Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teoritis

2.1.1 Pengertian Belajar

Belajar adalah proses berpikir yang menekankan pada proses

mencari dan menemukan pengetahuan interaksi antara individu dengan

lingkungan. Dalam pembelajaran berpikir proses pendidikan di sekolah

tidak hanya menekankan kepada akumulasi pengetahuan materi

pelajaran, tetapi mengutamakan kemampuan siswa untuk memperoleh

pengetahuannya sendiri (self regulated). Belajar menurut Gagne dalam

(Dimyati, 2009:10) bahwa:

Belajar merupakan kegiatan yang kompleks, hasil belajar berupa


kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan,
pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut
adalah dari stimulus yang berasal dari lingkungan dan proses
kognitif yang dilakukan oleh pebelajar.

Prinsip-prinsip belajar dalam (Dimyati, 2009:42-49) yaitu sebagai

berikut:

a. Perhatian dan Motivasi

Perhatian terhadap pembelajaran akan timbul pada siswa apabila

bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya dan dirasakan sebagai

sesuatu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari yang akan

membangkitkan motivasi belajarnya. Apabila perhatian alami itu

tidak ada maka perlu dibangkitkan perhatian belajarnya.

7
8

b. Keaktifan

Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa

dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi

apabila anak aktif mengalami sendiri. Keaktifan ini beraneka ragam

bentuknya mulai dari kegiatan fisik yang mudah kita amati sampai

kegiatan psikis yang susah diamati.

c. Keterlibatan Langsung atau Berpengalaman

Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak sekadar

mengamati secara langsung tetapi ia harus terlibat langsung dalam

perbuatan, dan bertanggungjawab terhadap hasilnya.

d. Pengulangan

Proses belajar memerlukan pengulangan karena mengadakan

pengulangan maka pengetahuan sebelumnya akan berkembang dan

akan lebih mudah melanjutkan pengetahuan berikutnya.

e. Tantangan

Tantangan disini merupakan hambatan yang diperoleh dalam

mencapai tujuan pembelajaran. Hambatan yang dimaksud adalah

mempelajari bahan belajar. Hal inilah yang menimbulkan motif

untuk mengatasi hambatan itu dengan mempelajari bahan belajar

tesebut. Apabila hambatan belajar tersebut telah diatasi, maka tujuan

belajar juga sudah tercapai.

f. Balikan dan Penguatan

Siswa belajar bersungguh-sungguh sehingga akan mendapatkan nilai

yang bagus. Nilai bagus tersebut mendorong anak untuk lebih giat
9

lagi. Nilai yang bagus merupakan operant conditioning atau

penguatan positif.

g. Perbedaan Individual

Perbedaan individual berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa.

Karenanya perbedaan individu perlu diperhatikan oleh guru dalam

upaya pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar

adalah suatu proses interaksi antar individu dengan lingkungan untuk

memperoleh pengetahuannya sendiri sehingga dapat membentuk sikap

dan tingkah laku individu tersebut. Pembentukan sikap dan tingkah laku

ini yang akan membantu siswa dalam menambah pengetahuan dan

keterampilannya serta bertanggungjawab terhadap apa yang

dikerjakannya selama proses pembelajaran, sehingga siswa dapat

menyelesaikan masalah sehari-hari dalam kehidupan nyatanya melalui

proses belajar itu sendiri.

2.1.2 Pembelajaran Matematika

Belajar yang disertai proses pembelajaran akan lebih terarah dan

sistematik, daripada belajar hanya belajar sendiri. Hal ini dikarenakan

belajar dengan proses pembelajaran ada peran guru, bahan belajar, dan

lingkungan kondusif yang sengaja diciptakan.

Belajar matematika merupakan proses aktif siswa untuk

merekonstruksi makna atau konsep-konsep matematika. Hal ini berarti,

bahwa belajar matematika merupakan proses untuk menghubungkan


10

materi yang dipelajari dengan pemahaman yang dimiliki. Belajar

matematika sendiri memiliki keunikan yang membuatnya berbeda

dengan belajar secara umum. Dalam belajar matematika perlu

disesuaikan dengan perkembangan kognitif siswa, dimulai dari hal yang

konkrit menuju abstrak. Belajar matematika juga melibatkan struktur

hierarki yang mempunyai tingkatan lebih tinggi dan dibentuk atas dasar

pengalaman yang sudah ada sehingga belajar matematika harus terus

menerus dan berurutan karena belajar matematika yang terputus-putus

akan mengganggu pemahaman terhadap materi yang dipelajari.

Pembelajaran matematika adalah proses dalam diri siswa yang

hasilnya berupa perubahan pengetahuan, sikap, keterampilan, dan

menerapkan konsep-konsep serta pola matematika sehingga menjadikan

siswa berpikir logis, kreatif, sistematis dalam kehidupan sehari-hari.

Pada psoses pembelajaran matematika, para siswa dibiasakan untuk

memperoleh pemahaman melalui pengalaman tentang sifat-sifat yang

dimiliki dan yang tidak dimiliki dari sekumpulan objek.

Dari uraian diatas, dapat kita lihat bahwa pembelajaran matematika

tidak dapat terlepas dari kemampuan pemahaman konsep. Dengan

memahami konsep matematika secara tepat dalam pengerjaan soal, maka

siswa akan dibantu untuk dapat berpikir logis, kreatif, sistematis dalam

kehidupan sehari-hari.
11

2.1.3 Pemahaman Konsep

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, paham berarti mengerti

dengan tepat, sedangkan konsep berarti suatu rancangan. Pemahaman

diartikan dari kata understanding. Derajat pemahaman ditentukan oleh

tingkat keterkaitan suatu gagasan, prosedur atau fakta matematika

dipahami secara menyeluruh jika hal-hal tersebut membentuk jaringan

dengan keterkaitan yang tinggi.

Menurut Sri Wardani (2008:9), “konsep adalah ide (abstrak) yang

dapat digunakan atau memungkinkan seseorang untuk

mengelompokkan/menggolongkan sesuatu objek”. Sedangkan dalam

matematika, konsep adalah suatu ide abstrak yang memungkinkan

seseorang untuk menggolongkan suatu objek atau kejadian. Konsep

matematika disusun secara berurutan sehingga konsep sebelumnya akan

digunakan untuk mempelajari konsep selanjutnya.

Penguasaan konsep akan memudahkan siswa dalam mempelajari

matematika. Pada setiap pembelajaran diusahakan lebih ditekankan pada

penguasaan konsep agar siswa memiliki bekal dasar yang baik untuk

mencapai kemampuan dasar yang lain seperti penalaran, komunikasi,

koneksi dan pemecahan masalah. Penguasan konsep merupakan

tingkatan hasil belajar siswa sehingga dapat mendefinisikan atau

menjelaskan sebagian atau mendefinisikan bahan pelajaran dengan

menggunakan kalimat sendiri. Dengan kemampuan siswa menjelaskan

atau mendefinisikan, maka siswa tersebut telah memahami konsep atau

prinsip dari suatu pelajaran meskipun penjelasan yang diberikan


12

mempunyai susunan kalimat yang tidak sama dengan konsep yang

diberikan tetapi maksudnya sama.

Menurut Sanjaya (2009) dalam (http://mediaharja.blogspot.com/


2012/05/pemahaman-konsep-matematis.html) menyatakan bahwa:

Pemahaman konsep adalah kemampuan siswa yang berupa


penguasaan sejumlah materi pelajaran, dimana siswa tidak sekedar
mengetahui atau mengingat sejumlah konsep yang dipelajari, tetapi
mampu mengungkapkan kembali dalam bentuk lain yang mudah
dimengerti, memberikan interprestasi data dan mampu
mengaplikasikan konsep yang sesuai dengan struktur kognitif yang
dimilikinya.

Pemahaman terhadap konsep materi pra syarat juga sangat penting

karena apabila siswa menguasai konsep materi pra syarat maka siswa

akan mudah untuk memahami konsep materi selanjutnya. Hal ini karena

pembelajaran matematika tidak dapat dilakukan secara melompat-lompat

tetapi harus tahap demi tahap, dimulai dengan pemahaman ide dan

konsep yang sederhana sampai ke tahap yang lebih kompleks.

Menurut Sri Wardani (2008:10-11), menyatakan bahwa:

Indikator siswa memahami konsep matematika adalah mampu:


1. menyatakan ulang sebuah konsep,
2. mengklasifikasi objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan
konsepnya,
3. memberikan contoh dan bukan contoh dari suatu konsep,
4. menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi
matematis,
5. mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu
konsep,
6. menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau
operasi tertentu,
7. mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam pemecahan
masalah.

Siswa dikatakan memahami konsep jika siswa mampu

mendefinisikan konsep, mengidentifikasi dan memberi contoh atau

bukan contoh dari konsep, mengembangkan kemampuan koneksi


13

matematik antar berbagai ide, memahami bagaimana ide-ide matematika

saling terkait satu sama lain sehingga terbangun pemahaman

menyeluruh, dan menggunakan matematik dalam konteks di luar

matematika. Sedangkan siswa dikatakan memahami prosedur jika

mampu mengenali prosedur (sejumlah langkah-langkah dari kegiatan

yang dilakukan) yang didalamnya termasuk aturan algoritma atau proses

menghitung yang benar.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman

konsep matematika adalah kemampuan bersikap, berpikir dan bertindak

yang ditunjukkan oleh siswa dalam memahami definisi, pengertian, ciri

khusus, hakikat dan inti /isi dari materi matematika dan kemampuan

dalam memilih serta menggunakan prosedur secara efisien dan tepat.

Dengan memahami konsep dari materi yang dipelajari, maka siswa akan

lebih mudah dalam menyelesaikan masalah matematika dan lebih mudah

untuk melanjutkan ke materi selanjutnya.

2.1.4 Model Pembelajaran Project Based Learning (PBL)

Dalam pembelajaran sangat dibutuhkan pengembangan model

pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar dan motivasi belajar

siswa. Menurut Joyce dalam buku (Trianto, 2010:22) menyebutkan

bahwa:

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola


yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk
menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di
dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain.
14

Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) merupakan

salah satu model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada

guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja

proyek. Kerja proyek yang dimaksud yaitu tugas-tugas yang kompleks

berdasarkan kepada pertanyaan dan permasalahan yang ada di sekitar

siswa dan menuntut siswa untuk merancang, memecahkan masalah,

mengambil keputusan, serta mandiri, dengan tujuan membuat siswa

menjadi mandiri untuk menyelesaikan tugas yang dihadapi.

1. Karakteristik Project Based Learning (PBL)

Dalam (CORD, 2001; Thomas, Mergendoller, & Michaelson,

1999; Moss, Van-Duze, Carol, 1998) dikutip oleh (Isriani 2012:127)

menyatakan bahwa “Project Based Learning (PBL) adalah sebuah

model yang inovatif dan lebih menekankan pada pembelajaran

kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks”. Fokus

pembelajaran ini terletak pada prinsip dan konsep inti dari suatu

disiplin ilmu, melibatkan siswa dalam investigasi pemecahan

masalah dan kegiatan tugas-tugas bermakna yang lain, memberi

kesempatan kepada siswa secara otonom dalam mengkonstruksi

pengetahuan mereka sendiri, dan mencapai puncaknya untuk

menghasilkan produk nyata.

Menurut Buck Institute for Education (1999) dalam

(http://falerieducation.blogspot.com/2012/03/project-based-

learning.html) menyatakan bahwa:


15

Karakteristik Project Based Learning (PBL) adalah sebagai


berikut:
a. Pelajar membuat keputusan dan membuat kerangka kerja
b. Terdapat masalah yang pemecahannya tidak ditentukan
sebelumnya
c. Pelajar merancang proses untuk mencapai hasil
d. Pelajar bertanggungjawab untuk mendapatkan dan
mengelola informasi yang dikumpulkan
e. Melakukan evaluasi secara kontinu
f. Pelajar secara teratur melihat kembali apa yang mereka
kerjakan
g. Hasil akhir berupa produk dan dievalusi kualitasnya
h. Kelas memiliki atmosfer yang memberi toleransi kesalahan
dan perubahan

Menurut Kabba E. Cooley (2010) dalam (Dini Rahmawati,

2011), juga menyatakan bahwa:

Proyek merupakan pusat atau sentral dari model pembelajaran


ini, oleh karena itu pengerjaan proyek harus terlebih dahulu
direncanakan dengan matang. Selain itu, proyek juga harus
memiliki karakteristik seperti dibawah ini:
1) Authenticity, proyek harus sesuai dengan permasalahan dan
realistik.
2) Academy rigor, proyek harus memberikan kesempatan kepada
siswa untuk meningkatkan dan mengaplikasikan penegtahuan
dan keterampilannya, siswa menggunakan metode penelitian
ilmiah untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan
kemampuan menyelesaikan masalah.
3) Applied Learning, proyek dikembangkan tidak hanya pada
keterampilan pokok dan pengetahuan saja, tetapi juga
mempunyai pengaruh besar pada peningkatan keterampilan
menyelesaikan masalah.
4) Adult Relationship, memberikan kesempatan kepada siswa
untuk bertemu dan mengobservasi dari ahli yang sesuai
dengan bidang masalah.
5) Assesment, penilaian dilakukan pada proses pembelajaran dan
hasil atau produk pembelajaran. Hasil akhir dapat berupa
presentasi, pameran, portofolio atau laporan.

2. Prinsip-Prinsip Project Based Learning (PBL)

Sebagai sebuah model pembelajaran menurut Thomas (dalam

Wena, 2011), Pembelajaran Berbasis Proyek mempunyai beberapa

prinsip, yaitu:
16

a. Prinsip Sentralis

Prinsip sentralis menegaskan bahwa kerja proyek

merupakan esensi dari kurikulum. Model ini merupakan pusat

strategi pembelajaran, dimana siswa belajar konsep utama dari

suatu pengetahuan melalui kerja proyek.

b. Prinsip Pertanyaan Pendorong atau Penuntun

Prinsip ini menyatakan bahwa kerja proyek berfokus pada

“Permasalahan dan Pertanyaan” yang dapat mendorong siswa

untuk berjuang memperoleh konsep atau prinsip utama suatu

bidang tertentu. Jadi, di dalam hal ini kerja sebagai external

motivation yang mampu menggugah siwa untuk menumbuhkan

kemandiriannya dalam mengerjakan tugas-tugas pembelajaran.

c. Prinsip Investigasi Konstruktif

Prinsip Investigasi Konstruktif merupakan proses yang

mengarah kepada pencapaian tujuan yang mengandung kegiatan

inkuiri, pembangunan konsep, dan resolusi. Jika kegiatan utama

dalam kerja proyek tidak menimbulkan masalah bagi siswa, atau

permasalahan itu dapat dipecahkan oleh siswa melalui

pengetahuan yang dimiliki sebelumnya, maka kerja proyek itu

sekadar “latihan”, bukan proyek dalam konteks pembelajaran

berbasis proyek.

d. Prinsip Otonomi

Prinsip otonomi dalam pembelajaran berbasis proyek dapat

diartikan sebagai kemandirian siswa dalam melaksanakan proses


17

pembelajaran, yaitu bebas menentukan pilihannya sendiri,

bekerja dengan minimal supervisi, dan bertanggung jawab.

Dalam hal ini, guru hanya berperan sebagai fasilitator dan

motivator untuk mendorong tumbuhnya kemandirian siswa.

e. Prinsip Realistis

Prinsip realistis berarti bahwa proyek merupakan sesuatu

yang nyata. Pembelajaran berbasis proyek harus dapat

memberikan perasaan realistis kepada siswa. Jadi, guru harus

mampu menggunakan dunia nyata sebagai sumber belajar bagi

siswa. Kegiatan ini akan dapat meningkatkan motivasi,

kreativitas, sekaligus kemandirian siswa dalam pembelajaran.

3. Langkah-Langkah Project Based Learning (PBL)

Berdasarkan prinsip dan karakteristik model pembelajaran

Project Based Learning (PBL), langkah-langkah Project Based

Learning (PBL) dalam (Dini Rahmawati, 2011) yang dikembangkan

oleh The George Lucas Educational Foundation adalah sebagai

berikut:

1) Start with the Essential Question (dimulai dengan pertanyaan

yang esensial)

Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu

pertanyaan yang dapat mengeksplorasi pengetahuan awal siswa

serta memberi penugasan siswa dalam melakukan suatu aktivitas.


18

2) Design a Plan for the Project (perencanaan aturan

pengerjaan proyek)

Perencanaan proyek yang dilakukan secara kolaboratif antara

guru dan siswa dalam menentukan aturan main pengerjaan

proyek. Pada tahap ini, guru membantu siswa untuk menentukan

judul proyek yang sesuai dengan materi dan permasalahannya.

3) Create a Schedule (membuat jadwal aktivitas)

Guru dan siswa secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas

dalam menyelesaikan proyek.

4) Monitor Students and Project Progress (memonitoring

perkembangan proyek siswa)

Guru bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap

aktivitas siswa selama menyelesaikan proyek.

5) Assess the Outcome (penilaian hasil kerja siswa)

Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur

ketercapaian standar atau tujuan belajar.

6) Evaluate the Experience (evaluasi pengalaman belajar siswa)

Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil

akhir proyek yang sudah dijalankan.

4. Kelebihan dan Kekurangan Project Based Learning (PBL)

Kelebihan dari model pembelajaran Project Based Learning

(PBL) menurut Latif Kurniawan (2011) dalam (http://latifkurniawan.

blogspot.com/2011/12/pembelajaran-berbasis-proyek.html) adalah

sebagai berikut:
19

a. Meningkatkan motivasi.

Memotivasi siswa untuk belajar, mendorong kemampuan siswa

untuk melakukan pekerjaan penting, dan memberikan

penghargaan terhadap hasil kerja siswa.

b. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.

Siswa ditekankan untuk terlibat di dalam tugas-tugas pemecahan

masalah dan dibimbing untuk menemukan dan memecahkan

masalah. Sehingga membuat siswa menjadi lebih aktif dan

berhasil memecahkan problem-problem yang kompleks.

c. Meningkatkan kolaborasi.

Pentingnya kerja kelompok dalam proyek adalah

mendorong siswa untuk mengembangkan dan mempraktikkan

keterampilan komunikasi. Teori-teori kognitif yang baru dan

konstruktivistik menegaskan bahwa belajar adalah fenomena

sosial, dan bahwa siswa akan belajar lebih di dalam lingkungan

kolaboratif.

d. Meningkatkan keterampilan mengelola sumber.

Bagian dari menjadi siswa yang independen adalah

bertanggungjawab untuk menyelesaikan tugas yang kompleks.

Pembelajaran Berbasis Proyek yang diimplementasikan secara

baik memberikan kepada siswa pembelajaran dan praktik dalam

mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-

sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.


20

e. Pendekatan proyek menyediakan pengalaman belajar yang

melibatkan peserta didik secara kompleks dan dirancang untuk

berkembang sesuai dunia nyata.

f. PBL melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil

informasi dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki,

kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata.

g. PBL membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga

peserta didik maupun pendidik menikmati proses pembelajaran.

Sedangkan kelemahan dari model pembelajaran Project Based

Learning (PBL) menurut Latif Kurniawan (2011) dalam

(http://latifkurniawan.blogspot.com/2011/12/pembelajaran-berbasis-

proyek.html) adalah sebagai berikut:

a. Memerlukan banyak waktu.

b. Membutuhkan biaya yang cukup banyak.

c. Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional.

d. Banyaknya peralatan yang harus disediakan.

e. Beberapa siswa yang memiliki kelemahan dalam pengumpulan

informasi akan mengalami kesulitan.

f. Ada kemungkinan terdapat siswa yang kurang aktif dalam tugas

kelompok.

g. Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok

berbeda, dikhawatirkan siswa tidak bisa memahami topik secara

keseluruhan
21

Dari uraian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa

model Project Based Learning (PBL) merupakan salah satu model

pembelajaran yang sistematis yang melibatkan siswa melalui proses

penyidikan terhadap masalah-masalah nyata yang dapat membentuk

kemandirian siswa dan memberikan kesempatan kepada guru untuk

mengelola kelas dengan melibatkan kerja proyek.

2.1.5 Faktorisasi Suku Aljabar

1. Pengertian Koefisien, Variabel, Konstanta, dan Suku

Bentuk aljabar adalah kalimat matematika yang memuat

variabel/huruf-huruf untuk mewakili bilangan yang belum diketahui.

Contoh :

2 x , x 2 , 2 x+ 4, dan x 2+ 2 x +4

2 x , x 2 disebut bentuk aljabar suku tunggal

2 x+ 4disebut suku dua karena terdiri dari 2 suku

x 2+ 2 x +4 disebut suku tiga karena terdiri dari 3 suku

Dari bentuk aljabar2 x+ 4yang disebut suku dua,

 2 disebut koefisien

 x disebut variabel

 4disebut konstanta

Perbedaan antara konstanta dan variabel :

 Konstanta menunjuk pada sebuah atau tertentu

 Variabel menunjuk pada sekumpulan atau tak tentu


22

Pada bentuk x 2+ 2 x +3 x+ 6 terdapat suku-suku sejenis yaitu2 x dan

3x

Suku-suku sejenis pada bentuk aljabar hanya berbeda pada

koefisiennya, sedangkan variabelnya sama. Sehingga x 2 dan 2 x

bukan suku sejenis, x 2 ≠ x .

2. Operasi Hitung pada Bentuk Aljabar

a. Penjumlahan dan Pengurangan Bentuk Aljabar

Suatu bentuk aljabar dapat disederhanakan dengan cara

menjumlahkan suku-suku yang sejenis.

Hasil penjumlahan atau pengurangan suku-suku yang

sejenis adalah suatu suku dari jenis yang sama, dengan koefisien

sama dengan hasil penjumlahan atau pengurangan koefisien

suku-suku sebelumnya.

Contoh :

1. 2 x2 −3 x −x2 +5 x=2 x 2−x 2−3 x+5 x

¿¿

¿ x 2+ 2 x

b. Perkalian Bentuk Aljabar

1) Perkalian suatu bilangan dengan suku dua dan suku tiga

untuk sembarang bilangan a, b, dan c selalu berlaku.

a ( a+ b )=a .a+ a . b

¿ a2 + ab
23

Contoh :

x ( x +5 ) =x . x+ x .5

¿ x 2+5 x

2) Perkalian Suku Dua dengan Suku Dua

1. ( x +a ) ( x+ b )=x ( x+ b ) +a( x +b)

¿ x 2+ xb +ax +ab

¿ x 2+ ( b+a ) x +ab

¿ x 2+ ( a+b ) x +ab

2. Pengkuadratan Suku Dua

( x +a ) ( x+ a )=( x +a )2

¿ x 2+ 2ax +a 2

( x−b )( x−b )=( x−b )2

¿ x 2−2 bx+ b2

c. Pembagian Bentuk Aljabar

Pada pembagian bentuk aljabar.

1) Tidak berlaku sifat komutatif (pertukaran)

a :b ≠ b :a

Contoh :

8 :2 ≠2 :8

2) Tidak berlaku sifat assosiatif

( a :b ) :c ≠ a :(b :c )

Contoh :

( 15 :3 ) :5≠ 15 :(3 :5)


24

3) Tidak bersifat Tertutup

a :b=c, untuk a , b ∈ B , ∃c ∉ B

Contoh :

1
3 :6=
2

Contoh pembagian bentuk aljabar.

2 2 15 1−2 1−1 2−1


1. 15 ab c :5 a bc= a b c
5

¿ 3 a−1 b0 c

¿ 3 a−1 c

3c
¿
a

2.1.6 Penerapan Model Project Based Learning (PBL) pada Materi

Faktorisasi Suku Aljabar

Adapun penerapan model Project Based Learning (PBL) pada

materi Faktorisasi Suku Aljabar adalah sebagai berikut:

1) Start with the Essential Question (dimulai dengan pertanyaan

yang esensial)

Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan

yang dapat mengeksplorasi pengetahuan awal siswa serta memberi

penugasan siswa dalam melakukan suatu aktivitas. Misalnya dengan

cara memberikan soal-soal operasi hitung bentuk aljabar yang

sederhana yang sudah dipelajari di kelas VII yang berkaitan dengan

materi yang akan dibahas. Kemudian guru memaparkan judul/topik


25

proyek yang akan dibahas berupa suatu masalah yang menarik dan

kontekstual mengenai materi yang akan dibahas.

2) Design a Plan for the Project (perencanaan aturan pengerjaan

proyek)

Perencanaan proyek yang dilakukan secara kolaboratif antara guru

dan siswa dalam menentukan aturan main pengerjaan proyek. Pada

tahap ini, guru memberikan pengarahan dan gambaran tentang

proyek serta pembagian kelompok dan menjelaskan tugas-tugas yang

harus dikerjakan tiap kelompok dan proses penilaian. Kemudian guru

memberikan Lembar Aktivitas Siswa (LAS) lampiran 8 sampai

lampiran 11 dan tugas proyek dalam bentuk tugas diskusi kepada

setiap kelompok berupa soal diskusi yang terdapat pada lampiran 12

sampai lampiran 18.

3) Create a Schedule (membuat jadwal aktivitas)

Guru dan siswa secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam

menyelesaikan LAS dan tugas proyek. Misalnya dengan menentukan

batas waktu pengerjaan LAS dan tugas proyek dan menyampaikan

pada siswa agar mengelola waktu secara efektif dan

bertanggungjawab dalam pengerjaan tugas proyek yang diberikan

4) Monitor Students and Project Progress (memonitoring

perkembangan proyek siswa)

Guru bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap

perkembangan aktivitas siswa dalam kelompok selama

menyelesaikan tugas proyek. Setelah itu, guru memberikan


26

kesempatan kepada setiap kelompok untuk mempresentasikan tugas

yang telah dikerjakan yang dipilih secara acak dan kelompok lainnya

diberi kesempatan untuk bertanya kepada kelompok yang presentasi

jika ada yang belum dimengerti.

5) Assess the Outcome (penilaian hasil kerja siswa)

Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur

ketercapaian standar atau tujuan belajar. Pada tahap ini, guru menilai

hasil presentasi siswa dan memberitahukan kekurangan dari

presentasi yang telah dilakukan, sehingga siswa mengetahui dimana

letak kekurangan dari presentasi mereka.

6) Evaluate the Experience (evaluasi pengalaman belajar siswa)

Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil akhir

proyek yang sudah dijalankan. Setelah melakukan penilaian, guru

memberikan refleksi dengan cara memberikan jawaban yang benar

dari tugas proyek tersebut dan memberi penguatan kepada siswa.

2.2 Kerangka Berpikir

Belajar adalah suatu proses interaksi antara siswa dengan guru yang

ditandai perubahan tingkah laku. Keberhasilan belajar sangat ditentukan oleh

kesiapan dan motivasi belajar, baik dari guru maupun dari siswa itu sendiri.

Motivasi belajar ini yang perlu ditingkat melalui pengembangan pembelajaran

yaitu: pengembangan strategi dan model pembelajaran. Pemilihan model

pembelajaran yang kurang tepat akan menurunkan motivasi belajar siswa,

sehingga akan berpengaruh pemahaman konsep matematika siswa.


27

Rendahnya pamahaman konsep matematika siswa akan berdampak

negatif terhadap hasil balajar siswa dalam pembelajaran matematika, karena

dalam pembelajaran matematika penanaman konsep dan keterkaitan antar

konsep sangat ditekankan untuk menghindari miskonsepsi dalam pengerjaan

soal matematika. Siswa diharapkan mampu menguasai indikator-indikator dari

pemahaman konsep tersebut sehingga kemampuan pemahaman konsep

matematika siswa dapat meningkat.

Model pembelajaran Project Based Learning (PBL) merupakan model

pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola

pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek. Kerja proyek yang

dimaksud yaitu tugas-tugas yang kompleks berdasarkan pertanyaan dan

permasalahan yang sangat menantang dan menuntut siswa untuk merancang,

memecahkan masalah, keputusan, melakukan kegiatan investigasi, serta

mandiri, dengan tujuan membuat siswa menjadi mandiri untuk menyelesaikan

tugas yang dihadapi membuat.

Dalam model pembelajaran ini siswa diajak mandiri dan menemukan

jawaban sendiri serta menyelesaikan masalah realistik, sehingga siswa di

harapkan mampu mengulang sebuah konsep matematika, menggunakan

prosedur dalam penyelesaian, konsep matematika yang diajarkan terbangun

dalam diri siswa, dan dapat menyatakan konsep dalam penyelesaian masalah

sehari-hari siswa. Oleh karena itu, model pembelajaran PBL diharapkan

mampu meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa.

Anda mungkin juga menyukai