Nim : 20201221120
1. Tuntutan ganti rugi konsumen terhadap pelaku usaha dapat terjadi karena dua hal.
Sebutkan dan jelaskan pula perbedaan signifikan antara kedua hal tersebut!
2. UUPK tidak memberikan pengelompokan yang jelas mengenai macam atau jenis
barang/jasa, hal tersebut disatu sisi menguntungkan bagi konsumen . Kemukakan alasannya?
3. Apakah adanya klausula arbitrase dalam perjanjian dapat menjadi dasar bagi pengadilan
untuk menolak permohonan pailit ?
4. Jelaskan mengapa pengajuan pailit bagi perusahaan asuransi harus dilakukan melalui
Menteri Keuangan ?
6. Apa yang harus saya lakukan dengan polis yang saya miliki agar polis tetap berlaku, dan
apa akibatnya jika pembayaran premi saya terhenti?
Jawaban :
1. Secara garis besar ada 2 kategori tuntutan ganti kerugian atas kerugian yang
dialamioleh konsumen, yaitu :
- Tuntutan berdasarkan Wanprestasi
Suatu perjanjian dapat terlaksana dengan baik apabila para pihak telah memenuhi
prestasinya masing-masing seperti yang telah diperjanjikan tanpa ada pihak
yangdirugikan. Tetapi ada kalanya perjanjian tersebut tidak terlaksana dengan baik
karena adanya wanprestasi yang dilakukan oleh salah satu pihak atau debitur.
- Tuntutan berdasarkan perbuatan melanggar hukum
Perbuatan melawan hukum (onrechtmatige daad ) diatur dalam ps. 1365 sampai
dengan ps.1380 KUHPer. Tiap perbuatan melanggar hukum yang menimbulkan
kerugian pada orang lain, mewajibkan pembuat yang bersalah untuk
menggantikerugian (ps. 1365 KUHPer).
Perbedaan Signifikan antara kedua hal yang menyebabkan Tuntutan ganti rugi
konsumen kepada pelaku usaha yaitu :
- Tuntutan berdasarkan Wanprestasi = terjadi karena pihak pelaku usaha tidak
memenuhi hak dan kewajibannya (wanprestasi) .
- Tuntutan berdasarkan perbuatan melanggar hukum = terjadi karena adanya kerugian
yang diterima atau terjadi pada konsumen, sehingga konsumen meminta
pertanggungjawaban untuk mengganti kerugian.
Dalam Pasal 303 Undang-Undang Nomor 37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (“UU Kepailitan”).
4. Perusahaan asuransi yang telah dicabut izin nya sekalipun, tidak dapat mengajukan
permohonan pailit secara sukarela tanpa persetujuan menteri keuangan yang beralih
ke OJK.
• Dalam hal Debitor adalah bank, permohonan pernyataan pailit hanya dapat diajukan
oleh Bank Indonesia.
• Dalam hal Debitor adalah Perusahaan Efek, Bursa Efek, Lembaga Kliring dan
Penjaminan, Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, permohonan pernyataan pailit
hanya dapat diajukan oleh Badan Pengawas Pasar Modal.
• Dalam hal Debitor adalah Perusahaan Asuransi, Perusahaan Reasuransi, Dana Pensiun,
atau Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang kepentingan publik,
permohonan pernyataan pailit hanya dapat diajukan oleh Menteri Keuangan.
5. Kendati lazim terdengar, namun penilaian bahwa asuransi bertujuan mencari untung
jelas keliru. Asuransi merupakan produk pertanggungan, bukan seperti tabungan yang
merupakan produk perbankan, apalagi produk investasi yang merupakan produk
pengembangan dana. Sebagai produk pertanggungan, manfaat yang ditawarkan dalam
asuransi adalah perlindungan terhadap risiko.
Walaupun di masa kini banyak produk asuransi yang dikombinasikan dengan
investasi, patut diingat, manfaat utama yang ditawarkan asuransi tetaplah
perlindungan terhadap risiko.
6. Menjaga agar polis saya tetap berlaku (inforce) dapat dilakukan, dengan cara
membayar premi tepat waktu (pada saat jatuh tempo). Apabila pembayaran premi
terhenti maka akan diberlakukan kondisi sebagai berikut:
Apabila polis belum mempunyai nilai tunai, maka polis akan menjadi batal
Apabila polis mempunyai nilai tunai dan telah mencukupi maka beberapa fasilitas
keleluasaan pembayaran premi dapat dimanfaatkan yaitu :
*Pembayaran premi diambil dari nilai tunai, disebut dengan Pinjaman
Premi Otomatis (Automatic Premium Loan) dan polis tetap berlaku (In Force)
*Polis tetap berlaku (In Force) dan menjadi Polis Bebas Premi (Reduced Paid Up)
dengan manfaat asuransi yang menurun jumlahnya (Silakan menghubungi agen
asuransi atau petugas customer service untuk mendapatkan keterangan lebih lanjut).
7. Business to business (B2B)adalah sebuah model penjualan yang terjadi antara pelaku
bisnis dengan pelaku bisnis lainnya. Salah satu contoh B2B seperti importir spare
part mesin yang menjual barangnya ke pabrik tekstil. Bisa juga penjualan VPS, SSL,
dan web hosting ke web agency.
10. Unifikasi hukum yaitu penyeragaman mencakup penghapusan dan penggantian suatu
sistem hukum dengan sistem hukum yang baru. Contohnya adalah pemberlakuan
Perjanjian TRIPS/WTO. Dengan diperkenalkannya substansi bidang-bidang
perjanjian TRIPS/WTO yang mencakup ketentuan mengenai hak cipta, merek
dagang, indikasi geografis, disain industri, paten, dll., meletakkan kewajiban kepada
negara anggota untuk membuat aturan-aturan HAKI nasionalnya yang sesuai dengan
substansi perjanjian TRIPS/WTO.
Harmonisasi hukum tidak sedalam unifikasi hukum. Tujuan utama harmonisasi
hukum hanya berupaya mencari keseragaman atau titik temu dari prinsip-prinsip yang
bersifat fundamental dari berbagai sistem hukum yang ada (yang akan
diharmonisasikan).