Anda di halaman 1dari 23

ETIKA DALAM BIDANG AUDITING

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Etika Bisnis dan Profesi

Dosen Pengampu :

Arista Fauzi Kartika Sari., S.Pd., M.SA

Penyusun :

Dhuratun nuskha (21701082202)

Siti Choirul Umatin (21701082221)

Yunita Wardani (21701082209)

Lailatul Maghfiroh (21801082131)

Linda Erika (21801082164)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM MALANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa

karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyusun makalah ini yang berjudul “Etika dalam Bidang Auditing” tepat pada

waktunya.

Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan

dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,

untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam

pembuatan makalah ini.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para

pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan

baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca

sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Malang, 05 Januari 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

KATA PENGANTAR...................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang....................................................................... 1

1.2 Rumusan Permasalahan ........................................................... 2

1.3 Tujuan....................................................................................... 3

BAB II ISI .................................................................................................... 4

2.1 Etika dalam Auditing................................................................ 4

2.2 Tanggungjawab Auditor........................................................... 5

2.3 Independensi Auditor................................................................ 8

2.4 Peraturan Pasar Modal dan Regulator

mengenai Indepedensi Akuntan Publik.................................... 10

2.5 Kasus Etika dalam Auditing....................................................... 13

BAB III PENUTUP........................................................................................ 19

3.1 Kesimpulan............................................................................... 19

3.2 Saran. ....................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 20

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan akan informasi keuangan saat ini sangat tinggih, setiap

pengambilan keputusan-keputusan bisnis, informasi keuangan sangat

dibutuhkan sebagai salah satu bahan pertimbangan untuk pengambilan

keputasan. Informasi keuangan yang dibutuhkan salah satunya bersumber dari

Laporan Keuangan.

Laporan keuangan yang digunakan adalah laporan keuangan hasil

pemeriksaan auditor independent (laporan audit). Tujuan dari laporan

keuangan audit bagi perusahaan adalah sebagai berikut :

1. Transaksi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan semakin

kompleks. Walaupun sekarang ini masyarakat semakin mampu

membaca laporan keuangan, tetapi mereka tetap butuh orang yang

memiliki keahlian profesional untuk menguji informasi dalam

Laporan Keuangan tersebut.

2. Pihak manajemen organisasi merasa perlu melakukan verifikasi

kebenaran laporan keuangan, untuk meminimalisir kesalahan.

3. Menambah kredibilitas dan kinerja perusahaan melalui laporan

keuangan

4. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan.

5. Identifikasi terhadap kelemahan sistem.

1
Semakin tingginya kepercayaan pengguna laporan keuangan maka

semakin tinggi juga tuntutan independensi seroang auditor dalam melakukan

pemeriksaan laporan keuangan. Hal ini tentu saja diiring dengan etika baik

seorang pemeriksa.

Seorang auditor diperhadapkan dalam independensi auditor dan

kepentingan auditor terhadap audit fee. Audit fee seharusnya tidak

menginterfensi/mempengeruhi keputusan-keputusan dalam melakuakan

pemeriksaan hingga seorang auditor mengeluarkan opini.Penelitian yang

dilakukan oleh Sem Paulus Silalahi (2013) mengemukakan bahwa  koefisien

etika sebesar 0,744 yang menunjukkan adanya pengaruh positif antara etika

terhadap skeptisisme profesional auditor. Semakin tinggi tingkat kesadaran

etis atau tidak etisnya tindakan yang dipakai dalam pengambilan keputusan

maka akan semakin tinggi skeptisisme profesional auditor. Hasil penelitian

ini membuktikan bahwa etika seorang auditor menunjang kinerja auditor

dalam menghasilakan kualitas audit laporan keuangan.

Pelaksanaan proses auditing seorang auditor dituntut secara

profesional dan independen sesuai dengan etika dan aturan yang ada.

Regulasi tetang kode etik dan aturan profesional seorang auditor telah di

tetapkan oleh Pasar Modal dan BAPEPAM.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan disajikan dalam makalah ini sebagai berikut.

1. Apa yang dimaksud dengan etika dalam auditing ?

2. Bagaimana tanggungjawabab Auditor?

2
3. Bagaimana Independesi Auditor ?

4. Bagaimana Peraturan Pasar Modal dan Regulator mengenai Independensi

Akuntan Publik ?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan dalam makalah ini, yakni :

1. Untuk mengetahui etika dalam auditing.

2. Untuk mengetahui tanggungjawabab Auditor.

3. Untuk mengetahui Independesi Auditor.

4. Untuk mengetahui Peraturan Pasar Modal dan Regulator mengenai

Independensi Akuntan Publik.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Etika dalam Auditing

Definisi etika secara garis besar merupakan serangkain prinsip atau

nilai moral  yang dimiliki oleh setiap orang. Dalam berbagai hal etika sangat

dijunjung tinggi oleh kebanyakan orang. Etika dianggap sebagai sesutu yang

bernilai tinggi dalam kehidupan sehari-hari.

Pengertian auditing menurut (Mulyadi, 2002) “Suatu proses sistematik

untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai

pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi dengan tujuan

untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut

dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya

kepada pemakai yang berkepentingan.” Dari pengertian ini dapat disimpulkan

bahwa auditng adalah proses yang dilakukan secara sistematis untuk

memperoleh informasi yang dapat di ukur mengenai suatu entitas ekonomi

dan menyampaikan dalam bentuk laporan kesesuaian antara informasi yang

diperoleh dengan kriteria-kriteria yang ditetapkan. Proses auditing hanya

dilakukan oleh seraong yang kompeten dan independen.

Pengertian etika dalam auditing dapat diartikan sebagai suatu prinsip

untuk melakukan proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti

tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi untuk

menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi yang dimaksud dengan

kriteria-kriteria yang dimaksud yang dilakukan oleh seorang yang kompeten

4
dan independen. Seorang auditor bertanggungjawab untuk merencanakan dan

melaksanakan audit dengan tujuan untuk memperoleh keyakinan memadai

mengenai apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang

disebabkan oleh kekeliruan atau kecuragan.

2.2 Tanggungjawab Auditor

A. Tanggungjawab Dasar Auditor

Tanggungjawab dasar seorang auditor adalah sebagai berikut:

a) Perencanaan, Pengendalian, dan Pencatatan

Dalam pelaksanaan audit seorang auditor harus memulai dengan

perencaanaan, kemudian mengendalikan dan mencatat setiap

pekerjaan.

b) Sistem Akuntansi

Auditor harus memahami dan dapat mengetahui dengan pasti

bagaiman sistem dan pemprosesan transaksi dan memiliki

kecukupannya sebagai dasar penyusunan laporan keuangan.

c) Bukti Audit

Auditor harus memperoleh bukti audit yang relevan dan dan

reliable untuk memberikan suatu kesimpulan yang rasional.

d) Pengendalian Intern

Bila auditor berharap untuk menempatkan kepercayaan pada

pengendalian internal, hendaknya memastikan dan megevaluasi

pengendalian itu dan melakukan compliance test. Compliance test

atau tes ketaatan adalah tes terhadap bukti pembukuan untuk

5
mengetahui apakah setiap transaksi yang terjadi sudah diproses dan

dicatat sesuai dengan sistem dan prosedur yang di tetapkan oleh

manajemen.

e) Meninjau Ulang Laporan Keuangan yang Relevan

Auditor melaksanakan tinjauan ulang laporan keuangan yang

relevan seperlunya, dalam hubungannya dengan keseimpulan yang

diambil berdasarkan bukti audit lain yang didapat, dan untuk

memberi dasar rasional atas pendapat mengenai laporan keuangan.

B. Tanggungjawab Auditor Terhadap Publik

PSA 1 (SA 110) revisi, menyatakan bahwa Auditor memiliki

tanggungjawab untuk merencanakan dan menjalankan audit untuk

memperoleh keyakinan yang memadai apakah laporan keuangan telah

bebas dari salah saji material, yang disebabkan oleh kesalahan ataupun

kecurangan. Karena sifat dari bahan bukti audit dan karatkeristik

kecurangan, auditor harus mampu mendapatkan keyakinan yang memadai,

namun bukan absolute, bahwa salah saji material telah didteksi. Auditor

tidak memiliki tanggungjawab untuk merencanakan dan menjalankan

audit untuk mendapatkan keyakinan yang disebabkan oleh kesalahan

maupun kecurangan, yang tidak signifikan terhadap laporan keuangan

telah terdeteksi.

Profesi akuntan memiliki peranan yang sangat penting

dimasyarakat, sehingga menimbulkan ketergantungan dalam hal

tanggungjawab akuntan terhadap kepentingan publik.Dalam kode etik

diungkapkan, akuntan tidak hanya memiliki tanggung jawab terhadap

6
klien yang membayarnya saja, akan tetapi memiliki tanggung jawab juga

terhadap publik. Kepentingan publik adalah kepentingan masyarakat dan

institusi yang dilayani secara keseluruhan. Publik akan mengharapkan

akuntan untuk memenuhi tanggung jawabnya dengan sebaik-baiknya serta

sesuai dengan kode etik professional AKDA.

Kepentingan publik didefinisikan sebagai kepentingan masyarakat

dan institusi yang dilayani secara keseluruhan. Publik akan mengharapkan

akuntan untuk memenuhi tanggung jawabnya dengan integritas,

obyektifitas, keseksamaan profesionalisme, dan kepentingan untuk

melayani publik. Para akuntan diharapkan memberikan jasa yang

berkualitas, mengenakan jasa imbalan yang pantas, serta menawarkan

berbagai jasa dengan tingkat profesionalisme yang tinggi. Atas

kepercayaan publik yang diberikan inilah seorang akuntan harus secara

terus-menerus menunjukkan dedikasinya untuk mencapai profesionalisme

yang tinggi.

Justice Buger dalam (Claudya Shelviana

Angelina,2015) mengungkapkan bahwa akuntan publik yang independen

dalam memberikan laporan penilaian mengenai laporan keuangan

perusahaan memandang bahwa tanggung jawab kepada publik itu

melampaui hubungan antara auditor dengan kliennya.

Ada 3 karakteristik dan hal-hal yang ditekankan untuk

dipertanggungjawabkan oleh auditor kepada publik, antara lain:

1. Auditor harus memposisikan diri untuk independen, berintegritas,

dan obyektif

7
2. Auditor harus memiliki keahlian teknik dalam profesinya.

3. Auditor harus melayani klien dengan profesional dan konsisten

dengan tanggung jawab mereka kepada publik.

2.3 Independensi Auditor

Independensi menurut mulayadi dalam (Lauw Tjun Tjun, dkk, 2012)

independesi dapat diartikan sebagai sikap mental yang bebas dari pengaruh,

tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain.

Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri dalam

mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif tidak

memihak dalam diri auditor dalam menyatakan hasil pendapatnya. Sikap

mental independen sama pentingnya dengan keahlian dalam bidang praktek

akuntansi dan prosedur audit yang harus dimiliki oleh setiap auditor. Dalam

SPAP (IAI, 2001) auditor diharuskan bersikap independen, artinya tidak

mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan

umum (dibedakan di dalam hal ia berpraktik sebagai auditor intern). Tiga

aspek independensi seorang auditor, yaitu sebagai berikut :

1. Independensi dalam Fakta (Independence in fact) : Artinya auditor harus

mempunyai kejujuran yang tinggi, keterkaitan yang erat dengan

objektivitas.

2. Independensi dalam Penampilan (Independence in appearance) : Artinya

pandangan pihak lain terhadap diri auditor sehubungan dengan

pelaksanaan audit.

8
3. Independensi dari sudut Keahliannya (Independence in competence) :

Independensi dari sudut pandang keahlian terkait erat dengan kecakapan

profesional auditor.

Dalam kenyataanya auditor seringkali menemui kesulitan dalam

mempertahankan sikap mental independen. Keadaan yang seringkali

mengganggu sikap mental independen auditor menurut  mulayadi dalam

(Lauw Tjun Tjun, dkk, 2012) adalah sebagai berikut :

1. Sebagai seorang yang melaksanakan audit secara independen, auditor

dibayar oleh kliennya atas jasanya tersebut.

2. Sebagai penjual jasa seringkali auditor mempunyai kecendrungan untuk

memuaskan keingina kliennya.

3. Mempertahankan sikap mental independen seringkali dapat menyebabkan

lepasnya klien.

Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada

umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam

semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan

arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

Laporan auditor merupakan sarana bagi auditor untuk menyatakan

pendapatnya, atau apabila keadaan mengharuskan, untuk menyatakan tidak

memberikan pendapat. Baik dalam hal auditor menyatakan pendapat maupun

menyatakan tidak memberikan pendapat, ia harus menyatakan apakah

auditnya telah dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan

Ikatan Akuntan Indonesia. Standar auditing yang ditetapkan Institut Akuntan

Indonesia mengharuskan auditor menyatakan apakah, menurut pendapatnya,

9
laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku

umum di Indonesia dan jika ada, menunjukkan adanya ketidak konsistenan

penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode

berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam

periode sebelumnya.

2.4 Peraturan Pasar Modal dan Regulator mengenai Indepedensi Akuntan

Publik

Undang-undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal memberikan

pengertian pasar modal yang lebih spesifik yaitu kegiatan yang bersangkutan

dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang

berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang

berkaitan dengan efek.

Pasar modal memiliki peran yang sangat besar terhadap perekonomian

Indonesia. institusi yang bertugas untuk melakukan pembinaan, pengaturan,

dan pengawasan sehari-hari kegiatan pasar modal di Indonesia adalah Badan

Pengawas Pasar Modal atau BAPEPAM. Kita tentu masih mengingat kasus

endron, bagaimana dampak dari kasus ini hingga mempengaruhi

perekonomian dunia oleh karena itu sehingga peran BAPEPAM sangat

penting.

Berdasarkan Undang-udangan No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar

Modal, BAPEPAM mempunyai kewenangan untuk memberikan izin,

persetujuan, pendaftaran kepada para pelaku pasar modal, memproses

pendaftaran dalam rangka penawaran umum, menerbitkan peraturan

10
pelaksanaan dari perundang-undangan di bidang pasar modal, dan melakukan

penegakan hukum atas setiap pelanggaran terhadap peraturan perundang-

undangan di bidang pasar modal.

Kecukupan peraturan perlindungan investor pada pasar modal

Indonesia mencakup beberapa komponen analisa yaitu :

1. Ketentuan isi pelaporan emitmen atau perusahaan publik yang harus

disampaikan kepada publik dan Bapepam.

2. Ketentuan Bapepam tentang penerapan internal control pada emitmen

atau perusahaan publik.

3. Ketentuan Bapepam tentang, pembentukan Komite Audit oleh

emitmen atau perusahaan publik.

4. Ketentuan tentang aktivitas profesi jasa auditor independen.

Seperti regulator pasar modal lainnya Bapepam mempunyai

kewenangan untuk memberikan izin, persetujuan, pendaftaran kepada para

pelaku pasar modal, memproses pendaftaran dalam rangka penawaran umum,

menerbitkan peraturan pelaksanaan dari perundang-undangan di bidang pasar

modal, dan melakukan penegakan hukum atas setiap pelanggaran terhadap

peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.

Salah satu tugas pengawasan Bapepam adalah memberikan

perlindungan kepada investor dari kegiatan-kegiatan yang merugikan seperti

pemalsuan data dan laporan keuangan, window dressing, serta lain-lainnya

dengan menerbitkan peraturan pelaksana di bidang pasar modal. Dalam

melindungi investor dari ketidakakuratan data atau informasi, Bapepam

sebagai regulator telah mengeluarkan beberapa peraturan yang berhubungan

11
dengan keaslian data yang disajikan emiten baik dalam laporan tahunan

maupun dalam laporan keuangan emiten.

Ketentuan-ketentuan yang telah dikeluarkan oleh Bapepam antara lain

adalah Peraturan Nomor:VIII.A.2/Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-

20/PM/2002 tentang Independensi Akuntan yang Memberikan Jasa Audit di

Pasar Modal. Aturan ini terdiri dari 7 point induk yakni :

1) Definisi dari istilah-istilah yang digunakan

2) Jangka waktu periode penugasan profesional

3) Independensi

4) Sistem Pengendalian Mutu

5) Pembatasan penugasan audit

6) Weweang sanksi oleh Bapapem kepada yang melanggar ketentuan ini

Seorang auditor dalam peraturan ini dikatakan tidak Independensi

adalah sebagai berikut :

1. Mempunyai kepentingan langsung atau tidak langsung yang material

terhadap klien

2. Mempunyai hubungan pekerjaan dengan klien

3. Mempunyai hubungan usaha secara langsung atau tidak langsung yang

material dengan klien atau dengan karyawan kunci yang bekerja pada

klien, atau dengan pemegan saham utama klien.

4. Memberikan jasa astetasi selain yang sedang  mendapat penugasan dan

jasa non astetasi kepada klien

5. Memberikan jasa atau produk kepada klien dengan dasar fee. Kontinjen

atau komisi, atau menerima fee kontinjen atau komisi dari klien.

12
2.5 Kasus Etika dalam Auditing

Kasus PT. Muzatek Jaya Tahun 2004

Kasus pelanggaran Standar Profesional Akuntan Publik kembali

muncul. Menteri Keuangan pun memberi sanksi pembekuan. Menteri

Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati  membekukan izin Akuntan

Publik (AP) Drs. Ahmad budiman dari Kantor Akuntan Publik (KAP) Drs.

Mitra Winata dan Rekan selama dua tahun, terhitung sejak 15 Maret 2007.

Kepala Biro Hubungan Masyarakat Departemen Keuangan Samsuar Said

dalam siaran pers yang diterima Hukum online, Selasa (27/3), menjelaskan

sanksi pembekuan izin diberikan karena akuntan publik tersebut melakukan

pelanggaran terhadap Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP).

Pelanggaran itu berkaitan dengan pelaksanaan audit atas Laporan Keuangan

PT Muzatek Jaya tahun buku berakhir 31 Desember 2004 yang dilakukan

oleh Budiman.

Petrus dilarang memberikan jasa atestasi termasuk audit umum,

review, audit kinerja dan audit khusus. Yang bersangkutan juga dilarang

menjadi pemimpin rekan atau pemimpin cabang KAP, namun dia tetap

bertanggungjawab atas jasa-jasa yang telah diberikan, serta wajib memenuhi

ketentuan mengikuti Pendidikan Profesional Berkelanjutan (PPL).

Pembekuan izin oleh Menkeu tersebut sesuai dengan Keputusan

Menkeu Nomor 423/KMK.06/2002 tentang Jasa Akuntan Publik

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menkeu Nomor

359/KMK.06/2003. Pembekuan izin yang dilakukan oleh Menkeu ini

13
merupakan yang kesekian kalinya. Pada 4 Januari 2007, Menkeu

membekukan izin Akuntan Publik (AP) Djoko Sutardjo dari Kantor Akuntan

Publik Hertanto, Djoko, Ikah & Sutrisno selama 18 bulan.

Pembahasan :

Berbagai pelanggaran etika yang dilakukan para akuntan telah banyak

terjadi saat ini, misalnya berupa perekayasaan laporan keuangan untuk

menunjukkan kinerja perusahaan agar terlihat lebih baik, ini merupakan

pelanggaran akuntan terhadap kode etik profesinya yang telah melanggar

kode etik akuntan karena akuntan telah memiliki seperangkat kode etik

tersendiri yang disebut sebagai aturan tingkah laku moral bagi para akuntan

dalam masyarakat.

Oleh karena itu,  sikap profesional dan ketaatan pada kode etik profesi

akuntansi sangat penting untuk dimiliki oleh setiap akuntan. Akuntan tidak

independen apabila selama periode Audit dan periode Penugasan

Profesioanalnya, baik Akuntan, Kantor Akuntan Publik (KAP) maupun orang

dalam KAP memberikan jasa-jasa non-audit kepada klien, seperti pembukaan

atau jasa lain yang berhubungan dengan jasa akuntansi klien, desain sistem

informasi keuangan, aktuaria dan audit internal. Konsultasi kepada kliennya

dibidang itu menimbulkan benturan kepentingan.

a. Prinsip Etika Akuntan atau Kode Etik Akuntan

Di dalam Kode Etik Akuntan Publik sendiri memuat setidaknya ada

tiga aturan yang memuat aturan atau standard – standart dalam aturan

auditing yaitu: prinsip etika, aturan etika dan interpretasi aturan etika.

Dan dalam kesempatan ini saya akan mendeskripsikan prinsip etika

14
yang meliputi delapan butir dalam pernyataan  IAI, 1998, dalam

Ludigdo, 2007 (dalam bahasa pemahaman sendiri).

b. Tanggung Jawab Profesi

Setiap auditor harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan

profesional dalam setiap kegiatan yang dilakukan seperti dalam

mengaudit sampai penyampaian hasil laporan audit.

c. Kepentingan Publik

Profesi akuntan publik memegang peran yang penting di masyarakat,

dimana publik dari profesi akuntan yang terdiri dari klien, pemberi

kredit, pemerintah, pemberi kerja, pegawai, investor, dunia bisnis dan

keuangan, dan pihak lainnya bergantung kepada obyektivitas dan

integritas akuntan dalam memelihara berjalannya fungsi bisnis secara

tertib.

d. Integritas

Auditor harus memiliki integritas yang tinggi, sama seperti hal dalam

kepentingan publik, auditor adalah peran yang penting dalam

organisasi, dalam menjalankan tanggung jawabnya auditor harus

memiliki integritas yang tinggi, tidak mementingkan kepentingan

sendiri tetapi kepentingan bersama atas dasar nilai kejujuran.

e. Objektivitas

Obyektivitasnya adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa

yang diberikan anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan auditor

bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak

15
berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau

dibawah pengaruh pihak lain.

f. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan

berhati-hati, kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban

untuk mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan profesional

pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau

pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa profesional dan teknik

yang paling mutakhir.

g. Kerahasiaan

Setiap auditor harus menghormati kerahasiaan informasi yang

diperoleh selama melakukan jasanya dan tidak boleh memakai atau

mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan klien atau pihak

– pihak yang terkait, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional

atau hukum untuk mengungkapkannya.

h. Perilaku Profesional

Setiap auditor harus berperilaku yang konsisten dengan karakter yang

dimiliki yang harus dapat menyesuaikan perilakunya dengan setiap

situasi atau keadaan dalam setiap tanggung jawabnya terhadap klien.

i. Standar Teknis

Setiap auditor harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan

standar teknis dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan

keahliannya dan dengan berhati-hati. Standar teknis dan standar

professional yang harus ditaati auditor adalah standar yang

16
dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Internasional Federation

of Accountants, badan pengatur, dan pengaturan perundang-undangan

yang relevan.

Analisis :

Pada kasus ini, yaitu dibekukannya izin Drs. Ahmad Budiman dan

Rekan dari Kantor Akuntan Publik (KAP) karena akuntan publik

tersebut melakukan pelanggaran terhadap Standar Profesional

Akuntan Publik (SPAP), dan kasus pelanggaran lainya seperti Djoko

Sutardjo dari Kantor Akuntan Publik Hertanto, Djoko, Ikah &

Sutrisno melakukan pelanggaran atas pembatasan penugasan audit dan

pembekuan izin terhadap Akuntan Publik Justinus Aditya Sidharta

yang terbukti telah melakukan pelanggaran terhadap SPAP berkaitan

dengan Laporan Audit atas Laporan Keuangan Konsolidasi akan

mencoreng nama baik dari akuntan publik dan hal ini akan sangat

merugikan seperti hilangnya kepercaayaaan masyarakat.

Dari kasus diatas juga dapat disimpulkan bahwa terjadi

pelanggaran terhadap salah satu prinsip etika profesi yaitu prinsip

STANDAR TEKHNIS. Dimana dalam standar tekhnis setiap anggota

harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar tekhnis

dan standar profesional yang relevan. sesuai dengan keahliannya dan

dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk

melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan

tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas. Standar

tekhnis dan standar profesional yang harus ditaati oleh anggota adalah

17
standar yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI),

International Federation of Accountans, badan pengatur, dan peraturan

perundang-undangan yang relevan.

18
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Etika dalam auditing merupakan suatu prinsip untuk melakukan proses

pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat

diukur mengenai suatu entitas ekonomi untuk menentukan dan melaporkan

kesesuaian informasi yang dimaksud dengan kriteria- kriteria yang dimaksud yang

dilakukan oleh seorang yang kompeten dan independen.

3.2 Saran

Menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, kedepannya penulis akan

lebih fokus dan detil dalam menjelaskan tentang masalah di atas tentunya dengan

sumber-sumber yang lebih banyak dan dapat di pertanggung jawabkan. Kami

terima saran dan kritik membangun, semoga makalah ini bermanfaat.

19
DAFTAR PUSTAKA

https://rajadariusputra.wordpress.com/2016/11/30/10-contoh-kasus-pelanggaran-

etika-profesi-tugas-3/

https://astridpurnamasary.wordpress.com/2015/12/15/bab-5-etika-dalam-auditing/

Claudya Shelviana Angelina, Hubungan Antara Motivasi dan Stres Kerja

Terhadap Kinerja Auditor : Peran Rekan Kerja Sebagai Variabel

Moderating: Jom FEKON.2 No. 1 Februari 2015

Lauw Tjun Tjun, dkk,Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor Terhadap

Kualitas Audit:Jurnal Akuntansi Vol.4 No.1 Mei 2012: 33-56

Sem Paulus Silalahi,Pengaruh Etika, Kompetensi, Pengalaman Audit Dan Situasi

Audit Terhadap Skeptisme Profesional Auditor:Jurnal Ekonomi Volume

21, Nomor 3 September 2013

http://albantantie.blogspot.nl/2013/11/etika-dalam-auditing.html

https://kuntowibi.wordpress.com/2012/11/17/etika-dalam-auditing/

https://datakata.wordpress.com/2013/12/04/etika-dalam-auditing/

https://enomutzz.wordpress.com/2012/01/27/etika-dalam-auditing/

http://adimo22.blogspot.nl/2014/10/etika-dalam-auditing.html

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=138922&val=2268

http://harnityastuti.blogspot.nl/2010/11/etika-dalam-auditing.html

20

Anda mungkin juga menyukai