Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Soft Diplomacy Pada Masa Joko Widodo

Rud Calara Cintia Simanjuntak

1701114454

HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2018

1
Abstrack

Soft diplomacy merupakan sebuah upaya bagi suatu negara untuk dapat
mencapai kepentingan nasionalnya melalui pendekatan sosial dan budaya.
Dalam praktiknya, Indonesia, terlebih pada masa kepemimpinan Joko Widodo,
juga kerap melakukan soft diplomacy dengan beberapa negara. Seperti dengan
keikutsertaannya dalam upaya diplomasi untuk perdamaian atas Konflik Laut
Cina Selatan, keikutsertaannya pada acara Asian Games dan Asian Para Games.
Dunia yang telah berubah dengan misi perdamaian dunia, membuat soft
diplomacy menjadi cara yang tepat untuk mencapai kepentingan nasional,
dibandingkan dengan hard diplomacy, yang memakai kekerasan secara frontal
untuk mencapai kepentingan nasional.

2
BAB II : PEMBAHASAN

1. Konsep Soft Power Diplomacy

Soft diplomacy merupakan sebuah upaya bagi suatu negara untuk dapat
mencapai kepentingan nasionalnya melalui pendekatan sosial dan budaya.
Misalnya dengan melakukan pertukaran pelajar, mengadakan konferensi pemuda,
pertukaran seni budaya dan sebagainya. Jika pada zaman dahulu negara-negara di
seluruh dunia cenderung memakai kekuatan militer untuk mencapai kepentingan
nasional, maka di abad-20 ini banyak negara lebih memilih cara soft diplomacy
guna mencapai kepentingan nasionalnya. Hal tersebut dikarenakan dengan
memakai soft diplomacy maka hasil yang didapatkan lebih positif dan akan dapat
meminimalisir perpecahan antar negara.

Dewasa ini banyak negara berlomba – lomba menancapkan pengaruhnya


di negara lain dengan mengandalkan budayanya. Sebagai contoh adalah negara
Amerika Serikat. Selain terkenal dengan kekuatan militernya, AS juga terkenal
dengan industri film nya, yakni Hollywood. Melalui film inilah Amerika Serikat
mencoba mempengaruhi pandangan publik internasional, contohnya adalah film
Rambo yang menceritakan perjuangan pada masa perang Vietnam. Selain AS,
kini Korea Selatan juga sedang gencar – gencarnya membumikan K-Pop (Korean
Pop) melalui drama, boyband dan girlband nya. Dan salah satu negara yang
berhasil dipengaruhi adalah negara Indonesia.1

Cara tersebut terasa lebih efektif untuk menancapkan pengaruh suatu


negara ke negara lain. Terbukti banyak negara seperti Indonesia yang terpengaruh
oleh berbagai budaya asing. Namun sebagai negara yang berdaulat, Indonesia juga
perlu melakukan penayaringan budaya asing yang masuk sehingga tidak
berpengaruh terhadap budaya lokal dan juga kepentingan nasional RI.

1
Wahyu, Mario Slamet, 2012, The Power of Soft Diplomacy.
https://www.kompasiana.com/antoniusmario/55115bfe8133116c45bc5fc5/the-power-
of-soft-diplomacy diakses pada 7 Oktober 2018, 21:43

3
Soft Diplomacy pada Masa Jokowi Dodo

A. Konflik laut Cina Selatan


a) Latar Belakang

Menurut biro Hidrografis Internasional (the International hydrographic


Bureau) Laut Cina Selatan didefinisikan sebagai perairan yang memanjang dari
barat daya ke arah timur laut, berbatasan disebelah selatan dengan 3° lintang
selatan antara Sumatera dan Kalimantan (Selat Karimata), dan disebelah utara
dibatasi oleh Selat Taiwan dari ujung utara Taiwan ke arah pantai Fukien, Cina.
Luas perairannya meliputi 4.000.000 km² (empat juta kilometer persegi)2.

Kedaulatan negara-negara di kawasan Laut Cina Selatan memegang


peranan besar dalam menjaga iklim relasi antar negara-negara Asia Tenggara.
Awal Mei 2014, pembangunan anjungan minyak lepas pantai Cina di kawasan
perairan sengketa berujung pada kebuntuan pembahasan dengan Vietnam.
Rentetan kejadian tersebut kemudian merampas perhatian dunia terhadap konflik
antara Cina dan negara-negara tetangga di kawasan ASEAN3.

Meningkatnya tegangan dalam konflik perbatasan wilayah maritim


sejatinya tidak hanya soal Cina, namun juga masalah bilateral yang belum
terselesaikan seperti antara Malaysia dan Filipina. Meski demikian, peristiwa
terkini menunjukkan bahwa ketegangan di Laut Cina Selatan, bersama dengan
Laut Cina Timur dan hubungan Sino-Jepang, nampak terus meningkat4.

Hal tersebut memiliki posisi khusus dalam bertumbuhnya sikap asertif


Cina di ranah maritim. Sejauh ini, aktivitas Cina di kawasan tersebut direspon
2
Usman asnani. rizal sukma, 1997, Konflik Laut Cina Selatan: Tantangan Bagi Asean,
Jakarta: Centre for Straegic and International Studies (CSIS), hal 1
3
Bruno Hellendorff & Thierry Kellner, 2014, Indonesia: A Bigger Role in the South China Sea?
https://thediplomat.com/2014/07/indonesia-a-bigger-role-in-the-south-china-sea/
diakses pada 6 Oktober 18, 23:40
4
Bruno Hellendorff & Thierry Kellner, 2014, Indonesia: A Bigger Role in the South China Sea?
https://thediplomat.com/2014/07/indonesia-a-bigger-role-in-the-south-china-sea/
diakses pada 6 Oktober 18, 23:40

4
secara berbeda oleh Taiwan, Vietnam, Filipina, Malaysia, dan Brunei yang
masing-masing memiliki klaim mereka sendiri. Pihak lainnya yang tidak memiliki
klaim juga memegang peranan tersendiri dalam konflik kali ini. Amerika Serikat
tidak mengklaim wilayah manapun di Laut Cina Selatan dan Timur, namun secara
jelas menunjukkan adanya ketertarikan vital terhadap kebebasan tak terbatas
terkait navigasi di wilayah tersebut. Di kawasan Laut Cina Selatan, Indonesia
dalam beberapa kesempatan telah menolak adanya konflik wilayah dengan Cina,
namun terus mengawasi perubahan situasi secara umum dengan penuh
kewaspadaan5.

b) Soft Diplomacy Indonesia melalui Konflik Laut Cina Selatan

Upaya diplomasi untuk perdamaian juga dilakukan Indonesia dalam forum


multilateral dan regional, seperti pada Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia
Tenggara (ASEAN). Pemerintah RI selalu menekankan pentingnya sentralitas
ASEAN untuk menjaga perdamaian dan stabilitas kawasan, termasuk dalam
menyikapi isu sengketa wilayah di Laut China Selatan (LCS).

Indonesia juga terlibat banyak dalam pengelolaan konflik tersebut. Indonesia


sejak lama telah menyuarakan dukungan terhadap Kode Etik (CoC) yang
mengikat secara hukum di Laut Cina Selatan. Keterlibatan Indonesia juga telah
mendukung serangkaian konferensi yang membahas isu tersebut. ketika
Konferensi Phnom Penh ASEAN gagal mewujudkan pernyataan sikap bersama
untuk pertama kalinya dalam sejarah organisasi –akibat adanya tekanan Cina
mengenai pertikaian di Laut Cina Selatan– langkah diplomasi ulang alik oleh
Menteri Luar Negeri Indonesia, Marty Natalegawa, pada akhirnya menjadi
penyelamat.

5
Bruno Hellendorff & Thierry Kellner, 2014, Indonesia: A Bigger Role in the South China Sea?
https://thediplomat.com/2014/07/indonesia-a-bigger-role-in-the-south-china-sea/
diakses pada 6 Oktober 18, 23:40

5
Indonesia berupaya menunjukkan peranan khusus dalam konflik Laut Cina
Selatan, yakni sebagai mediator dan kekuatan stabilitas. Indonesia memainkan
peranan tersebut dengan penuh percaya diri, terutama karena sejalan dengan
pedoman tradisi kebijakan luar negeri “bebas aktif”, suatu doktrin yang memiliki
tujuan ganda.

Pertama, doktrin tersebut bertujuan menghindari ikut campur dalam kekuatan


eksternal dan memperkuat kebebasan negara dalam strategi non-blok. Kedua,
politik luar negeri bebas aktif juga menegaskan bahwa Indonesia tidaklah bersikap
pasif, namun sebaliknya menetapkan peran aktif dalam hubungan Internasional.
Prinsip yang sama juga berada dalam rencana Natalegawa untuk memperkuat
ekuilibrium dinamis di Asia Tenggara, melalui upaya Indonesia untuk mencari
sebanyak mungkin dukungan di meja perundingan serta menavigasi
keseimbangan kekuatan di antara keseluruhan pihak. Kebijakan tersebut faktanya
dirancang untuk memperkuat posisi Indonesia sebagai penghubung diplomatis dan
kekuatan penengah di kawasan tersebut.

Status terkini dari Indonesia di Laut Cina Selatan –sebagai fasilitator utama
dalam negosiasi, serta sebagai negosiator dan mediator– nampak seimbang hanya
untuk memperkuat laju pertumbuhan ekonomi dan keyakinan nasional, setidaknya
hingga tahun 2009. Di tahun tersebut, Cina menyerahkan note verbale kepada
Sekjen PBB, yakni suatu pernyataan diplomatik yang dikenal sebagai Sembilan
Garis Putus untuk membatasi klaim tersebut di Laut Cina Selatan6.

Garis tersebut pertama kali diajukan di tahun 1914 di bawah naungan


pemerintah Nasionalis Cina di tahun 1947. Republik Cina (Taiwan) hingga kini
masih menggunakan garis batas tersebut, namun sebagai perimeter atas klaim
miliknya sendiri. Taipei mengajukan klaim kepemilikan dan kewenangan atas
kepulauan dan laut di sekitarnya di dalam wilayah Sembilan Garis Putus. Di
6
Bruno Hellendorff & Thierry Kellner, 2014, Indonesia: A Bigger Role in the South China Sea?
https://thediplomat.com/2014/07/indonesia-a-bigger-role-in-the-south-china-sea/
diakses pada 6 Oktober 18, 23:40

6
bawah kategori tersebut, masalahnya, klaim teritorial Beijing akan melanggar
Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia dari batas wilayah Kepulauan Natuna7.

Hal tersebut dikonfirmasi pada Mei dan Juni 2010, ketika kapal Indonesia
berada di bawah ancaman kapal bersenjata Cina di lepas pantai Natuna karena
melakukan penangkapan terhadap nelayan pukat dari Cina. Peristiwa tersebut
membuktikan dugaan bahwa Cina menganggap bahwa Sembilan Garis Putus
membatasi perairan historis yang berada di bawah kewenangan Cina. Pernyataan
tersebut tentunya bertentangan dengan hukum laut Internasional, meliputi
Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS)8.

Karena itulah Indonesia kemudian menyerahkan nota verbale kepada Ban Ki


Moon dalam rangka mempertanyakan validitas dan legalitas Sembilan Garis Putus
di Cina. Hal tersebut mengarah kepada situasi rumit ketika, di satu sisi, Indonesia
menentang adanya sengketa teritorial dengan Cina –dengan menyadari adanya
pihak yang menyerah terhadap klaim yang diajukan Cina. Di sisi lain, Cina
memberikan petunjuk mengenai adanya sengketa dengan Indonesia. Cina sendiri
tengah menahan diri untuk menyuarakan sengketa tersebut dengan terlalu keras
untuk menghindari adanya klarifikasi dan penyusunan regulasi atas posisinya
terkait UNCLOS. Ketidakpastian strategis selanjutnya berhasil mempertahankan
status Indonesia sebagai pihak mediator yang netral9.

7
Bruno Hellendorff & Thierry Kellner, 2014, Indonesia: A Bigger Role in the South China Sea?
https://thediplomat.com/2014/07/indonesia-a-bigger-role-in-the-south-china-sea/
diakses pada 6 Oktober 18, 23:40
8
Bruno Hellendorff & Thierry Kellner, 2014, Indonesia: A Bigger Role in the South China Sea?
https://thediplomat.com/2014/07/indonesia-a-bigger-role-in-the-south-china-sea/
diakses pada 6 Oktober 18, 23:40
9
Bruno Hellendorff & Thierry Kellner, 2014, Indonesia: A Bigger Role in the South China Sea?
https://thediplomat.com/2014/07/indonesia-a-bigger-role-in-the-south-china-sea/
diakses pada 6 Oktober 18, 23:40

7
Diplomasi Indonesia sejauh ini telah sukses dalam membentuk peranan
negosiator dan panutan bagi pihak-pihak yang bertikai di Laut Cina Selatan. Pada
14 Maret, Menteri Luar Negeri Cina menghubungi Menteri Luar Negeri Indonesia
pasca meningkatnya ketegangan dengan Vietnam10.

Upaya komunikasi yang dilakukan Cina dengan Indonesia tersebut


menunjukkan peranan dan keistimewaan Indonesia dalam agenda Cina terkait
konflik di Laut Cina Selatan. Selanjutnya, di bulan Mei, Indonesia
menandatangani kesepakatan penting dengan Filipina untuk mengakhiri sengketa
perbatasan yang telah berlangsung selama 20 tahun. Kesepakatan tersebut
digambarkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai contoh utama terkait
penyelesaian sengketa perbatasan11.

Pada Juli 2016, pada masa pemerintahan presiden Jokowi Dodo diplomasi
yang dilakukan pemerintah RI berhasil meyakinkan semua negara anggota
ASEAN untuk membuat komunike bersama yang memuat pandangan bersama
negara ASEAN terhadap perkembangan situasi di Laut China Selatan. Upaya
untuk mencapai kesepakatan atas Komunike Bersama ASEAN terkait LCS itu
ditempuh melalui proses yang dinamis dalam pertemuan para Menlu ASEAN ke-
49 di Laos. Menlu RI selama tiga hari melakukan diplomasi marathon dan
bertemu dengan para menlu ASEAN secara terpisah untuk mendorong pencapaian
konsensus12.

10
Bruno Hellendorff & Thierry Kellner, 2014, Indonesia: A Bigger Role in the South China Sea?
https://thediplomat.com/2014/07/indonesia-a-bigger-role-in-the-south-china-sea/
diakses pada 6 Oktober 18, 23:40
11
Bruno Hellendorff & Thierry Kellner, 2014, Indonesia: A Bigger Role in the South China Sea?
https://thediplomat.com/2014/07/indonesia-a-bigger-role-in-the-south-china-sea/
diakses pada 6 Oktober 18, 23:40
12
Samuel Karwur, 2016, Diplomasi Indonesia Dua Tahun Pemerintahan Jokowi-JK
https://www.rayapos.com/diplomasi-indonesia-dua-tahun-pemerintahan-jokowi-jk/
diakses pada 6 Oktober 18, 23:35

8
B. Asian Games dan Asian Para Games 2018
a) Latar Belakang
 Asian Games

Asian games adalah ajang olahraga yang diselenggarakan setiap empat


tahun sekali, dengan atlet-atlet dari seluruh Asia dan diselenggarakan oleh Dewan
Olimpiade Asia. Setelah Perang Dunia II, sejumlah negara di Asia menerima
kemerdekaannya. Negara-negara baru tersebut meninginkan sebuah kompetisi
yang baru di mana kekuasaan Asia tidak ditunjukkan dengan kekerasan dan
kekuatan Asian diperkuat oleh saling pengertian. Pada Agustus 1948, pada saat
Olimpiade di London, perwakilan India, Guru Dutt Sondhi mengusulkan kepada
para pemimpin kontingen dari negara-negara Asia untuk mengadakan Asian
Games. Seluruh perwakilan tersebut menyetujui pembentukan Federasi Atletik
Asia. Panitia persiapan dibentuk untuk membuat rancangan piagam untuk federasi
atletik amatir Asia. Pada Februari 1949, federasi atletik Asia terbentuk dan
menggunakan nama Federasi Asian Games (Asian Games Federation). Dan
menyepakati untuk mengadakan Asian Games pertama pada 1951 di New Delhi,
ibu kota India. Mereka sepakat bahwa Asian Games akan diselenggarakan setiap
empat tahun sekali.

Pada 1962, Federasi mengalami perselisihan atas diikutsertakannya


Taiwan dan Israel. Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games menentang
keikutsertaan Taiwan dan Israel. Pada tahun 1970, Korea Selatan membatalkan
rencananya untuk menjadi tuan rumah Asian Games yang disebabkan karena
ancaman keamanan dari Korea Utara, dan penyelenggaraan Asian Games
dipindahkan ke Bangkok dengan pendanaan dari Korea Selatan. Pada tahun 1973,
Federasi mengalami perselisihan kembali setelah Amerika Serikat dan negara-
negara lainnya mengakui keberadaan Republik Rakyat Tiongkok dan negara-
negara Arab menentang keterlibatan Israel. Pada tahun 1977, Pakistan
membatalkan rencananya sebagai tuan rumah Asian Games karena konflik yang

9
terjadi antara Bangladesh dan Pakistan. Thailand menawarkan bantuan dan Asian
Games diadakan di Bangkok13.

Setelah beberapa penyelenggaraan Asian Games, Komite Olimpiade


negara-negara Asia memutuskan untuk merevisi konstitusi Federasi Asian Games.
Sebuah asosiasi baru, yang bernama Dewan Olimpiade Asia (Olympic Council of
Asia/OCA) dibentuk. India sudah ditetapkan sebagai tuan rumah pada tahun 1982
dan OCA memutuskan untuk tidak mengubah jadwal yang sudah ada. OCA resmi
mengawasi penyelenggaraan Asian Games mulai dari tahun 1986 pada Asian
Games di Korea Selatan.

Pada tahun 1994, berbeda dengan negara-negara lainnya, OCA mengakui


negara-negara pecahan Uni Soviet, Kazakhstan, Kirgistan, Uzbekistan,
Turkmenistan, dan Tajikistan. Pada pelaksanaa Asian Games yang ke 18,
Indonesia untuk kedua kalinya berkesempatan untuk menjadi tuan rumah
pelaksananya. Tepatnya pada 18 Agustus – 2 September di Pelembang dan
Jakarta.

 Asian Para Games

Pada awalnya Asian Para Games dikenal dengan nama FESPIC Games
dengan tujuan awal penyelenggaraannya adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan penyandang disabilitas melalui partisipasi dalam ajang olahraga,
memperdalam nilai pengertian dan persahabatan antar-penyandang disabilitas, dan
mendukung rehabilitasi bagi penyandang disabilitas melalui aktivitas olahraga.
Indonesia pun pernah terpilih menjadi tuan rumah FESPIC Games IV pada tahun
1986. Kala itu, Kota Surakarta dipercaya menjadi kota penyelenggara.

Hingga penyelenggaraan FESPIC Games yang terakhir pada 2006 di


Malaysia, FESPIC Games telah digelar sebanyak sembilan kali. Seiring dengan

13
Official Asian Games, 2018, History
https://id.asiangames2018.id/about/history diakses pada 6 Oktober 18, 22:42

10
penghapusan FESPIC Games dan FESPIC Committee pada 2006, Asian
Paralympic Committee yang mengambil alih tanggung jawab sebagai wadah
organisasi pun menyelenggarakan Asian Para Games pertama pada 2010 di
Guangzhou, China. Asian Para Games pun disepakati menjadi ajang multisport
empat tahunan yang "satu paket" dengan penyelenggaraan Asian Games di suatu
negara/kota. Asian Para Games Jakarta 2018 sendiri merupakan gelaran edisi yang
ketiga setelah Asian Para Games Guangzhou 2010 dan Incheon 201414.

b) Soft Diplomacy Indonesia melalui Asian Games dan Asian Para Games

Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki kekayaan alam yang


melimpah, obyek-obyek wisata serta berbagai seni budaya.Kekayaan alamnya
meliputi tambang batubara, emas, dan bijih besi.Untuk obyek wisata dan seni
budayanya Indonesia memiliki pantai-pantai yang menarik serta memiliki
beragam tari-tarian dari setiap daerah sehingga membuat Indonesia menjadi
negara yang sangat menjunjung tinggi perbedaan dan keberagaman.

Wakil Ketua Komisi X DPR RI Hetifah Sjaifudian menyampaikan bahwa


dalam dua ajang olahraga bergengsi ini, soft diplomasi Indonesia dapat dilihat dari
beberapa aspek, yakni dari segi atlet, infrastruktur, kebudayaan, pelayanan, dan
pariwisata Indonesia15.

Dari segi atlet, penyelenggaraan Asian Games dan Asian Para Games 2018
dapat menjadi ajang unjuk gigi bagi atlet Indonesia untuk bersaing dengan atlet
yang berasal dari negara-negara luar. Ajang ini pun akan memberikan citra bahwa
Indonesia memiliki sumber daya manusia yang mumpuni dimata dunia. Hal ini
dapat tergambar dari prestasi yang mampu ditorehkan oleh para atlet pada ajang

14
Avicena Farkhan Dharma, 2018, Sejarah Penyelenggaraan Asian Para Games
https://olahraga.kompas.com/read/2018/09/04/14410008/sejarah-penyelenggaraan-
asian-para-games. diakses pada 6 Oktober 18, 22:40
15
Komisi X, 2018, Asian Games Menjadi Soft Diplomacy Indonesia
http://www.dpr.go.id/berita/detail/id/21646/t/Asian+Games+Menjadi+Soft+Diplomac
y+Indonesia diakses pada 6 Oktober 18, 22:50

11
olahraga tersebut. Sehingga sumber daya manusia yang ada maupun berasal dari
Indonesia tidak lagi dipandang sebelah mata.

Sedangkan dari segi infrastruktur, menjelang pelaksanaan Asian Games


dan Asian Para Games 2018 Jakarta dan Palembang gencar melakukan perbaikan
infrastruktur. Dengan demikian Indonesia dapat menunjukan kepada negara lain
bahwa kita siap dan matang untuk menggelar acara ini. Sehingga kita dapat
memberikan kesan kepada dunia bahwa Indonesia merupakan sebuah negara yang
nyaman dan dapat dijadikan sebagai salah satu negara pilihan untuk dikunjungi.
Melalui ajang ini pula Indonesia dapat memberikan gambaran kepada dunia
bahwa Indonesia bukanlah negara berkembang dengan infrastruktur yang tidak
memadai, melainkan sebuah negara berkembang dengan manajemen infrastruktur
yang mumpuni.

Dari segi kebudayaan, dapat dilihat pada sesi Opening Asian Games dan


Asian Para Games 2018 serta Closing Asian Asian Games 2018 yang disuguhkan
acara yang megah dengan melibatkan ribuan penari dan tata panggung yang
menunjukkan ciri khas Indonesia. Hal ini pun mampu menunjukkan
kualitas Indonesia kepada negara lain, yakni Indonesia dapat menunjukan bahwa
dengan segala perbedaan yang ada dalam budaya Indonesia semua saling
membantu mewujudkan kesuksesan Asian Games dan Asian Para Games 2018.

Dalam upacara pembukaan Asian Games 2018 ada beberapa hal yang
dapat menjadi komponen soft diplomacy Indonesia. Salah satunya adalah
pembuatan panggung pada pembukaan Asian Games yang terinspirasi oleh empat
elemen alam dan semangat Asia yaitu :

 Air yang menggambarkan samudra biru yang menyatukan ribuan pulau di


Indonesia. Dimulai dari samudra yang bergejolak, merepresentasikan konflik
di masa awal sejarah Indonesia, kemudian air hadir menjadi penyatu,
menenangkan gejolak dan membawa kedamaian bagi semua pulau16.

16
Official Asian Games, 2018, Upacara Pembukaan Asian Games 2018
https://id.asiangames2018.id/about/opening-ceremony diakses pada 23:05

12
 Bumi, di mana keindahan Indonesia dilambangkan dalam gerakan yang
menggambarkan ragam budaya, warna, ekspresi dan perspektif yang terjaga
hingga ke masa kini. Segmen ini juga menampilkan cinta dan dedikasi anak
Indonesia kepada bumi. Representasi tradisi dalam segmen ini bertujuan
mengemas ragam budaya dalam tarian ritual dan tarian perang17.
 Angin yang mencerminkan para leluhur bangsa Indonesia yang memiliki
kebijaksanaan, kekuatan dan nasionalisme yang tinggi. Di segmen ini, angin
digambarkan sebagai kekuatan yang tumbuh dan menyebarkan daya hidup,
mewariskan nilai-nilai bangsa dari satu generasi ke generasi berikutnya18.
 Fire yang merupakan perlambang keberanian dan semangat berkompetisi
bangsa Indonesia. Dalam segmen ini, api dan lava menghidupkan jiwa dan
raga bangsa yang berakar pada bumi. Api akan menjadi semangat dan
inspirasi para pejuang olahraga, menyorakkan mereka menuju ke kemenangan
di 18th Asian Games 201819.

Dari konsep panggung ini saja, indonesia dapat memberikan gambaran kepada
dunia tentang kekayaan, kualitas, keberagaman, serta keindahan Indonesia.

Selain itu, penampilan kebudayaan Indonesia yang berupa tarian daerah,


pakaian adat, serta nyanyian daerah dari sabang sampai merauke yang di
suguhkan pada pembukaan Asian Games itu sendiri mempu meunjukkan pada
dunia bahwa Indonesia memiliki keragaman budaya yang tidak dimiliki oleh
negara lain. Hal ini mampu menjadi ajang untuk memperkenalkan dan menarik
minat masyarakat Internasional untuk melihat keberagaman kebudayaan Indonesia
baik secara langsung maupun melalui media massa dan media sosial. Sehingga
Indonesia bisa lebih dikenal di Mata dunia sebagai negara dengan keberagaman

17
Official Asian Games, 2018, Upacara Pembukaan Asian Games 2018
https://id.asiangames2018.id/about/opening-ceremony diakses pada 23:05
18
Official Asian Games, 2018, Upacara Pembukaan Asian Games 2018
https://id.asiangames2018.id/about/opening-ceremony diakses pada 23:05
19
Official Asian Games, 2018, Upacara Pembukaan Asian Games 2018
https://id.asiangames2018.id/about/opening-ceremony diakses pada 23:05

13
yang indah, namun tetap mampu bersatu dalam satu kesatuan yang disebut
Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sama hal nya dengan pembukaan dan penutupan Asian Games 2018,
pembukaan Asian Para Games pun mampu menjadi ajang soft diplomacy
Indonesia. Salah satu komponen yang berpengaruh pada pembukaan Asian Para
Games adalah pengenalan desa Banggalang di Bali. Desa ini merupakan desa
dengan penduduk disabilitas paling banyak di Indonesia. Pada ajang ini Indonesia
dapat menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia adalah negara yang
memberikan dan melindungi hak-hak masyarakat dissabilitas. Terbukti dengan
adanya persamaan hak bagi masyarakat disabilitas untuk tampil dan
mengharumkan nama Indonesia. Selain itu penampilan yang menunjukkan
perbedaan agama di Indonesia pun bisa menjadi bukti bahwa Indonesia
merupakan salah satu negara dengan tingkat toleransi antar umat beragama yang
tinggi.

Sementara dari segi pelayanan, keramahan orang Indonesia dan juga menu
makanan yang disajikan akan membawa kesan baik bagi negara lain setelah Asian
Games dan Asian Para Games 2018. Begitu juga dari segi pariwisata, Asian
Games 2018 akan memberikan dampak positif terhadap peningkaan kuantitas
kunjungan wisatawan mancanegara.

Fakta bahwa Asian Games dan Asian Games disaksikan oleh ribuan orang
dari berbagai negara menjadi komponen penting dalam pelaksaan soft diplomacy
Indonesia. Semakin banyak orang yang menonton acara tersebut, maka akan
semakin banyak pulalah orang yang lebih mengenal Indonesia. Sehingga
Indonesia akan lebih dikenal di mata dunia baik sebagai negara dengan sumber
daya alam yang mumpuni, negara dengan kebudayaan yang beragam, negara
dengan tingkat toleransi yang tinggi, mamupun sebagai negara dengan keindahan
pariwisata yang layak dan menjadi destinasi utama untuk dikunjungi.

14
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Usman asnani. rizal sukma, 1997, Konflik Laut Cina Selatan: Tantangan Bagi
Asean, Jakarta: Centre for Straegic and International Studies (CSIS)

Web

Official Asian Games, 2018, History https://id.asiangames2018.id/about/history


diakses pada 6 Oktober 18, 22:42
Official Asian Games, 2018, Upacara Pembukaan Asian Games 2018
https://id.asiangames2018.id/about/opening-ceremony diakses pada
23:05

Komisi X, 2018, Asian Games Menjadi Soft Diplomacy Indonesia


http://www.dpr.go.id/berita/detail/id/21646/t/Asian+Games+Menjadi+
Soft+Diplomacy+Indonesia diakses pada 6 Oktober 18, 22:50

Avicena Farkhan Dharma, 2018, Sejarah Penyelenggaraan Asian Para Games


https://olahraga.kompas.com/read/2018/09/04/14410008/sejarah-
penyelenggaraan-asian-para-games. diakses pada 6 Oktober 18, 22:40

Samuel Karwur, 2016, Diplomasi Indonesia Dua Tahun Pemerintahan Jokowi-JK


https://www.rayapos.com/diplomasi-indonesia-dua-tahun-
pemerintahan-jokowi-jk/ diakses pada 6 Oktober 18, 23:35

Bruno Hellendorff & Thierry Kellner, 2014, Indonesia: A Bigger Role in the
South China Sea? https://thediplomat.com/2014/07/indonesia-a-
bigger-role-in-the-south-china-sea/ diakses pada 6 Oktober 18, 23:40
Wahyu, Mario Slamet, 2012, The Power of Soft Diplomacy.
https://www.kompasiana.com/antoniusmario/55115bfe8133116c45bc
5fc5/the-power-of-soft-diplomacy diakses pada 7 Oktober 2018, 21:43

15
Pertanyaan :

1. Seperti yang kita ketahui pada ASIAN GAMES yang bertuan rumah di
Indonesia pasti memiliki dampak positif dan negative terhadap Indonesia
itu sendiri. Jelaskan dampak-dampak dari ASIAN GAMES tersebut!
2. Sebutkan kebijakan-kebijakan oleh Jokowi yang merupakan soft
diplomacy Jokowi dalam berpolitik luar negeri!
3. Mengambil contoh dari soft diplomacy dari Negara Korea yang
mengembangkan negaranya menjadi semakin terkenal dengan bidang
industry music dan perfilman, apakah Indonesia juga dapat menciptakan
hal yang sama sebagai soft diplomacy Indonesia untuk lebih
memperkenalkan Indonesia di dunia?
4. Apakah Jokowi sudah berhasil dalam pelaksanaan soft diplomacy nya
dalam periode ini? Sebutkan keberhasilan-keberhasilan yang telah dicapai!
5. Bagaimana menurut anda short diplomacy yang baik dilakukan demi
kemajuan Indonesia itu sendiri?

16

Anda mungkin juga menyukai