Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN

BAYI BARU LAHIR

“PERSALINAN KALA III”

Dosen : Kolifah, SST., M. Kes

Nama : Evi Agustina


Nim : 191403015

Tahun Ajaran 2019/2020

STIKES PEMKAB JOMBANG

Jalan Dr Sutomo Nomor.75-77, Sengon, Kecamatan. Jombang

Kabupaten Jombang, Jawa Timur 61411

i
KATA PENGANTAR

 Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa  yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga berhasil menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya yang berjudul “Persalinan Kala III” sebagai tugas individu dosen Ibu
Kolifah, SST., M. Kes mata kuliah Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL.
 Makalah ini berisikan tentang persalinan kala III. Diharapkan makalah ini
dapat memberikan pengetahuan tentang persalinan kala III.
 Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.
 Akhir kata, kami sampaikan terimakasih banyak kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam proses penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua yang membacanya.

                                                                         Jombang, 19 Oktober 2020


                                                                         
   Penyusun

                                                                            Evi Agustina


                                                                         

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL ...................................................................................................................................i

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................2

1.3 Tujuan Masalah ...............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3

2.1 Pengertian Kala III............................................................................................................3


2.2 Tanda Gejala Kala III........................................................................................................4
2.3 Perubahan Fisiologis Kala III...........................................................................................5
2.4 Pengertian Manajemen Aktif Kala III...............................................................................6
2.5 Tujuan Manajemen Aktif Kala III....................................................................................7
2.6 Metode Pelepasan Plasenta...............................................................................................8
2.7 Tanda- tanda Pelepasan Plasenta......................................................................................9
2.8 Jenis Utero Tonika Yang Digunakan Pada Kala III........................................................10
2.9 Langkah- langkah Manajemen Aktif Kala III.................................................................13
2.10 Asuhan Kebidanan Pada Kala III....................................................................................14

BAB III PENUTUP................................................................................................................16

3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................16

3.2 Saran ..............................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Persalinan merupakan hal yang paling ditunggu-tunggu oleh para ibu hamil,
sebuah waktu yang menyenangkan namun di sisi lain merupakan hal yang paling
mendebarkan. Persalinan terasa akan menyenangkan karena si kecil yang selama
sembilan bulan bersembunyi di dalam perut anda akan muncul terlahir ke dunia. Di
sisi lain persalinan juga menjadi mendebarkan khususnya bagi calon ibu baru, dimana
terbayang proses persalinan yang menyakitkan, mengeluarkan energi yang begitu
banyak, dan sebuah perjuangan yang cukup melelahkan.
Persalinan yang bersih dan aman sert pencegahan kajian dan bukti ilmiah
menunjukkan bahwa asuhan persalinan bersih, aman, dan tepat waktu merupakan
salah satu upaya efektif untuk mencegah kesakitan dan kematian. Penatalaksanaan
komplikasi yang terjadi sebelum, selama dan setelah persalinan. Dalam upaya
menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu perlu diantisipasi adanya
keterbatasana kemampuan untuk melaksanakan komplikasi pada jenjang pelayanan
tertentu.
Persalinan menjadi momok yang ditakutkan dikalangan ibu hamil. Tidak
sedikit ibu dan bayinya mengalami kegawatdaruratan dan sampai pada akhirnya tak
dapat terselamatkan yang pada akhirnya menyebabkan meningkatnya angka kematian
ibu dan anak. Akan tetapi hal tersebut dapat diminimalisir dengan asuhan persalinan.
Mulai dari asuhan persalinan kala I, II, III, dan IV yangmana memegang kendali
penting pada ibu selama persalinan, karena dapat membantu ibu dalam mempermudah
proses persalinan yangmana dapat membuat ibu lebih yakin dalam menjalani proses
persalinan serta mampu mendeteksi komplikasi yang mungkin terjadi selama
persalinan dan ketidaknormalan dalam proses persalinan. Dengan itu saya membuat
makalah tentang persalinan kala III dengan tujuan menyelesaikan tugas mata kuliah
asuhan kebidanan persalinan dan bbl dan juga mampu membantu ibu dalam
pengetahuan serta wawasan selama akan proses persalinan yang lebih baik.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Kala III?
2. Apa Saja Tanda Gejala Kala III?
3. Apa Saja Perubahan Fisiologis Kala III?
4. Apa Pengertian Manajemen Aktif Kala III?
5. Apa Saja Tujuan Manajemen Aktif Kala III?
6. Apa Metode Pelepasan Plasenta?
7. Apa Saja Tanda- tanda Pelepasan Plasenta?
8. Apa Jenis Utero Tonika Yang Digunakan Pada Kala III?
9. Apa Saja Langkah- langkah Manajemen Aktif Kala III?
10. Bagaimana Asuhan Kebidanan Kala III?

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk Mengetahui Pengertian Kala III
2. Untuk Mengetahui Tanda Gejala Kala III
3. Untuk Mengetahui Perubahan Fisiologis Kala III
4. Untuk Mengetahui Pengertian Manajemen Aktif Kala III
5. Untuk Mengetahui Tujuan Manajemen Aktif Kala III
6. Untuk Mengetahui Metode Pelepasan Plasenta
7. Untuk Mengetahui Tanda- tanda Pelepasan Plasenta
8. Untuk Mengetahui Jenis Uteri Tonika Yang Digunakan Pada Kala III
9. Untuk Mengetahui Langkah- langkah Manajemen Aktif Kala III
10. Untuk Mengetahui Asuhan Kebidanan Pada Kala III

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kala III

Persalinan Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir
dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban, berlangsung tidak lebih dari 30 menit ,
disebut dengan kala uri atau kala pengeluaran plasenta. Peregangan Tali pusat
Terkendali (PTT) dilanjutkan pemberian oksitosin untuk kontraksi uterus dan
mengurangi perdarahan.
Kala III disebut juga kala uri atau kala pengeluaran plasenta. Kala tiga
persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan
selaput ketuban. (Depkes RI. 2004. Buku Acuan Persalinan Normal. Jakarta:
Departemen Kesehatan)
Kala III terjadi setelah anak lahir dan muncul his berikutnya, his ini
dinamakan his pelepasan uri yang melepaskan uri sehingga terletak pada segmen
bawah rahim atau bagian atas vagina. Lamanya kala uri ± 8,5 menit dan pelepasan
plasenta hanya memakan waktu 2-3 menit. Pendarahan yang terjadi pada kala uri ±
250 cc, dan dianggap patologis jika ± 500 cc. (FK Unpad. (1983). Obstetri Patologi.
Bandung: Elemen)

3
Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit. (Sondakh, J. (2013). Asuhan Kebidanan
Persalinan dan Bayi Baru Lahir, Jakarta : Erlangga)

2.2 Tanda- tanda Gejala Kala III

1. Tinggi Fundus Uteri (TFU) setinggi pusat


2. Tampak tali pusat memanjang di depan intruitus vagina

Segera setelah bayi dan air ketuban sudah tidak lagi berada di dalam uterus,
kontraksi akan terus berlangsung dan ukuran rongga uterus akan mengecil.
Pengurangan dalam ukuran uterus ini akan menyebabkan pengurangan dalam ukuran
tempat melekatnya plasenta. Oleh karena tempat melekatnya plasenta tersebut
menjadi lebih kecil, maka plasenta akan menjadi tebal atau mengkerut dan
memisahkan diri dari dinding uterus. Sebagian dari pembuluh-pembuluh darah yang
kecil akan robek saat plasenta lepas. Tempat melekatnya plasenta akan berdarah terus
hingga uterus seluruhnya berkontraksi. Setelah plasenta lahir, dinding uterus akan
berkontraksi dan menekan semua pembuluh-pembuluh darah ini yang akan
menghentikan perdarahan dari tempat melekatnya plasenta tersebut.

Otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti penyusutan volume ronnga


uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya
ukuran tempat perlekatan plasenta karena tempat perlekatan menjadi semakin kecil,
sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan terlipat, menebal dan
kemudian lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau kedalam vagina
(Depkes RI 2007).

Sebelum uterus berkontraksi, wanita tersebut bisa kehilangan darah 350-360


cc/menit dari tempat melekatnya plasenta tersebut. Uterus tidak bisa sepenuhnya
4
berkontraksi hingga plasenta lahir dahulu seluruhnya. Oleh sebab itu, kelahiran yang
cepat dari plasenta segera setelah ia melepaskan dari dinding uterus merupakan tujuan
dari manajemen kebidanan dari kala III yang kompeten. Setelah janin lahir, uterus
mengadakan kontraksi yang mengakibatkan penciutan permukaan kavum uteri,
tempat implantassi plasenta. Akibatnya, plasenta akan lepas dari tempat
implantasinya.

2.3 Perubahan Fisiologis Kala III

Banyak perubahan fisiologis normal terjadi selama kala III persalinan, yang
berakhir ketika plasenta dikeluarkan, dan tanda-tanda vital wanita kembali ke tingkat
sebelum persalinan selama kala III :

1) Tekanan Darah, Tekanan sistolik dan tekanan diastolik mulai kembali ke tingkat
sebelum persalinan.
2) Nadi, secara bertahap kembali ke tingkat sebelum melahirkan
3) Respirasi, pernapasan kembali normal
4) Aktivitas Gastrointestinal
Jika tidak terpengaruh obat-obatan, motilitas lambung dan absrobsi kembali
mulai ke aktivitas normal. Wanita mengalami mual dan muntah selama kala III
merupakan hal tidak wajar
5) Kontraksi uterus berlanjut meskipun tidak sesering pada kala II
6) Uterus mengalami kontraksi dan mengecil sehingga plasenta terlepas
7) Plasenta diperas keluar dari segmen atas rahim menuju ke segmen bawah rahim
sampai ke vagina dan akhirnya keluar dari jalan lahir
8) Kontraksi otot uterus menjepit pembuluh darah uterus sehingga perdarahan tidak
berlanjut

5
9) Mekanisme pembekuan darah akan membantu mekanisme tersebut untuk
menghentikan perdarahan uterus lebih lanjut.

2.4 Pengertian Manajemen Aktif Kala III

Manajemen Aktif Kala III adalah sebagai pemberian oksitosin segera setelah
pelahiran bahu anterior, mengklem tali pusat, segera setelah pelahiran bayi, dan
menggunakan traksi tali pusat terkendali untuk pelahiran plasenta. Penelitian
selanjutnya mengonfirmasi kehilangan darah yang jauh lebih sedikit pada
penatalaksanaan aktif kala III, bahkan pada populasi yang beresiko rendah mengalami
perdarahan post-partum. (Varney, 2007)
Manajemen aktif  Kala III adalah Mengupayakan kontraksi yang adekuat dari
uterus dan mempersingkat waktu kala III, mengurangi jumlah kehilangan darah,
menurunkan angka kejadian retensio plasenta. Tiga langkah utama manajemen aktif
kala III : Pemberian oksitosin/uterotonika segera mungkin, melakukan penegangan
tali pusat terkendali (PTT), Rangsangan taktil pada dinding uterus atau fundus uteri
(Masase Fundus Uteri).
Penegangan tali pusat terkendali (PTT) yakni, Berdiri disamping ibu,
pindahkan jepitan semula tali pusat ketitik 5-20 cm dari vulva dan pegang klem
penjepit tersebut, lrtakan telapak tangan (alas dengan kain) yang lain, pada segmen
bawah rahim atau diding uterus dan suprasimpisis, pada saat terjadi kontraksi,
tegangkan tali pusat sambil tekan tali uterus ke dorsokranial, ulangi kembali perasat
ini bila plasenta belum dapat dilahirkan (jangan dilakukan pemaksaan).

2.5 Tujuan Manajemen Aktif Kala III

6
Tujuan Manajemen Aktif Kala III, yaitu :

1) Mempersingkat kala III


2) Mempercepat lahirnya plasenta
3) Mengurangi perdarahan post partum
4) Mengurangi angka kesakitan dan kematian ibu akibat perdarahan

Tujuan Manajemen Aktif Kala III adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus
yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu setiap kala, mencegah
perdarahan dan mengurangi kehilangan darah kala III persalinan jika dibandingkan
dengan penatalaksanaan fisiologis. Sebagian besar kasus kesakitan dan kematian ibu
di Indonesia disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan dimana sebagian besar
disebabkan oleh atonia uteri dan retensio plasenta yang sebenarnya dapat dicegah
dengan melakukan manajemen aktif  kala III. (APN, 2008)

Keuntungan –keuntungan manajemen aktif kala III adalah sebagai berikut :


1. Persalinan kala III yang lebih singkat
2. Mengurangi jumlah kehilangan darah
3. Mengurangi kejadian retensio plasenta

2.6 Metode Pelepasan Plasenta

7
Sedangkan pelepasan plasenta menurut Nurasiah, Rukmawati, Badriah (2012:
155), yaitu :

1) Metode Ekspulsi Schultze

Pelepasan ini dapat dimulai dari tengah plasenta, disini terjadi hematoma retro
placentair yang selanjutnya mengangkat plasenta dari dasarnya. Plasenta dengan
hematom diatasnya sekarang jatuh ke bawah dan menarik lepas selaput janin.
Bagian plasenta yang nampak dalam vulva adalah permukaan fetal, sedangkan
hematoma terdapat dalam kantong yang terputar balik. Oleh karena itu pada
pelepasan schultze tidak ada perdarahan sebelum plasenta lahir atau sekurang-
kurangnya terlepas seluruhnya. Baru setelah plasenta seluruhnya lahir, darah akan
mengalir. Pelepasan schultze ini adalah cara pelepasan plasenta yang sering
dijumpai.

2) Metode Ekspulsi Matthew-Duncan

8
Pelepasan plasenta secara Duncan dimulai dari pinggir plasenta. Darah
mengalir keluar antara selaput janin dan dinding rahim, jadi perdarahan sudah ada
sejak plasenta sebagian lahir atau terlepas sehingga tidak terjadi bekuan
retroplasenta. Plasenta keluar menelusuri jalan lahir, permukaan maternal lahir
terlebih dahulu. Pelepasan Duncan terjadi terutama pada plasenta letak rendah.
Proses ini memerlukan waktu lama dan darah yang keluar lebih banyak, serta
memungkinkan plasenta dan membran tidak keluar secara komplit. Ketika
pelepasan plasenta terjadi, kontraksi uterus menjadi kuat kemudian plasenta dan
membrannya jatuh dalam segmen bawah rahim, ke dalam vagina, kemudian
ekspulsi.

2.7 Tanda- tanda Pelepasan Plasenta

1) Perubahan ukuran dan bentuk uterus


2) Uterus menjadi bundar dan uterus terdorong ke atas karena plasenta sudah terlepas
dari Segmen Bawah Rahim
3) Tali pusat memanjang
4) Semburan darah tiba tiba
Adapun penjelasan dari tanda- tanda pelepasan plasenta, yaitu :
 Perubahan Bentuk Dan Tinggi Fundus.

9
Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus
berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus biasanya di bawah pusat. Setelah
uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah, uterus berbentuk
segitiga atau seperti buah pear atau alpukat dan fundus berada di atas
pusat.
 Perubahan Bentuk Uterus, bentuk uterus yang semula discoid menjadi
globuler akibat dari kontraksi. Perubahan posisi uterus, setelah plasenta
lepas dan menempati segmen bawah rahim, maka uterus muncul pada
rongga abdmomen.
 Tali Pusat Memanjang.
Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva.
 Semburan Darah Mendadak Dan Singkat.
Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan membantu
mendorong plasenta keluar di bantu oleh gaya gravitasi. Apabila kumpulan
darah (retroplasental pooling) dalam ruang di antara dinding uterus dan
permukaan dalam plasenta melebihi kapasitas tampungnya maka darah
tersembur keluar dari tepi plasenta yang terlepas. Tanda ini kadang –
kadang terlihat dalam waktu satu menit setelah bayi lahir dan biasanya
dalam 5 menit.

2.8 Jenis Utero Tonika Yang Digunakan Pada Kala III

a) Ergometrin 0,25 mg intravena


Obat ini bekerja dalam 45 detik, oleh karena itu, sangat berguna dalam
mempertahankan kontraksi cepat jika jika kerja uterus hipotonik menimbulkan
perdarahan. Jika dokter tidak ada dalam situasi darurat tersebut, bidan dapat
memberikan injeksi.

b) Kombinasi ergometrin dan oksitosin (merek yang paling banyak digunakan


adalah Syntometrine)

10
Prepaparat yang umumnya diberikan adalah 1 ml Syntometrine, yang
mengandung oksitosin 5 International Units (UI) dan 0,5 mg ergometrin maleat,
keduanya termasuk dalam kelompok obat yang dikenal sebagai oksitosin yang
menyebabkan kontraksi uterus. Rute pemberian terpilih adalah secara
intarmuskular, dan lokasi pemberian adalah bagian lateral paha yang mudah
dijangkau. Komponen syntocinon dari syntometrine bekerja dalam waktu 2 hingga
3 menit dan bertahan hanya selama 5 hingga 15 menit, sementara ergometrin
membutuhkan waktu 6 sampai 7 menit untuk bekerja tetapi dapat bertahan hingga
2 jam (Hall, 2013, hal. 138).
Kerja gabungan ini menghasilkan kontraksi uterus yang cepat, kuat dan tahan
lama hingga beberapa jam. Obat ini biasanya diberikan pada saat bayi lahir,
sehingga menstimulasi kerja uterus yang baik pada awal kala tiga (Myles, 2011,
hal. 500).
Ergometrin dapat menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan seperti
mual, muntah, sakit kepala, dan meningkatnya tekanan darah, jika penggunaan
Ergometrin dikontraindikasikan, Ergometrin 0,5 mg tidak boleh diberikan lebih
dari dua dosis karena dapat menyebabkan sakit kepala, mual, dan peningkatan
tekanan darah, contohnya jika sang ibu menderita hipertensi, maka yang diberikan
adalah oksitosin. Jika oksitosin intravena dibutuhkan, dosis sebesar 5 IU harus
diberikan secara perlahan oleh praktisi yang berpengalaman(Hall, 2013, hal. 139).
Browning (1974, dalam Williams, 2013, hal .418) memaparkan efek samping
yang serius akibat pemberian 0,5 mg ergomertin secara intramuscular pada empat
perempuan pascapersalinan. Dua perempuan tersebut mengalami hipertensi berat,
perempuan ketiga mengalami hipertensi dan kejang dan yang ke empat mengalami
henti jantung. Kami juga telah melihat kejadian vasokontriksi berat dari dua zat
tersebut kandungan yang diberikan secara intravena, yaitu semua denyut perifer
hilang, dan diperlukan natrium nitroprusida untuk memulihkan perfusi.
Sayangnya, ibu tetap mengalami cedera iskemik hipoksik serebri.

c) Oksitosin (merek yang paling banyak digunakan adalah Syntocinon)

11
Oksitosin adalah bentuk sintesis oksitosin alami yang diproduksi dalam
pituitary posterior, dan aman digunakan dalam konteks yang lebih luas
dibandingkan kombinasi agens ergometrin. Obat ini dapat diberikan, baik secara
injeksi intravena maupun intra muscular. Namun demikian, pemberian oksitosin
melalui bolus intravena dapat menyebabkan hipotensi yang berat dan fatal,
terutama jika terdapat perburukan kardiovaskular. (Myles, 2011, hal. 500).
Penggunaan 10 IU Syntocinin melalui injeksi intramuscular, suatu kejadian
yang sistematik yang memeriksa kegunaan oksitosin sebagai profilaktik selama
persalinan kala tiga menyimpulkan bahwa oksitosin bermanfaat dalam
pencegahan perdarahan postpartum. Hanya ada sedikit bukti yang mendukung
penggunaan ergometrin secara tersendiri versus Syntocinon atau produk gabungan
untuk mencegah perdarahan postpartum lebih dari 1000 ml dan para peneliti
merekomendasi penelitian lebih lanjut untuk mengevaluasi penggunaan obat-
obatan tersebut.
Kajian selanjutnya menemukan sedikit penurun PPH sebesar 500 ml pada
penggunaan kombinasi ergometrin Syntocinon, tetapi tidak ditemukan perbedaan
antara kelompok yang kehilangan darah lebih dari 1000 ml. Para peneliti
menyimpulkan efek yang tidak diinginkan seperti mual, muntah dan
meningkatkannya tekanan darah diastolic harus dipertimbangkan terhadap
berkurangnya kehilangan darah (Hall, 2013, hal . 139).

d) Prostaglandin
Penggunaan Prostaglandin untuk penatalaksanaan kala tiga sampai saat ini
lebih sering berkaitan dengan pengobatan perdarahan pascapartum daripada
profilaksis. Hal ini kemungkinan terjadi akibat lebih mahalnya obat ini
dibandingkan dengan uteronika yang telas dibahas sebelumnya. Agens
prostaglandin juga berkaitan dengan efek samping diare dan komplikasi
kardiovaskular menigkatnya isi sekuncup dan frekuensi jantung. Pemberian
prostaglandin paling efektif jika diberikan secara intramular (injeksi secara
langsung ke dalam dinding uterus).
Misoprostol oral juga telah digunakan sebagai obat dalam penatalaksanaan
aktif persalinan kala tiga. Suatu uji coba terkendali secara acak membandingkan
misoprostol oral dengan oksitosin intramuscular setelah pelahiran, dan tidak

12
menemukan adanya perbedaan yang bermakna antara kelompok yang diteliti
dalam perdarahan pascapersalinan, durasi kala tiga, banyak wanita yang
menggigil dalam kelompok misoprostol dan penelitian lain menemukan bahwa
misoprostol dapat menyebabkan diare pascapersalinan (Hall, 2013, hal. 139).

2.9 Langkah- langkah Manajemen Aktif Kala III

Manajemen aktif kala III terdiri atas tiga langkah utama, yaitu sebagai berikut.
1) Pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir
2) Melakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT)
3) Masase fundus uteri.

Pemberian Suntikan Oksitosin


Oksitosin 10 IU secara IM dapat diberikan dalam 1 menit setelah bayi lahir
dan dapat diulangi setelah 15 menit jika plasenta belum lahir. Berikan oksitosin 10
IU secara IM pada 1/3 bawah paha kanan bagian luar. Tujuan pemberian suntikan
oksitosin dapat menyebabkan uterus berkontraksi dengan kuat dan efektif sehingga
dapat membantu pelepasan plasenta dan mengurangi kehilangan darah.

Penegangan Tali Pusat Terkendali


Tempatkan klem pada ujung tali pusat ±5 cm dari vulva, memegang tali pusat
dari jarak dekat untuk mencegah avulsi pada tali pusat. Saat terjadi kontraksi yang
kuat, plasenta dilahirkan dengan penegangan tali pusat terkendali kemudian tangan
pada dinding abdomen menekan korpus uteri ke bawah dan atas (dorso kranial)
korpus.
Lahirkan plasenta dengan penegangan yang lembut dan keluarkan plasenta
dengan gerakan ke bawah dan ke atas mengikuti jalan lahir. Ketika plasenta muncul

13
dan keluar dari dalam vulva, kedua tangan dapat memegang plasenta searah jarum
jam untuk mengeluarkan selaput ketuban.

Rangsangan Taktil (Masase) Fundus Uteri


Segera setelah plasenta dan selaput dilahirkan, dengan perlahan tetapi kukuh
lakukan masase uterus dengan cara menggosok uterus pada abdomen dengan
gerakan melingkar untuk menjaga agar uterus tetap keras dan berkontraksi dengan
baik serta untuk mendorong setiap gumpalan darah agar keluar.
Sementara tangan kiri melakukan massage uterus, periksalah plasenta dengan
tangan kanan untuk memastikan bahwa kotiledon dan membrane sudah lengkap
(Seluruh lobus di bagian maternal harus ada dan bersatu/utuh, tidak boleh ada
ketidaketeraturan pada bagian pinggir-pinggirnya, jik hal tersebut ada, berarti
menandakan ada sebagian fragmen plasenta yang tertinggal).

2.10 Asuhan Kebidanan Pada Kala III

Memeriksa Plasenta, Selaput Ketuban Dan Tali Pusat


Pemeriksaan kelengkapan plasenta serta ukuran plasenta, selaput ketuban
benar- benar utuh atau tidak, periksalah sisi maternal (yang melekat pada dinding
uterus) dan sisi fetal (yang menghadap ke bayi) untuk memastikan apakah ada lobus
tambahan, dan jumlah ateri/ vena yang terputus untuk mendeteksi plasenta
suksenturia.
Semua hal tersebut sangatlah penting dilakukan sebagai tindakan antisipasi
apabila ada sisa plasenta baik bagian kotiledon ataupun selaputnya.

Pemantauan Kontraksi, Robekan Jalan Lahir Dan Perineum, Serta Tanda-


Tanda Vital Termasuk Higine
Periksalah kembali uterus setelah satu hingga dua menit untuk memastikan
uterus berkontraksi, jika uterus masih belum berkontraksi dengan baik, ulangi masase
fundus uteri. Jumlah perdarahan diukur, disertai dengan bekuan darah atau tidak.
Ajarkan ibu dan keluarganya cara melakukan masase uterus hingga mampu
untuk segera mengetahui jika uterus tidak berkontraksi baik. Periksa uterus setiap 15

14
menit pada satu jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit pada jam kedua
pascapersalinan.
Selain itu, hal yang juga penting untuk dilakukan adalah mengetahui apakah
terjadi robekan jalan lahir dan perineum dengan cara melakukan pemeriksaan dengan
menggunakan ibu jari telunjuk dan tengah tangan kanan yang telah dibalut kasa untuk
memeriksa bagian dalam vagina, bila ada kecurigaan robekan pada serviks dapat
dilakukan pemeriksaan dengan speculum untuk memastikan lokasi robekan serviks.

Laserasi perineum dapat diklasifikasikan menjadi empat yaitu sebagi berikut :


1. Derajat satu : mukosa vagina, komisura posterior, dan kulit
2. Derajat dua : derajat satu + otot perineum
3. Derajat tiga : Derajat dua + otot sfingter ani
4. Derajat empat : derajat tiga + dinding depan rectum

Observasi yang lain adalah tanda-tanda vital ibu. Pengawasan ini juga
dilakukan secara ketat untuk mengetahui keadaaan umum ibu dan tanda-tanda yang
patologis (misalnya syok). Tindakan ini dilakukan tiap 15 menit pada jam pertama
dan 30 menit pada jam kedua pascapersalinan, demikian halnya dengan kandung
kemih karena kandung kemih yang penuh akan memengaruhi kontraksi uterus yang
juga dapat menyebabkan perdarahan. Kebersihan vulva dan vagina ibu juga harus
jadi perhatian penolong untuk mencegah terjadinya infeksi.

Kebutuhan Ibu Pada Kala III


1) Pemenuhan kebutuhan nutrisi ibu
2) Menjelaskan kondisi ibu serta janin
3) menjelaskan pada ibu bahwa plasenta lahir lengkap atau tidak
4) Bantu ibu ke posisi yang nyaman, ganti semua kain yang kotor

BAB III

PENUTUP

15
3.1 Kesimpulan
Persalinan Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir
dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban, berlangsung tidak lebih dari 30 menit ,
disebut dengan kala uri atau kala pengeluaran plasenta. Peregangan Tali pusat
Terkendali (PTT) dilanjutkan pemberian oksitosin untuk kontraksi uterus dan
mengurangi perdarahan. Dalam persalinan kala III memiliki beberapa tanda gejala,
diantaranya
Selain itu dalam persalinan kala III, terdapat manajemen aktif kala III yang
berarti mengupayakan kontraksi yang adekuat dari uterus dan mempersingkat waktu
kala III, mengurangi jumlah kehilangan darah, menurunkan angka kejadian retensio
plasenta.
Tiga langkah utama manajemen aktif kala III, yakni Pemberian
oksitosin/uterotonika segera mungkin, melakukan penegangan tali pusat terkendali
(PTT), Rangsangan taktil pada dinding uterus atau fundus uteri (Masase Fundus
Uteri). Tujuan dari manajemen aktif kala III adalah untuk menghasilkan kontraksi
uterus yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah perdarahan
dan mengurangi kehilangan darah kala III persalinan jika dibandingkan dengan
penatalaksanaan fisiologis.

3.2 Saran
Dalam penyusunan makalah ini masih banyak kesalahan maupun kekurangan
penulis. Oleh karena itu, penulis senantiasa menerima kritik, masukan yang bersifat
membanggun sesuai dengan pedoman sumber yang dapat dipertanggungjawabkan.
Dengan makalah ini penulis berharap dapat digunakan sebaik mungkin serta dapat
menambah wawasan bagi pembaca maupun penulis.

DAFTAR PUSTAKA

16
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Asuhan-Kebidanan-
Persalinan-dan-BBL-Komprehensif.pdf

https://books.google.co.id/books?
id=UB7vCAAAQBAJ&printsec=frontcover&hl=id&source=gbs_ge_summary_r&cad=0#v=onepage&q
&f=false

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/47663/Chapter%20II.pdf?
sequence=4&isAllowed=y

https://www.scribd.com/document/394629571/Makalah-Kala-3-DAN-4-Revisi

https://www.academia.edu/8629254/Kala_III_Persalinan

https://www.academia.edu/27938199/MANAJEMEN_AKTIF_KALA_III

http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/07/asuhan-kebidanan-kala-iii-persalinan.html

17

Anda mungkin juga menyukai