TT 8 Makalah - Evi Agustina - 191403015
TT 8 Makalah - Evi Agustina - 191403015
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga berhasil menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya yang berjudul “Persalinan Kala III” sebagai tugas individu dosen Ibu
Kolifah, SST., M. Kes mata kuliah Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL.
Makalah ini berisikan tentang persalinan kala III. Diharapkan makalah ini
dapat memberikan pengetahuan tentang persalinan kala III.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terimakasih banyak kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam proses penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua yang membacanya.
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL ...................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Kala III?
2. Apa Saja Tanda Gejala Kala III?
3. Apa Saja Perubahan Fisiologis Kala III?
4. Apa Pengertian Manajemen Aktif Kala III?
5. Apa Saja Tujuan Manajemen Aktif Kala III?
6. Apa Metode Pelepasan Plasenta?
7. Apa Saja Tanda- tanda Pelepasan Plasenta?
8. Apa Jenis Utero Tonika Yang Digunakan Pada Kala III?
9. Apa Saja Langkah- langkah Manajemen Aktif Kala III?
10. Bagaimana Asuhan Kebidanan Kala III?
2
BAB II
PEMBAHASAN
Persalinan Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir
dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban, berlangsung tidak lebih dari 30 menit ,
disebut dengan kala uri atau kala pengeluaran plasenta. Peregangan Tali pusat
Terkendali (PTT) dilanjutkan pemberian oksitosin untuk kontraksi uterus dan
mengurangi perdarahan.
Kala III disebut juga kala uri atau kala pengeluaran plasenta. Kala tiga
persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan
selaput ketuban. (Depkes RI. 2004. Buku Acuan Persalinan Normal. Jakarta:
Departemen Kesehatan)
Kala III terjadi setelah anak lahir dan muncul his berikutnya, his ini
dinamakan his pelepasan uri yang melepaskan uri sehingga terletak pada segmen
bawah rahim atau bagian atas vagina. Lamanya kala uri ± 8,5 menit dan pelepasan
plasenta hanya memakan waktu 2-3 menit. Pendarahan yang terjadi pada kala uri ±
250 cc, dan dianggap patologis jika ± 500 cc. (FK Unpad. (1983). Obstetri Patologi.
Bandung: Elemen)
3
Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit. (Sondakh, J. (2013). Asuhan Kebidanan
Persalinan dan Bayi Baru Lahir, Jakarta : Erlangga)
Segera setelah bayi dan air ketuban sudah tidak lagi berada di dalam uterus,
kontraksi akan terus berlangsung dan ukuran rongga uterus akan mengecil.
Pengurangan dalam ukuran uterus ini akan menyebabkan pengurangan dalam ukuran
tempat melekatnya plasenta. Oleh karena tempat melekatnya plasenta tersebut
menjadi lebih kecil, maka plasenta akan menjadi tebal atau mengkerut dan
memisahkan diri dari dinding uterus. Sebagian dari pembuluh-pembuluh darah yang
kecil akan robek saat plasenta lepas. Tempat melekatnya plasenta akan berdarah terus
hingga uterus seluruhnya berkontraksi. Setelah plasenta lahir, dinding uterus akan
berkontraksi dan menekan semua pembuluh-pembuluh darah ini yang akan
menghentikan perdarahan dari tempat melekatnya plasenta tersebut.
Banyak perubahan fisiologis normal terjadi selama kala III persalinan, yang
berakhir ketika plasenta dikeluarkan, dan tanda-tanda vital wanita kembali ke tingkat
sebelum persalinan selama kala III :
1) Tekanan Darah, Tekanan sistolik dan tekanan diastolik mulai kembali ke tingkat
sebelum persalinan.
2) Nadi, secara bertahap kembali ke tingkat sebelum melahirkan
3) Respirasi, pernapasan kembali normal
4) Aktivitas Gastrointestinal
Jika tidak terpengaruh obat-obatan, motilitas lambung dan absrobsi kembali
mulai ke aktivitas normal. Wanita mengalami mual dan muntah selama kala III
merupakan hal tidak wajar
5) Kontraksi uterus berlanjut meskipun tidak sesering pada kala II
6) Uterus mengalami kontraksi dan mengecil sehingga plasenta terlepas
7) Plasenta diperas keluar dari segmen atas rahim menuju ke segmen bawah rahim
sampai ke vagina dan akhirnya keluar dari jalan lahir
8) Kontraksi otot uterus menjepit pembuluh darah uterus sehingga perdarahan tidak
berlanjut
5
9) Mekanisme pembekuan darah akan membantu mekanisme tersebut untuk
menghentikan perdarahan uterus lebih lanjut.
Manajemen Aktif Kala III adalah sebagai pemberian oksitosin segera setelah
pelahiran bahu anterior, mengklem tali pusat, segera setelah pelahiran bayi, dan
menggunakan traksi tali pusat terkendali untuk pelahiran plasenta. Penelitian
selanjutnya mengonfirmasi kehilangan darah yang jauh lebih sedikit pada
penatalaksanaan aktif kala III, bahkan pada populasi yang beresiko rendah mengalami
perdarahan post-partum. (Varney, 2007)
Manajemen aktif Kala III adalah Mengupayakan kontraksi yang adekuat dari
uterus dan mempersingkat waktu kala III, mengurangi jumlah kehilangan darah,
menurunkan angka kejadian retensio plasenta. Tiga langkah utama manajemen aktif
kala III : Pemberian oksitosin/uterotonika segera mungkin, melakukan penegangan
tali pusat terkendali (PTT), Rangsangan taktil pada dinding uterus atau fundus uteri
(Masase Fundus Uteri).
Penegangan tali pusat terkendali (PTT) yakni, Berdiri disamping ibu,
pindahkan jepitan semula tali pusat ketitik 5-20 cm dari vulva dan pegang klem
penjepit tersebut, lrtakan telapak tangan (alas dengan kain) yang lain, pada segmen
bawah rahim atau diding uterus dan suprasimpisis, pada saat terjadi kontraksi,
tegangkan tali pusat sambil tekan tali uterus ke dorsokranial, ulangi kembali perasat
ini bila plasenta belum dapat dilahirkan (jangan dilakukan pemaksaan).
6
Tujuan Manajemen Aktif Kala III, yaitu :
Tujuan Manajemen Aktif Kala III adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus
yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu setiap kala, mencegah
perdarahan dan mengurangi kehilangan darah kala III persalinan jika dibandingkan
dengan penatalaksanaan fisiologis. Sebagian besar kasus kesakitan dan kematian ibu
di Indonesia disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan dimana sebagian besar
disebabkan oleh atonia uteri dan retensio plasenta yang sebenarnya dapat dicegah
dengan melakukan manajemen aktif kala III. (APN, 2008)
7
Sedangkan pelepasan plasenta menurut Nurasiah, Rukmawati, Badriah (2012:
155), yaitu :
Pelepasan ini dapat dimulai dari tengah plasenta, disini terjadi hematoma retro
placentair yang selanjutnya mengangkat plasenta dari dasarnya. Plasenta dengan
hematom diatasnya sekarang jatuh ke bawah dan menarik lepas selaput janin.
Bagian plasenta yang nampak dalam vulva adalah permukaan fetal, sedangkan
hematoma terdapat dalam kantong yang terputar balik. Oleh karena itu pada
pelepasan schultze tidak ada perdarahan sebelum plasenta lahir atau sekurang-
kurangnya terlepas seluruhnya. Baru setelah plasenta seluruhnya lahir, darah akan
mengalir. Pelepasan schultze ini adalah cara pelepasan plasenta yang sering
dijumpai.
8
Pelepasan plasenta secara Duncan dimulai dari pinggir plasenta. Darah
mengalir keluar antara selaput janin dan dinding rahim, jadi perdarahan sudah ada
sejak plasenta sebagian lahir atau terlepas sehingga tidak terjadi bekuan
retroplasenta. Plasenta keluar menelusuri jalan lahir, permukaan maternal lahir
terlebih dahulu. Pelepasan Duncan terjadi terutama pada plasenta letak rendah.
Proses ini memerlukan waktu lama dan darah yang keluar lebih banyak, serta
memungkinkan plasenta dan membran tidak keluar secara komplit. Ketika
pelepasan plasenta terjadi, kontraksi uterus menjadi kuat kemudian plasenta dan
membrannya jatuh dalam segmen bawah rahim, ke dalam vagina, kemudian
ekspulsi.
9
Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus
berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus biasanya di bawah pusat. Setelah
uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah, uterus berbentuk
segitiga atau seperti buah pear atau alpukat dan fundus berada di atas
pusat.
Perubahan Bentuk Uterus, bentuk uterus yang semula discoid menjadi
globuler akibat dari kontraksi. Perubahan posisi uterus, setelah plasenta
lepas dan menempati segmen bawah rahim, maka uterus muncul pada
rongga abdmomen.
Tali Pusat Memanjang.
Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva.
Semburan Darah Mendadak Dan Singkat.
Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan membantu
mendorong plasenta keluar di bantu oleh gaya gravitasi. Apabila kumpulan
darah (retroplasental pooling) dalam ruang di antara dinding uterus dan
permukaan dalam plasenta melebihi kapasitas tampungnya maka darah
tersembur keluar dari tepi plasenta yang terlepas. Tanda ini kadang –
kadang terlihat dalam waktu satu menit setelah bayi lahir dan biasanya
dalam 5 menit.
10
Prepaparat yang umumnya diberikan adalah 1 ml Syntometrine, yang
mengandung oksitosin 5 International Units (UI) dan 0,5 mg ergometrin maleat,
keduanya termasuk dalam kelompok obat yang dikenal sebagai oksitosin yang
menyebabkan kontraksi uterus. Rute pemberian terpilih adalah secara
intarmuskular, dan lokasi pemberian adalah bagian lateral paha yang mudah
dijangkau. Komponen syntocinon dari syntometrine bekerja dalam waktu 2 hingga
3 menit dan bertahan hanya selama 5 hingga 15 menit, sementara ergometrin
membutuhkan waktu 6 sampai 7 menit untuk bekerja tetapi dapat bertahan hingga
2 jam (Hall, 2013, hal. 138).
Kerja gabungan ini menghasilkan kontraksi uterus yang cepat, kuat dan tahan
lama hingga beberapa jam. Obat ini biasanya diberikan pada saat bayi lahir,
sehingga menstimulasi kerja uterus yang baik pada awal kala tiga (Myles, 2011,
hal. 500).
Ergometrin dapat menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan seperti
mual, muntah, sakit kepala, dan meningkatnya tekanan darah, jika penggunaan
Ergometrin dikontraindikasikan, Ergometrin 0,5 mg tidak boleh diberikan lebih
dari dua dosis karena dapat menyebabkan sakit kepala, mual, dan peningkatan
tekanan darah, contohnya jika sang ibu menderita hipertensi, maka yang diberikan
adalah oksitosin. Jika oksitosin intravena dibutuhkan, dosis sebesar 5 IU harus
diberikan secara perlahan oleh praktisi yang berpengalaman(Hall, 2013, hal. 139).
Browning (1974, dalam Williams, 2013, hal .418) memaparkan efek samping
yang serius akibat pemberian 0,5 mg ergomertin secara intramuscular pada empat
perempuan pascapersalinan. Dua perempuan tersebut mengalami hipertensi berat,
perempuan ketiga mengalami hipertensi dan kejang dan yang ke empat mengalami
henti jantung. Kami juga telah melihat kejadian vasokontriksi berat dari dua zat
tersebut kandungan yang diberikan secara intravena, yaitu semua denyut perifer
hilang, dan diperlukan natrium nitroprusida untuk memulihkan perfusi.
Sayangnya, ibu tetap mengalami cedera iskemik hipoksik serebri.
11
Oksitosin adalah bentuk sintesis oksitosin alami yang diproduksi dalam
pituitary posterior, dan aman digunakan dalam konteks yang lebih luas
dibandingkan kombinasi agens ergometrin. Obat ini dapat diberikan, baik secara
injeksi intravena maupun intra muscular. Namun demikian, pemberian oksitosin
melalui bolus intravena dapat menyebabkan hipotensi yang berat dan fatal,
terutama jika terdapat perburukan kardiovaskular. (Myles, 2011, hal. 500).
Penggunaan 10 IU Syntocinin melalui injeksi intramuscular, suatu kejadian
yang sistematik yang memeriksa kegunaan oksitosin sebagai profilaktik selama
persalinan kala tiga menyimpulkan bahwa oksitosin bermanfaat dalam
pencegahan perdarahan postpartum. Hanya ada sedikit bukti yang mendukung
penggunaan ergometrin secara tersendiri versus Syntocinon atau produk gabungan
untuk mencegah perdarahan postpartum lebih dari 1000 ml dan para peneliti
merekomendasi penelitian lebih lanjut untuk mengevaluasi penggunaan obat-
obatan tersebut.
Kajian selanjutnya menemukan sedikit penurun PPH sebesar 500 ml pada
penggunaan kombinasi ergometrin Syntocinon, tetapi tidak ditemukan perbedaan
antara kelompok yang kehilangan darah lebih dari 1000 ml. Para peneliti
menyimpulkan efek yang tidak diinginkan seperti mual, muntah dan
meningkatkannya tekanan darah diastolic harus dipertimbangkan terhadap
berkurangnya kehilangan darah (Hall, 2013, hal . 139).
d) Prostaglandin
Penggunaan Prostaglandin untuk penatalaksanaan kala tiga sampai saat ini
lebih sering berkaitan dengan pengobatan perdarahan pascapartum daripada
profilaksis. Hal ini kemungkinan terjadi akibat lebih mahalnya obat ini
dibandingkan dengan uteronika yang telas dibahas sebelumnya. Agens
prostaglandin juga berkaitan dengan efek samping diare dan komplikasi
kardiovaskular menigkatnya isi sekuncup dan frekuensi jantung. Pemberian
prostaglandin paling efektif jika diberikan secara intramular (injeksi secara
langsung ke dalam dinding uterus).
Misoprostol oral juga telah digunakan sebagai obat dalam penatalaksanaan
aktif persalinan kala tiga. Suatu uji coba terkendali secara acak membandingkan
misoprostol oral dengan oksitosin intramuscular setelah pelahiran, dan tidak
12
menemukan adanya perbedaan yang bermakna antara kelompok yang diteliti
dalam perdarahan pascapersalinan, durasi kala tiga, banyak wanita yang
menggigil dalam kelompok misoprostol dan penelitian lain menemukan bahwa
misoprostol dapat menyebabkan diare pascapersalinan (Hall, 2013, hal. 139).
Manajemen aktif kala III terdiri atas tiga langkah utama, yaitu sebagai berikut.
1) Pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir
2) Melakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT)
3) Masase fundus uteri.
13
dan keluar dari dalam vulva, kedua tangan dapat memegang plasenta searah jarum
jam untuk mengeluarkan selaput ketuban.
14
menit pada satu jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit pada jam kedua
pascapersalinan.
Selain itu, hal yang juga penting untuk dilakukan adalah mengetahui apakah
terjadi robekan jalan lahir dan perineum dengan cara melakukan pemeriksaan dengan
menggunakan ibu jari telunjuk dan tengah tangan kanan yang telah dibalut kasa untuk
memeriksa bagian dalam vagina, bila ada kecurigaan robekan pada serviks dapat
dilakukan pemeriksaan dengan speculum untuk memastikan lokasi robekan serviks.
Observasi yang lain adalah tanda-tanda vital ibu. Pengawasan ini juga
dilakukan secara ketat untuk mengetahui keadaaan umum ibu dan tanda-tanda yang
patologis (misalnya syok). Tindakan ini dilakukan tiap 15 menit pada jam pertama
dan 30 menit pada jam kedua pascapersalinan, demikian halnya dengan kandung
kemih karena kandung kemih yang penuh akan memengaruhi kontraksi uterus yang
juga dapat menyebabkan perdarahan. Kebersihan vulva dan vagina ibu juga harus
jadi perhatian penolong untuk mencegah terjadinya infeksi.
BAB III
PENUTUP
15
3.1 Kesimpulan
Persalinan Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir
dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban, berlangsung tidak lebih dari 30 menit ,
disebut dengan kala uri atau kala pengeluaran plasenta. Peregangan Tali pusat
Terkendali (PTT) dilanjutkan pemberian oksitosin untuk kontraksi uterus dan
mengurangi perdarahan. Dalam persalinan kala III memiliki beberapa tanda gejala,
diantaranya
Selain itu dalam persalinan kala III, terdapat manajemen aktif kala III yang
berarti mengupayakan kontraksi yang adekuat dari uterus dan mempersingkat waktu
kala III, mengurangi jumlah kehilangan darah, menurunkan angka kejadian retensio
plasenta.
Tiga langkah utama manajemen aktif kala III, yakni Pemberian
oksitosin/uterotonika segera mungkin, melakukan penegangan tali pusat terkendali
(PTT), Rangsangan taktil pada dinding uterus atau fundus uteri (Masase Fundus
Uteri). Tujuan dari manajemen aktif kala III adalah untuk menghasilkan kontraksi
uterus yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah perdarahan
dan mengurangi kehilangan darah kala III persalinan jika dibandingkan dengan
penatalaksanaan fisiologis.
3.2 Saran
Dalam penyusunan makalah ini masih banyak kesalahan maupun kekurangan
penulis. Oleh karena itu, penulis senantiasa menerima kritik, masukan yang bersifat
membanggun sesuai dengan pedoman sumber yang dapat dipertanggungjawabkan.
Dengan makalah ini penulis berharap dapat digunakan sebaik mungkin serta dapat
menambah wawasan bagi pembaca maupun penulis.
DAFTAR PUSTAKA
16
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Asuhan-Kebidanan-
Persalinan-dan-BBL-Komprehensif.pdf
https://books.google.co.id/books?
id=UB7vCAAAQBAJ&printsec=frontcover&hl=id&source=gbs_ge_summary_r&cad=0#v=onepage&q
&f=false
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/47663/Chapter%20II.pdf?
sequence=4&isAllowed=y
https://www.scribd.com/document/394629571/Makalah-Kala-3-DAN-4-Revisi
https://www.academia.edu/8629254/Kala_III_Persalinan
https://www.academia.edu/27938199/MANAJEMEN_AKTIF_KALA_III
http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/07/asuhan-kebidanan-kala-iii-persalinan.html
17