Anda di halaman 1dari 4

UAS HUKUM BISNIS

NAMA : EKA DIAN KRISMAWATI


NIM : 20201221072
PRODI : MANAJEMEN (SORE)

JAWABAN

1. Secara garis besar ada 2 kategori tuntutan ganti kerugian atas kerugian yang dialami oleh
konsumen, yaitu :
a.Tuntutan berdasarkan Wanprestasi
Suatu perjanjian dapat terlaksana dengan baik apabila para pihak telah memenuhi
prestasinya masing-masing seperti yang telah diperjanjikan tanpa ada pihak yangdirugikan.
Tetapi ada kalanya perjanjian tersebut tidak terlaksana dengan baik karena adanya
wanprestasi yang dilakukan oleh salah satu pihak atau debitur.
b.Tuntutan berdasarkan perbuatan melanggar hukum

Perbuatan melawan hukum (onrechtmatige daad ) diatur dalam ps. 1365 sampai dengan
ps.1380 KUHPer. Tiap perbuatan melanggar hukum yang menimbulkan kerugian pada orang
lain, mewajibkan pembuat yang bersalah untuk menggantikerugian (ps. 1365 KUHPer).
Perbedaan Signifikan antara kedua hal yang menyebabkan Tuntutan ganti rugi konsumen
kepada pelaku usaha yaitu :

- Tuntutan berdasarkan Wanprestasi = terjadi karena pihak pelaku usaha tidak memenuhi
hak dan kewajibannya (wanprestasi) .
- Tuntutan berdasarkan perbuatan melanggar hukum = terjadi karena adanya kerugian yang
diterima atau terjadi pada konsumen, sehingga konsumen meminta pertanggungjawaban
untuk mengganti kerugian.

2. Yang dimaksud “barang” dalam Undang-undang ini adalah setiap benda baik berwujud
maupun tidak berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak, dapat dihabiskan maupun
tidak dihabiskan, yang dapat untuk diperdagangkan, dipakai, dipergunakan atau
dimanfaatkan oleh konsumen. Sehingga dapat ditafsirkan bahwa segala macam jenis barang
bisa masuk dalam kategori yang bisa mendapatkan perlindungan hukum menurut Undang-
undang Nomor 8 Tahun 1999 ini ( dapat ditafsirkan secara luas ). Karena UUPK tidak
memberikan pengelompokkan macam atau jenis barang/jasa hal ini menguntungkan
konsumen , alasannya karena : agar segala macam jenis barang bisa masuk dalam kategori
yang mendapatkan perlindungan hukum menurut Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999.
3. “ Adanya klausula arbitrase tidak menghilangkan kompetensi pengadilan niaga untuk
memeriksa permohonan pernyataan pailit.”
Adanya pemilihan forum arbitrase dalam suatu perjanjian secara otomatis menghilangkan
kewenangan pengadilan negeri dalam mengadili sengketa yang timbul terkait perjanjian
tersebut. Baik sengketa tersebut termasuk perkara wanprestasi ataupun perbuatan melawan
hukum.
Namun hal tersebut tidak berlaku dalam ruang lingkup pengadilan niaga, khususnya dalam
perkara kepailitan.
Dalam Pasal 303 Undang-Undang Nomor 37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang (“UU Kepailitan”), ditentukan sebagai berikut:
“Pengadilan tetap berwenang memeriksa dan menyelesaikan permohonan pernyataan pailit
dari para pihak yang terikat perjanjian yang memuat klausula arbitrase, sepanjang utang yang
menjadi dasar permohonan pernyataan pailit telah memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang ini.”
Berdasarkan ketentuan tersebut, terhadap pihak yang melakukan wanprestasi berdasarkan
perjanjian dengan klausula arbitrase tetap dapat diajukan permohonan pailit. Adanya
klausula arbitrase tersebut tidak menghilangkan kompetensi pengadilan niaga sebagai
peradilan khusus dalam menangani perkara kepailitan.
Pengajuan permohonan pailit tersebut tetap harus memenuhi persyaratan dalam Pasal 2 UU
Kepailitan. Yaitu terhadap seorang debitor dapat diajukan permohonan pailit ketika:

Mempunyai dua atau lebih kreditor; dan


Tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih
Sehingga, pengadilan niaga tetap berwenang untuk memeriksa dan memutus perkara pailit
tersebut, tanpa perlu diselesaikan terlebih dahulu melalui forum arbitrase. Namun harus
memenuhi syarat permohonan pailit dan dapat dibuktikan utang tersebut secara
sederhana.4. Tujuan dari ditunjuknya Menteri Keuangan sebagai pelaksana kewenangan
untuk mengajukan permohonan pernyataan pailit adalah untuk membangun suatu
kepercaayaan kepada masyarakat bahwasannya Perusahaan Asuransi Jiwa sebagai salah satu
lembaga yang dapat menjamin terpenuhinya kebutuhan untuk menutupi segala risiko yang
terjadi terhadap pemegang polis asuransi serta meningkatkan taraf perekonomian
masyarakat.
5. asuransi didefinisikan sebagai perjanjian yang dilakukan dua pihak ataupun lebih, di mana
ada saling keterikatan antara penanggung dan tertanggung. Manfaat asuransi paling nyata
yang akan Anda peroleh adalah ketenangan jangka panjang. Dengan mengambil
produk asuransi tertentu, nasabah akan menerima jaminan sesuai syarat dan ketentuan yang
berlaku dalam polis. Asuransi akan menyadarkan Anda akan pentingnya persiapan sejak jauh-
jauh hari. Jadi tujuan dari ansuransi tidak mencari untung. Asuransi merupakan produk
pertanggungan, bukan seperti tabungan yang merupakan produk perbankan, apalagi produk
investasi yang merupakan produk pengembangan dana. Sebagai produk pertanggungan,
manfaat yang ditawarkan dalam asuransi adalah perlindungan terhadap risiko. Walaupun di
masa kini banyak produk asuransi yang dikombinasikan dengan investasi, patut diingat,
manfaat utama yang ditawarkan asuransi tetaplah perlindungan terhadap risiko.

6. Menjaga agar polis saya tetap berlaku (inforce) dapat dilakukan, dengan cara membayar
premi tepat waktu (pada saat jatuh tempo). Apabila pembayaran premi terhenti maka akan
diberlakukan kondisi sebagai berikut:
Apabila polis belum mempunyai nilai tunai, maka polis akan menjadi batal

Apabila polis mempunyai nilai tunai dan telah mencukupi maka beberapa fasilitas keleluasaan
pembayaran premi dapat dimanfaatkan yaitu :
*Pembayaran premi diambil dari nilai tunai, disebut dengan Pinjaman Premi Otomatis
(Automatic Premium Loan) dan polis tetap berlaku (In Force)

*Polis tetap berlaku (In Force) dan menjadi Polis Bebas Premi (Reduced Paid Up) dengan
manfaat asuransi yang menurun jumlahnya (Silakan menghubungi agen asuransi atau
petugas customer service untuk mendapatkan keterangan lebih lanjut).

7. E-Commerce Business To Business (B2B) adalah transaksi baik secara elektronik maupun
fisik antara bisnis yang satu dengan bisnis lainnya. Konsumen dari penjualan barang dan jasa
ini merupakan sebuah grup atau kelompok yang menjalankan bisnis dan bukan konsumen
perorangan. Salah satu contoh mudahnya adalah jika bisnis Anda menjadi produsen bahan
baku kulit sintetis untuk usaha pembuatan tas dan sepatu. Jenis B2B menyediakan volume
kebutuhan barang dan jasa yang besar sehingga pelakunya membutuhkan banyak biaya
untuk menjalankan bisnisnya, Dan tentu saja resikonya juga cukup besar.
8. e-business dapat diartikan sebagai kegiatan berbisnis di Internet yang tidak saja meliputi
pembelian, penjualan dan jasa, tetapi juga dapat meliputi pelayanan pelanggan dan kerja
sama dengan rekan bisnis (baik individual maupun instansi). Sedangkan e-commerce
merupakan transaksi bisnis yang berupa pembelian dan penjualan barang serta jasa melalui
internet yang meliputi transfer maupun serahterima kepemilikan hak atas suatu barang atau
jasa dengan menggunakan internet. maka berikut adalah perbedaan-perbedaan antara e-
business dan e-commerce:

• E-business memiliki jangkauan yang lebih luas jika dibandingkan dengan e-commerce,
karena e-business meliputi modal, SDM (sumber daya manusia), segala proses
pemasaran produk dan jasa hingga setiap resiko yang muncul didalamnya setelah
pembelian barang maupun jasa. Sedangkan e-commerce, hanya sebatas pada proses
jual-beli jasa atau produk melalui jaringan internet dalam wadah situs atau web saja.
• E-commerce hanya menjalankan tugasnya sebagai media transaksi jual-beli secara
online saja, sedang e-business lebih ke arah edukasi dan juga menjaga agar pelanggan
paham lebih banyak tentang manfaat dari sebuah produk maupun jasa yang didapat
dari sebuah transakasi online.
• E-commerce hanyalah satu bagian kecil saja dari e-business, sebab e-business
merupakan sebuah sistem yang lengkap dan terdiri dari banyak bagian yang menunjang
jalannya sebuah bisnis terutama yang dijalankan melalui jaringan internet.
• Jika e–commerce hanya memerlukan sistem pemasaran termasuk spesifikasi dan juga
analisis dalam segi penjualan saja, tetapi e-business lebih kompleks yang menyasar
setiap bagian dari hulu hingga hilir sebuah bisnis.
• E-commerce pun juga dapat iktakan sebagai sebuah kegiatan dalam menarik siapapun
termasuk setiap pelanggan, supplier maupun mitra untuk membeli maupun menjual
barang dan jasa secara online. Sedangkan e-business bergerak dari awal, mulai dari
perencanaan proses produksi, manajemen resiko, pengembangan sebuah produk
maupun jasa, manajemen keuangan sebuah organisasi maupun perusahaan.

9. proses litigasi berarti membawa permasalahan sengketa ke jalur hukum. sedangkan proses
non litigasi penyelesaiannya berdasarkan itikad baik yang dimiliki para pihak yang
bersengketa

10. Unifikasi dan Harmonisasi adalah upaya atau proses menyeragamkan dari sistem-sistem
hukum yang ada.
· Unifikasi yaitu penghapusan & penggantian untuk sistem hukum baru(menyesuaikan).
· Harmonisasi yaitu penyeragaman,titik temu antara prinsip-prinsip yang sifatnya
fundamental dari berbagai sistem hukum yang ada.

Anda mungkin juga menyukai