Anda di halaman 1dari 12

MENGENALI GANGGUAN MAKAN PADA REMAJA

Disusun Oleh
Zuhairatul Khairah
170620046
2B

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
ACEH UTARA
2018
ABSTRAK
Anoreksia Nervosa adalah suatu ganguan makan yang ditandai oleh
adanya usaha untuk mempertahankan berat  badan di bawah standar normal dan
ketakukan yang mendalam akan bertambahnya berat badan. Anoreksia Nervosa
dapat terjadi karena 4 faktor, yaitu faktor biologis, psikososial, keluarga dan
lingkungan. Akibat anoreksia pada penderita diantaranya adalah anemia,
osteoporosis, gangguan menstruasi, kemandulan, menderita kerusakan pada hati,
ginjal, dan otak. Anoreksia Nervosa dapat daitasi dengan 4 cara yaitu ; terapi
perilaku kognitif, konseling gizi, psikoterapi dan pertolongan perawatan medis.

i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ungkapkan kehadapan Allah swt. Atas rahmat dan
hidayah yang telah dilimpahkan-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan
karya tulis ilmiah yang berjudul: “MENGENALI GANGGUAN PADA
REMAJA”. Selanjutnya selawat dan salam penulis sanjungkan kepada Rasulullah
saw beserta keluarga dan para sahabat beliau. Karena beliau-lah kita dapat hidup
menjadi manusia yang berakhlak mulia, berakal dan berilmu.
Makalah ini diharapkan dapat memberi pengetahuan tentang gangguan apa
yang terjadi pada remaja. Makalah ini juga diharapkan dapat dipahami oleh
pembaca dengan sebaik-baiknya.
Tidak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada bapak Syahriandi,
S.Pd.,M.Pd yang telah banyak memberi penjelasan tentang tata cara penulisan
karya ilmiah. Akhir kata penulis berharap makalah ini dapat membantu pembaca
dan menambah wawasan pembaca.

Aceh Utara, 30 Desember 2018


Penulis
Zuhairatul Khairah

ii
DAFTAR ISI
ABSTRAK.......................................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................1
1.3 Tujuan.........................................................................................................1
BAB III KAJIAN TEORITIS........................................................................2
2.1 pengertian anoreksia nervosa......................................................................2
2.2 Ciri-ciri penderita anoreksia nervosa..........................................................2
2.3 Faktor penyebab timbulnya anoreksia nervosa...........................................3
2.4 Dampak anoreksia nervosa terhadap si penderita.......................................5
2.5 Cara mengobati gangguan anoreksia nervosa.............................................6
BAB III PENUTUP.........................................................................................7
3.1 Kesimpulan.................................................................................................7
3.2 Saran...........................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................8

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 latar Belakang
Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa
dimana pada masa ini terjadi perubah pada perkembangan fisik, kognitif dan
psikososial. Namun masa ini juga tidak terlepas dari gangguan, salah satunya
Anoreksia Nervosa. Anoreksia Nervosa adalah sebuah gangguan yang sering
dialami oleh remaja, anoreksia nervosa adalah gangguan makan yang ditandai
dengan rasa takut yang berlebihan bila berat bandan bertambah dan gangguan
persepsi pada bentuk tubuh. Pada masa ini sangat banyak kita temui remaja yang
melakukan diet ketat hanya untuk mendapatkan bentuk tubuh yang dianggapnya
ideal, yang padahal bentuk tubuhnya sudah ideal namun ia selalu merasa kurang
dan terobsesi untuk diet ketat bahkan sampai meminum obat pencahar dan
penekan nafsu makan. Kebanyak teman yang saya miliki memiliki gejala dari
anoreksia nervosa dimana mereka melakukan diet ketat karena tidak puas dengan
bentuk tubuhnya dan selalu merasa bahwa ia terlihat gendut. Oleh karenanya saya
tertarik untuk membahas gangguan yang terjadi pada remaja.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa faktor penyebab timbulnya anoreksia nervosa?
2. Bagaimana dampak anoreksia nervosa terhadap si penderita?
3. Bagaimana cara mengobati gangguan anoreksia nervosa?

1.3 tujuan
1. Mencari tahu Apa faktor penyebab timbulnya anoreksia nervosa
2. Mencari tahu Bagaimana dampak anoreksia nervosa terhadap si penderita
3. Mencari tahu Bagaimana cara mengobati gangguan anoreksia nervosa

1
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Pengertian Anoreksia Nervosa
Anoreksia (Anorexia) berasal dari bahasa Yunani an-, yang artinya
“tanpa”, dan oreexis, artinya “hasrat untuk”. Anoreksia memiliki arti “tidak
memiliki hasrat untuk (makanan)”, yang sesungguhnya keliru, karena kehilangan
hawa nafsu makan di antara penderita anoreksia nervosa jarang terjadi. Namun
demikian, penderita mungkin menolak makan lebih dari yang dibutuhkan untuk
mempertahankan berat badan minimal sesuai tinggi badan dan usia mereka.
Sering terjadi, mereka melaparkan diri hingga mencapai suatu titik yang
membahayakan. Anoreksia Nervosa adalah suatu ganguan makan yang ditandai
oleh adanya usaha untuk mempertahankan berat  badan di bawah standar normal,
citra tubuh yang terdistrosi, ketakukan yang mendalam akan bertambahnya berat
badan, dan pada wanita yang telah menstruasi terjadi amenorea (Fauziyati,
2012:1).
Seseorang yang menderita anoreksia nervosa disebut
sebagai anoreksik atau (lebih tidak umum) anorektik. Istilah ini sering kali namun
tidak benar disingkat menjadi anorexia, yang berarti gejala medis kehilangan
nafsu makan. Anorektik dapat juga menunjuk ke obat penahan nafsu (Fauziyati,
2012:1).

2.2 Ciri- ciri Penderita Anoreksia Nervosa


1. Menggunakan obat pencahar, enema, atau diuretik yang tidak sesuai dosis
dalam penggunaannya untuk mengurangi berat badan
2. Pergi ke kamar mandi setelah makan untuk memuntahkan makanannya
3. Latihan olaharaga yang berlebihan
4. Ada lubang gigi karena selalu memuntahkan makanannya
5. Mulut kering
6. Berjerawat atau berkulit kering
7. Rambut yang halus
8. Tekanan darah rendah

2
9. Kehilangan berat badan secara signifikan
10. Memotong makanan kedalama bentuk yang kecil
11. Membatasi jumlah makanan yang masuk
12. Tidak menstruasi (Papalia, 2017:16).

2.3 Faktor penyebab timbulnya anoreksia nervosa


1. Faktor Biologis
Berbagai macam kelenjar endokrin dan abnormalitas lain telah dilaporkan
ada dalam tubuh penderita anorexia nervosa yang secara aktif melaparkan diri,
termasuk: meningkatnya serum kolesterol, hypercarotenemia, menurunnya tingkat
triodothyronin, meningkatnya plasma hormone pertumbuhan, rendahnya plasma
LH (Luteinizing Hormone) dan FSH (Folicullar Stimulating Hormone), 24 jam
kekurangmatangan pola sekresi LH,  berkurangnya total aktifitas elektrik otak dan
tidur REM, dan leucopenia dan pancytopenia (Ariyanti, 2017:1).
Berhentinya siklus menstruasi pada wanita penderita anorexia nervosa
paling sering terjadi di awal perubahan pola makan, kadang terjadi bahkan
sebelum adanya penurunan berat badan. Perubahan pada tingkat metabolisme
tubuh, fungsi hormon adrenal, tingkat hormon pertumbuhan, sekresi
gonadotrophin, sekresi vasopressin (beberapa penderita anorexia juga mengalami
diabetes insipidus ringan atau beser ringan) dapat semua ditemukan dalam subjek
malnutrisi dari penyebab-penyebab lain (Ariyanti, 2017:1).
Adanya kegagalan pemakaian dari fungsi hipotalamus sudah sangat luas
dikenal. Kontroversi seringkali muncul terhadap pertanyaan apakah proses
melaparkan diri ini termasuk faktor primer atau sekunder. Fakta bahwa semua
keabnormalitasan yang terjadi akan kembali ke keadaan normal saat berat badan
normal dicapai merujuk pada faktor sekunder atau dikarenakan oleh reaksi
disfungsi hipotalamus (Ariyanti, 2017:1).
2. Faktor Psikososial
Ketidakpuasan terhadap tubuh sendiri adalah faktor penting dalam
gangguan makan. Ketidakpuasan terhadap tubuh dapat menghasilkan usaha-usaha
yang maladaptif – dengan melaparkan diri- untuk mencapai berat badan atau

3
bentuk tubuh yang diinginkan. Wanita pengidap anoreksia cenderung menjadi
sangat peduli pada berat dan bentuk tubuh mereka. Bahkan banyak anak-anak
dengan berat badan normal menunjukkan kepedulian pada berat badan mereka
(Fauziyati, 2012:1).
Wanita muda dengan anoreksia sering kali memiliki sikap perfeksionis
dan berjuang mencapai prestasi yang tinggi. Mereka sering kali kecewa pada diri
merekea ketika gagal mencapai standar itnggi mereka yang tak mungkin dicapai.
Diet yang ekstrem dapat memberikan perasaan bisa mengontrol dan kebeasan
yang lebih besar daripada yang didapat pada aspek lainnya (Fauziyati, 2012:1
Gadis pengidap anoreksia tampaknya sulit untuk berpisah dengan keluarga
mereka dan menyatukan identitas yang terpisah dan terindividuasi. Anoreksia
mungkin mencerminkan usaha dalam alam bawah sadar dari remaja putri untuk
mempertahankan masa pubertasnya. Hal ini dilakukan dengan mempertahankan
tampilan kanak-kanak mereka, menolak untuk berhadapam dengan isu-isu orang
dewasa seperti peningkatan kemandirian dan perpisahan dengan keluarga,
kematangan seksual, dan asumsi adanya tanggung jawab pribadi (Fauziyati,
2012:1).
3. Faktor Keluarga
Gangguan makan sering kali berkembangnya dari adanya konflik dalam
keluarga. Beberapa remaja menolakan umtuk makan sebagai cara menghukum
orang tua mereka karena perasaan kesepian dan keterasingan yang mereka rasakan
di rumah. Sebuah studi membandingkan ibu dari remaja putri dengan gangguan
makan dan ibu dari remaja putri lainnya. Ibu dari remaja yang memiliki gangguan
makan lebih tidak bahagia  terhadap fungsi keluarganya, juga memiliki masalah
makan dan diet, dan percaya bahwa putrinya harus menurunkan berat badan, serta
memandang putrinya sebagai orang yang tidak menarik. Apakah makan
berlebihan adalah sebuah usaha metaforik untuk memperoleh kasih sayang dan
rasa nyaman yang idak didapatkan anak perempuan dari ibunya? (Fauziyati,
2012:1).
            Keluarga dari wanita muda dengan ganguan makan lebih sering
mengalami konflik, kurang memiliki kedekatan dan kurang saling memberi

4
dukungan, namu lebih bersikap overprotective dan kritis daripada kelompok
pembanding. Orang tua terlihat kurang mampu untuk membandingkan
kemandirian dalam diri anak perempuan mereka. Konflik dengan orang tua
mengenai isu otonomi sering kali mengakibatkan munculnya anoreksia nervosa.
Namun belum pasti apakah keluarga dengan pola seperti ini berkontribsi pada
kemunculan awal gangguan makan atau apakah gangguan makan muncul
mengganggu kehidupan keluarga. Jawabannya mungkin terletak pada interaksi
antar keduanya (Fauziyati, 2012:1).
4. Faktor Lingkungan
Budaya modern memandang kecantikan atau ketampanan, kesusksesan
dan kekayaan terkait dengan tubuh kurus. Dorongan dari teman sebaya dapat
memperkuat keinginan untuk memiliki tubuh kurus pada remaja putri (Willy,
2018: 1).

2.4 Dampak anoreksia nervosa terhadap si penderita


Akibat anoreksia pada penderita diantaranya adalah anemia,
ketidakseimbangan cairan elektrolit, konstipasi, penurunan tekanan darah dan
tingkat pernapasan, detak jantung tidak teratur, dan bahkan gagal jantung.
Pengidap anoreksia juga terancam menderita kerusakan pada hati, ginjal, dan otak.
Pada anak-anak dan remaja, anoreksia dapat menghambat perkembangan fisik.
Pada orang dewasa, khususnya wanita, kondisi ini dapat
menyebabkan osteoporosis, gangguan menstruasi, dan kemandulan. Sedangkan
pada pria dewasa, anoreksia dapat menyebabkan impoten dan disfungsi ereksi
(Ariyanti, 2017:1).
      Seorang wanita hamil yang mengidap anoreksia berisiko mengalami
keguguran, melahirkan bayi prematur, melahirkan bayi berbobot rendah, dan
terkadang proses melahirkannya harus dibantu dengan operasi cesar. Oleh sebab
itu pasien wanita anoreksia perlu dipantau secara berkala oleh dokter sejak masa
kehamilan maupun setelah melahirkan. Apabila sudah sembuh pun, pengawasan
harus dilakukan kembali apabila wanita tersebut hamil kembali karena potensi
anoreksia untuk kambuh cukup besar (Ariyanti, 2017:1).

5
2.5 Cara mengobati gangguan anoreksia nervosa
1. Terapi perilaku kognitif
Terapi perilaku kognitif (CBT) sering merupakan komponen pengobatan
gangguan makan. Jenis terapi ini sangat terstruktur dan sering mengambil 10
sampai 20 sesi. CBT dapat dilakukan secara individual, dalam kelompok atau
dengan keluarga. Terapi perilaku kognitif berfokus pada perubahan pola pikir
yang tidak sehat, yang mengarah ke perubahan perilaku (Ariyanti, 2017:1).
2. Konseling Gizi
Gangguan makan mendistorsi persepsi penderita dari diet yang sehat, dan
konselor gizi akan membantu untuk membentuk rencana makan yang akan
memungkinkan penderita menjaga berat badan yang sehat. Ahli gizi dapat
membantu untuk menanamkan kebiasaan makan yang normal. Pasien dapat
mengambil manfaat dari diet yang diawasi secara medis untuk mengembalikan
mereka ke berat badan yang sehat (Ariyanti, 2017:1).
3. Psikoterapi
Psikoterapi dapat membantu penderita untuk mengetahui penyebab dan proses
berpikir di balik gangguan makan mereka, serta untuk membantu pemulihan.
Psikoterapi penting dalam mengobati setiap gangguan lain, seperti depresi atau
kecemasan, yang dapat berkontribusi terhadap gangguan makan. Hingga 50
persen orang yang menderita gangguan makan juga memenuhi kriteria untuk
depresi, sehingga mengobati kondisi mental yang hidup bersama dapat membuat
perbedaan perlakuan yang sukses (Ariyanti, 2017:1).
4. Pertolongan perawatan medis
Banyak pasien sangat kurus pada awal pengobatan, sehingga perhatian medis
mungkin sangat diperlukan. Anoreksia kronis dapat menyebabkan kerusakan pada
gagal jantung, anemia, tekanan darah rendah atau organ, sehingga evaluasi dan
melanjutkan perawatan oleh dokter adalah sangat penting (Ariyanti, 2017:1).

6
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
1. Anoreksia Nervosa adalah suatu ganguan makan yang ditandai oleh
adanya usaha untuk mempertahankan berat  badan di bawah standar
normal dan ketakukan yang mendalam akan bertambahnya berat badan.
2. Anoreksia Nervosa dapat terjadi karena 4 faktor, yaitu faktor biologis,
psikososial, keluarga dan lingkungan.
3. Akibat anoreksia pada penderita diantaranya adalah anemia, osteoporosis,
gangguan menstruasi, kemandulan, menderita kerusakan pada hati, ginjal,
dan otak.
4. Anoreksia Nervosa dapat daitasi dengan 4 cara yaitu ; terapi perilaku
kognitif, konseling gizi, psikoterapi dan pertolongan perawatan medis.

3.2 Saran
Setelah membaca karya tulis ini, penulis berharap pembaca dapat
mengenali bagaimana ciri-ciri dari penderita gangguan anoreksia nervosa dan
bagaimana cara menanganinya yang mana cara itu akan membantu mengatasi
gangguan anoreksia nervosa baik gangguan tersebut terjadi pada anda, teman
anda, sanak saudara anda, bahkan anak anda. Sehingga selanjutnya penderita
gangguan anoreksia nervosa dapat berkurang jumlahnya.

7
DAFTAR PUSTAKA
Papalia, Diane dan Ruth Feldman. 2017. Menyelami Perkembangan Manusia.
Jakarta: Salemba Humanika.
Ariyanti, Ratih. 2017. “Maraknya Anoreksia Nervosa di Kalangan Remaja”.
(http://ratihariyanti.blogspot.com/2017/05/v-behaviorurldefaultvmlo.html).
diakses tanggal 30 desember 2018.
Saf, Sarah. 2012. “Anoreksia Nervosa di Masa Remaja”.
(http://safsarah.blogspot.com/2012/06/psikoper-anoreksia-nervosa.html).
diakses tanggal 30 Desember 2018.
Willy, Tjin. 2018. “Anoreksia Nervosa”. (https://www.alodokter.com/anoreksia-
nervosa). diakses 29 Desember 2018.

Anda mungkin juga menyukai