa-siswinya, terutama dalam hal disiplin, tak jarang

guru memperlakukan siswa dengan kasar yang mengakibatkan sang siswa terluka. Salah

satu kasusnya  adalah kejadian di Kediri, seorang guru menampar siswa nya yang masih

SD, dikarenakan siswa nya tidak mengerjakan tugas. Hal ini tentunya dapat membuat

reputasi dari seorang guru menjadi jatuh dan dapat terlihat jelas juga bahwa implementasi

dari definisi, fungsi, dan kode etik seorang guru belum berhasil terlaksanakan oleh

oknum guru tersebut.

Berdasar dari  paparan diatas, peneliti tertarik untuk membahas lebih dalam

mengenai kasus pelanggaran kode etik guru tadi. Dimana tujuan dari pembahasan ini agar

dapat membuka pandangan para pembaca dan para guru tentunya untuk lebih memahami

mengenai kode etik seorang guru, sehingga kedepannya tidak ada lagi permasalahan yang

serupa.
BAB II

KASUS

A. Kasus Kode Etik Guru

Judul Berita       : Tak Kerjakan Tugas Matematika Siswa SD Ditampar Guru Hingga

Berdarah

Hari, Tanggal    : Kamis, 18 Oktober 2018

Sumber              :https://regional.kompas.com/read/2018/10/18/11463411/tak-kerjakan-

tugas-matematika-siswa-sd-ditampar-guru-hingga-hidung-berdarah

“ Kediri, KOMPAS.com – Kasus kekerasan di dunia pendidikan kembali terjadi.

Kali ini menimpa seorang siswa dari sebuah sekolah dasar yang ada di Kecamatan

Purwoasri Kabupaten Kediri, Jawa Timur. MF (13), seorang pelajar yang duduk di

bangku kelas V sekolah tersebut mengalami luka di hidungnya setelah ditampar oleh MJ

(57), gurunya, Rabu (17/10/2018). Gara-garanya, MF dan kelompoknya tidak

mengerjakan tugas matematika yang sebelumnya telah diberikan oleh MJ. MJ memegang

mata ajar matematika di sekolah itu. Perkara tersebut mengemuka setelah orangtua MF

melaporkan kasus tersebut kepada kepolisian. Orangtua MF mengetahui peristiwa itu

setelah anaknya pulang sekolah dalam kondisi berdarah anaknya atau mimisan di

hidungnya.

Kepala Polres Kediri, Ajun Komisaris Besar Roni Faisal Saeful Fathon

mengatakan, pihaknya sudah menindaklanjuti laporan tersebut. Hasilnya, kata Roni,

keluarga korban dan terapor sudah menyepakati kasus tersebut diselesaikan secara
kekeluargaan.“Para pihak sudah sepakat diselesaikan secara kekeluargaan,” ujar Kapolres

Faisal, Kamis (18/10/2018). Selain itu, kata Kapolres, penyelesaian kasus secara

kekeluargaan ini berdasarkan kesepakatan antara Polri dan organisasi Persatuan Guru

Republik Indonesia (PGRI) tentang mekanisme penyelesaian perkara dan pengawasan

terhadap profesi guru (restorative justice).


BAB III

PEMBAHASAN

A. Analisis Teori

1. Pengertian Kode Etik

Secara harfiah, “kode” artinya aturan, dan “etik” artinya kesopanan (tata

susila), atau hal-hal yang berhubungan dengan kesusilaan dalam mengerjakan

suatu pekerjaan. Pengertian dari kode etik guru Indonesia sendiri adalah norma

dan asas yang disepakati dan diterima oleh guru-guru Indonesia sebagai pedoman

sikap dan perilaku dalam melaksanakan tugas profesi sebagai pendidik, anggota

masyarakat, dan warga Negara. Maksud dan tujuan pokok dengan adanya kode

etik sendiri adalah untuk menjamin agar tugas-pekerjaan keprofesian itu terwujud

sebagai mana mestinya dan kepentingan semua pihak terlindungi sebagaimana

layaknya.

Fungsi dari kode etik guru Indonesia berdasar dari peraturan tentang kode

etik guru Indonesia bagian satu pasal 2 ayat 2 adalah sebagai seperangkat prinsip

dan norma moral yang melandasi pelaksanaan tugas dan layanan profesional guru

dalam hubungannya dengan peserta didik, orang tua/wali siswa, sekolah dan

rekan seprofesi, organisasi progesi dan pemerintah sesuai dengan nilai-nilai

agama, pendidikan, sosial, etika dan kemanusiaan. Berikut kode etik guru

Indonesia:

1) Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia


Indonesia seutuhnya berjiwa Pancasila.

2) Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional.

3) Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai

bahan melakukan bimbingan dan pembinaan.

4) Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang

berhasilnya proses belajar mengajar.

5) Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan

masyarakat  sekitanya untuk membina peran serta dan tanggung jawab

bersama terhadap pendidikan.

6) Guru secara pribadi dan secara bersama-sama mengembangkan

meningkatkan mutu dan martabat profesinya.

7) Guru memelihara hubungan profesi semangat kekeluargaan dan

kesetiakawanan nasional

8) Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu

organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian.

9)  Guru melaksanakan segala kebijakan pemerintah dalam bidang

pendidikan.

2. Fungsi Kode Etik

Pada dasarnya kode etik memiliki fungsi ganda yaitu sebagai perlindungan

dan pengembangan bagi profesi .fungsi seperti itu sama seperti apa yang

dikemukakan Gibson dan Michel(1945-449)yang lebih mementingkan pada kode

etik sebagai pedoman pelaksanaan tugas professional dan pedoman bagi

masyarakat sebagai seorang professional.


Biggs dan blocher(1986-10) mengemukakan tiga fungsi kode etik yaitu

1. Melindungi suatu profesi dari campur tangan pemerintah

2. Mencegah terjadinya suatu pertentangan internal dalam suatu profesi

3. Melindungi para praktisi dari kesalahan praktik suatu profesi.

Sutan Zahri dan Syahmiar Syahrun(1992) mengemukakan :

1. Agar guru terhindar dari penyimpangan tugas yang menjadi tanggung

jawabnya

2. Untuk mengatur hubungan guru dengan murid, teman sekerja,

masyrakat , dan pemerintah

3. Sebagai pegangan dan pedoman tingkah laku guru agar lebih

bertanggung jawab pada profesinya

4. Pemberi arah dan petunjuk yang benar kepada mereka yang

menggunakan profesinya dalam melaksanakan tugas

3. Tujuan Kode Etik

Pada dasarnya, tujuan mengadakan atau merumuskan kode etik dalam

suatu profesi adalah untuk kepentingan anggota dan kepentingan organisasi

profesi.

Secara umum, tujuan mengadakan kode etik adalah sebagai berikut :

1. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi

Dalam hal ini yang dijaga adalah “image” dari pihak luar atau

masyarakat agar jangan sampai “orang luar” memandang rendah atau


“remeh” profesi tersebut. Oleh karena itu setiap kode etik suatu profesi

akan melarang berbagai bentuk yang dapat mencemarkan nama baik

profesi terhadap dunia luar. Dari segi ini, kode etik juga mendapat nama

atau disebut “kode kehormatan”.

2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota

Yang dimaksud kesejahteraan disini ialah berupa kesejahteraan

berupa materill dan spiritual atau mental. Dalam hal kesejahteraan materill

para anggota profesi, kode etik umumnya mengadakan larangan-larangan

kepada para anggotanya untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang

merugikan kesejahteraan para anggotanya.

Misalnya dengan menetapkan tarif-tarif minimun bagi honorarium

anggota profesi dalam melaksanakan tugasnya, sehingga siapa-siapa yang

mengadakan tarif I bawah minimum akan dianggap tercela karena tidak

patut, merugikan terhadap rekan-rekan profesinya.

Dalam hal kesejahteraan spiritual atau mental para anggota profesi,

kode etik umumnya meberi petunjuk kepada para anggotanya untuk

melaksanakan tugas profesinya. Selain itu juga kode etik mengadakan

larangan-larangan kepada para anggotanya untuk tidak melakukan

perbuatan-perbuatan yang menyangkut hal-hal yang oleh masyarakat

dianggap sebagai perbuatan tercela.

Kode etik juga mengadakan peraturan-peraturan yang ditujukan

kepada pembatasan tingkah laku yang tidak pantas atau tidak jujur bagi
para anggota profesi dalam hal interaksinya dengan sesama reka-rekan

anggota profesi.

3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi

Dalam hal ini kode etik juga berisi tujuan pengabdian generasi

tertentu, sehingga bagi para anggota profesi dapat dengan mudah

mengetahui tugas dan tanggung jawab pengabdiannya dalam

melaksanakan tugas profesinya.

Oleh karena itu, kode etik merumuskan ketentuan-ketentuan yang

perlu dilakukan oleh para anggota profesi dalam menjalankan tugasnya.

4. Untuk meningkatkan mutu profesi

Untuk meningkatkan mutu profesi,  kode etik juga memuat norma-

norma tentang anjuran agar para anggota profesi selalu berusaha

meningkatkan mutu para anggotanya sesuai dengan bidang

pengabdiannya.

Disamping itu,  kode etik juga mengatur bagaimana cara

memelihara dan meningkatkan mutu organisasi profesi.

Dari penjelasaan diatas, jelas bahawa kini tujuan suatau profesi menyusun

kode etik adalah untuk menjunjung tinggi martabat profesi, menjaga dan

memelihara kesejahteraan para anggota, meningkatkan pengabdian anggota

profesi, dan meningkatka mutu profesi  serta untuk meningkatkan organisasi

profesi.
B. Teori Para Ahli

1. Drs. Sidi Gajabla

Kode etik yaitu salah satu teori yang berkenaan dengan tingkah

laku atau perbuatan manusia yang dilihat dari sisi baik dan sisi buruknya

sejauh mana bisa ditetapkan oleh akal sehat manusia.

2. W. J. S. Poerwadarminto

Kode etik yaitu semua ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan

asas-asas akhlak (moral).

3. Ahmad Amin

Kode etik ialah pengetahuan yang menjelaskan mengenai arti baik

& buruk serta apa tindakan yang seharusnya diambil ataupun dilakukan

oleh manusia, dan juga menyatakan satu tujuan yang perlu dicapai oleh

manusia dalam perbuatannya serta menunjukkan arah untuk melakukan

apa yang seharusnya didilakukan oleh manusia tersebut.

4. Suseno

Kode etik yakni segala ilmu yang membicarakan mengenai

bagaimana dan mengapa kita mengikuti ajaran moral tertentu atau

bagaimana kita dalam mengambil sikap yang bertanggung jawab

berhadapan dengan ajaran moral.

5. O. P Simorangkir
Kode etik merupakan beberapa pandangan dari manusia di dalam

berperilaku berdasarkan ukuran serta nilai yang baik.

6. Sidi Gajalba

Kode etik adalah sebuah teori mengenai tingkah laku dari

perbuatan manusia yang memiliki sudut pandang dari sisi yang buruk dan

sisi yang baik tentunya sejauh yang bisa ditentukan oleh akal pikiran

manusia.

7. H. Burhanudin Salam

Kode etik salah satu cabang filsafat yang membicarakan tentang

norma dan nilai moral yang bisa menentukan perilaku Setiap manusia di

dalam kehidupan.

Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kode etik guru

merupakan pemahaman mengenai tingkah laku atau akhlak manusia yang

memilki sisi baik dan buruk.

C. Analisis Pelanggaran Kode Etik Profesi Guru

Berdasarkan dari pembahasan mengenai kode etik guru Indonesia tadi,

sudah sangat jelas apa yang dilakukan oleh oknum guru ini adalah sebuah

pelanggaran kode etik guru dan perlakuan oknum guru tersebut merupakan

sebuah tindakan kekerasan. Adapun UU yang menentang tindakan kekerasan

terhadap anak, yaitu UU Perlindungan Anak No. 23 Tahun 2003 Bab 54 “Guru

dan siapapun lainnya di sekolah dilarang memberikan hukuman fisik kepada

anak-anak.”
Menurut pandangan peneliti, oknum guru sesungguhnya ingin

mengajarkan kedisiplinan dalam hal mengerjakan tugas terhadap murid nya,

namun dalam mengajarkan kedisiplinan tidak harus menggunakan kekerasan,

apalagi yang dihadapi oknum guru dalam kasus tersebut adalah anak SD. Pada

masa pertumbuhan anak SD sangat penting bagi mereka untuk mendapatkan

contoh perilaku nyata yang baik, karena pada masa pertumbuhan mereka baik itu

emosi, kecerdasan, watak, dan perilaku masih belum  stabil dan masih belum

terkontrol. Seperti yang dikatakan oleh Sigit (2007) anak sekolah dasar

mengalami perkembangan fisik dan motorik, tak kecuali perkembangan

kepribadian, watak, emosional, intelektual, bahasa, budi pekerti, dan moralnya

yang bertumbuh dengan pesat. Maka dari itulah untuk menghasilkan bibit-bibit

unggul dimasa depan, mereka harus di didik dengan baik sejak mereka kanak-

kanak dan sekolah dasar.

Yang ditakutkan dari apa yang dilakukan oknum guru tersebut dapat

membuat siswa tumbuh menjadi sosok yang kasar kepada sesamanya, dan

menganggap melakukan “tindak kekerasan” itu adalah hal yang wajar.   Apa yang

dilakukan guru ini juga tidak sesuai dengan kode etik yang sudah disetujui oleh

setiap guru di Indonesia yang pertama yaitu guru berbakti membimbing peserta

didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya berjiwa Pancasila, karena

Pancasila sendiri mengajarkan kita untuk bersikap untuk “adil dan beradab”,

sopan santun di junjung tinggi disini. Dan lagi yang dilakukan oknum guru juga

tidak sesuai dengan kode etik guru Indonesia yang ke-enam yaitu guru secara

pribadi dan secara bersama-sama mengembangkan meningkatkan mutu dan


martabat profesinya, dengan apa yang sudah dilakukan oknum guru tersebut

dimana sang guru notabene nya seorang guru matematika, dapat membuat nama

seorang guru matematika adalah sosok guru yang kejam, kasar dan tidak sopan di

mata muridnya,  tentunya hal itu sangat menurunkan derajat para guru, terutama

guru matematika.

Untuk menghindari hal-hal seperti ini terjadi lagi, tentunya para guru

harus mau belajar, mengikuti perkembangan zaman, mempelajari dan

bertanggung jawab dengan kode etik profesinya sebagai seorang guru. Dan guru

juga harus mempelajari bagaimana pskilogis seorang anak yang akan di didiknya,

baik itu TK, SD, SMP hingga SMA. Guru juga harus mempelajari lagi mengenai

tugas, fungsi, peran, dan tujuan ia sebagai seorang guru. Dan apabila masalah ini

masih terjadi, peneliti mengharapkan adanya tindakan tegas terhadap para  oknum

guru tersebut agar masalah ini tidak terjadi lagi kedepannya.


BAB IV

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis diatas maka dapat disimpulkan bahwa dalam

mengajarkan sikap disiplin terhadap seorang murid, tidaklah harus sampai melakukan

tindak kekerasan. Seorang guru yang telah dewasa harusnya dapat mengkontrol emosinya

lebih jauh untuk menghadapi siswa apalagi jika siswa tersebut masih SD yang sedang

dalam masa nakal-nakalnya. Guru perlu mempelajari lebih dalam lagi mengenai kode etik

profesi guru yang ia miliki dan tentunya juga harus bertanggung jawab akan hal itu dan

siap mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-harinya ketika sedang mengajar.

Dan jika masalah seperti ini masih terjadi guru harus siap dikenai sanksi sesuai Undang-

Undang atas pelanggaran yang sudah diperbuat.


DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, J. (2018). Desain Penelitian Analisis Isi (Content Analysis). Research Gate, 5, 1-20.
Gunarsa, S. D. (2008). Psikologi perkembangan anak dan remaja. BPK Gunung Mulia.
Ilham, M. (2013). KEKERASAN GURU TERHADAP SISWA (Studi Fenomenologi Tentang
Bentuk Kekerasan Guru dan Legitimasi Penggunaannya). Paradigma, 1(3).
Kode Etik Guru Di Indonesia. https://ilmu-pendidikan.net/profesi-kependidikan/guru/kode-etik-
guru-indonesia.
Kompas (2018). https://regional.kompas.com/read/2018/10/18/11463411/tak-kerjakan-tugas-
matematika-siswa-sd-ditampar-guru-hingga-hidung-berdarah.
Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Undang-Undang No. 23 Tahun 2003 tentang Perlindungan Anak.

Anda mungkin juga menyukai