Anda di halaman 1dari 6

Nama : Muhammad hermanto

Nim : 20201221120

Matkul : UAS HUKUM BISNIS

Prodi : Manajemen (sore)

1. Tuntutan ganti rugi konsumen terhadap pelaku usaha dapat terjadi karena dua hal.
Sebutkan dan jelaskan pula perbedaan signifikan antara kedua hal tersebut!

2. UUPK tidak memberikan pengelompokan yang jelas mengenai macam atau jenis
barang/jasa, hal tersebut disatu sisi menguntungkan bagi konsumen . Kemukakan alasannya?

3. Apakah adanya klausula arbitrase dalam perjanjian dapat menjadi dasar bagi pengadilan
untuk menolak permohonan pailit ?

4. Jelaskan mengapa pengajuan pailit bagi perusahaan asuransi harus dilakukan melalui
Menteri Keuangan ?

5. Apakah asuransi bisa digunakan untuk mencari untung?

6. Apa yang harus saya lakukan dengan polis yang saya miliki agar polis tetap berlaku, dan
apa akibatnya jika pembayaran premi saya terhenti?

7. Apa yang dimaksud dengan E-Commerce Business to Business (B2B) ?

8. Apakah Perbedaan E-Commerce dengan E-Business?

9. Apa Perbedaan Litigasi Dan Non Litigasi Jelaskan!

10. Jelaskan Unifikasi Dan Harmonisasi Hukum Perdagangan Internasional

Jawaban :

1. Secara garis besar ada 2 kategori tuntutan ganti kerugian atas kerugian yang
dialamioleh konsumen, yaitu :
- Tuntutan berdasarkan Wanprestasi
Suatu perjanjian dapat terlaksana dengan baik apabila para pihak telah memenuhi
prestasinya masing-masing seperti yang telah diperjanjikan tanpa ada pihak
yangdirugikan. Tetapi ada kalanya perjanjian tersebut tidak terlaksana dengan baik
karena adanya wanprestasi yang dilakukan oleh salah satu pihak atau debitur.
- Tuntutan berdasarkan perbuatan melanggar hukum
Perbuatan melawan hukum (onrechtmatige daad ) diatur dalam ps. 1365 sampai
dengan ps.1380 KUHPer. Tiap perbuatan melanggar hukum yang menimbulkan
kerugian pada orang lain, mewajibkan pembuat yang bersalah untuk
menggantikerugian (ps. 1365 KUHPer).
Perbedaan Signifikan antara kedua hal yang menyebabkan Tuntutan ganti rugi
konsumen kepada pelaku usaha yaitu :
- Tuntutan berdasarkan Wanprestasi = terjadi karena pihak pelaku usaha tidak
memenuhi hak dan kewajibannya (wanprestasi) .
- Tuntutan berdasarkan perbuatan melanggar hukum = terjadi karena adanya kerugian
yang diterima atau terjadi pada konsumen, sehingga konsumen meminta
pertanggungjawaban untuk mengganti kerugian.

2. Dalam rancangan YLKI pengertian konsumen belum mendapat penjabaran


pengertian konsumen secara rinci seperti yang dijelaskan dalam UUPK, hal
disebabkan YLKI hanya diarahkan pada usaha untuk meningkatkan kepedulian kritis
konsumen atas hak dan kewajibannya, dalam upaya melindungi dirinya sendiri,
keluarga, serta lingkungannya. Oleh karena itu pengertian konsumen dalam UUPK
lebih luas dari pada pengertian dalam rancangan YLK dan Rancangan Akademik Fak.
Hukum UI. Berikut Pengertian konsumen dalam Pasal 1 angka 2 Undang-Undang
Perlindungan Konsumen, bahwa batasan konsumen yaitu : ”Setiap orang pemakai
barang atau jasa yang tersedia dalam masyarakat baik bagi kepentingan diri sendiri,
keluarga, orang lain, maupun mahluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan”.

3. “Adanya klausula arbitrase tidak menghilangkan kompetensi pengadilan niaga untuk


memeriksa permohonan pernyataan pailit.”

Adanya pemilihan forum arbitrase dalam suatu perjanjian secara otomatis


menghilangkan kewenangan pengadilan negeri dalam mengadili sengketa yang timbul
terkait perjanjian tersebut. Baik sengketa tersebut termasuk perkara wanprestasi
ataupun perbuatan melawan hukum.
Namun hal tersebut tidak berlaku dalam ruang lingkup pengadilan niaga, khususnya
dalam perkara kepailitan.

Dalam Pasal 303 Undang-Undang Nomor 37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (“UU Kepailitan”).

4. Perusahaan asuransi yang telah dicabut izin nya sekalipun, tidak dapat mengajukan
permohonan pailit secara sukarela tanpa persetujuan menteri keuangan yang beralih
ke OJK.

Pengajuan permohonan pailit terhadap perusahaan asuransi sudah terjadi di Indonesia


sejak berdirinya Pengadilan Niaga. Perusahaan Asuransi, bila dianalogikan sama
dengan Bank, juga berfungsi sebagai lembaga yang mengelola dana masyarakat
dengan jumlah nasabah yang cukup besar. Oleh karenanya, proses kepailitan terhadap
perusahaan asuransi menjadi perhatian pemerintah. Pemerintah memiliki kepentingan
jika sudah menyangkut dana masyarakat.
Menurut UU No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang (“UU No. 37/2004”) bahwa ada syarat-syarat untuk mengajukan
pengajuan pailit terhadap debitor-debitor tertentu sebagaimana diatur dalam pasal 2
ayat (3), ayat (4) dan ayat (5), sebagai berikut:

• Dalam hal Debitor adalah bank, permohonan pernyataan pailit hanya dapat diajukan
oleh Bank Indonesia.
• Dalam hal Debitor adalah Perusahaan Efek, Bursa Efek, Lembaga Kliring dan
Penjaminan, Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, permohonan pernyataan pailit
hanya dapat diajukan oleh Badan Pengawas Pasar Modal.
• Dalam hal Debitor adalah Perusahaan Asuransi, Perusahaan Reasuransi, Dana Pensiun,
atau Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang kepentingan publik,
permohonan pernyataan pailit hanya dapat diajukan oleh Menteri Keuangan.

5. Kendati lazim terdengar, namun penilaian bahwa asuransi bertujuan mencari untung
jelas keliru. Asuransi merupakan produk pertanggungan, bukan seperti tabungan yang
merupakan produk perbankan, apalagi produk investasi yang merupakan produk
pengembangan dana. Sebagai produk pertanggungan, manfaat yang ditawarkan dalam
asuransi adalah perlindungan terhadap risiko.
Walaupun di masa kini banyak produk asuransi yang dikombinasikan dengan
investasi, patut diingat, manfaat utama yang ditawarkan asuransi tetaplah
perlindungan terhadap risiko.

6. Menjaga agar polis saya tetap berlaku (inforce) dapat dilakukan, dengan cara
membayar premi tepat waktu (pada saat jatuh tempo). Apabila pembayaran premi
terhenti maka akan diberlakukan kondisi sebagai berikut:
Apabila polis belum mempunyai nilai tunai, maka polis akan menjadi batal
Apabila polis mempunyai nilai tunai dan telah mencukupi maka beberapa fasilitas
keleluasaan pembayaran premi dapat dimanfaatkan yaitu :
*Pembayaran premi diambil dari nilai tunai, disebut dengan Pinjaman
Premi Otomatis (Automatic Premium Loan) dan polis tetap berlaku (In Force)
*Polis tetap berlaku (In Force) dan menjadi Polis Bebas Premi (Reduced Paid Up)
dengan manfaat asuransi yang menurun jumlahnya (Silakan menghubungi agen
asuransi atau petugas customer service untuk mendapatkan keterangan lebih lanjut).

7. Business to business (B2B)adalah sebuah model penjualan yang terjadi antara pelaku
bisnis dengan pelaku bisnis lainnya. Salah satu contoh B2B seperti importir spare
part mesin yang menjual barangnya ke pabrik tekstil. Bisa juga penjualan VPS, SSL,
dan web hosting ke web agency.

8. Berikut adalah perbedaan-perbedaan antara e-business dan e-commerce:


*E-business memiliki jangkauan yang lebih luas jika dibandingkan dengan e-
commerce, karena e-business meliputi modal, SDM (sumber daya manusia), segala
proses pemasaran produk dan jasa hingga setiap resiko yang muncul didalamnya
setelah pembelian barang maupun jasa. Sedangkan e-commerce, hanya sebatas pada
proses jual-beli jasa atau produk melalui jaringan internet dalam wadah situs atau web
saja.
*E-commerce hanya menjalankan tugasnya sebagai media transaksi jual-beli
secara online saja, sedang e-business lebih ke arah edukasi dan juga menjaga agar
pelanggan paham lebih banyak tentang manfaat dari sebuah produk maupun jasa yang
didapat dari sebuah transakasi online.
*E-commerce hanyalah satu bagian kecil saja dari e-business, sebab e-
business merupakan sebuah sistem yang lengkap dan terdiri dari banyak bagian yang
menunjang jalannya sebuah bisnis terutama yang dijalankan melalui jaringan internet.
*Jika e–commerce hanya memerlukan sistem pemasaran termasuk spesifikasi dan
juga analisis dalam segi penjualan saja, tetapi e-business lebih kompleks yang
menyasar setiap bagian dari hulu hingga hilir sebuah bisnis.
*E-commerce pun juga dapat iktakan sebagai sebuah kegiatan dalam menarik
siapapun termasuk setiap pelanggan, supplier maupun mitra untuk membeli maupun
menjual barang dan jasa secara online. Sedangkan e-business bergerak dari awal,
mulai dari perencanaan proses produksi, manajemen resiko, pengembangan sebuah
produk maupun jasa, manajemen keuangan sebuah organisasi maupun perusahaan.

9. Perbedaan Litigasi dan Non - Litigasi - Berdasarkan ketentuan perundang - undangan


di Indonesia, ada 2 (dua) alternatif jalur penyelesaian yang diberikan kepada para
pihak yang bersengketa ketika menghadapi pemasalahan hukum baik itu pada perkara
pidana, perkara perdata maupun perkara Tata Usaha Negara (TUN), yaitu :
• Penyelesaian melalui jalur litigasi; dan
• Penyelesaian melalui jalur non litigasi.

10. Unifikasi hukum yaitu penyeragaman mencakup penghapusan dan penggantian suatu
sistem hukum dengan sistem hukum yang baru. Contohnya adalah pemberlakuan
Perjanjian TRIPS/WTO. Dengan diperkenalkannya substansi bidang-bidang
perjanjian TRIPS/WTO yang mencakup ketentuan mengenai hak cipta, merek
dagang, indikasi geografis, disain industri, paten, dll., meletakkan kewajiban kepada
negara anggota untuk membuat aturan-aturan HAKI nasionalnya yang sesuai dengan
substansi perjanjian TRIPS/WTO.
Harmonisasi hukum tidak sedalam unifikasi hukum. Tujuan utama harmonisasi
hukum hanya berupaya mencari keseragaman atau titik temu dari prinsip-prinsip yang
bersifat fundamental dari berbagai sistem hukum yang ada (yang akan
diharmonisasikan).

Anda mungkin juga menyukai