iii
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan dunia kedokteran membawa kita pada penggunaan logam
sebagai organ tubuh buatan yang menggantikan organ tubuh asli yang sudah tidak
dapat digunakan yang disebabkan oleh cacat atau kecelakaan. Logam dipilih
sebagai material implan dikarenakan memiliki sifat mekanis yang hampir sama
dengan organ tubuh manusia. Logam memiliki kekuatan (strength) yang tinggi
sehingga mampu menggantikan fungsi tulang manusia yang selalu diberikan
beban yang cukup besar.
Tubuh manusia, dilain pihak merupakan lingkungan yang sangat korosif.
Sel, protein, garam, dan enzim merupakan unsur – unsur yang membentuk
lingkungan yang korosif pada tubuh manusia. Logam secara umum merupakan
material yang memiliki ketahanan korosi yang relatif rendah. Penting untuk
melakukan berbagai perlakuan sehingga dapat memperbaiki sifat logam tersebut
Upaya untuk meningkatkan ketahanan korosi dari logam dilakukan dengan
berbagai cara seperti variasi doping, dan pelapisan oleh inhibitor. Inhibitor
merupakan material yang dapat mengurangi laju korosi saat digunakan pada
material lain seperti logam. Penggunaan inhibitor dalam dunia metalurgi sangat
luas. Logam – logam yang memiliki ketahanan korosi yang rendah akan selalu
dipasangkan oleh inhibitor saat akan digunakan pada lingkungan tertentu.
Contohnya, logam yang akan digunakan sebagai lambung kapal akan rentan
terhadap korosi dikarenakan kontak langsung dengan air laut yang korosif.
Pengecatan merupakan hal yang wajib dilakukan sebelum lambung kapal siap
digunakan. Pengecatan tersebut merupakan bentuk perlakuan yang dapat
mengurangi laju korosi pada lambung kapal. Material yang digunakan untuk
pengecatan tersebut merupakan material inhibitor yang dapat mengurangi laju
korosi lambung kapal yang terbuat dari logam.
Purun tikus (eleocharis dulcis) merupakan tanaman khas dari Kalimantan
Selatan yang sangat berlimpah di lingkungan lahan basah. Purun tikus biasanya
hidup diareal yang memiliki kelembaban yang cukup tinggi seperti sawah dan
rawa. Masyarakat Kalimantan Selatan pada umumnya tidak terlalu
memperdulikan kegunaan dari Purun Tikus sehingga banyak masyarakat yang
menganggap tanaman tersebut sebagai limbah. Lingkungan sawah dan rawa pada
umumnya merupakan lingkungan yang korosif. Kemampuan hidup purun tikus di
lahan basah berarti purun tikus memiliki ketahanan yang tinggi terhadap korosi.
Sifat ini merupakan sifat inhibitor yang artinya purun tikus dapat digunakan
sebagai bahan inhibitor alami.
Purun tikus memiliki kandungan selulosa 32,62 % dengan diameter serat
sebesar 5.89 µm; diameter lumen sebesar 2.68 µm; ketebalan dinding sel 1.61 µm;
dan Panjang serat 1.68 mm (Sunardi & Istikowati, 2012). Kandungan selulosa
yang cukup tinggi dari purun tikus berpotensi untuk diolah kembali menjadi
produk yang memiliki nilai lebih seperti lapisan tipis. Lapisan tipis dari selulosa
2
memiliki beberapa kelebihan diantaranya adalah bahan baku yang lebih murah
dan mudah didapatkan dibandingkan dengan bahan pembentuk lapisan tipis yang
lain.
Biokompatibilitas merupakan faktor penentu kelayakan suatu biomaterial
sebelum diaplikasikan pada tubuh manusia. Biokompatibilitas suatu biomaterial
dapat diuji melalui beberapa aspek. Uji sifat mekanik, toksisitas, dan korosivitas
merupakan beberapa jenis uji biokompatibilitas biomaterial.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis mengidentifikasi dan
merumuskan masalah yang ada adalah bagaimana biokompatibilitas dari lapisan
tipis selulosa purun tikus?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan khusus dari penelitian ini ialah mengetahui biokompatibilitas dari
lapisan tipis selulosa purun tikus.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian lebih lanjut mengenai purun tikus belum banyak dilakukan
dikarenakan purun tikus merupakan tanaman yang khas dari kalimantan selatan
yang sulit ditemukan didaerah lain. Manfaat dari penelitian kami ialah dapat
memberikan informasi mengenai biokompatibilitas lapisan tipis selulosa purun
tikus pada logam implan
1.5 Keutamaan Penelitian
Perkembangan zaman menuntut kita untuk dapat memanfaatkan limbah
menjadi produk yang memiliki nilai lebih. Purun tikus sebagai limbah dapat
digunakan sebagai inhibitor yang akan dilihat biokompatibilitas lapisan tipis
selulosanya.
1.6 Luaran Penelitian
Luaran yang diharapkan dari pembuatan proposal ini adalah penelitian
mengenai biokompatibilitas dari lapisan tipis selulosa purun tikus sebagai
inhibitor logam implan. Hasil dari penelitian ini akan berupa data
biokompatibilitas dari lapisan selulosa purun tikus yang dapat dijadikan acuan
untuk menentukan apakah lapisan tipis selulosa purun tikus dapat dimanfaatkan
menjadi lapisan inhibitor pada logam implan.
3
keabuan hingga hijau mengilap dengan Panjang 50 – 200 cm dan tebal 2 – 8 mm.
Purun tikus dapat dimanfaatkan sebagai biofilter, dan penyerap unsur – unsur
logam berat seperti besi, cadmium, timbal, merkuri dan sulfur. (Asikin &
Thamrin, 2012).
Kandungan kimia purun tikus yaitu kadar air sebesar 92,68%, lignin 26,4%,
dan selulosa sebesar 32,62%. Purun tikus juga memiliki diameter serat sebesar
5.89 µm; diameter lumen sebesar 2.68 µm; ketebalan dinding sel 1.61 µm; dan
Panjang serat 1.68 mm (Sunardi & Istikowati, 2012).
Purun tikus juga memiliki sifat sebagai penyerap logam berat. Hal ini
dibuktikan oleh penelitian Ariyani dkk pada tahun 2014 yang menunjukkan purun
tikus mampu menyerap Fe berkisar antara 26,92 mg/g sampel sampai dengan 91,
76 mg/g sampel, dan Mn sebesar 0,0596 mg/g sampel sampai dengan 0,2364
mg/g sampel.
5
Karakterisasi
DAFTAR PUSTAKA
Ariyani, D. et al, 2014. Kajian absorpsi logam Fe dan Mn oleh tanaman purun
tikus (Eleocharis dulcis) pada air asam tambang secara fitoremediasi. Sains
dan Terapan Kimia, 8(2), pp. 87-93.
Asikin, S., & Thamrin, M., 2012. Manfaat purun tikuus (Eleocharis dulcis) pada
ekosistem sawah rawa. Jurnal Litbang Pertanian, 31(1), pp. 35 – 42.
Irawan, C., et al, 2014. Potensi hayati serta purun tikus (Eleocharis Dulcis) dalam
proses adsorpsi kandungan logam berat Merkuri (Hg), TSS dan COD pada
limbah cair pertambangan Emas. Konversi. 3(1), pp 17- 24.
Sunardi, & Istikowati, W. T., 2012. Analisis kandungan kimia dan sifat serat
tanamn purun tikus (Elecocharis Dulcis) asal Kalimantan Selatan.
Bioscintiae. 9(2), pp 15 – 25
9
10
11
12
Alokasi
Program
No Nama/NIM Bidang Ilmu Waktu Uraian Tugas
Studi
(jam/minggu)
1 Rama S-1 Fisika 8 Jam / - Koordinasi
Pharamahaesta Fisika Material Minggu Proses
Hanggarbenny/ Penelitian
1611014110020 - Pengambilan
sampel Purun
Tikus di Kab.
Barito Kuala
- Pembuatan
Lapisan Tipis
2 Muhammad S-1 Kedokteran 8 Jam / - Pengambilan
Syauqi Abid Pendidik Umum Minggu sampel Purun
Muslim/ an Tikus di Kab.
1610911110030 Dokter Barito Kuala
- Penulisan
Laporan
- Pengujian
Korosivitas
3 Nurul Hikmah/ S-1 Fisika 8 Jam / - Preparasi
1811014220005 Fisika Material Minggu sampel purun
tikus
- Preparasi
sampel sebelum
dikarakterisasi
16