Inovasi itu mempunyai makna pembaharuan yang berdekatan dengan perubahan atau
perbaikan. Perubahan adalah pergeseran posisi, kedudukan atau keadaan yang
memungkinkan membawa kearah kebaikan.
Seperti perubahan kurikulum saat ini sangat cepat, itu sesungguhnya adalah suatu
kesalahan tetapi pada saat di tetapkan perubahan itu seakan-akan adalah sebuah
upaya menuju kebaikan. Begitu juga dengan kurikulum, perlu dan harus senantiasa di
kembangkan, di perbaharui dan di sempurnakan. Penginovasian dilakukan pada
masalah relevansi pendidikan, masalah mutu pendidikan, masalah efisiensi dan
masalah pemerataan pendidikan.
Menurut beberapa ahli makna inovasi yaitu: 1. Roger (1983) mengemukakan bahwa
inovasi adalah ide, praktik atau objek yang dianggap baru oleh individu atau unit
penerimaan lainya. 2. Miles (1973) mengatakan, bahwa inovasi adalah sesuatu yang
disengaja, baru, perubahan khusus yang dianggap lebih manjur untuk mewujudkan
tujuan dari sebuah sistem. 3. Noel dan Nicols (1983) mengemukakan, inovasi adalah
suatu perubahandalam salah satu komponen sistem pendidikan yang bertujuan
memperbaiki aspek-aspek tertentu dalam sistem sebagai suatu keseluruhan. 4. Ibrahim
dalam Subandiyah (1992) mengemukakan, inovasi adal penemuan yang dapat berupa
suatu ide, barang, kejadian, metode yang diamati sebagai suatu yang baru bagi
seseorang atau sekelompok orang (masyarakat).
Sedangkan kurikulum merupakan alat yang sangat penting dalam keberhasilan suatu
pendidikan, tanpa adanya kurikulum yang baikdan tepat maka akan sulit dalam
mencapai tujuan dan sasaran pendidikan yang di cita-citakan oleh sebuah lembaga
pendidikan, baik formal, informal maupun nonformal.
b) Adanya pihak-pihak tertentu yang bersifat konservatif, bisa saja pihak guru,
kepala sekolah atau dari pihak siswa atau orangtua siswa. Pihak pertama adalah
guru karena guru lah orang yang bertanggung jawab dalam proses pembelajaran
dan implementasi kurikulum. Pihak berikutnya adalah kepala sekolah sebagai
orang yang bertanggung jawab atas segala hal yang terjadi di sekolah tersebut,
maka apabila ada kesepakatan mengenai inovasi kurikulum, maka kepala
sekolah itulah yang menaggung konsekuensi logis dari keputusan itu. Pihak
berikutnya adalah siswa sebagai subyek sekaligus obyek didik yang akan
merasakan langsung akibat perubahan kurikulum itu. Demikian pula orang tua
siswa yang selama ini bertanggung jawab atas segala biaya pendidikan anaka-
anaknya. Apabila terjadi perubahan kurikulum, tentu akan terjadi perubahan
buku mata pelajaran yang disesuaiakan dengan kurikulum baru. Hal ini akan
menjadi beban baru bagi sebagian besar orang tua siswa terutama yang terlahir
dari keluarga kurang mampu.
Pembaharuan suatu kurikulum perlu dilakukan mengingat kurikulum sebagai alat untuk
mencapai tujuan, harus menyesuaikan diri dengan perkembangan masyarakat yang
senantiasa berubah dan terus dan terus berkembang. Perubahan kurikulum dimulai dari
perubahan konseptual yang fundamental kemudian di ikuti oleh perubahan struktural.
Itulah realitas di lapangan yang membuat banyak praktisi pendidikan hanya bisa
mengerutkan kening. Perubahan kurikulum yang secara ideal diharapkan mampu
merubah tatanan untuk meningkatkan kualitas anak-anak bangsa agar dapat
berkompetisi dengan bangsa lain di dunia, kenyataannya berbalik arah menjadi
bumerang. Perubahan itu ternyata hanya untuk kepentingan beberapa gelintir
pengambil kebijakan untuk mengeruk keuntungan finansial.
Perubahan kurikulum tidak rasional karena dalam kurun waktu dua tahun sudah muncul
kurikulum baru. Perubahan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) menuju
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) banyak menyisakan masalah
operasional. Proses sosiolisasi KBK saja belum selesai, terutama di daerah terpencil,
mengingat begitu luasnya wilayah NKRI ini. Indonesia tidak bisa disamakan dengan
luar negeri atau negeri tetangga seperti Singapura, Brunei Darussalam, atau Malaysia,
yang wilayahnya relatif kecil kalau dibandingkan dengan Indonesia. KTSP memang
bukan barang yang sama sekali baru, karena pendekatannya tetap berbasis
kompetensi, tetapi untuk tujuan apa sesungguhnya perubahan nama itu. Bisa
dibayangkan bagaimana gamang dan caruk maruknya dunia pendidikan kita,
sementara sekolah yang berada di pedalaman masih menggunakan kurikulum 1994,
sekolah yang berada di wilayah dengan kategori sedang, masih uji coba kurikulum
2004, tetapi pemerintah telah menginstruksikan kurikulum dengan nama baru KTSP.
Dalam waktu yang bersamaan ternyata kurikulum yang berjalan dan dipakai di sekolah-
sekolah di Indonesia ada tiga jenis dengan nama yang berbeda. Betapa gamang arah
dan visi pendidikan nasional.
Disinilah perlunya aspek kesinambungan khususnya terkait dengan urgensi, substansi,
dan implementasi suatu kurikulum di sekolah. Implikasinya para guru dan siswa
menjadi korban dari perubahan kurikulum tsb. Hal ini patut menjadi perhatian serius dari
pemerintah.
Penilaian Berbasis Kelas (PBK) yang dicanangkan dalam KBK saja belum pernah
dilaku-kan oleh pemerintah, dengan berbagai alasan seperti pernyataan yang
menganggap komponen sekolah belum siap. Alasan semacam itu melecehkan guru
sebagai pelaksana penilaian di lembaga pendidikan masing-.masing. pemerintah harus
melakukan sosialisasi perubahan kurikulum dengan cepat dan menyeluruh, termasuk
memberdayakan guru dan memenuhi kebutuhan sarana prasarana sekolah.
Kalau pemerintah tidak mampu memenuhi konsekuensi perubahan kurikulum itu,
dengan alasan keterbatasan dana atau anggaran , sebaiknya dikaji ulang terlebih
dahulu. Langkah yang tepat adalah memaksimalkan semua komponen dalam sistem
pendidikan nasional, secara seimbang. Tidak hanya merubah salah satu komponen
saja seperti hanya pada kurikulumnya tetapi tidak memperhatikan peningkatan kualitas
guru sebagai pelaksana kurikulum yang paling dominan. Jika dilihat perubahan
kurikulum tahun 1974, 1984, 1994,2004, seharusnya perubahan kurikulum itu akan
terjadi pada tahun 2014.
Perubahan kurikulum berarti menstrukturisasikan kurikulum yang ada untuk diganti
dengan yang baru, dengan perubahan yang sedemikian rupa sehingga struktur-struktur
atau topik-topik, ruang lingkup materi, dan metode pembelajaran ikut dirubah. Adapun
langkah-langkah dalam pembaharuan kurikulum, yaitu Mengenal atau mengikuti
kebutuhan masyarakat. Mobilisasi suatu perubahan kurikulum. Studi tentang masalah
dan kebutuhan masyarakat. Studi tentang karakteristik dan kebutuhan anak
didik.Formulasi tujuan pendidikan. Menetapkan aktifitas belajar dan perencanaan unit-
unit pelajaran.pengujian kurikulum yang diperbaharui. Pelaksanaan kurikulum baru.
Evaluasi dan revisi berikutnya.