Anda di halaman 1dari 16

KARYA TULIS ILMIAH

Manfaat Limbah Bulu Ayam Broiler bagi Ternak Unggas

“Sistem Pengolahan Limbah Bulu Ayam Broiler sebagai Bahan

Pakan Ternak Itik”

Oleh :

Nama : Mita Puji Rahayu

NIM : 205050101113033

Kelas : Peternakan A

FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

PSDKU KEDIRI 2020


LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Sistem Pengolahan Limbah Bulu Ayam
Broiler sebagai Bahan Pakan Ternak Itik”. Yang dibuat untuk menyelesaikan
tugas mengembangkan kerangka karya tulis ilmiah dalam mata kuliah Bahasa
Indonesia di Universitas Brawijaya PSDKU Kediri prodi peternakan.

Blitar, 14 November 2020

Dosen Pengampu

(Khilmi Mauliddian, S.Hum., M.Li)

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan untuk
dapat menyelesaikan tugas mengembangkan kerangka karya tulis ilmiah dalam
mata kuliah Bahasa Indonesia ini sesuai dengan waktu yang ditentukan. Tanpa
adanya berkat dan rahmat Allah SWT tidak mungkin rasanya dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya.

Saya menyadari bahwa penulisan karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kata
sempurna, maka dari itu saya sangat mengharapkan partisipasi pembaca untuk
memberikan masukan baik berupa kritikan maupun saran untuk membuat tugas
karya tulis ilmiah ini menjadi lebih baik dari segi isi baik segi yang lainnya. Saya
memohon maaf bila ada hal yang kurang berkenan dalam penulisan tugas karya
tulis ilmiah.

Akhir kata, terimakasih terhadap pembaca yang berkenan membaca karya tulis
ilmiah ini.

Blitar, 14 November 2020

Mita Puji Rahayu

ii
ABSTRAK

Pakan merupakan salah satu komponen penting dalam industri perunggasan


termasuk pada usaha budidaya itik petelur. Salah satu cara untuk efisiensi bahan
pakan yaitu dengan memanfaatkan limbah bulu ayam broiler. Industri pemotongan
ayam broiler merupakan sumber limbah bulu ayam broiler yang dapat
menyebabkan pencemaran lingkungan dan gangguan penyakit bagi masyarakat
sekitar jika tidak dikelola dengan baik. Limbah bulu ayam broiler memiliki
kandungan protein (keratin) sebesar 80-90% melebihi kandungan protein pada
kedelai (42,5%).

Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang
didapatkan tidak secara langsung dari objek atau subjek penelitian. Sumber data ini
diperoleh dari jurnal ilmiah, website yang kredibel. Metode yang digunakan
merupakan studi literatur yaitu dengan mencari referensi teori yang relefan dengan
kasus atau permasalahan yang ditemukan.

Teknik pengolahannya dapat dilakukan secara fisik, kimia dengan asam, kimia
dengan basa, dan mikrobiologi melalui fermentasi dengan mikroorganisme. Setelah
beberapa minggu pemberian hidrolisat bulu ayam (HBA) broiler pada pakan itik
dilakukan analisa terhadap kecernaan bahan kering dan kecernaan kadar protein
dengan mengambil sampel cairan rumen.

Kata Kunci: limbah bulu ayam broiler, pakan

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................i

KATA PENGANTAR................................................. ..........................................ii

ABSTRAK.............................................................................................................iii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................1

1.3 Tujuan............................................................................................................1

1.4 Manfaat..........................................................................................................2

1.5 Tinjauan Pustaka............................................................................................2

1.6 Landasan Teori..............................................................................................3

1.7 Batasan Masalah............................................................................................4

BAB II METODE PENELITIAN..........................................................................5

2.1 Rancangan Penelitian.....................................................................................5

2.2 Data dan Sumber Data...................................................................................5

2.3 Instrumen Penelitian......................................................................................5

2.4 Pengumpulan Data.........................................................................................6

BAB III PEMBAHASAN.......................................................................................7

BAB IV PENUTUP.................................................................................................9

iv
4.1 Kesimpulan....................................................................................................9

4.2 Saran..............................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................10

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Industri pemotongan ayam broiler merupakan sumber limbah bulu ayam


broiler yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan dan gangguan
penyakit bagi masyarakat sekitar jika tidak dikelola dengan baik. Limbah
bulu ayam broiler memiliki kandungan protein (keratin) sebesar 80-90%
melebihi kandungan protein pada kedelai (42,5%). Keratin yang terkandung
di dalam bulu ayam broiler tidak dapat diserap langsung oleh tubuh, karena
itu dibutuhkan teknik pengolahan tertentu untuk mempermudah proses
penyerapan. Sektor peternakan unggas atau poultry masih menghadapi
tantangan dari kenaikan harga pakan ternak. Sementara harga ayam
pedaging atau broiler kembali normal.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa manfaat dari limbah bulu ayam broiler untuk mengurangi dampak
pencemaraan limbah bulu ayam broiler pada lingkungan ?
2. Bagaimanakah teknik pengolahan limbah bulu ayam broiler untuk
mempermudah proses penyerapan ?
3. Bagaimanakah cara mengolah bulu ayam broiler menjadi hidrolisat bulu
ayam broiler yang berpotensi sebagai pakan ternak, supaya dapat
menghadapi tantangan dari kenaikan harga pakan ternak ?

1.3 Tujuan

1
1. Mengetahui manfaat dari limbah bulu ayam broiler untuk mengurangi
dampak pencemaraan limbah bulu ayam broiler pada lingkungan.
2. Mengetahui teknik pengolahan limbah bulu ayam broiler untuk
mempermudah proses penyerapan.
3. Mengetahui cara mengolah bulu ayam broiler menjadi hidrolisat bulu
ayam broiler yang berpotensi sebagai pakan ternak.

1.4 Manfaat

1. Memberi informasi kepada masyarakat tentang manfaat dari limbah


bulu ayam broiler untuk mengurangi dampak pencemaraan limbah bulu
ayam broiler pada lingkungan.
2. Menambah pengetahuan tentang teknik pengolahan limbah bulu ayam
broiler untuk mempermudah proses penyerapan.
3. Menambah wawasan mengenai cara mengolah bulu ayam broiler
menjadi hidrolisat bulu ayam broiler yang berpotensi sebagai pakan
ternak.

1.5 Tinjauan Pustaka

Selain bagian tulang, bulu adalah limbah yang dihasilkan ayam broiler.
Peternak, dan industri pemotongan ayam broiler biasanya membuang begitu
saja limbah bulu ayam ini. Limbah yang terus menerus dibuang secara
sembarangan akhirnya mencemari. Limbah bulu ayam memiliki kandungan
protein (keratin) sebesar 80-90% melebihi kandungan protein pada kedelai
(42,5%). Keratin yang terkandung di dalam bulu ayam tidak dapat diserap
langsung oleh tubuh, karena itu dibutuhkan teknik pengolahan tertentu
untuk mempermudah proses penyerapan.
Teknik pengolahannya dapat dilakukan secara fisik, kimia dengan asam,
kimia dengan basa, dan mikrobiologi melalui fermentasi dengan
mikroorganisme. Ke-empat metode pemrosesan tersebut dapat

2
meningkatkan kecernaan protein maupun kecernaan berat kering Hidrolisat
Bulu Ayam (HBA) yang berbeda-beda. Pemrosesan bulu ayam secara fisik
meningkatkan kecernaan protein sebesar 76%, kimia dengan asam
meningkatkan kecernaan berat kering 59,83%, kimia dengan basa
menigkatkan kecernaan berat kering 64,6%, dan mikrobiologis
meningkatkan kecernaan protein sebesar 54,20%. Teknik fermentasi
menggunakan isolat jamur tanah yakni Penicillium sp. Menghasilkan
kecernaan berat kering 31,84% dan kecernaan protein 28,89%.
Pakan merupakan salah satu komponen penting dalam industri
perunggasan termasuk pada usaha budidaya itik petelur. Pengeluaran biaya
terbesar dari usaha pemeliharaan berasal dari biaya pembelian pakan, yaitu
sekitar 70-85%.

1.6 Landasan Teori

Perkembangan ekonomi, sosial, dan teknologi saat ini berjalan seiring


dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat, salah satunya kebutuhan
terhadap makanan bergizi. Menteri Pertanian Republik Indonesia
menyatakan bahwa, untuk memenuhi kebutuhan daging, maka harus
dilakukan suatu upaya dalam pencapaian swasembada. Komponen penting
yang menjadi kunci keberhasilan dari usaha budidaya ternak adalah pakan
ternak.
Pemberian pakan pada itik antara lain jagung, dedak, bekatul, onggok,
gaplek, nasi aking (nasi yang dikeringkan), dan menir tidak dapat memberi
efek maksimal bagi pertumbuhan ternak itik. Hal ini berkaitan dengan
kurangnya sumber energi dan protein yang terkandung di dalam pakan
tersebut.
Pengeluaran biaya terbesar dari usaha pemeliharaan itik berasal dari
biaya pembelian pakan, yaitu sekitar 70-85%. Jadi, jika jumlah pemberian,
kualitas, serta teknik pemberian pakan tidak diperhatikan oleh peternak,

3
maka target performa tidak akan tercapai hingga peternak bisa menderita
kerugian ekonomi.

1.7 Batasan Masalah

Limbah bulu yang digunakan dalam penelitian ini hanyalah limbah bulu
ayam broiler. Hasil dari teknik fermentasi pengolahan limbah bulu ayam
broiler dengan menggunakan isolat jamur dari tanah kandang ayam
didapatkan adalah jamur dengan spesies Helicomyces sp., Trichoderma sp.,
dan Penicillium sp. Helicomyces sp.

4
BAB II

METODE PENELITIAN

2.1 Rancangan Penelitian

1. Limbah bulu ayam broiler pada prinsipnya harus dilemahkan atau


diputuskan terlebih dahulu ikatan dalam keratinnya menggunakan
prinsip hidrolisis.
2. Tahap awal yang dilakukan dalam mengolah limbah bulu ayam broiler
adalah membersihkan kotoran-kotoran yang menempel dengan air
bersih, kemudian dikeringkan.
3. Hidrolisat bulu ayam broiler yang telah siap kemudian ditambahkan ke
dalam pakan ternak itik dengan perbandingan 1:1. Setelah beberapa
minggu pemberian hidrolisat bulu ayam broiler pada pakan itik
dilakukan analisa terhadap kecernaan bahan kering dan kecernaan kadar
protein dengan mengambil sampel cairan rumen.

2.2 Data dan Sumber Data

1. Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data
yang didapatkan tidak secara langsung dari objek atau subjek penelitian.
2. Sumber data ini diperoleh dari jurnal ilmiah, website yang kredibel.

2.3 Instrumen Penelitian

1. Peneliti
2. Sumber data dari jurnal ilmiah, website yang kredibel.

5
2.4 Pengumpulan Data

Metode yang digunakan merupakan studi literatur, yaitu dengan mencari


referensi teori yang relefan dengan kasus atau permasalahan yang
ditemukan.

6
BAB III

PEMBAHASAN

Pemrosesan limbah bulu ayam broiler pada prinsipnya digunakan untuk


memutuskan ikatan sulfur dari sistin di dalam bulu ayam tersebut.
Pemutusan ikatan keratin tersebut, bulu ayam broiler dapat diolah dengan
menggunakan empat metode, antara lain fisik, kimiawi dan fisik, kimiawi,
dan mikrobiologis. Pengolahan secara fisik limbah bulu ayam broiler yang
diproses mengunakan teknik fisik dapat dilakukan dengan tekanan dan suhu
tinggi, yaitu pada suhu 105°C dengan tekanan 3atm dan kadar air 40%
selama 8 jam. Sampel yang sudah bersih akan di autoklaf, kemudian
dikeringkan dan siap untuk digiling.
Pengolahan secara kimiawi dilakukan dengan penambahan HCl 12%,
dengan ratio 2:1 pada bulu ayam broiler yang sudah bersih, lalu disimpan
dalam wadah tertutup selama empat hari. Sampel yang telah direndam oleh
HCl 12% kemudian dikeringkan dan siap untuk digiling menjadi tepung.
Pengolahan secara enzimatis bulu ayam broiler yang diproses dengan teknik
enzimatis dilakukan dengan menambahkan enzim proteolitik 0,4% dan
disimpan selama dua jam pada suhu 52o C. Bulu ayam broiler kemudian
dipanaskan pada suhu 87o C hingga kering dan digiling hingga menjadi
tepung.
Pengolahan secara kimia dengan basa dapat dilakukan dengan
menambahkan NaOH 6%, disertai pemanasan dan tekanan menggunakan
autoklaf. Bulu ayam broiler yang sudah siap kemudian dikeringkan dan
digiling. Pengolahan secara mikrobiologi pemberian proses hidrolisis bulu
ayam broiler menggunakan agen mikrobiologi, dilakukan dengan
menambahkan Bacillus licheniformis dan diinkubasi selama 72 jam.
HBA yang dihasilkan pada masing-masing pemrosesan memiliki tingkat
kecernaan yang berbeda-beda. Pemrosesan bulu ayam broiler secara fisik
dengan menggunakan tekanan dan suhu tinggi selama 8 jam meningkatkan

7
kecernaan kadar protein sebesar 76%. Pemrosesan kimiawi dan asam
menggunakan HCl 12% dengan lama hidrolisis 4 hari menghasilkan nilai
kecernaan bahan kering sebesar 59,83%. Nilai kecernaan bahan kering
dapat ditingkatkan menjadi 82,99% dengan penambahan konsentrasi HCl
menjadi 24%, namun dengan tingginya konsentrasi HCl dapat
menyebabkan kerusakan pada pakan itu sendiri. Pemrosesan kimiawi dan
basa menggunakan NaOH 6% dengan pemanasan dan tekanan
meningkatkan kecernaan bahan kering 64,4%. Pengolahan bulu ayam
menggunakan suhu tinggi hingga menghasilkan HBA dapat menyebabkan
denaturasi protein, sehingga kualitas protein bulu ayam broiler menurun.
Penggunaan HBA hasil pemrosesan dengan berbagai cara memberikan
respon yang positif terhadap kecernaan bahan kering dan protein. HBA yang
terbentuk dari semua proses memiliki kelebihan asam amino dalam jumlah
asam amino leusin, isoleusin, dan valin yang bermanfaat dalam membantu
sintesis protein mikroba rumen. Taraf penggunaan HBA untuk pakan ternak
memiliki batasan antara 2%-3%. Taraf ini merupakan taraf yang paling
maksimal dalam membantu meningkatkan kecernaan bahan kering maupun
protein.

8
BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan

Bulu ayam broiler memiliki potensi sebagai pakan ternak unggas, karena
kandungan protein (keratin) sebesar 80%-90% yang bermanfaat bagi ternak.
Pemakaian protein (keratin) pada bulu ayam broiler harus melalui proses
terlebih dahulu. Proses yang dapat digunakan ada beberapa cara yakni
secara fisik, kimiawi dan asam, kimiawi dan basa, serta mikrobiologi.
Teknik fisik meningkatkan kecernaan protein sebesar 76%. Teknik kimia
dengan asam meningkatkan kecernaan bahan kering sebesar 59,83%.
Teknik kimia dengan basa meningkatkan kecernaan bahan kering sebesar
64,4%. Teknik mikrobiologi meningkatkan kecernaan protein sebesar
54,20%.

4.2 Saran

Sebaiknya masyarakat, terutama peternak itik mampu memahami dan


mempelajari mengenai teknik pengolahan limbah bulu ayam broiler yang
dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak unggas. Seharusnya
diberikan penyuluhan terhadap peternak unggas tentang pentingnya
berinovasi dengan memanfaatkan limbah bulu ayam broiler sebagai bahan
pakan ternak.

9
DAFTAR PUSTAKA

Permata Sari Endah, Elfidasari Dewi, dkk. 2015. Pemanfaatan Limbah Bulu Ayam
Sebagai Pakan Ternak Ruminansia. DKI Jakarta.

https://insight.kontan.co.id/news/harga-pakan-naik-ini-rekomendasi-analis-untuk-
saham-produsen-ayam

https://www.medion.co.id/id/pakan-itik-petelur-dan-manajemen-pemberiannya/

https://www.pertanian.go.id/home/?show=news&act=view&id=2152

10

Anda mungkin juga menyukai