1. Tuntutan ganti rugi konsumen terhadap pelaku usaha dapat terjadi karena dua hal.
Sebutkan dan jelaskan pula perbedaan signifikan antara kedua hal tersebut!
Jawab :
Secara garis besar ada 2 kategori tuntutan ganti kerugian atas kerugian yang dialami oleh
konsumen, yaitu :
a. Tuntutan berdasarkan Wanprestasi
Suatu perjanjian dapat terlaksana dengan baik apabila para pihak telah
memenuhi prestasinya masing-masing seperti yang telah diperjanjikan tanpa ada
pihak yangdirugikan. Tetapi ada kalanya perjanjian tersebut tidak terlaksana
dengan baik karena adanya wanprestasi yang dilakukan oleh salah satu pihak atau
debitur.
b. Tuntutan berdasarkan perbuatan melanggar hokum
Perbuatan melawan hukum (onrechtmatige daad) diatur dalam ps. 1365
sampai dengan ps.1380 KUHPer. Tiap perbuatan melanggar hukum yang
menimbulkan kerugian pada orang lain, mewajibkan pembuat yang bersalah untuk
menggantikerugian (ps. 1365 KUHPer).
Perbedaan Signifikan antara kedua hal yang menyebabkan Tuntutan ganti rugi konsumen
kepada pelaku usaha yaitu :
- Tuntutan berdasarkan Wanprestasi : terjadi karena pihak pelaku usaha tidak memenuhi
hak dan kewajibannya (wanprestasi).
- Tuntutan berdasarkan perbuatan melanggar hukum : terjadi karena adanya kerugian
yang diterima atau terjadi pada konsumen, sehingga konsumen meminta
pertanggungjawaban untuk mengganti kerugian.
2. UUPK tidak memberikan pengelompokan yang jelas mengenai macam atau jenis
barang/jasa, hal tersebut disatu sisi menguntungkan bagi konsumen . Kemukakan
alasannya?
Jawab :
Yang dimaksud “barang” dalam Undang-undang ini adalah setiap benda baik
berwujud maupun tidak berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak, dapat dihabiskan
maupun tidak dihabiskan, yang dapat untuk diperdagangkan, dipakai, dipergunakan atau
dimanfaatkan oleh konsumen. Sehingga dapat ditafsirkan bahwa segala macam jenis
barang bisa masuk dalam kategori yang bisa mendapatkan perlindungan hukum menurut
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 ini (dapat ditafsirkan secara luas).
Karena UUPK tidak memberikan pengelompokkan macam atau jenis barang/jasa
hal ini menguntungkan konsumen , alasannya karena agar segala macam jenis barang bisa
masuk dalam kategori yang mendapatkan perlindungan hukum menurut Undang-undang
Nomor 8 Tahun 1999.
3. Apakah adanya klausula arbitrase dalam perjanjian dapat menjadi dasar bagi
pengadilan untuk menolak permohonan pailit ?
Jawab :
“Adanya klausula arbitrase tidak menghilangkan kompetensi pengadilan niaga untuk
memeriksa permohonan pernyataan pailit.”
Berdasarkan ketentuan tersebut, terhadap pihak yang melakukan wanprestasi berdasarkan
perjanjian dengan klausula arbitrase tetap dapat diajukan permohonan pailit.
6. Apa yang harus saya lakukan dengan polis yang saya miliki agar polis tetap berlaku,
dan apa akibatnya jika pembayaran premi saya terhenti?
Jawab :
Menjaga agar polis saya tetap berlaku (inforce) dapat dilakukan, dengan cara membayar
premi tepat waktu (pada saat jatuh tempo). Apabila pembayaran premi terhenti maka akan
diberlakukan kondisi sebagai berikut :
Apabila polis belum mempunyai nilai tunai, maka polis akan menjadi batal
Apabila polis mempunyai nilai tunai dan telah mencukupi maka beberapa fasilitas
keleluasaan pembayaran premi dapat dimanfaatkan yaitu :
Pembayaran premi diambil dari nilai tunai, disebut dengan Pinjaman
Premi Otomatis (Automatic Premium Loan) dan polis tetap berlaku (In
Force)
Polis tetap berlaku (In Force) dan menjadi Polis Bebas Premi (Reduced Paid
Up) dengan manfaat asuransi yang menurun jumlahnya (Silakan
menghubungi agen asuransi atau petugas customer service untuk
mendapatkan keterangan lebih lanjut).