Anda di halaman 1dari 5

PETUJUK PENGISIAN SOAL

I. Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan singkat dan jelas!


II. Setiap jawaban tidak lebih dari 200 kata setiap soal !!
III. Tuliskan sumber yang digunakan untuk menjawab soal (Daftar Pustaka Yang Lengkap).

SOAL

1. Jelaskan Konsep “ PROGRAM PALIATIF “ menurut WHO tahun 2002 ?

2. Sebutkan Indikasi pelayanan paliatif yang saudara ketahui ?

3. Dalam pelayanan paliatif “ Kematian sebagai proses alamiah (allow natural death)” apa
maksud pernyataan tersebut ?

4. Apa yang saudara ketahui tentang dying / menjelang ajal dalam perawatan paliatif ?

5. Apa yang saudara ketahui tentang Peaceful end of life theory? Jelaskan secara ringkas dan
jelas?

SELAMAT MENGERJAKAN

JAWABAN

1. Konsep Program Paliatif menurut WHO 2002 :


Perawatan paliatif merupakan pelayanan terintegrasi oleh tim paliatif dengan pendekatan
yang bertujuan memperbaiki / meningkatkan kualitas hidup pasien dan memberikan
dukungan bagi keluarga yang berhubungan dengan kondisi pasien yang menghadapi
masalah dengan penyakit yang dapat mengancam jiwa, melalui pencegahan dan peniadaan
melalui identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah-
masalah lain, fisik, psikososial dan spiritual. Perawatan paliatif adalah perawatan kesehatan
terpadu yang bersifat aktif dan menyeluruh, dengan pendekatan multidisiplin yang
terintegrasi.
Konsep program perawatan paliatif adalah untuk mengurangi penderitaan, memperpanjang
umur, meningkatkan kualitas hidup, dan memberikan support kepada keluarga penderita.
Meski pada akhirnya penderita meninggal, yang terpenting sebelum meninggal penderita
siap secara psikologis dan spiritual, serta tidak stres menghadapi penyakit yang dideritanya.
Program Paliatif diberikan sejak diagnosa ditegakkan sampai akhir hayat. Artinya tidak
memperdulikan pada stadium dini atau lanjut, masih bisa disembuhkan atau tidak, mutlak
perawatan paliatif harus diberikan kepada penderita. Perawatan paliatif tidak berhenti
setelah penderita meninggal, tetapi masih diteruskan dengan memberikan dukungan kepada
anggota keluarga yang berduka. Perawatan paliatif mencakup pelayanan terintegrasi antara
dokter, perawat, pekerja sosial, psikolog, konselor spiritual, relawan, apoteker dan profesi
lain yang diperlukan.
Sumber :
1. Kemenkes RI. 2013. Pedoman Teknis Pelayanan Paliatif Kanker. Jakarta.
2. Anita. 2016. Perawatan Paliatif dan Kualitas Hidup Penderita Kanker. Jurnal Kesehatan,
Volume VII, Nomor 3, November 2016, hlm 508-513.

2. Indikasi pelayanan paliatif :


Program paliatif dimulai sejak diagnosis penyakit yang dapat mengancam jiwa ditegakkan
serta bila didapatkan satu atau lebih kondisi di bawah ini :
1) Nyeri atau keluhan fisik lainnya yang belum dapat diatasi;
2) Gangguan psikologis terkait dengan diagnosis atau terapi kanker;
3) Penyakit penyerta yang berat dan kondisi sosial yang diakibatkannya;
4) Permasalahan dalam pengambilan keputusan tentang terapi yang akan / sedang
dilakukan;
5) Pasien / keluarga meminta untuk dirujuk ke perawatan paliatif (sesuai prosedur
rujukan);
6) Angka kematian hidup < 12 bulan (ECOG > 3 atau Karnofsky < 50%, metastasis otak
dan leptomeningeal, metastasis di cairan interstisial, sindromvena cava superior,
kaheksia, serta kondisi berikut bila tidak dilakukan tindakan atau tidak respon terhadap
tindakan, yaitu kompresi tulang belakang); serta
7) Pasien penyakit yang mengancam jiwa dengan stadium lanjut yang tidak memberikan
respon dengan terapi yang diberikan, contohnya kanker stadium IV dengan gagal terapi.
Sumber :
1. Djauzi, S. 2003. Perawatan paliatif dan bebas nyeri pada penyakit kanker. Jakarta : YPI
Pres.
2. Menteri Kesehatan Indonesia. 2012. Pedoman teknis pelayanan paliatif kanker.
Keputusan Menteri Kesehatan No 812/ Menkes/VII/2007 tentang Kebijakan perawatan
paliatif di Indonesia.
3. Kematian sebagai proses alamiah (allow natural death) dalam pelayanan paliatif dapat
dikatakan bila tim paliatif dan keluarga bersepakat bahwa kematian adalah proses alamiah,
dimana tindakan medis diberikan secara proporsional yaitu hanya tindakan yang bertujuan
untuk mencapai kondisi terbebas dari penderitaan, damai dan bermartabat (comfort, peace
and dignity) sehingga tim paliatif memperkenankan kematian terjadi secara alami dan
meninggal dalam kenyamanan.
Perintah dokter yang menginstruksikan penyedia layanan hanya menawarkan tindakan
kenyamanan seperti hidrasi, pengobatan nyeri, dan perawatan lain, saat pasien menjalani
proses meninggal dunia. Bisa digunakan sebagai pengganti atau sebagai tambahan pada
perintah “Jangan diresusitasi / do not resusitate (DNR)” atau “Jangan diintubasi / do not
intubation (DNI)”. Untuk DNR dan allow natural death (AND) juga tercantum dalam
peraturan, yang menyebutkan kedua keputusan ini ditetapkan setelah berkonsultasi dengan
tim dokter yang telah ditunjuk oleh Komite Medik atau Komite Etik pada layanan
kesehatan. Perlu diketahui bahwa bantuan hidup berupa pemberian oksigen, nutrisi enteral,
dan hidrasi cairan kristaloid tidak dapat dihentikan.
Sumber :
1. Nuhonni, Siti A. 2019. Prinsip dan Etika Dalam Pelayanan Paliatif. Departemen
Rehabilitasi Medik RSUPN. Dr. Cipto Mangunkusumo / FKUI. Jakarta.
2. Kementerian Kesehatan RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
37 Tahun 2014. Jakarta: Kemenkes RI.

4. Dying / menjelang ajal dalam perawatan paliatif :


Secara etimologi dying berasal dari kata dien yang berarti mendekati kematian. Dengan kata
lain, dying adalah proses ketika individu semakin mendekati akhir hayatnya. Atau disebut
proses kematian. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh sakit yang parah / terminal, atau oleh
kondisi lain yang berujung pada kematian individu. Menjelang ajal (dying) merupakan
kondisi pasien yang sedang menghadapi kematian, yang memiliki berbagai hal dan harapan
tertentu ketika meninggal. Suatu keadaan dimana klien sudah dalam kondisi mendekati ajal
(sekarat). Pasien dalam kondisi tersebut biasanya mempunyai berbagai keinginan / harapan
tertentu sebelum mati. Bila memungkinkan, permintaan tersebut sebisa mungkin dapat
dipenuhi.
Respon individu dalam menghadapi kematian tidak selamanya berurutan secara tetap, dapat
tumpang tindih dan lamanya tiap tahap bervariasi sehingga perlu perhatian perawat secara
penuh dan cermat. Secara umum, tahapannya menjadi 5 fase yaitu Penyangkalan (Denial),
Marah (Anger), Tawar-menawar (Bargaining), Depresi (Depression), dan Penerimaan
(Acceptance). Upaya yang dapat perawat lakukan ketika klien melalui kelima tahap tersebut
adalah menjadi katalisator agar klien dapat mencapai tahap akhir. Upaya tersebut antara lain
dilakukan dengan mengenali dan memenuhi kebutuhan klien, mendorong dan memberi
klien kesempatan untuk berbicara dan mengungkapkan emosinya secara bebas, selalu siap
membantu klien, dan menghormati perilaku klien.
Sumber :
1. Roper, N. 2002. Prinsip-prinsip keperawatan. Yayasan Essentia Madica, Yogyakarta.
2. Taylor, C., dkk. 1989. Fundamentals of Nursing: The art and science of nursing care. J.
B. Lippincott Co, Philadelphia.
5. Peaceful end of life theory memiliki batas-batas tertentu yang berkaitan dengan
waktu, pengaturan, dan populasi pasien dimana dikembangkan untuk digunakan pada
orang dewasa yang sakit parah dan keluarga mereka yang menerima perawatan dalam
setting perawatan akut. Teori Peaceful EOL ini berfokus kepada 5 kriteria utama dalam
perawatan end of life pasien yaitu :
1) bebas nyeri (not being in pain),
2) merasa nyaman (experience of comfort),
3) merasa berwibawa dan dihormati (experience of dignity),
4) damai (being at peace), serta
5) kedekatan dengan keluarga dan pihak penting lainnya (closeness to significant others).
Hubungan antara konsep teori peacefull End of life
Teori peaceful end of life dikembangkan berdasar logika deduktif dan induktif. Fitur unik
dari teori ini dikembangkan dari standar pelayanan yang diciptakan oleh perawat ahli dalam
respon kurangnya manajemen untuk mengatasi kompleksnya masalah dalam menghadapi
pasien terminal yang dikembangkan untuk unit layanan Surgical gastroenterological di
rumah sakit pendidikan Norway. Kemudian, standar ini menjadi jembatan logis antara
praktek dan teori untuk menyediakan pernyataan kredibel yang menjelaskan peran praktisi
dan tanggung jawab serta outcome yang diharapkan yang dapat dievaluasi. Dalam
perkembangan pengetahuan, standar pelayanan ini dapat pertimbangkan sebagai tahap
sementara yang secara efektif menghubungkan antara teori dan praktek.
Sumber :
1. Ruland, Cornelia M. RN, PhD & Moore, Shirley, M. RN, PhD. 1998. Theory
Construction Based on Standards of Care: A Proposed Theory of the Peaceful End of
Life. Nursing Outlook, 46 (4), p.169-75, 174.
2. Ningning, N. S., (2011). Pengalaman perawat dalam memberikan perawatan paliatif
pada anak dengan kanker di wilayah Jakarta. Jakarta: Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai