Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL

Tentang
BUDAYA KAWIN LARI DITINJAU DARI KEBUDAYAAN
KONTEMPORER

Oleh :
Nama : TITIK APRIANINGSIH
Semester : VI A
Prody : Sosiologi

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


(STKIP) HAMZANWADI SELONG
2008/2009
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
kepada saya sehingga saya adpat menyelesaikan pembuatan contoh proposal
meskipun di sini mungkin masih banyak kekurangannya. Tapi saya berharap bahwa
dengan selesainya pembuatan proposal ini dapat memberi semangat dan motivasi
agar lebih giat lagi.
Dalam proposal penulis akan mengemukakan permasalahan yang dihadapi
oleh masyarakat dari segi budaya kawin cerai ditinjau dari kebudayaan kontemporer.
Selain itu penulis merasa bahwa proposal ini masih jauh dari sempurna, oleh
akrena itu kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari semua pihak, penulis
harapkan.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.....................................................................................................i
KATA PENGANTAR..................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Identifikasi........................................................................................................3
C. Batasan Masalah...............................................................................................3
D. Rumusan Masalah.............................................................................................4
E. Tujuan Penelitian..............................................................................................4
F. Manfaat Penelitian............................................................................................4

BAB II KERANGKA TEORITIS................................................................................5


A. Proses Merariq (Kawin Cerai) Masyarakat Sasak di Desa Selebung
Ketangga...........................................................................................................5
B. Syarat-Syarat Dalam Perkawinan.....................................................................7
C. Tujuan Perkawinan...........................................................................................7

BAB III METODE PENELITIAN...............................................................................8


A. Rancangan Penelitian........................................................................................8
1. Jenis Pendekatan.........................................................................................8
2. Jenis Penelitian............................................................................................8
B. Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian...........................................................8
C. Teknik Pengumpulan Data................................................................................9
1. Observasi.....................................................................................................9
2. Wawancara................................................................................................10
D. Teknik Analisis Data.......................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi
komunikasi, informasi dan perhubungan dewasa ini, telah mampu menerobos
litnas bangsa, budaya, hukum dan sistim politik, bahkan alam pikiran manusia di
seluruh dunia. Kontak budaya antar suatu bangsa dengan bangsa lain ataupun atas
suatu daerah dengan daerah lain, sulit dihindari. Adanya globalisasi informasi
menyebabkan kontak pertukaran budaya semakin berfrekuensi tinggi.
Pada tatanan praktiknya, pola kehidupan sosial pun semakin
menggelobal. Tata dan pola kehidupan masyarakat pada bangsa lain, meskipun
latar belakang agama, bahasa, pendidikan, lingkungan dan sebagainya terkandung
jauh berbeda.
Modernisasi dengan segala dampaknya, baik positif maupun negatif telah
banyak menyebabkan terjadinya pergeseran, perubahan dan transformasi tatanan
nilai yang terkandung dalam masyarakat yang cenderung menyimpang dari pola
umum. Lebih-lebih jika masyarakat tersebut dalam fase transisi, maka pergeseran
perubahan dan transformasi tersebut dapat menimbulkan konflik. Karena
kebudayaan di sini merupakan perwujudan kontradiksi-kontradiksi yang
diakibatkan oleh sistim atau cara produksi masyarakat itu sendiri.
Mencermati semua itu, tentunya disadari bahwa saat ini jati diri dan
budaya suatu bangsa sedang diuji ketahanannya. Bagi bangsa Indonesia yang kini
sedang memasuki era otonomi daerah, pergeseran, perubahan dan transformasi
budaya semakin sulit untuk dihindarkan. Proses interaksi antar berbagia budaya
di berbagai daerah, di satu sisi memang berdampak positif, karena dapat
memperkaya khasanah budaya bangsa secara keseluruhan, namun di sisi lain
dapta pula berdampak negatif apabila proses interaksi antar berbagai budaya
tersebut menyebabkan hilang dan lenyapnya identitas dan keaslian dari budaya
yang ada di tiap daerah.

1
Sinyalemen yang ada menunjukkan bahwa keberadaan budaya daerah,
perkembangannya semakin hidup. Seiring dengan derasnya arus pergeseran,
perubahan-perubahan dan transformasi budaya dari luar. Masyarakat yag
ndiharapkan dapat menjadi pengendali dari agen perubahan seringkali ikut
terseret menjadi korban dari perubahan itu sendiri. Djoko-Soerjono dalam
pandangannya menyebut kondisi ini sebagai suatu keadaan dimana masyarakat
berstatus sebagai korban dan pasien dari perubahan yang terjadi (1994: 9). Akibat
dari kondisi ini masyarakat tak hanya kehilangan jati dirinya, tetapi juga
berdampak terhadap norma-norma sosial lama (Sasak) yang semakin tak
berfungsi. Hal itu terbukti, cara berbahasa Sasak serta cara berpakaianpun
semakin haru tidak beradaptasi akibat makin banyaknya generasi Sasak yang
mengikuti gaya “jakarta”, tradisi yang demikian kuat dan kaya khasanahnya,
terputus atau praktis tidak berlanjut.
Arsitektur Sasak juga semakin menghilang kurang mampu
bertransformasi, seperti arsitektur Jawa dan Bali. Adat Sasak yang sarat dengan
makna dan gaya tariknya pun hanya hinggap di kalangan tertentudan bersifat
seremonial. Pendeknya nilai-nilai Sasak banyak mengalami pelapukan dan
perapuhan. Dalam konteks yang demikian, penelusuran dan penemuan serta
pengembangan budaya tradisional (budaya Sasak). Sebagai upaya terpenting
mencegah termarjinalnya budaya sendiri menjadi sesuatu yang perlu disegerakan.
Kebanggaan dan apresiasi terhadap keunikan budaya Sasak dapat dijadikan
sebagai cermin perhatian dan keperdulian terhadap jati diri bangsa secara
keseluruhan.
Kita lihat pada masa sekarang ini khususnya di kalangan masyarakat
Sasak, khususnya di desa Selebung Ketangga Kecamatan Keruak, masih banyak
adat-istiadat serta kebudayaan yang masih berkembang dan masih dilestarikan
oleh masyarakat Sasak di desa Selebung Ketangga Kecamatan Keruak meskipun
budaya-budaya tersebut tidak sepenuhnya mempengaruhi kebudayaan dan adat-
adat Sasak di desa Selebung Ketangga Kecamatan Keruak, karena apa? Karena
adat dan kebudayaan tersebut sudah melekat dalam diri masyarakat desa
Selebung Ketangga dan sudah menjadi keyakinan dan kepercayaan mereka serta

2
merupakan peninggalan-peninggalan dari leluhur atau nenek moyang mereka.
Hasil itu dapat kita lihat di wilayah-wilayah pedalaman. Mereka itu masih
mempertahankan kebiasaan-kebiasaan dan adat-adat yang telah diwariskan oleh
leluhur mereka seperti upacara perkawinan, upacara kematian, mempercayai hal-
hal yang gaib, benda-benda gaib, upacara khitanan, selamatan-selamatan dan lain
sebagainya.
Dari segi perkawinan kita lihat di wilayah pedalaman-pedalaman atau di
desa-desa bahkan di kota sekalipun jika dilihat dari segi perkawinan, mereka
masih menggunakan adat-adat dan kebudayaan dulu seperti kebudayaan senter
bangsawan, perkawinan sedarah, perkawinan dalam usia muda dan lain-lain.
Khusus dengan upacara perkawinan pada masyarakat Sasak dikenal
dengan “merariq”. Kata merariq berasal dari kata : lari/brari/melaiang/pelai
(melarikan wanita), tapi lebih dikenal dengan “kawin lari”. Jadi kawin lari di sini
sudah menjadi tradisi masyarakat desa Selebung Ketangga Kecamatan Keruak.
Dapat kita lihat pada saat ini tradisi kawin lari di desa Selebung Ketangga
Kecamatan Keruak masih sangat kuat.

B. Identifikasi
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka dapat
diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Bagaimana masyarakat Sasak di desa Selebung Ketangga kecamatan Keruak
menjaga serta melesatarikan kebudayaan mereka?
2. Sejauh mana masyarakat Sasak di desa Selebung Ketangga mempertahankan
tradiis dan budaya kawin lari?
3. Bagaimana pengaruh budaya luar terhadap tradisi dan budaya kawin lari
masyarakat Sasak di desa Selebung Ketangga kecamatan Keruak?
4. Bgaimana penerapan tradisi dan budafya kawin lari di desa Selebung
Ketangga kecamatan Keruak?

C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti membatasi ruang
lingkup permasalahan yang akan diteliti adalah menyangkut budaya dan tradisi

3
kawin lari masyarakat Sasak khususnya di desa Selebung Ketangga kecaamtan
Keruak.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian atau latar belakang masalah di atas, maka yang
menjadi masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah adat istiadat dan kebudayaan kawin lari masih tetap dilestarikan oleh
kalangan masyarakat Sasak di desa Selebung Ketangga kecamatan Keruak?
2. Bagaimana pengaruh budaya sekarang terhadap tradisi kawin lari di desa
Selebung Ketangga kecamatan Keruak?

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan
penelitian yang diinginkan adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui sejauhmana masyarakat Sasak di desa Selebung Ketangga
kecamatan Keruak menjaga serta melestarikan tradisi dan budaya kawin lari.
2. Untuk mengetahui pengaruh budaya sekarang terhadap fenoemena kawin lari
di desa Selebung Ketangga kecamatan Keruak.

F. Manfaat Penelitian
Informasi yang diperoleh dalam penelitian ini diharapkan dapta
bermanfaat bagi para ilmuan yang akan meneliti bidang ini. Temuan dalam
penelitian ini diharapkan dapat memotivasi peneliti lain untuk mengembangkan
konsep-konsep lain tentang “pelestarian tradisi serta budaya kawin lari
masyarakat Sasak di desa Selebung Ketangga keamatan Keruak,” dan berusaha
mengungkapkan fakta-fakta lain yang belum diteliti dalam penelitian ini, agar
hasil penelitian ini lebih sempurna.

4
BAB II
KERANGKA TEORITIS

Berbicara tentang kebudayaan, kita lihat walaupun budaya barat datang di


kalangan masyarakat Sasak tetapi budaya-budaya yang ditanamkan oleh bagnsa barat
tidak sepenuhnya diadopsi oleh masyarakat Indonesia pada umumnya dan
masyarakat Lombok (Sasak di desa Selebung Ketangga) pada khususnya. Sekarang
kita lihat banyak budaya-budaya Indonesia yang dipengaruhi oleh budaya barat, akan
tetapi hal ini tidak menjadi masalah karena masih banyak juga budaya-budaya
masyarakat yang masih dikembangkan dan dilesatarikan seperti contoh di kalangan
masyarakat Sasak, kalau kita teliti masih banyak sekali adat-istiadat dan budaya-
budaya yang masih dikembangkan dan dilestarikan adat-adat dan budaya-budaya
dapat kita lihat sampai sekarang yaitu dari segi perkawinan, dimana perkawinan ini
masih membudaya sampai sekarang.

A. Proses Merariq (Kawin Cerai) Masyarakat Sasak di Desa Selebung


Ketangga
Adapun proses merariq ini harus didahului oleh seorang laki-laki dengan
seorang perempuan bersepakat untuk kawin dengan jalan si laki-laki membawa si
perempuan pergi (lari) dari rumah orang tuanya, dengan maksud untuk kawin
dengan si laki-laki yang membawanya pergi.
Setelah si gadis (si pengantin) berada di rumah persembunyian dua atau
tiga hari, maka barulah dilaksanakan proses adat selanjut, dimana proses ini
pertama-tama didahului dengan proses sebagai berikut:
1. Mesejati dan Selabar
Perkataan “Mesejati” berasal dari kata lingga yang artinya benar
(membenarkan), jadi yang dimaksud dengan mesejati itu adalah untuk
melaporkan kejadian merariq tersebut kapda pemerintah (Kepala Desa atau
Kadus). Dengan kata lain yaitu permakluman dari pihak keluarga laki-laki
kepada Kepala Lingkungan adat si gadis tentang kebenaran merariq
(kawinnya) dengan seorang pemuda. Sedangkan perkatana “Selabar” juga

5
berasal dari kata Lingga yaitu “obor atau suluh” yang artinya bersinar-sinar
(terang menerang). Jadi selabar itu maknanya adalah mengabarkan atau
memberitahukan. Dengan demikian yang dimaksud dengan selabar itu adalah
untuk memberitahukan kembali kepada pemerintah bahwa akan datang
rombongan pembayun untuk nyelabar ke rumah calon pengantin perempuan
(kepala warga masyarakat lingkungan asal si gadis).
2. Bait Wali
Yang namanya “Bait Wali” (minta wali) yaitu dari pihak keluarga perempuan
untuk menetapkan akad nikah (menikahkan anaknya yang kawin itu).
3. Bait Janji
“Bait janji” itu adalah permintaan keseapkatan pihak keluarga laki-laki
kepada pihak keluarga perempuan tentang saat pelaksanaan upacara puncak
dan perkawinan anak mereka. Dengan kata lain yaitu untuk membicarakan
penyelesaian adat sorong-serah.
4. Sorong Serah Aji Krama
“Aji Krama” berasal dari kata “Aji dan Karma” artinya kebiasaan, adab, cara
atau peraturan adat. Jadi yang dimaksud dengan “Sorong Serah Aji Krama”
itu adalah upacara penyerahan harga menurut ketentuan adat.
5. Nyongkolan
Upacara “Nyongkolan” ini dilaksanakan setelah upacara “Sorong Serah Aji
Krama” selesai. Adapun yang dimaksud dengan “Nyongkolan” ini adalah
upacara arak-arakan pengantin yang diiringi dengan berbagai kesenian
diantaranya “Gendang Belek”
6. Bales Lampak Nae
Adapun proses adat ini adalah proses adat yang terakhir dimana aara ini
adalah acara bersilaturrahmi dan bermaaf-maafan dengan kadang waris atau
keluarga terdekat.

6
B. Syarat-Syarat Dalam Perkawinan
1. Pasuke (permitnaan dari orang tua pengantin perempuan), yang harus dibayar
oleh keluarga pihak laki-laki dalam hal ini dikenal juga sistem kredit, yang
dibayar nanti setelah tergantung kesempatan.
2. Pelamar : yaitu syarat yang harus dibayar kepada calon mempelai wanita
seusai perjanjian antara kedua calon pengantin bisa berupa yang maupun
barang
3. Maskawin: ialah sesuatu yag ndiberikan oleh pengantin pria kepada pengantin
wanita tergantung berapa kemauan calon pengantin wanita yang disesuaikan
dengan keadaan calon pengantin pria, dapat berupa uang atau barang biasanya
harus ada emas dan seperangkat pakaian sholat.

C. Tujuan Perkawinan
1. Untuk membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal.
2. Untuk memenuhi kebutuhan biologis secara sah dan sehat.
3. Untuk mendapatkan keturunan yang sah.
4. Untuk hidup bermasyarakat.
5. Untuk memenuhi kebutuhan rohani, peranan kasih sayang, damai ama ndan
sebagainya.

7
BAB III
METODE PENELITIAN

Metode ialah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang
mempunyai langkah-langkah sistematis (Husaini usman dan Setiady Akbar, 2004:
42). Metode dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

A. Rancangan Penelitian
1. Jenis Pendekatan
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan deskriptif eksploratif. Pendekatan deskriptif eksploratif
dimaksudkan untuk penjelajahan di lapangan dan klarifikasi (penjelasan)
mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan jalan hubunga natnar
variabel yang ada. Oleh karena itu pada suatu pendekatan deskriptif
eksploratif tidak menggunakan dan tidak melakukan pengujian hipotesis
(Faesal, 2005: 20).
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian
kaulitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan proseudr
analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau ara
kuantifikasi lainnya. penelitian yang mereka teliti sangat rinci dibentuk
dengan kata-kata (Moleong, 2006). Penelitian kualitatif berusaha memahami
dan menafsirkan makna, suatu peristiw, interaksi tingkah laku manusia dalam
situasi tertentu.

B. Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Keruak, Desa Selebung
Ketangga, karena lokasi ini sangat coock tempat penulis untuk mendapatkan data
yang diinginkan karena masyarakat di Desa Selebung Ketangga termasuk orang
Sasak yang masih sangat melestarikan kebudayaan atau tradisi kawin lari.

8
Penulis mengamati kebudayaan atau tradisi kawin lari di desa Selebung
Ketangga diawali dengan pencurian pengantin wanita oleh pengantin laki-laki,
dan sesuai dengan apa yang telah tertulis di atas.
Teknik penentuan subjek penelitian ini berdasarkan pada cara-cara adat
istiadat kawin lari di Desa Selebung Ketangga, yaitu pengantin wanita dilarikan
oleh pengantin laki-laki yang sesuai dengan prosedur yang ada.

C. Teknik Pengumpulan Data


Data adalah hasil pencatatan penelitian, baik berupa fakta atau berupa
angka (Arikunto, 2002: 96). Yang dimaksud sumber data dalam penelitian ini
adalah subjek dari mana data diperoleh. Apabila penelitian menggunakan
kuesioner/wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut
subjek, yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan penelitian, baik
pertanyaan tertulis atau lisan (Arikunto, 1986: 102). Sumber data yang digunakan
terdiri dari dua macam yait udata primer dan data sekunder.
Data primer merupakan data yang diperoleh melalui observasi dan
wawancara langsung dengan subjek dan berpedoman pada daftar pertanyaan yang
sudah disiapkan. Data sekunder merupakan data yang berbentuk dokumen-
dokumen atau arsip-arsip penting yang diperoleh melalui dinas-dinas tertentu
seperti, buku-buku, majalah, koran, dan dokumen-dokumen lainnya yang relevan
dengan penelitian.
Dalam kegiatan penelitian, tentunya diperlukan suatu cara yang dapat
digunakan untuk mengumpulkan data yang biasa disebut “Metode Pengumpulan
Data” yaitu cara yyang digunakan dalam upaya memperoleh dan mengumpulkan
sejumlah data yang dibutuhkan dalam kegiatan penelitian. Sedangkan teknik
pengumpulan data primer dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi (pengamatan)
Obsrevasi (pengamatan) yaitu metode yang dipergunakan untuk
mengumpulkan data secara sengaja dan sistematika melalui pengamatan dan
pencatatan terhadap objek yang diteliti (Hadi, 1991: 136). Menurut Suharsimi
Arikunto, obsrvasi atau pengamatan adalah suatu kegiatan pemusatan

9
perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra (1996:
145).
Observasi atau pengamatan dalam penelitian kualitatif dilakukan
terhadap situasi sebenarnya yang wajar tanpa disiapkan, dirubah atau bahkan
diadakan khusus untuk keperluan penelitian. Dalam penelitian ini, penulis
menggunakan metode partisipasi dimana peneliti menjadi bagian dari
kelompok yang diteliti, karena penulis langsung berfungsi sebagai aktor.
Dalam hal ini penyusun mengamati segala bentuk adat kawin alri di
desa Selebung Ketangga yang memagn pernah ada sejak dulu, dan masih
dilestarikan sampai sekarang.

2. Wawancara
Menurut M. Ali (1989: 83), interview adalah salah satu teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan tanya jawab,
baik secara langsung maupun tidak langsung dengan sumber data. Menurut
Lexy J. Moleong (1992: 135), interview adalah percakapan yang dilakukan
dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu
pewawancara (interviewer) yang mengajuka npertanyaan dan yang
diwawncarai (interview) yaitu yang memberikan jawaban. Data diambil
dengan menggunakan instrumen wawancara mendalam yang dibantu dengan
alat rekam yaitu tape recorder.

D. Teknik Analisis Data


Setelah data terkumpul, maka perlu ada proses pemilihan data dan
kemudian dianalisis dan diinterpretasikan dengan teliti, ulet dan cakap sehingga
diperoleh suatu kesimpulan yang obyektif. Analisis data adalah kegiatan untuk
memaparkan data, sehingga diperoleh suatu kebenaran atau ketidakbenaran dari
suatu referensi. Batasan lain mengungkapkan bahwa analisis data merupakan
proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan
merumuskan ide seperti yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk
memberikan bantuan pada tema dan ide (Moleong, 2000: 103). Teknik analisis
data dalam penelitian ini menggunakan deskriptif yang ditekankan pada metode
analisis kualitatif.

10

Anda mungkin juga menyukai