Anda di halaman 1dari 4

FINAL FITOKIMIA LANJUTAN

“DAUN MENIRAN”

OLEH :

NAMA : IMANUEL RANTETA’DUNG

NIM : 1801154

KELAS : STIFA C

DOSEN PENGAMPU: Apt. Yuri Pratiwi Utami, S.Farm., M.Si

PROGRAM STUDI STRATA SATU

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI

MAKASSAR

2021
1. Klasifikasi Tanaman Meniran (Phyllanthus niruri, L)
Tumbuhan Meniran (Phyllanthus niruri, L.) memiliki klasifikasi
sebagai berikut:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Euphorbiales
Suku : Euphorbiaceae
Marga : Phyllanthus
Jenis : Phyllanthus niruri, L. (Adi Permadi, 2007)

2. Kandungan Kimia Daun Meniran (Phyllanthus niruri, L)


Meniran (Phyllanthus niruri, L.) banyak mengandung beberapa
Senyawa yaitu: Flavonoid, Tanin, Alkaloid, Lignan, Saponin.
Senyawa Flavonoid mencakup banyak pigmen yang paling umum
dan terdapat pada seluruh dunia tumbuhan mulai dari fungus sampai
angiospermae (Adi Permadi, 2007)

3. Pengolahan Simplisia Daun Meniran (Phyllanthus niruri, L.)


Sampel yang digunakan diperoleh dari Dusun Batulotong Kec.
Larompong Kab. Luwu, Sulawesi Selatan. Pengambilan sampel
dilakukan dipagi hari pada pukul 07.00 dengan cara daun dipisahkan
dari tangkai, buah batang dan akarnya. Setelah itu dilakukan sortasi
kering, kemudian dilakukan pencucian dan sortasi basah. Kemudian
daun di tiriskan, kemudian di keringkan didalam oven selama 3 hari.
Setelah itu didapatkan hasil 1500 gram simplisia kering

4. Proses Isolasi
a. ekstraksi
Serbuk halus daun meniran hijau (1,5 kg) dimaserasi dengan n-
heksana selama 1 x 48 jam. Pada hari ketiga, ekstrak dikeluarkan
dan residu dimaserasi kembali dengan pelarut yang sama. Prosedur
ini dilakukan hingga hasil perendaman terakhir tidak berarti lagi
kandungan kimianya. Ekstrak yang diperoleh diuapkan pelarutnya
dengan cara destilasi hingga diperoleh ekstrak kental (74,8 gram).
b. Fraksinasi
Sebelum difraksinasi, ekstrak tersebut dianalisis dengan
kromatografi lapis tipis (KLT) untuk menentukan jenis pelarut yang
sesuai pada kromatografi kolom cair vakum dan untuk mengetahui
jumlah komponen kandungan kimianya. Dari hasil analisis KLT
tersebut diperoleh eluen etilasetat: heksan (2 : 8). Cairan kental yang
terdiri dari beberapa komponen tersebut difraksinasi dengan metode
kromatografi kolom cair vakum menggunakan silika gel G 60 sebagai
fasa diam, sedangkan eluennya dimulai dari n-heksana yang
ditingkatkan kepolarannya secara bergradien dengan etilasetat
sebagai fasa gerak. Volume setiap sistem eluen yang digunakan
adalah 100 mL. dari hasil fraksinasi ini, diperoleh 29 fraksi. Hasil
fraksinasi dianalisis dengan kromatografi lapis tipis dengan eluen
etilasetat : heksan (2 : 8). Fraksi-fraksi dengan kromatogram yang
sama digabung dan diuapkan pelarutnya yang kemudian diuji
dengan pereaksi Liebermann-Burchard. Fraksi 16-18 setelah
digabung dan diuapkan pelarutnya, diperoleh padatan berwarna hijau
(0,28 gram). Padatan ini difraksinasi kembali dengan kromatografi
kolom flash menggunakan adsorben silika gel G 60 GF254 sebagai
fasa diam dan eluennya dimulai dari etilasetat: heksan (1 : 9) dan
ditingkatkan kepolarannya secara bergradien sebagai fasa gerak.
Volume yang digunakan pada setiap system eluen adalah 50 mL.
Dari hasil fraksinasi ini diperoleh 34 fraksi
Hasil : Hasil kromatografi lapis tipis dengan menggunakan eluen
yang tingkat kepolarannya bervariasi dari relatif kurang polar ke
tingkat relatif polar yaitu etilasetat : heksana = 3 : 7, etilasetat :
heksana = 6 : 4 dan etilasetat menunjukkan harga Rf pada eluen
yang relatif polar lebih besar dibandingkan dengan harga Rf pada
eluen yang relatif kurang polar yaitu Rf 3 : 7 = 0,4; Rf 6 : 4 = 0,6;
sedangkan Rf etilasetat = 0,8. Dari kromatogramnya tampak bahwa
senyawa yang diperoleh adalah senyawa yang relatif polar. Senyawa
yang diperoleh bereaksi positif terhadap pereaksi Liebermann-
Burchard yaitu memberikan warna biru kehijauan. Ini berarti bahwa
senyawa yang diperoleh dapat dikelompokkan sebagai senyawa
sterol. ( Muharram dan Nurjannah, 2009)
5. Pemurnian
Fraksi 22 dan 23 hasil fraksinasi ulang digabung kemudian
diuapkan pelarutnya. Selanjutnya direkristalisasi dengan n-heksana,
sehingga diperoleh kristal sebanyak 20 mg. Kristal yang diperoleh
diuji kemurniannya dengan kromatografi lapis tipis dan ditentukan
titik lelehnya. Selanjutnya, diidentifikasi dengan pereaksi
LiebermannBurchard. ( Muharram dan Nurjannah, 2009)

6. Antioksidan Tanaman Meniran


Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan untuk mengetahui aktivitas
antioksidan ekstrak etanol 70% herba meniran dengan cara
menentukan nilai IC50. Nilai IC50 adalah konsentrasi antioksidan
yang mampu menghambat 50% radikal bebas. Hasil yang diperoleh
nilai IC50 ekstrak etanol 70% herba meniran: 17,55 bpj; 17,64 bpj;
17,59 bpj termasuk antioksidan kuat, disebabkan oleh terjadinya
interaksi antara metabolit sekunder yang terdapat pada ekstrak
herba meniran tersebut. Vitamin C digunakan sebagai kontrol positif
yang memiliki IC50 sebesar 2,31 bpj dan kuersetin nilai IC50 2,77 bpj
(Risma, dkk.2019)

Daftar Pustaka
Tambunan, Risma Marisi.2019. Uji Aktivitas Antioksidan dari Ekstrak
Etanol 70% Herba Meniran (Phyllanthus niruri L.)
Terstandar.Universitas Pancasila: Jakarta
Muharram, Nurjannah.2009. Isolasi dan Identifikasi Sterol dari
Ekstrak n-heksana Daun Meniran Hijau Phyllanthus niruri L.
(Euphorbiaceae) (Isolation and Identification Sterol from the
n-hexane extract of Phyllanthus niruri L Leaves
(Euphorbiaceae)). Univeristas Negeri Makassar
Adi Permadi.2006 Tanaman Obat Pelancar Air Seni. Jakarta:
Penebar Swadaya,

Anda mungkin juga menyukai